Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN IKTERUS

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Metia Ariyanti.,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.An

Oleh :

Kelompok 6

Tingkat 2C

Shinta Devanti P17320118098

Erika Nada P17320118104

Sindy Rahayu P17320118017

Muhamad Iqbal P17320118019

Roni Akhirudin P17320118111

Nuril Basaroh P17320118118

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES RI
BANDUNG
2020
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Definisi Ikterus


Ikterus ialah suatu perubahan warna kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin. Hiperbilirubin adalah terjadinya peningkatan plasma bilirubin
2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau
lebih dari persentil 90 (Ikatan Dokter Anak Indonesia,2009).

1.2 Epidemiologi
1. Bisa ditemukan pada bayi baru lahir sampai minggu ke I.
2. Kejadian ikterus : 60% bayi cukup bulan & 80% pada bayi kurang bulan.
3. Perhatian utama : ikterus pad 24 jam pertama & bila kadar bilirubin >5 mg/dl
dalam 24 jam.
4. Keadaan yang menunjukkan ikterus patologik :
1) Proses hemolisis darah
2) Infeksi berat

1.3 Penyebab
1. Peningkatan produksi
a. Hemolisis, ,isal pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
A,B,O.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta), diol (steroid).
f. Kurangnya enzim Glikoronil Transeferase, sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu misalnya
sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasma, siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif.

1.4 Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.


Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin
pada sel hepar yang berlebihan. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hioksia, dan asidosis. Keadaan yang
memperlihatkan adanya peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan hepar
atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu, pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh.

Toksisitas terutama di temukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak, ini memungkinkan efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin dapat menembus darah ke otak. Kelaiann yang terjadi pada otak
disebut kemiikterus, umumnya dianggap bahwa kelainan dalam sistem saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin melewati darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada kenyataan neonatus, bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi dalam keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia
dan hipoglikemia.

Secara skematis, patofisiologi hiperbilirubin dapat digambarkan pada pathway


sebagai berikut :
1.5 Klasifikasi
1. Ikterus prehepatik
Disebebkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel
darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama
pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak
terkonjugasi.
2. Ikterus hepatik

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan


hati maka terjadinya gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati
serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke
dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan reguritasi.

3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya
adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin,
tetapi tidak didapatkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologis
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari
ke 7. Penyebabnya karena organ hati yang belum matang dalam memproses
bilirubin.
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena faktor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan
yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.
6. Kern ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokalamus,
Nukleus merah, dan Nukleus pada dasar ventrikulus IV.
1.6 Gejala Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampai jingga
2. Tampak lemah
3. Kejang
4. Muntah, anoreksia
5. Nafsu makan berkurang
6. Refleks hisap kurang
7. Urine pekat, kecoklatan atau agak gelap
8. Perut buncit
9. Pembesaran hati
10. Feses seperti dempul
11. Kadar bilirubin total mencapat 29 mg/dl
12. Terdapat ikterus pada sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.
13. Jaundice tampak pada 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
14. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-
4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

1.7 Pemeriksaan Fisik

Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan


dengan pencahayaan yang baik, dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk
melihat warna kulit dan jaringan subkutan. Ikterus pada kulit bayi tidak terperhatikan
pada kadar bilirubin kurang dari 4 mg/dL.

Pemeriksaan fisis harus difokuskan pada identifikasi dari salah satu penyebab
ikterus patologis.Kondisi bayi harus diperiksa pucat, petekie, ekstravasasi darah,
memar kulit yang berlebihan, hepatosplenomegali, kehilangan berat badan, dan bukti
adanya dehidrasi. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009)
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, Kramer membagi tubuh bayi baru lahir dalam 5 bagian yang
dimulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit,
tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta termasuk telapak
kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di
tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain-
lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan
angka rata-rata. (Surasmi dkk., 2003)

Perkiraan kadar bilirubin (rata-rata)


Derajat Ikterus Daerah Ikterus
Aterm Prematur
1 Kepala sampai 5,4 -
leher
2 Kepala, badan 8,9 9,4
sampai umbilika
3 Kepala, badan, 11,8 11,4
paha sampai lutut
4 Kepala, badan, 15,8 13,3
ekstermitas sampai
dengan pergelangan
tangan dan kaki
5 Kepala, badan,
semua ekstremitas
sampai dengan
ujung jari

Sumber : Surasmi dkk. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC 2003.hlm. 59


Gambar 2.1 Pembagian derajat ikterus menurut Kramer

Sumber : Surasmi dkk. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC 2003.hlm. 60


1.8 Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
1) Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari
14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan
yang tidak fisiologis.
2) Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3) Protein serum total.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.

