Anda di halaman 1dari 45

RESUME IKTERUS NEONATORUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Ajar Keperawatan Anak I

Dosen Pembimbing

Yuyun Sarinengsih, S. Kep., Ners., M. Kep

Disusun oleh :

Tyan Lassanova Fazrin Nugraha

191FK03017

Kelas 2A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat mengenai Ikterus Neonatorum. Walaupun makalah ini


mungkin kurang sempurna, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritik nya. Terimakasih.

Bandung, 18 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................3
2.1 Definisi....................................................................................................................3
2.2 Anatomi Fisiologi Hati, Kandung Empedu dan Pankreas..................................4
2.3 Etiologi..................................................................................................................15
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................15
2.5 Manifestasi Klinis.................................................................................................16
2.6 Klasifikasi.............................................................................................................17
2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................18
2.8 Komplikasi............................................................................................................19
2.9 Asuhan Keperawatan Teori.................................................................................20
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................29
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................29
3.2 Saran.....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................31
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS....................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti
kuning. Ikterus adalah perubahan warna menjadi kuning pada kulit, membrane
mukosa, dan sklera yang disebabkan peningkatan produksi bilirubin di dalam
darah. Keadaan ini menandakan adanya peningkatan produksi bilirubin atau
eliminasi bilirubin dari tubuh yang tidak efektif.
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat
tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada
neonatus. Pada janin, tugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan oleh
plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih
oleh hati, yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama
selang waktu tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
Walaupun demikian, jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk di dalam
tubuh. Oleh karena bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang
berlebihan dapat memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh
lainnya.
Pada setiap bayi yang mengalami ikterus harus dibedakan apakah ikterus
yang terjadi merupakan keadaan yang fisiologik atau non-fisiologik. Selain itu,
perlu dimonitor apakah keadaan tersebut mempunyai kecenderungan untuk
berkembang menjadi hiperbilirubinemia berat yang memerlukan penanganan
optimal.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Ikterus Neonatorum?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada hati, kandung empedu dan pankreas?
3. Bagaimana etiologi dari Ikterus Neonatorum?
4. Bagaimana patofisiologi dari Ikterus Neonatorum?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Ikterus Neonatorum?
6. Apa saja klasifikasi dari Ikterus Neonatorum?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Ikterus Neonatorum?
8. Apa saja komplikasi dari Ikterus Neonatorum?
9. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori dari Ikterus Neonatorum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Ikterus Neonatorum.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari hati, kandung empedu dan
pancreas.
3. Untuk mengetahu etiologi dari Ikterus Neonatorum.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Ikterus Neonatorum.
5. Untuk mengetahu manifestasi klinis dari Ikterus Neonatorum.
6. Untuk mengetahui klasifikasi dari Ikterus Neonatorum.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ikterus Neonatorum.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Ikterus Neonatorum.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori dari Ikterus Neonatorum.

1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan
praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman mengenai icterus
neonatorum sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ikterus pada bayi baru lahir, suatu tanda umum masalah yang potensial,
terutama disebabkan oleh bilirubin tidak terkonjugasi, produk pemecahan sel
hemoglobin (Hb) setelah lepas dari sel-sel darah merah yang telah dihemolisis.
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.17 Ikterus adalah perubahan
warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah pada neonatus, ikterus dapat bersifat fisiologis maupun patologis
(Yuliawati & Astutik, 2018).
Ikterus adalah perubahan warna menjadi kuning pada kulit, membrane
mukosa, dan sklera yang disebabkan peningkatan produksi bilirubin di dalam
darah. Keadaan ini menandakan adanya peningkatan produksi bilirubin atau
eliminasi bilirubin dari tubuh yang tidak efektif (Mulyati, 2019) .

3
2.2 Anatomi Fisiologi Hati, Kandung Empedu dan Pankreas
A. ANATOMI HATI DAN FUNGSINYA

Hati terletak di perut kanan bagian atas. Hati berbentuk seperti baji dan
merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia. Hati merupakan suatu organ
kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital, mulai dari mengatur kadar
bahan kimia dalam tubuh sampai menghasilkan zat-zat pembekuan darah.

Salah satu fungsi utamanya adalah menghancurkan zat-zat yang berbahaya


yang diserap dari usus atau dibuat di bagian tubuh lainnya, kemudian
membuangnya sebagai zat yang tidak berbahaya ke dalam empedu atau darah.
Zat di dalam empedu ini masuk ke dalam usus lalu dibuang melalui tinja. Zat di
dalam darah disaring oleh ginjal dan dibuang melalui air kemih. Hati
menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu.
Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk
membuat hormon-hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron dan
hormon adrenal).Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8
kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa.

Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas
bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior

4
hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem
porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang
mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta
terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior
yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum
falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus
kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah
membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan
vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara
mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus
berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis.

Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus


yaitu susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral. Hati
memiliki bagian terkecil yang melakukan tugas diatas disebut sel hati (hepatosit),
sel-sel epithelial sistem empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel
parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kupffer dan sel stellata
yang berbentuk seperti bintang. Tugas aktifitas fagositik dilakukan oleh
makrofag residen yang disebut sel kupffer. Setiap hepatosit berkontak langsung
dengan darah dari dua sumber. Darah vena yang langsung datang dari saluran
pecernaan dan darah arteri yang datang dari aorta. Darah dari cabang-cabang
arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang
kapiler yang melebar disebut sinusoid.

Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan
kompleks yang dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari
saluran cerna tidak secara langsung menyatu pada vena cava inferior akan tetapi
vena vena dari lambung dan usus terlebih dahulu memasuki sistem vena porta.

5
Pada sistem ini produk-produk yang diserap dari saluran cerna untuk diolah,
disimpan, dan didetoksifikasi sebelum produk produk tersebut kembali ke
sirkulasi besar.

Kelainan fungsi hati bisa digolongkan ke dalam 2 kelompok utama:

1. Kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi sel-sel di dalam hati


(misalnya sirosis atau hepatitis)
2. Kelainan yang disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran empedu dari
hati melalui saluran empedu (misalnya batu empedu atau kanker).

Hati memiliki fungsi utama yaitu sebagai Filter Darah.Darah yang beredar
di tubuh kita akan dibersihkan dan disaring dari bahan-bahan beracun yang
masuk ketubuh melalui makanan atau pernafasan.

Fungsi Utama hati pada orang dewasaadalah :

1. Menimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat besi


2. Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein
3. Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.
4. Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol
5. Penyaring dan pembuang bahan-bahan beracun di dalam darah melalui
proses pembongkaran hemoglobin.
6. Merubah ammonia menjadi urea

Fungsi hati

1. Metabolisme karbohidrat. Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH,


lemak dan protein saling berkaitan 1 sama lain.
2. Mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi
glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di

6
dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa yang
disebut glikogenelisis.
3. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi,
biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/
biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan
dalam siklus krebs).
4. Metabolisme lemak. Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi
sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi
beberapa komponen :
a. Senyawa 4 karbon – keton bodies
b. Senyawa 2 karbon – active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
c. Pembentukan cholesterol
5. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid, Hati merupakan pembentukan
utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol. Dimana serum
Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
6. Metabolisme protein ,Dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula
dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan
satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ
utama bagi produksi urea. Urea merupakan end product metabolisme
protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan
sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.
7. Pembentukan pembekuan darah. Hati merupakan organ penting bagi sintesis
protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya:
membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing
menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila
ada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor
intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan

7
faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin
dan beberapa faktor koagulasi.
8. Metabolisme vitamin. Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya
vitamin A, D, E, K
9. Detoksikasi. Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, poses detoksikasi terjadi
pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap
berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
10. Fagositosis dan imunitas. Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri,
pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer
juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers mechanism.
11. Hemodinamik. Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati
yang normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang
mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh
aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis,
pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.

B. ANATOMI KANDUNG EMPEDU DAN FUNGSINYA

Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder)


adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu

8
Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaanmanusia.
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk
menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang
dihasilkan oleh hati).

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu
keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus
utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus
sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke
usus bagian atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa sentimeter dibawah
lambung.

Sekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan


melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke
dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung
empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk
membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.

Empedu terdiri dari:

a. Garam-garam empedu
b. Elektrolit

9
c. Pigmen empedu (misalnya bilirubin)
d. Kolesterol
e. Lemak.

Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama


pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta
membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak


dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari
usus.

Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah


menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga
disekresi dalam empedu.

Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung


empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu
(kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran
empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran
empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi
karena adanya tumor.

Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan


absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang
kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi
volumenya 80-90% ( Guyton &Hall, 1997 ) fungsi penting garam empedu yaitu:

1. Berperan dalam emulsi lemak, asam empedu membantu mengemulsi partikel-


partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.

