Kelompok 5:
M. Efendi (20181660025)
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HISPRUNG”
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan makalah
ini, namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Jika dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masalah, maka kami mohon maaf. Kami
menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Lebih dan kurangnya kami
ucapkan terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. DEFINISI 6
B. ETIOLOGI 6
C. PATOFISIOLOGI 6
D. MANIFESTASI KLINIS 7
E. KOMPLIKASI 8
F. PENATALAKSANAAN MEDIS 9
G. PENCEGAHAN 12
H. WEB OF CAUTION (WOC) 13
A. PENGKAJIAN 14
B. MASALAH KEPERAWATAN 15
C. INTERVENSI KEPERAWATAN 17
D. DISCHARGE PLANNING 19
BAB 4 PENUTUP
A. KESIMPULAN 21
B. SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB 1
PENDULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hisprung disebabkan oleh tidak terdapatnya sel ganglion
parasimpatis dari pleksus aurbach di kolon. Sebagian besar segmen yang
aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi
hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih proksimal (Staf
Pengajar FKUI, 2000, 1134-1135).
Penyakit hisprung pada tahun 1888, misprung melaporkan 2 kasus bayi
meninggal dengan perut yang kembung dengan kolon yang snagat melebar dan
penuh masa feses. Penyakit ini disebut mega colon kongenitum dan merupakan
kelainan yang sering dijumpai sebagai obstruksi usus pada neonatus. Pada
penyakit ini, tidak dapat pleksus mienterik sehingga bagian usus yang
bersangkutan tidak dapat mengembang. Setelah penemuan kelainan histolgik ini,
barulah muncul teknik operasi yang rasional untuk penyakit ini (Nelson, 2012,
edisi 15, vol 2).
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi
hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juat dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit hisprung. Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1:5000
kelahiran hidup laki-laki lebih banyak yang diserang di bandingkan perempuan
(4:1). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi
prematur. Penyakit ini mungkin di sertai dengan cacat bawaan dan termasuk
sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
Selain pada anak, penyakit ini di temukan tanda dan gejala yaitu adanya
kegagalan mengeluarkan meconium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir,
muntah berwarna hijau dan konstipasi factor penyebab penyakit hisprung diduga
dapat terjadi karena faktor genetik dan factor lingkungan.
Oleh sebab itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema,
4
rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan
terapeutik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Hisprung
2. Bagaimana Etiologi dari Hisprung
3. Bagaimana Patofisiologi dari Hisprung
4. Apa saja Manifestasi Klinis dari Hisprung
5. Apa saja Komplikasi dari Hisprung
6. Bagaimana Penatalaksanaan untuk Hisprung
7. Bagaimana cara Pencegahan dari Hisprung
8. Bagaimana Web Of Caution dari Hisprung
9. Apa saja Asuhan Keperawatan pada Hisprung
10. Apa saja Diagnosa Keperawatan Hisprung
11. Apa saja Intervensi Keperawatan pada Hisprung
12. Bagaimana Discharge Planning dari Hisprung
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan
mengenai Hisprung (Mega Colon).
2. Tujuan khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai Hisprung (Mega
Colon).
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).
Hisprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis
pada usus, dapat dari colon sampai usus halus (Ngastiyah, 2005:219).
Hisprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong
(peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden,
2002:197).
B. Etiologi
Penyakit hisprung terjadi ketika saraf di usus besar tidak terbentuk dengan
sempurna. Saraf ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus besar. Oleh
sebab itu jika saraf usus besar tidak terbentuk dengan sempurna maka usus besar
tidak dapat mendorong feses keluar. Penyebab dari hisprung yang sebenarnya
tidak diketahui, tetapi hisprung atau Mega Colon di duga terjadi karena:
1. Factor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrome.
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi,kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
6
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang
rusak pada Mega Colon (Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke
segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut yang dapat
menyebabkan terdilatasimya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu
karena terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar
(Price, S & Wilson, 1995:141).
D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bias mengeluarkan meconium dalam 24-28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen (Nelson, 2000:317).
Gejala penyakit hisprung adalah obstruksi usus letak rendah. Bayi
dengan penyakit hisprung dapat menunjukkan gejala klinis yakni obstruksi total
saat lahir dengan muntah dan distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
meconium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu
atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan
entrokolitis dengan diare, distensi abdomen atau demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila sudah
timbul enterokolitis nikrotikans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau
busuk yang dapat berdarah (Nelson, 2002 : 317).
Gejala penyakit Hisprung menurut (Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197) :
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan meconium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak-anak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
7
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat di palpasi
f. Gagal tumbuh
g. Tampak kurang nutrisi dan anemi
E. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit Hisprung
adalah:
1. Enterokolitis nekrotikans
Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
2. Pneumatosis usus
Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses perikolon
Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5. Septicemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dinding usus.
8
Gerakan muskulus sfingter ani tidak pernah mengadakan gerakan kontraksi
dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada 2 tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu:
1. Temporary ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2. Pembedahan koreksi di selesaikan atau dilakukan lagi, biasanya saat berat
anak mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama.
