Di susun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Semoga Resume ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun Resume ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Patofisiologi...................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis..........................................................................................6
2.4 Etiologi...........................................................................................................8
2.5 Klasifikasi......................................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................9
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................10
2.8 Komplikasi...................................................................................................11
2.9 Asuhan Keperawatan.................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................21
3.2 Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi TORCH (toxoplasma, Other Disease, cytomegalovirus, dan H
erpesSimplexs Virus ), merupakan beberapa jenis infeksi yang bias dialami oleh
wanita yang akanataupunsedanghamil.Infeksi ini dapat menyebabkan cacat bayi
akibat terjadinya penularan dari ibu ke bayi pada saat hamil ( Roza E, 20016).
Infeksi TORCH pada ibu hamil sering kali tidak menimbulkan gejala atau
simtomatik, tetapi dapat memberkan dampak serius bagi janin yang
dikandungnya. Dampak klinis dapat berupa Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B. infeksi TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan beserta keluhan yang dapat dirasakan oleh berbagai
rentang usia mulai dari ibu anak-anak sampai dewasa. Ibu hamil yang terinfeksi
pun dapat menyebabkan kelainan pada bayinya berupa cacat fisik dan mental
yang beragam serta keguguran. Infeksi Torch dapat menyebabkan 5-10 %
keguguran dan kelainan kongenital pada janin. Kelainan congenital dapat
menyerang semua jaringan mapun organ tubuh termasuk system sarafpusat dan
perifer yang mengakibatkan gangguan penghlihatan, pendengran, system
kardiovaskuler dan metabolisme tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi TORCH !
2. Bagaimana Patofisiologi TORCH ?
3. Apa saja Manifestasi Klinis TORCH ?
4. Bagaimana Etiologi TORCH ?
5. Jelaskan Klasifikasi TORCH !
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang TORCH ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan TORCH ?
8. Apa saja Komplikasi TORCH ?
1
9. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada Kasus TORCH !
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi TORCH
2. Untuk mengetahui Patofisiologi TORCH
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis TORCH
4. Untuk mengetahui Etiologi TORCH
5. Untuk mengetahui Klasifikasi TORCH
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang TORCH
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan TORCH
8. Untuk mengetahui Komplikasi TORCH
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus TORCH
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar teori mengenai penyakit TORCH
dan dapat menyusuh Asuhan Keperawatan TORCH dengan baik dan benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan
HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan
virus Coxsackie-B).
a. Toxoplasma gondii (toxo)
Toxoplasma merupakan parasit protozoa Toksoplasmosis adalah infeksi pada
manusia yang ditimbulkan oleh parasit protozoa (organisme bersel satu)
Toxoplasma gondii ( T. gondii). Parasit ini seringkali terdapat pada kotoran
kucing atau daging yang belum matang. Infeksi parasit T. gondii pada orang
yang sehat umumnya tidak membahayakan, karena sistem kekebalan tubuh
dapat mengendalikan infeksi parasit ini. Namun, penanganan medis serius
perlu dilakukan jika infeksi ini menyerang seseorang dengan sistem imunitas
rendah atau ibu hamil, guna menghindari komplikasi yang berat.
b. Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam
merah pada kulit. Rubella umumnya menyerang anak-anak dan remaja.
Menurut data WHO, pada tahun 2016 di Indonesia terdapat lebih dari 800
kasus rubella yang sudah terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan sangat
mudah. Penularan utamanya dapat melalui butiran liur di udara yang
dikeluarkan penderita melalui batuk atau bersin. Berbagi makanan dan
minuman dalam piring atau gelas yang sama dengan penderita juga dapat
menularkan rubella. Sama halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau
mulut Anda setelah memegang benda yang terkontaminasi virus rubella.