10
2. Dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pangkres, Asam
empedu membantu transport dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna
menembus membrane sel.
3. Berperan dalam mengeluarkan beberapa produk buangan dari darah antara
lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan
kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati. Sedangkan fungsi
utama dari kandung empedu adalah; menyimpan cairan empedu yang secara
terus menerus disekresi oleh hati, mengkonsentrasikan cairannya dengan cara
mereabsorpsi cairan dan elektrolit.

Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin,


hal ini terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit
setelah makan. Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik
dinding kandung empedu, tetapi efektifitas pengosongan juga membutuhkan
relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus
biliaris komunis kedalam duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu
juga dirangsang kuat oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari
sistem saraf vagus dan enterik. Kandung empedu mengosongkan simpanan
empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap
perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan,
pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah
lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara
menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam. Garam empedu, lesitin, dan kolesterol
merupakan komponen terbesar (90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin,
asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu adalah steroid yang dibuat
oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi
mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 .

1. Anatomi sekresi empedu

11
a. Empedu di produksi oleh sel-sel hati memasuki kanal ikuli empedu yang
kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri
b. Duktus hepatica mengatur untuk membentuk duktus hepatic komunis
kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan
keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis.
c. Duktus empedu komunis bersama dengan duktus pancreas bermuara di
duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.
2. Komposisi empedu.
Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97 % air,
pigmen empedu dan garam-garam empedu. Pigmen empedu terdiri dari
biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini merupakan hasil
penguraian hemoglobin
a. Pigmen utama adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada
urine dan feces
b. Joundice atau kekuningan pada jaringan merupakan akibat dari
peningkatan bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan hati.
3. Garam empedu
Terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam
amino. Fungsi garam empedu dalam usus halus.
a. Elmusi fikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globuluslemak besar
dalam usus halus kemudian menghasilkan globules lemak lebih kecil dan
area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
b. Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak
dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
c. Pengeluaran kolesterol daritubuh. Garam empedu berkaitan dengan
kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut mecelli
yang dibuang melalui feces.
4. Kendali pada sekresi dan aliran empedu.

12
Sekresi empedu diatur oleh factor saraf (impulsparasimpatik) dan hormon
(sekretindan CCK) yang samadengan yang mengatur sekresi cairan pankreas.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU


Kandung empedu adalah kantung muscular hijau merupakan pir yang
panjangnya 10 cm. Organ ini terletak dilekukan di bawah lobus kanan hati.
Kapasitas total kandung empedu kurang lebih 30 ml – 60 ml.

FUNGSI

1. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus


disekresi oleh sel-sel hati sampai di perlukan dalam duodenum.
2. Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya dengan cara mengabsorbsi air
dan elektrolit.

Pankraes adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip


dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar cm mulai dari
duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata-rata 60 – 90 gram. Pankreas
terbentang pada vertebrata lumbalis I dan II di belekang lambung.

Bagian dari pankreas: kaput pankreas atau kepala pankreas, terletak di


sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum yang
melingkarinya. Korpus pankreas atau badan pankreas merupakan bagian utama
darai organ ini, letaknya di belakang lambung dan di depan vertebrata umbalis
pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.

13
Jaringan pankreas terdiri atas lobula daripada sel sekretori yang tersusun
mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan
saluran-saluran kecil dari lobus yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan
melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluan-salurankecil itu menerima saluran
dari lobula lain dan kemudian bersatu membentuk saluran utama, yaitu duktus
Wirsungi.

Fungsi pankreas:

1. Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
Getah pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus.
Duktus ini bermuara pada papila veteri yang terletak pada dinding duodenum.
2. Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau-pulau
kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin
yang menyekresikan insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal, cairan pankreas dialirkan ke doudenum yang
berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

14
4. Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans
sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut
hormon insulin dan hormon glukagon. Hormon tersebut di bawa ke jaringan
untuk membantu metabolisme karbohidrat.

2.3 Etiologi
Pada dasarnya warna kekuningan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, antara lain:
a. Produksi bilirubin yang berlebihan misalnya pada pemecahan sel darah merah
(hemolisis) yang berlebihan pada incompabilitas (ketidaksesuaian) darah bayi
dengan ibunya.
b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi
liver.
c. Gangguan proses tranportasi karena kurangnya albumin yang meningkatkan
bilirubin indirek.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan hepar karena infeksi atau
kerusakan sel hepar (kelainan bawaan) (Apriyulan & Dwihestie, 2017).