Perawatan prabedah
9
1) Muntah
2) Peningkatan nyeri tekan
3) Distensi abdomen
4) Iritabilitas
5) Gawat pernafasan (dispnea)
d. Pantau adanya tanda-tanda anterokolotis
e. Ukur lingkaran perut setiap 4 jam (untuk mengkaji distensi abdomen)
4. Pantau reaksi bayi terhadap persiapan prabedah
a. Enema sampai bersih (untuk membersihkan usus sebelum pembedahan)
b. Pasang selang intravena (IV)
c. Pasang kateter foley
d. Obat prabedah
e. Uji diagnostic
f. Dekompresi lambung dan usus {selang nasogastrik (NG) atau selang
rektal}
g. Puasa selama 12 jam sebelum operasi
Perawatan pascabedah
1. Pantau dan laporkan status pascabedah anak
a. Auskultasi kembalinya bising usus
b. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam sampai stabil, kemudian setiap 4
jam (tergantung protocol rumah sakit)
c. Pantau adanya distensi abdomen (pertahankan kepatenan selang NG)
2. Pantau status hidrasi anak (tergantung status anak dan protocol rumah sakit)
a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
b. Ukur dan catat drainase nasogastric
c. Ukur dan catat drainase colostomi
d. Ukur dan catat drainase kateter foley
e. Pantau infus IV (jumlah, kecepatan, ifiltrasi)
f. Observasi adanya gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia atau
hipokalemia)
10
3. Observasi dan laporkan adanya tanda-tanda komplikasi
a. Obstruksi usus karena perlengketan, volvulus, atau intususepsi
b. Kebocoran pada anastomosis
c. Sepsis
d. Fistula
e. Enterokolitis
f. Frekuensi defekasi
g. Konstipasi
h. Perdarahan
i. Kambuhnya gejala
4. Usahakan kembalinya peristaltis
a. Pertahankan kepatenan selang NG
b. Irigasi dengan air garam normal setiap 4 jam dan bila perlu
5. Tingkatkan dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Catat asupan per rute (IV, oral)
b. Catat haluran per rute (urin, feses, emesis, stoma)
c. Konsultasikan dengan dokter jika terjadi ketidakcocokan
6. Atasi atau kurangi nyeri dan ketidaknyamanan
a. Pertahankan kepatenan selang NG
b. Pertahankan posisi yang nyaman
c. Pantau respon anak terhadap pemberian obat
7. Cegah infeksi
a. Pantau tempat insisi
b. Berikan perawatan kateter folay setiap pergantian dinas
c. Ganti balutan bila perlu (perianal dan colostomi)
d. Rujuk pada pedoman prosedur institusi untuk perawatan berhubungan
prosedur tertentu
e. Ganti popok dengan sering untuk menghindari kontaminasi feses
8. Lakukan intervensi yang spesifik untuk prosedur
9. Beri dukungan emosi pada anak dan asuhan keperawatan
11
G. Pencegahan Penyakit
Yang dapat dilakukan untuk mencegah kelainan hisprung adalah:
1. Lakukan kontrol rutin ke dokter kandungan/bidan selama masa kehamilan
2. Konsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 2-2,5 L perhari
3. Hindari rokok dan alkohol
4. Hatihati dalam konsumsi obat saat kehamilan
5. Cukupi kebutuhan asamfolat dan zat besi selama masa kehamilan
12
H. Web of Caustion
Penyakit kongenital
aganglionik
Tidak adanya
peristaltik usus
Membuat feses
tertahan pada daerah
aganglionik
Konstipasi
Proses evakuasi
feses terganggu
Distensi
Gangguan Rasa abdomen
Nyaman
13
BAB 3
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan
lain-lain.
b. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
c. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.
f. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
g. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
14
i. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisi Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
a. Data mayor
Subjektif : -
Objektif : Berat badan pasien menurun 10%
b. Data minor
Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya nyeri dibagian abdomen di
buktikan ada kemeraham di bagiana abdomen
15
-Pasien tidak mau makan/nafsu makan menurun
Objektif : -memberan mukosa tampak pucat
-serum albumin turun
-diare
-otot menelan lemah
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
1. Data mayor
Subjektif : -
Objektif : -nadi teraba lemah
-tekanan darah menurun
-tekanan nadi menyempit
-turgor kulit menurun
-volume urin menuru
2. Data minor
Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya terasa lemas
-ibu Pasien mengatakan anaknya selalu menagis kehausan
Objektif : -status mental tampak berubah
-suhu tubuh meningkat 38c
-berat badan tampak menurun
3. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
1. Data mayor
Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya rewel
Objektif :-pasien tampak rewel/menangis
2. Data minor
Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya sulit tidur
-ibu pasien mengatakan anaknya tidak mampu rilex
-ibu pasien mengatakan anaknya berkeringet/kepanasan
-ibu pasien mengatakan anaknya sering mengaruk dibagian
abdomen
- ibu pasien mengatakan anaknya sering mual dan lemes
Objektif : -pasien tampak rewel
-pasien tampak postur tubuhnya berubah
16
C. Intervensi dan Rencana Keperawatan
1. Defisi Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan/Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x selama 24 jam
defisit nutrisi membaik dengan kriteria hasil
Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
Intervensi :
Observasi
17
Observasi
Observasi
18
Pertimbangkan jenis sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
D. Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjang
a. Stenosis dan kontriksi
b. Inkontinesia
c. Pengosongan yang tidak adekuat
2. Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak
a. Persiapan kulit
b. Penggunaan alat kolostomi
c. Komplikasi stomal (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat,
prolapse feses seperti kita)
d. Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
e. Irigasi kolostomi
3. Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet
a. Makanan rendah sisa
b. Masukan cairan tanpa batas
c. Tanda-tanda ketidakseimbangan dan dehidrasi
4. Dorong orang tua dan anak untuk mengepresikan perasaanya tentang
kolostomi
a. Tampilan
b. Bau
c. Ketidaksesuaian antara anak mereka dan anak (ideal)
19
5. Rujuk keprosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan
pada orang tua tentang perawatan di rumah.
20
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Hisprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rectum atau bagian rectosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak
adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, W. (2000), Ilmu kesehatan Anak. Ali Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi
ke-3. Jakarta : EGC
22