3
c. Cytomegalo Virus
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat menginfeksi
manusia dan menimbulkan penyakit. Infeksi CMV biasanya tidak berbahaya
dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan karena sistem kekebalan tubuh
bisa mengendalikan infeksi virus tersebut. Namun, begitu tubuh terinfeksi
virus CMV, virus tersebut dapat bertahan seumur hidup dalam tubuh
penderita, dan masalah kesehatan serius dapat terjadi pada orang dengan
sistem imunitas yang lemah, seperti pasien pasca operasi tranplantasi organ
atau penderita HIV, serta bayi yang terpapar virus ini dari air susu ibu. Infeksi
cytomegalovirus dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita, seperti air
ludah, darah, atau urine. Penularan tersebut terjadi saat virus dalam keadaan
aktif, misalnya ibu hamil yang terinfeksi virus CMV aktif dapat menularkan
virus ini pada janinnya. Kondisi ini disebut CMV bawaan.
Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi
cytomegalovirus. Meskipun demikian, pemberian obat-obatan, seperti obat
antivirus, dapat meredakan gejala yang terjadi pada penderita.
d. Herpes Simplex Virus
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya
lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah
herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi
pada daerah mulut, wajah, dan kelamin ( herpes genitalia ).
2.2 Patofisiologi
a. Toxoplasma
Mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagilagi menjadi 9 tingkat
siklus: fase proliferatif, stadium kista, fase schi&ogoni,gematogoni, dan fase
ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi danstadium kista. fase ini
dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkansiklus seksual secara
4
spesifik hanya terdapat pada kucing. kucing menjaditerinfeksi setelah ia
memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. kista dalamtubuh kucing
dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan denganimunutas
tubuh.
b. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar
keseluruhtubuh. dari saluran pernafasan inilah !irus akan menyerang ke
sekelilingnya. faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin
akan tetapmengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu
diperhatikan dalam peralatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk
mencegah terjadinya penularan.
c. Cytomegalo virus
Masa inkubasi CMV
Setelah lahir 3-12 minggu
Setelah tranfusi 3-12 mingguc setelah transplatasi 4 minggu 4 8 buland.
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahunsetelah infeksi. virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh
seseorangtetapi masih dapat diaktifkan kembali. hingga kini beluum ada
imunisasiuntuk mencegah penyakit ini.
d. Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-1 atau herpes genital
ditularkanmelalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti
bercak denganluka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dankekuningan pada kulit 'jaundice( dan kesulitan bernafas atau
kejang.Biasanyahilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah
yang paling berat dandimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang
5
timbul meliputi nyeri,inflamasi dan kemerahan pada kulit 'eritema(, dan
diikuti dengan pembentukangelembung$gelembung yang berisi cairan bening
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan
pembentukan keropeng atau kerang (scab).
6
Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi
terjadisebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan
satu-satunya gejala yang timbul.
Gangguan jantung meliputi PDA, VSD, dan stenosis katup pulmonal.
Gangguan mata : katarak dan glukoma. Kelainan ini jarang
berdirisendirid.
c. Cytomegalovirus
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa
pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia.
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi
setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis(trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif(trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Petekia
dan ekimosis, Hepatosplenomegali, Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia
langsun, Retardasi pertumbuhan intrauterine, Prematuritas, Ukuran kecil
menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
• Purpura.
• Hilang pendengaran.
• Korioretinitis; buta.
• Demam.
• Kerusakan otak.
d. Herpes Simpleks
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagidalam 2
bentuk yaitu :
Infeksi primer yang biasanya disertai gejala (simtomatik) meskipun dapat
pula tanpa gejala (asimtomatik). Keadaan tanpa gejala kemungkinan
karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang
7
dandiperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa
inkubasi yang khas selama 3-6 hari yang diikuti dengan erupsi papuler
dengan rasagatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan
pembentukan
vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu.
Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, partikel-
partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang
berhubungandan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama.
Infeksi latendimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf
secara berkalaakan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi
rekuren yangmengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis
(pelepasan virus)dengan atau tanpa lesi yang simtomatik.