2.4 Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir
dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Pada
langkah pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme melalui kerja heme
oksigenase, dan terjadi pelepasan besi dan karbon monoksida. Besi dapat
digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida diekskresikan melalui paru-
paru. 2,3,10 Biliverdin yang larut dalam air direduksi menjadi bilirubin yang
hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik (oleh karena ikatan hidrogen
intramolekul). Bilirubin tak terkonjugasi yang hidrofobik diangkut dalam plasma,

15
terikat erat pada albumin. 2,10,11 Bila terjadi gangguan pada ikatan bilirubin
tidak terkonjugasi dengan albumin baik oleh faktor endogen maupun eksogen
(misalnya obatobatan), bilirubin yang bebas dapat melewati membran yang
mengandung lemak (double lipid layer), termasuk penghalang darah otak, yang
dapat mengarah ke neurotoksisitas.
Bilirubin yang mencapai hati akan diangkut ke dalam hepatosit, dimana
bilirubin terikat ke ligandin. Masuknya bilirubin ke hepatosit akan meningkat
sejalan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi ligandin. Konsentrasi ligandin
ditemukan rendah pada saat lahir namun akan meningkat pesat selama beberapa
minggu kehidupan.
Bilirubin terikat menjadi asam glukuronat di retikulum endoplasmik
retikulum melalui reaksi yang dikatalisis oleh uridin difosfoglukuronil
transferase (UDPGT). Konjugasi bilirubin mengubah molekul bilirubin yang
tidak larut air menjadi molekul yang larut air. Setelah diekskresikan kedalam
empedu dan masuk ke usus, bilirubin direduksi dan menjadi tetrapirol yang tak
berwarna oleh mikroba di usus besar. Sebagian dekonjugasi terjadi di dalam usus
kecil proksimal melalui kerja B-glukuronidase. Bilirubin tak terkonjugasi ini
dapat diabsorbsi kembali dan masuk ke dalam sirkulasi sehingga meningkatkan
bilirubin plasma total. Siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi, dekonjugasi, dan
reabsorbsi ini disebut sirkulasi enterohepatik. Proses ini berlangsung sangat
panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas pada hari-hari
pertama kehidupan (Mathindas et al., 2013)

2.5 Manifestasi Klinis


a. Ikterus fisiologis
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus yang cukup
bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan

16
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari
4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
5) Ikterus menghilang pada minggu pertama, selambat-lambatnya 10 hari
pertama setelah lahir
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
b. Ikterus patologis
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2) Kadar bilirubin serum melebihi 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
3) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
6) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (Apriyulan & Dwihestie,
2017)

2.6 Klasifikasi
a. Ikterus Fisiologis
Physiologic jaundice atau ikterus fisiologi yang terjadi pada bayi baru
lahir disebabkan karena imaturitas dari hepar biasanya timbul pada umur
antara 2-5 hari dan hilang pada umur 5-8 hari pada bayi cukup bulan atau
sampai umur 2 minggu pada bayi premature.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis terjadi ketika kadar bilirubin total meningkat lebih
dari 5 mg/dL/hari, melebihi 12 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 10 hingga
14 mg/dL pada bayi kurang bulan dan menimbulkan ikterus yang nyata dalam
24 jam pertama setelah kelahiran.
c. Kern Ikterus

17
Istilah bilirubin encephalopathy lebih menunjukkan kepada
manifestasi klinis yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf pusat
yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuklei batang otak.29 Pada bayi cukup
bulan kadar bilirubin dalam serum 20 mg%/dl dianggap berada pada batas
atas sebelum kerusakan otak dimulai. Hanya satu gejala sisa spesifik pada
bayi yang selamat yakni serebral palsy koreotetoid. Gejala sisa lain seperti
retardasi mental dan ketidakmampuan sensori yang serius bisa
menggambarkan hipoksia, cedera vaskuler, atau infeksi yang berhubungan
dengan kren ikterus sekitar 70% bayi baru lahir yang mengalami krenikterus
akan meninggal selama periode neonatal (Mulyati, 2019)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Bilirubin Serum
a. Ikterus yang nyata apabila didapatkan kadar bilirubin >5mg/dl
b. Kadar bilirubin total pada BBL 12 mg/dl. Dan harus diperhatikan bila >15
mg/dl
c. Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 12,5 mg/dl pada BCB atau
melebihi 10 mg/dl pada BBLR
d. Kadar bilirubin direct tidak melebihi 1 mg/dl
e. Ikterus patologis, jika ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
2. Transcutaneous Bilirubinometry, alat yang digunakan multiwavelength
spectral reflectance untuk tujuan skrining, bukan diagnosis
3. Uji Coombs
a. Untuk memeriksa immunoneonatology pada kasus ikterus yang dicurigai
akibat inkompabilitas golongan darah.
b. Untuk membuktikan adanya antibody yang menyebabkan hemolysis pada
sel darah merah
Uji Coombs ini di bagi 2 :