1.9 Diagnosis/kriteria diagnosis


1. Bilirubin serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis
ikterus neonatorum serta untuk menentu-kan perlunya intervensi lebih lanjut.
Pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin total perlu dipertimbangkan karena hal
ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas
neonatus.
2. Bilirubinometer transkutan
Bilirubinometer merupakan instrumen spektrofotometrik dengan prinsip
kerja memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya (panjang gelombang 450
nm). Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus
yang sedang diperiksa.
3. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
Bilirubin bebas dapat melewati sawar darah otak secara difusi. Oleh
karena itu, ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum
yang rendah. Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar
bilirubin bebas,antara lain dengan metode oksidaseperoksidase. Prinsip cara ini
yaitu berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin
dimana bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan bilirubin
bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Pemecahan heme menghasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang
ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang
dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi
bilirubin.
4. Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding dari ikterus yaitu: atresia bilier, breast milk
jaundice, kolestasis, anemia hemolitik pada bayi baru lahir, hepatitis B, dan
hipotiroid.

1.10 Terapi / tindakan penanganan


1. Fototerapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfusi
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin
dengan cara memfasilitasi ekskresi biliar bilirubin tak terkonjugasi. Secara umum
fototherapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di fototherapi
dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk
memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi
dan berat badan lahir rendah.
2. Transfusi Pengganti
Pada Rh inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. Setiap 4-8 jam kadar
bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil
3. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan phenobarbital pada pos natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (Letargi). Colistrisin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
enterohepatika.

1.11 Komplikasi
1. Bilirubin encepahalopathi
2. Kernikterus, kerusakan neurologis, cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang melengking.
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2. 1 Pengkajian (Data Subjektif dan Objektif)


1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot
(kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan
mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan
pada retina) perubahan warna urine dan feses. Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar
obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.
3. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
4. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, perpisahan dengan anak.
5. Hasil Laboratorium :
1) Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
2) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

2. 2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi
berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.

2. 3 Rencana Asuhan Keperawatan


Meliputi Tujuan keperawatan, Intervensi dan Rasional tindakan
No Diagnosa NOC NIC
1 Kerusakan Setelah dilakukan Pressure Management
integritas kulit tindakan keperawatan 1. Anjurkan pasien
b.d. efek dari selama …x24 jam untuk menggunakan
phototerapi. diharapkan integritas pakaian yang
kulit kembali baik / longgar
normal. 2. Hindari kerutan pada
Tissue Integrity : Skin tempat tidur
and Mucous 3. Jaga kebersihan kulit
Membranes agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil : kering
 Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien
baik bisa setiap 2 jam sekali
dipertahankan 5. Monitor kulit akan
 Tidak ada luka / lesi adanya kemerahan.
pada kulit 6. Oleskan lotion/
 Perfusi jaringan minyak/ baby oil
baik pada daerah yang
 Menunjukkan tertekan
pemahaman dalam 7. Mandikan pasien
proses perbaikan dengan sabun dan air
kulit dan mencegah hangat
terjadinya cedera
berulang
 Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Indikator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan MONITOR CAIRAN
kekurangan tindakan keperawatan 1. Tentukan riwayat
volume cairan b.d. selama .......x24 jam jumlah dan tipe
phototerapi. diharapkan tidak ada intake cairan dan
resiko kekurangan cairan eliminasi
pada klien. 2. Tentukan
Kriteria Hasil : kemungkinan faktor
1. TD dalam rentang resiko dari
yang diharapkan ketidakseimbangan
2. Tekanan arteri rata- cairan (hipertermia,
rata dalam rentang terapi diuretik,
yang diharapkan kelainan renal, gagal
3. Nadi perifer teraba jantung, diaporesis,
4. Keseimbangan intake disfungsi hati)
dan output dalam 24 3. Monitor berat badan
jam 4. Monitor serum dan
5. Suara nafas tambahan elektrolit urine
tidak ada 5. Monitor serum dan
6. Berat badan stabil osmolaritas urine
Indikator Skala : 6. Monitor BP, HR, RR