2.4 Etiologi
a. Toxoplasma
Disebabkan oleh parasit yang disebut juga toxoplasma gondi. parasit tersebut
dapat ditemukan pada hampir dan unggas yang berdarah panas. Contoh: pada
saat berkebun ataua saat membenahi tanaman diperkarangan, kemudian
tangan yang masih belum membersihkan melakukan kontak dengan mulut.
b. Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1996, rubella pernah
menjadi endemic di bnayak negara didunia, virus ini menyebar melalui
droplet.
c. Cytomegalovirus
Terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh penerita seperti air seni,
air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Dan bisa juga terjadi karena
transplantasi organ. namun kebanyakan penularan terjadi akibat.
d. Herpes
8
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media
kultur, antigenic, dan lokasi klinis ( tempat predileksi )
2.5 Klasifikasi
Infeksi Torch merupakan singkatan dari:
1) T- Toxoplasmosis / toxoplasma gondii
2) O- Other infections (see below)
Huruf O nerujuk pada other agent atau penyebab lain termasuk :
1. Coxsackievirus
2. Chickenpox atau cacar air disebabkan oleh varicella zoster virus
3. Parvovirus
4. Chlamydia
5. HIV
6. Human T-lymphotropic virus
7. Syphilis
8. Hepatitis B juga dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan vertikal,
tetapi virus hepatitis B berukuran besar dan tidak dapat menembus ke plasenta,
sehingga tidak dapat menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibu-
bayi, misalnya pada pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis
3) R- Rubella
4) C- Cytomegalovirus
5) H- Herpes simplex virus-2 atau neonatal herpes simplex
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi
infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan virus Herpes. Cara mengetahui infeksi TORCH
adalah dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan
pemeriksaan :
9
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
c. Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi
Cytomegalovirus)
d. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
2.7 Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T.
gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya. Pirimetamin dan sulfonamide,
Spiramisin adalah antibiotic makrolid, Klindamisin Azitromisin
b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat diberikan bagi
orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh
diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian
vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan
dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
d. Herpes Simpleks Virus
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu
terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah
pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan
secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk
SC. Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal
10
dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka
bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Darah yang menumpuk di bawah kulit (hematoma/ lebam)
3. Infeksi
4. janin mengalami kecacatan seperti kelainan pada saraf, mata, kelainan otak,
paru-paru, telinga dan fungsi motorik lainnya; menyebabkan bayi lahir prematur,
sehingga berisiko mengalami cacat bawaan yang menetap seperti asma,cerebral
palsy, dan masalah perkembangan otak anak.
5. Kematian janin.
6. keguguran
7. keterlambatan pertumbuhan perkembangan fisik dan mental anak
11
binatang. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa janin tidak berkembang.
Klien syok dan sedih mendengar hal tersebut. Klien berulang kali bertanya
kepada dokter dan perawat kenapa ia mengalami kondisi ini. Hasil pemeriksaan
lab menunjukkan, anti body Ig G dan Ig M (+). Klien direncanakan untuk
menjalani pemeriksaan lanjutan.
12
Klien mengeluh perdarahan
b) Keluhan saat masuk RS
Perdarahan terjadi sejak 3 hari lalu bermula dari flek
kecoklatan kemudian bertambah banyak dan berwarna
kemerahan
c) Keluhan utama saat dikaji
13
3. Mata
Pada saat diinspeksi konjungtivaklien anemis
5. Mulut
Pada saat diinspeksi mukosa bibir kering
6. Pemeriksaan Janin
Pada saat di USG menunjukkan bahwa janin tidak berkemag
f. Data Psikologis
1) Kecemasan
Klien tampak syok dan sedih mendengar pernyaatan bahwa janin
dalam kandunganya tidak berkemag. Klien berulang kali bertanya
kepada dokter dan perawat kenapa ia mengalami kondisi ini.