18
a) Langsung, mendeteksi antibody terikat SDM
b) Tidak langsung, menguji wanita hamil dan uji sebelum transfusi
4. Apusan Darah Tepi
5. Uji Fungsi Hati
a. SGOT dan SGPT meningkat pada penyakit hepatoseluler
b. Alkalin fosfatase dan kadar gamma glutamyltransferase (GGT) :
Meningkat pada penyakit cholestasis
c. Rasio GGT : SGPT >1 sugestif kuat menandakan adanya obstruksi bilier
tapi tidak membedakan antara cholestasis intra dan ekstrahepatik
6. Tes Infeksi Virus dan atau Parasit, tes ini untuk bayi dengan
hepatosplenomegali, petechiae, trombositopenia, atau bukti-bukti lain yang
menandakan penyakit hepatoseluler
7. Analisa Gas Darah, resiko toksisitas bilirubin meningkat dalam keadaan
asidosis, sebagian pada asidosis respiratorik (Sowwam & Aini, 2018)

2.8 Komplikasi
Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum akibat
efek toksis bilirubin tak terkonjungasi terhadap susunan saraf pusat. Penyakit ini
dapat menyebabkan kematian atau apabila bertahan hidup dapat menimbulkan
gejala sisa yang berat. Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu
terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak.
Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi
tidak mau menghisap, letargi mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia
(Apriyulan & Dwihestie, 2017).

19
2.9 Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratorium
1. Anamnese orang tua/keluarga
Meliputi :
Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke berapa, BB/
PB dan alamat, nama orang tua bayi.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang
dapat mempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/
kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
c. Riwayat postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit bayi
tampak kuning.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis).
e. Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan keluarga

20
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua tentang
bayi yang ikterus.
3. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan
lemah) sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi
abdomen dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna
gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses
mungkin lunak/ cokelat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
Bising usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat.
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.
d. Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan
mudah terusik.
e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
f. Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros
fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitis Rh berat.
g. Pernapasan
Riwayat asfiksia
Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi
pulmonal)
4. Pemeriksaan Fisik

21
a. Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
b. Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan
melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi
dengan kulit bersih ( kuning), dapat juga dijumpai cianosis pada bayi
yang hypoksia c
c. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan
adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi
d. Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan
fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan fototerapi, Perut
membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan hepatomegali
dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
e. Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat /
acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan /
atresia saluran empedu
f. Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
g. Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas
menurun, Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia,
echimosis, ikterus pada kulit dan sklera mata.
h. Pemriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan
lainlain menunjukkan adanya tanda- tanda kern – ikterus
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
b. Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi

22
c. Screnning enzim G6PD (glucose 6 phosphate dheydrogenase)
menunjukkan adanya penurunan
d. Screnning Ikterus melalui metode Kramer
e. Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2 mg/dl
f. Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-10,50 mg/dl
g. Pemeriksaan Bilirubin Total >12 mg/dl (Suriadi, 2001)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi.
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding.
4. Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya pengalaman
orang tua.
5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi
bilirubin
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang
disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi
disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan
1. Diagnosa 1
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(Insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi.
Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan/ atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1) Turgor kulit kembali normal
2) Elastisitas kulit baik.

23
3) Membrane mukosa tidak kering.
NOC : Hidrasi
Kriteria Hasil :
1) Turgor kulit kembali normal
2) Elastisitas kulit baik.
3) Membrane mukosa tidak kering.
NIC : Monitor Cairan
Intervensi :
1) Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti
tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang
dengan kedua tangan dan lepaskan (dimana kulit akan turun kembali
dengan cepat jika pasien terhidrasi dengan baik).
2) Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus.
3) Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urine.
4) Monitor asupan dan pengeluaran.
5) Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan (misalnya, kehilangan albumin, luka bakar,
malnutrisi, sepsis, disfungsi hati, paparan panas, infeksi, paska
operasi, muntah, dan diare).
6) Tentukan jumlah dan jenis intake/ asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi.
2. Diagnosa 2
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
Definisi : Rentan mengalami kerusakan epidermis dan/ atau dermis, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1) Suhu kulit
2) Hidrasi
3) Integritas kulit