A. Tidak pernah
menunjukkan.
B. Jarang
menunjukkan
C. Kadang
menunjukkan
D. Sering
menunjukkan
E. Selalu
menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
cedera b.d. tindakan keperawtan 1. Kaji status
meningkatnya selama …x 24 jam neurologis
kadar bilirubin diharapkan tidak ada 2. Jelaskan pada pasien
toksik dan resiko cidera. dan keluarga tentang
komplikasi  Risk control tujuan dari metode
berkenaan Kriteria hasil : pengamanan
phototerapi. 1. Klien terbebas dari 3. Jaga keamanan
cidera lingkungan
2. Klien mampu keamanan pasien
menjelaskan 4. Libatkan keluiarga
metode untuk untuk mencegah
mencegah injuri/ bahaya jatuh
cidera 5. Observasi tingkat
3. Klien mampu kesadaran dan TTV
memodifikasi gaya 6. Dampingi pasien
hidup untuk
mencegah injuri.
Indikator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan Fever treatment
temperature tubuh tindakan keperawtan 1. Monitor suhu
(Hipertermia) selama …x 24 jam sesering mingkin
berhubungan diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna dan
dengan terpapar rentang normal. suhu kulit
lingkungan panas.  Termoregulation 3. Monitor tekanan
Kriteria hasil : darah, nadi, dan
 Suhu tubuh dalam respirasi
rentang normal 4. Monitor intake dan
 Nadi dan respirasi output
dalam batas normal
 Tidak ada perubahan
warna kulit
Indikator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan

ASUHAN KEPERAWATAN BY.NY T 1 HARI (NEONATUS) DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBINEMIA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : By.Ny T

Tempat/tanggal lahir : Bandung, 1 Februari 2019 Pukul 08.00 WIB

Umur : 1 hari

No Register : 123456

Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia

Nama Ayah/Ibu : Ny. Tita

Pekerjaan Ayah : Dosen

Pendidikan Ayah : S2

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Ibu : SMA

Alamat/No.Telp : Kp.Cisangkan rt 05 rw 02/ 0876598765432

Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA

By.Ny T tampak kuning seluruh tubuh sesaat setelah lahir.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal

1. Jumlah kunjungan
Ny.T berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya sebanyak 7 kali.

2. Bidan/dokter
Ny.T berkunjung kepada bidan untuk memeriksakan kehamilannya

3. Penkes yang didapat


Ny. T dianjurkan untuk banyak beristirahat, dan makan makanan yang bergizi

4. HPHT
Ny.T diperkirakan melahirkan pada 5 Februari 2019

5. Kenaikan BB selama hamil


Ny.T mengatakan selama hamil BB naik 10 kg

6. Komplikasi kehamilan
Ny.T mengatakan pernah mengalami demam, nyeri saat berkemih, dan
mengalami keputihan saat hamil.

7. Komplikasi obat
Ny.T mengatakan tidak mengalami reaksi apa pun setelah diberikan obat

8. Obat-obatan yang didapat


Ny.T pernah mendapatkan obat paracetamol untuk demam

9. Riwayat hospitalisasi
Ny.T mengatakan tidak pernah dirawat di RS sebelum atau pun saat hamil

10. Golongan darah ibu


Golongan darah Ny.T adalah A

11. Pemeriksaan kehamilan/Maternal screening


( ) Rubella ( ) Hepatitis ( ) CMV ( ) GO ( ) Herpes ( ) HIV

( ) Lain-lain,sebutkan …………………………………………………

B. Natal
By. Ny. T lahir cukup bulan (38-39 minggu)
1. Awal persalinan
Ny.T merasakan kontraksi dari pukul 19.00 WIB
2. Lama persalinan
Lama persalinan pada Ny.T 13 Jam

