DI SUSUN OLEH:
1. DESTA ROSARI
2. TRI SUSILAWATI
3. HERDA
4. WINILASARI
5. RANGGA
Assalamuallaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan
para sahabatnya. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya juga kita dapat
mengetahui dan menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perawatan Bayi
Dengan Inkubator. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik, saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yang
telah memberi masukan dalam pembuatan makalah ini serta semua pihak yang
telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami berharap semoga
dengan makalah ini kita semua lebih memahami isi yang terkandung di
dalamnya.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon
ampun. Wassalam.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
perhatian medis pada bayi baru lahir. Pewarnaan kuning pada kulit dan
sklera pada bayi baru lahir dengan penyakit kuning adalah hasil dari
mg%).
fenomena 2/3. Fenomena ini terdiri dari 2/3 kematian bayi (berusia 0-1
tahun) terjadi pada umur kurang satu bulan (neonatal), 2/3 kematian
neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3
Malaysia pada tahun 2010 menemukan sekitar 75% bayi baru lahir
selama tahun 2010, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir
sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan
1
kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan.
cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8%
128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan
gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia
melalui sawar otak, sehingga bisa terjadi kern ikterus atau enselopati
2
billiaris yang bisa mangakibatkan atetosis disertai gangguan pendengaran
dan retardasi mental dikemudian hari. Oleh karena itu semua penderita
pemberian obat seperti luminal atau agar. Pemberian substrat yang dapat
bilirubin.
Hyperbilirubin.
3
4. Bagaimana penatalaksanaan medis pada bayi ikterus neonatorum ?
neonatorum ?
neonatorum
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
konjugasi dan ekskresi bilirubin. Untuk bayi cukup bulan yang paling
mg/dL) antara hari ketiga dan keenam hidup dan penurunan pada hari-hari
berikutnya.
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada
1. Ikterus fisiologis
Timbul pada hari ke-2 dan ke-3 dan tidak disebabkan oleh kelainan
kecacatan pada bayi. Ikterus ini biasanya akan menghilang pada akhir
5
2. Ikterus patologis
hiperbilirubin
2.1.3 Etiologi
neonatus antara lain usia kehamilan, berat badan bayi, jenis persalinan,
1. Usia Kehamilan
Kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 75% pada
bayi yang dilahirkan cukup bulan dan 50% pada bayi yang dilahirkan
kurang bulan
2. Jenis persalinan.
5,8%.
terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu: 34,5% dan
62,5% pada berat badan lahir normal. Hal ini disebabkan neonatus
6
yang tinggi, selain itu juga produksi bilirubin relatif lebih tinggi
Sedangkan berat badan lahir rendah atau bayi dengan berat badan
hepar yang belum matang atau terdapat gangguan dalam fungsi hepar
4. Golongan Darah
negatif dan anaknya rhesus positif atau bila ibu golongan darah O
7
b. Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
2.1.5 Patofisiologi
kuning.
8
Billirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi ketika kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Kondisi lain
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
bilirubin melewati sawar darah otak tidak hanya tergantung pada kondisi
neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati sawar darah otak saat
9
2.1.6 Pemeriksaan Fisik
Salah satu pemeriksaan derajat ikterus pada bayi baru lahir secara
tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut,
dan sebagainya. Tempat yang ditekan itu akan tampak pucat dan kuning.
2.1.7 Diagnosis
10
dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan
dl)
bayi terlebih apabila bayi lahir secara prematur. Hal ini disebabkan
oleh tubuh bayi yang tidak dapat memecah sel darah merah secara
11
3. Pemberian ASI
dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti
4. Terapi Obat-Obatan
2.1.9 Komplikasi
akibat adanya bilirubin indirect pada otak. Kern ikterus ditandai dengan
kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20 mg% pada bayi cukup bulan atau >
18 mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan
12
otak berupa mata berputar, letargi, kejang tak mau mengisap, tonus otot
2.1.10 Pencegahan
1. Nasehati Ibu:
dll)
oksitosin.
8. Pencegahan infeksi.
2.2 Fototerapi
2.2.1 Definisi
13
dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah
larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam
usus.
2.2.2 Indikasi
pada neonatus dengan kadar bilirubin indirect lebih dari 10mg % sebelum
toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. Cahaya yang
tanpa perlu konjugasi. Energy sinar dari foto terapi mengubah senyawa
14
1. Pastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada pada posisinya.
Hal ini mencegah cedera pada bayi jika lampu pecah dan membantu
tabung tersebut.
b. Ganti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau setelah tiga bulan,
5. Gunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator,
dan letakkan tirai putih disekitar tempat area tempat unit diletakkan
a. Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi telanjang pada
pelbet atau tempat tidur. Letakkan atau jaga bayi kecil dalam
inkubator.
15
subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat
diekskresikan.
16
3. Pastikan bayi diberi makan :
jam :
menjadi encer dan urin saat bayi mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak
bilirubin.
5. Dengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasi , inspeksi
atau encer.
17
6. Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:
a. Pindahkan bayi dari unit foterapi hanya selama prosedur yang tidak
7. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai
8. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari.
fontanel tertekan, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk, dan
menyebabkan dehidrasi.
rendah.
18
b. Jika bilirubin serum mendekati kadar yang membutuhkan tranfusi
tukar atau pemindahan dan segera rujuk bayi kerumah sakit tersier
10. Jika serum bilirubin tidak dapat diukur, hentikan fototerapi setelah tiga
metode klinis.
12. Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan
bayi.
13. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi
19
2.2.6 Efek Samping Fototerapi
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam
usus.
diradiasi. Penyinaran area kulit permukaan besar lebih efisien dari pada
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta.
Salemba Medika
FKUI. (2007). Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan anak. Jakarta. Info Medika
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Ilmu kesehatan anak. Jakarta. Salemba Medika
Kosim, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Cetakan 3., Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI)
22