24
NOC : Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas
normal.
2) Bebas dari cedera kulit atau jaringan.
3) Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.
NIC : Pengecekan kulit
Intervensi :
1) Inspeksi warna, suhu, hidrasi, pertumbuhan rambut, tekstur,
pecahpecah atau luka pada kulit.
2) Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.
3) Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang berlebihan dan
kelembapan.
4) Monitor kulit dan selaput lender terhadap area perubahan warna,
memar, dan pecah.
5) Merubah posisi bayi dengan sering
6) Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
(misalnya melapisi kasur, menjadwalkan reposisi.
3. Diagnosa 3
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding.
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik :
1) Cemas

25
2) Tampak waspada
3) Sangat khawatir
NOC : Kontrol kecemasan diri
Kriteria Hasil :
1) Orang tua tidak tampak cemas.
2) Orang tua mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi.
3) Orang tua aktif dalam partisipasi perawatan bayi.
NIC : Pengurangan Kecemasan
Intervensi :
1) Kenalkan pasien pada orang (atau kelompok) yang telah berhasil
melewati pengalaman yang sama.
2) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
3) Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.
4) Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan.
5) Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut maupun cemas.
6) Yakinkan keselamatan dan keamanan klien.
7) Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi
kecemasan (misalnya, teknik bernafas dalam, distraksi, visualisasi,
meditasi, relaksasi otot progresif, mendengar music music lembut),
jika diperlukan.
4. Diagnosa 4
Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman
orang tua.
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topic tertentu.
Batasan karakteristik :
1) Orang tua tidak memahami kondisi bayi
2) Orang tua tidak memahami alasan pengobatan

26
3) Orang tua tidak berpartisipasi dalam merawat bayi
NOC : Pengetahuan : perawatan bayi
Kriteria hasil :
1) Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan
2) Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan bayi
NIC : Pendidikan orangtua : Bayi
Intervensi :
1) Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir.
2) Edukasi keluarga mengenai prosedur dan perawatan fototerapi.
3) Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi sinar
5. Diagnosa 5
Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi
bilirubin.
Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1) Adanya jaundice
2) Kadar serum bilirubin tinggi
3) Refleks hisap dan menelan kurang
NOC : Respon imun hipersensitif
Kriteria hasil :
1) Serum bilirubin menurun
2) Tidak ada jaundice
3) Refleks hisap dan menelan baik
NIC : Fototerapi : Neonatus
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda (warna) kuning.

27
2) Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protocol atau
permintaan dokter.
3) Tutupi kedua mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan
4) Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi dengan tinggi yang sesuai.
5) Cek intensitas lampu setiap hari.
6) Monitor tanda vital per protocol atau sesuai kebutuhan.
7) Ubah posisi bayi setiap 4 jam per protocol.
8) Monitor kadar serum bilirubin per protocol atau sesuai dengan
permintaan dokter.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan
suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan
elektrolit bayi terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan
partisipasi terhadap rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang
tua.

28
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Ikterus adalah perubahan warna menjadi kuning pada kulit, membrane
mukosa, dan sklera yang disebabkan peningkatan produksi bilirubin di dalam
darah. Keadaan ini menandakan adanya peningkatan produksi bilirubin atau
eliminasi bilirubin dari tubuh yang tidak efektif.
Jenis-jenis ikterus neonatorum ada 3, yaitu :
1. Ikterus Fisiologis
2. Ikterus Patologis
3. Kern Ikterus

Pemeriksaan penunjang pada ikterus neonatorum diantaranya yaitu :

1. Pemeriksaan Bilirubin Serum


2. Transcutaneous Bilirubinometry
3. Uji Coombs
4. Apusan Darah Tepi
5. Uji Fungsi Hati
6. Tes Infeksi Virus dan atau Parasit
7. Analisa Gas Darah,

Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum akibat


efek toksis bilirubin tak terkonjungasi terhadap susunan saraf pusat. Penyakit ini
dapat menyebabkan kematian atau apabila bertahan hidup dapat menimbulkan
gejala sisa yang berat. Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu

29
terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak.

Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi
tidak mau menghisap, letargi mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia

3.2 Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu
kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali memahami ikterik
neonatorum secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu dirumah sakit
maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi tubuh akibat kurangnya
aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung sebagai pusat
kehidupan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Apriyulan, M., & Dwihestie, L. K. (2017). Hubungan Frekuensi Pemberian ASI


dengan Derajat Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta. Jurnal Unisa, 1–6.