g. Data Penunjang
B. ANALISA DATA
14
- TTV: Terjadinya proses
TD : 100/60 mmHg infeksi
RR : 22 x/menit ↓
HR : 84 x/menit Peningkatan suhu tubuh
S : 37,9 C ↓
- Mukosa bibir kering Hipertermi
- Konjungtiva anemis
2. DS : Virus masuk melalui Resiko Infeksi
- Klien mengeluh saluran pernafasan
myalgia ↓
- Klien mengeluh demam Menyebar ke seluruh
- Klien mengatakan tubuh
dirinya memelihara ↓
binatang Resiko Infeksi
DO :
- Suhu : 37,9 C
- Limfadenopati (+)
- Anti body Ig G dan Ig
M (+)
3. DS : TORCH Ansietas
- Klien berulang kali ↓
bertanya kepada dokter Tidak mengetahui
dan perawat kenapa ia prognosis penyakit
mengalami kondisi ini ↓
- Klien mengeluh Kurangnya informasi
pendarahan yag adekuat
↓
DO : Perubahan status
- Klien tampa syok dan kesehatan
15
sedih ↓
- Klien tampak lemah Gelisah
- TTV : ↓
RR : 22 x/menit Ansietas
N : 84 x/menit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses penyakit
2. Resiko Infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
16
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
17
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 7. Untuk menurunkan
cairan dan eletrolit suhu tubuh
2. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
peningkatan paparan kep selama 2x24 jam maka 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
organisme pathogen diharapkan resiko infeksi infeksi local dan sistemik tanda dan gejala infeksi
DS : menurun dengan criteria Terapeutik
- Klien mengeluh myalgia hasil : 1. Cuci tangan sebelum dan 2. Untuk mencegah terjadi
- Klien mengeluh demam 1. Kebersihan tangan sesudah kontak dengan nya infeksi
- Klien mengatakan dirinya meningkat pasien dan lingkungan
memelihara binatang 2. Kebersihan badan pasien
3. Untuk mencegah
DO : meningkat 2. Perthan akan tekhnik
terjadinya peningkatan
- Suhu : 37,9 C 3. Demam menurun septic tinggi pada pasien
resiko infeksi
- Limfadenopati (+) 4. Kemerahan menurun beresi kotinggi
- Anti body Ig G dan Ig M 5. Nyeri menurun Edukasi
4. Untuk mencegah
(+) 6. Kadar sel darah putih 1. Ajarkan cara mencuci
terjadinya infeksi
membaik tangan dengan benar
Kolaborasi
1. Berikan imunisasi, jika
5. Untuk mecegah
perlu
terjadinya infeksi
18
3. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan intervensi Observasi
terpapar informasi selama 2 x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
DS : cemas menurun Dengan mengambil keputusan apakah pasien bias
- Klien berulang kali criteria hasil : mengambil keputusan
bertanya kepada dokter 1. Verbalisasi kebingungan Terapeutik secara rasional
dan perawat kenapa ia menurun 1. Ciptakan suasana 2. Untuk menurunkan
mengalami kondisi ini 2. Verbalisasi khawatir terapeutik untuk tingkat kecemasan
- Klien mengeluh akibat kondisi yang menumbuhkan pasien
pendarahan dihadap imenurun kepercayaan
3. Perilaku gelisah menurun 2. Pahami situasi yang 3. Agar psien tidak cemas
DO : 4. Perilaku tegang menurun membuat ansietas dengar yang berlebiihan
- Klien tampa syok dan 5. Frekuensi nadi menurun kandengan penuh
sedih 6. Konsentrasi membaik perhatian
4. Agar ansietas semakin
- Klien tampak lemah 3. Gunakan pendekatan yang
berkurang
- TTV : tenang dan meyakinkan
RR : 22 x/menit Edukasi
5. Karena keluarga
N : 84 x/menit 1. Anjurkan keluarga untuk
merupakan support
tetap Bersama pasien
utama
6. Untuk mengetahui apa
2. Jelaskan secara factual
19
mengenai diagnosis, yang terjadi saat ini
pengobatan dan prognosis
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 7. Untuk mngurangi
obatan tlansietas jika tingkat cemas pasien
perlu.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV). Tanda dan gejala yang
ditimbulkan dari masing-masing penyakit, yaitu : Toxoplasmosis (Sakit Kepala,
Lemah, Sulit berpikir jernih, Demam), Rubella (Demam ringan, Merasa
mengantuk, Sakit tenggorok, Kelenjar leher membengkak), Cyto Megalo Virus
(Petekia dan ekimosis, Hepatosplenomegali, Ikterus neonatorum,
hiperbilirubinemia langsung), Herpes Simplex Virus (Timbul erupsi bintik
kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis). Pemeriksaan
TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi TORCH,
yang disebabkan oleh parasit toxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan virus Herpes.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami
pembahasan teoritis tentang penyakit TORCH. Dan bagi perawat sendiri
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai
dengan kondisi klien yang di rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat
yang tidak memberikan pelayanan yang baik bagi klien.
21
DAFTAR PUSTAKA
22