C.Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.
Jurnal Biomedik (Jbm), 5(1). https://doi.org/10.35790/jbm.5.1.2013.2599

Mulyati, N. I. & U. W. 3. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien


Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. University Research Colloqium, 203–212.

Sowwam, M., & Aini, S. N. (2018). Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin


Pada Asuhan Keperawatan Ikterus Neonatorum. Jurnal Keperawatan CARE,
8(2), 82–90.

Yuliawati, D., & Astutik, R. Y. (2018). HUBUNGAN FAKTOR PERINATAL DAN


NEONATAL TERHADAP KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM( The
Relationship Between Perinatal And Neonatal Factors on The Neonatal Jaundice
). Jurnal Ners Dan Kebidanan, 5(2), 83–89.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.ART.p083

31
32
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

Kasus

By. Z (5 hari) di rawat di ruag perinatology dengan terapi foto terapi. Menurut ibunya
Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya tampak kuning. Pada saat di
kaji usia bayi Z sudah 5 hari, tampak ikterik seklera, kepala badan bagian atas dan
bawah, lengan dan kaki dan lutut, reflex sucking lemah, klien tampak lemah, kulit
tampak agak kering, terpasang infus, urin tampak pekat dan feases seperti dempul.
Hasil Lab : 15 mg/dl, peningkatan bilirubin total > 0,5 mg/dl/jam. Saat dilakukan
pengkajian pada ibunya : Ny. A mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan 36
mg, selain itu Ny. A mengatakan dia mempunyai riwayat kencing manis.

A. Pengkajian
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)

a. Identitas Klien

Nama : By. Z

Umur : 5 hari

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. A

Hub.Dengan Klien : Ibu Klien

33
II. Alasan datang ke Rumah Sakit
Ibu klien membawa anaknya By. Z ke rumah sakit karena menurut ibunya
sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya tampak kuning

III. Keluhan Utama

Kulit tampak kuning

IV. Riwayat Penyakit Sekarang

V. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Riwayat Reproduksi (Kehamilan dan Kelahiran)

Usia kandungan ketika melahirkan 36 minggu

Ibu memiliki riwayat kencing manis

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu memiliki riwayat kencing manis

34
VII. Pemeriksaan Fisik

a. Penampilan Umum

- Klien tampak lemah


- Kulit tampak agak kering

b. Pemeriksaan Head to toe

1. Muka
a) Mata
- Ikterik sklera
2. Ekstremitas
- Kepala badan bagian atas dan bawah, lengan dan kaki dan lutut
lemah
- Refleks sucking lemah
- Terpasang infus

VIII. Data Penunjang

1. Therapi foto therapi

2. Hasil Lab : 15 mg/dl

3. Peningkatan bilirubin total > 0,5 mg/dl

4. Urin tampak pekat

5. Feses seperti dempul

35
IX. ANALISA DATA
No. Data Senjang Etiologi (Interpretasi data) Masalah
Keperawatan
1. Data Subjektif Hiperbilirubinemia Resiko Injury
(DS)
-Lahir pada usia
kehamilan 36 Otak
minggu

Kern Ikterus
Data Objektif
(DO)
-Kulitnya tampak Resiko Injury
kuning
-Peningkatan
bilirubin total >
0,5 mg/dl/jam
-Refleks sucking
lemah
-Hasil Lab : 15
mg/dl
-Ikterik sclera

2. Data Subjektif Fungsi organ belum mature Resiko gangguan


(DS) integritas kulit
-
Konjugasi bilirubin belum
Data Objektif baik
(DO)
-Kulit tampak
agak kering Hiperbilirubin
-Kulit tampak
kuning
-Peningkatan Fototerapi
bilirubin total >
0,5 mg/dl/jam
-Terapi Fototerapi Resiko gangguan
integritas kulit

3. Data subjektif Faktor ibu DM Kekurangan volume


(DS) cairan
-Ny. A

36
mempunyai Bayi lahir premature
riwayat kencing
manis
- Lahir pada usia Refleks Sucking lemah
kehamilan 36
minggu
Intake oral tidak adekuat

Data Objektif
(DO) Sulit menelan
-Kepala badan
bagian atas dan
bawah, tangan Kekurangan volume
dan kaki dan lutut cairan
lemah
-Sucking reflex
lemah
-Klien tampak
lemah
-Urin tampak
pekat dan feses
seperti dempul
-Terpasang infus

B. Diagnosa Keperawatan
- Risiko injury berhubungan dengan Hiperbilirubinemia
- Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan Fungsi organ belum
mature
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Faktor ibu DM

C. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA INTERVENSI

37
RENCANA
O KEPERAWATAN TUJUAN RASIONAL
TINDAKAN
Risiko injury Tujuan :

1. berhubungan Tempatkan neonatus


Bayi akan bebas Mencegah iritasi
dengan pada jarak 40-45 cm
dari cedera selama yang berlebihan.
Hiperbilirubinemia dari sumber cahaya.
dalam perawatan

Kriteria Hasil :
1. Serum
bilirubin Biarkan neonatus

menurun: direct dalam keadaan


(0,60 menjadi telanjang, kecuali
0,20), indirect pada mata dan

(18,20 menjadi daerah genetal serta Mencegah


18,09), total bokong ditutup paparan sinar

(18,80 menjadi dengan kain yang pada daerah yang

18,05) dapat memantulkan sensitif

2. Tidak ada cahaya usahakan

ikterus pada agar penutup mata

wajah, leher, tidak menutupi

sampai dengan hidung dan bibir.


bagian atas
lutut dan siku
tangan
berkurang Matikan lampu, buka Pemantauan dini
penutup mata untuk terhadap
mengkaji adanya kerusakan daerah

38
konjungtivitis tiap 8
jam
mata

Memberi
Buka penutup mata
kesempatan pada
setiap akan
bayi untuk
disusukan.
kontak mata
dengan ibu

Risiko gangguan Tujuan   :

2. integritas kulit Monitor warna dan Warna kulit


Diharapkan
berhubungan keadaan kulit setiap yang terus
integritas kulit
dengan Fungsi 4-8 jam kekuningan
kembali baik/
organ belum mature sampai jingga
normal.
dan bertambah
luas daerah
kekuningan
Kriteria hasil:
secara perlahan
1,Kadar bilirubin menandakan
dalam batas normal konsentrasi
( 0,2 – 1,0 mg/dl ) bilirubin indirek

2.Kulit tidak dalam darah


tinggi.

39
Monitor keadaan
bilirubin direk dan Untuk
indirek (kolaborasi mempertahankan
dengan dokter dan keseimbangan
analis) cairan dalam
batas normal.

berwarna kuning/
warna kuning mulai Menghindari
Ubah posisi bayi
berkurang adanya
menjadi miring atau
penekanan pada
3.Tidak timbul lecet tengkurap setiap 2
kulit yang terlalu
akibat penekanan jam dengan
lama pada bayi
kulit yang terlalu dilakukan massage
untuk mencegah
lama.. dan berbarengan
terjadinya
dengan memonitor
keadaan kulit.
dekubitus atau
irtasi pada kuit
bayi.

Jaga kebersihan kulit


dan kelembaban Untuk
kulit. menghindari
adanya infeksi

40
Kekurangan volume

3. cairan berhubungan Tujuan : Berat badan bayi


dengan Faktor ibu normal akan
DM semakin
Diharapkan
kebutuhan cairan bertambah atau

tubuh terpenuhi tetap. Kurang

secara adekuat Pantau masukan dan penambahan


haluan cairan, berat badan pada
timbang berat badan bayi sebagai
bayi 2 kali sehari indikator
kurangnya
Kriteria Hasil :
volume cairan
dalam tubuh.
1.Intake dan output
cairan seimbang

2.Turgor kulit baik


Peningkatan
kehilangan air
melalui feses dan
Perhatikan tanda- evaporasi dapat
tanda dehidrasi menyebabkan
dehidrasi.

Tingkatkan masukan Meningkatkan


cairan per oral, input cairan
dengan memberi air sebagai

41
kompensasi
pengeluaran
feces yang encer
sehingga
diantar menyusui
mengurangi
atau memberi susu
risiko bayi
botol
kekurangan
cairan.

Periksa turgor kulit


dengan memegang
jaringan sekitar
tulang seperti tangan Turgor kult yang
atau tulang kering, buruk, tidak
mencubit kulit elastis
dengan lembut, merupakan
pegang dengan kedua indikator adanya
tangan dan lepaskan kekurangan
(dimana kulit akan volume cairan
turun kembali tubuh.
dengan cepat jika
pasien terhidrasi
dengan baik).

42

Anda mungkin juga menyukai