3. Komplikasi persalinan
Tidak terdapat komplikasi pada persalinan seperti adanya perdarahan, Pre
eklamsi .

4. Terapi yang diberikan


Tidak ada terapi yang diberikan pada saat persalinan

5. Cara melahirkan
By. Ny.T lahir dengan spontan dan langsung menangis

( - ) Lain-lain,sebutkan ……………………………………………………

6. Tempat melahirkan
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah (  ) Rumah Sakit

7. Penolong persalinan
Ny.T ditolong persalinan oleh bidan dan dokter obgyn

C. Postnatal

1. Usaha nafas
( ) dengan bantuan

( ) tanpa bantuan

2. Kebutuhan resusitasi
By. Ny. T tidak memerlukan resusitasi

3. Obat-obatan yang diberikan lepada neonates


By. Ny T diberikan obat injeksi berupa antibiotik

4. Interaksi orang tua dan bayi


a. Kualitas
Interaksi antara orang tua dan bayi terlihat sangat baik, dimana orang tua
bayi selalu ingin memangku bayinya
b. Kuantitas
Interaksi orang tua dan bayi kurang dalam kuantitas dimana bayi masih
harus mendapatkan perawatan dan kondisi ibu masih belum baik sehingga
harus dirawat diruang terpisah.

5. Trauma lahir
( ) ada

( ) tidak ada

6. Narcosis
( ) ada

(  ) tidak ada

7. Keluarnya urine/BAB
( ) ada

( ) tidak ada

8. Respon fisiologis atau perilaku bermakna


Respon fisiologis pada By.Ny. T seperti menangis dan melakukan beberapa
pergerakan tubuh.

IV. RIWAYAT KELUARGA

Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga menurun


maupun menular dari keluarga.

V. GENOGRAM
A. Sistem pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi adalah orang tua dari By.Ny T

B. Hubungan orang tua dengan bayi


Ayah Ibu
 Menyentuh 
 Memeluk 
 Berbicara 
 Berkunjung 
 Kontak Mata 

C. Anak yang lain


Bayi Ny.T merupakan anak pertama
D. Lingkungan rumah
Bayi Ny T tinggal di lingkungan rumah yang nyaman
E. Problem sosial yang penting
Tidak terdapat problem social yang penting

VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

A. Diagnosa medis
Hiperbilirubinemia
B. Tindakan operasi
By. Ny.T tidak ada tindakan operasi
C. Status nutrisi
By.Ny.T belum mendapatkan ASI Ekslusif dari ibu karena kondisi ibu belum
membaik
D. Status cairan
By.Ny T mendapatkan susu formula untuk diit melalui oral
E. Obat-obatan
By.Ny T diberikan obat injeksi antibiotik berupa Ampicilline 2x135 mg,
Gentamicin 1x12 mg dan diberikan program terapi IVFD PG 2 13,5 cc/jam

F. Aktivitas
By.Ny T tampak banyak tidur

G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan


Bayi Ny.T sudah mendapatkan fototerapi

H. Hasil laboratorium
Jenis Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Bilirubin Total 18,5 0.3 - 1 Mg/dl
Bilirubin Direk 0,8 <0,20 Mg/dl
Bilirubin Indirect 17.7 <0.80 Mg/dl
Hb 13.5 12-14 g/dl
Leukosit 13.787 5000-10.000 /mm3
Trombosit 342.000 150.000-400.000 /mm3
Ht 39 P : 38-58 W : 37- %
43

I. Pemeriksaan penunjang
By. Ny T telah diperiksa darah lengkap

J. Kesadaran Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda Vital
RR : 40x/I, HR : 150x/I S : 37,7ͦC
c. Atropometri

Saat Lahir Saat ini


1. Berat Badan 2700 2700
2. Panjang Badan 48 48
3. Lingkar Kepala 33 33
d. Refleks
( ) Moro ( ) Mengenggam ( ) Menghisap
( ) Lain-lain sebutkan : rooting dan sucking
e. Tonus/aktivitas
a) () Aktif ( ) tenang ( ) letargi ( ) kejang

b) ( ) Menangis keras ( ) lemah ( )melengking


( ) sulit menangis
. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( ) ( ) ( )
Lunak Tegas ( ) Tegas datar
( ) ( )
Menonjol Cekung
1. Sutura sagitalis
Sutura sagitalis tepat

1. Gambaran wajah
(  ) Simetris ( ) Asimetris

Berwarna kuning

2. Holding
( - ) Caput succedaneum (- ) Chepalohematoma

Mata

(  ) Bersih ( ) Sekresi () sclera ikterik

( ) Simetris ( ) Tidak simetris


Konjuntiva : ( ) Anemis ( ) Tidak anemis

Refleks cahaya dan refleks pupil positif

1. THT
a. Telinga

Telinga bersih tidak ada pengeluaran secret dari lubang telinga

b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( - ) Cuping hidung

c. Palatum
Palatum dan gusi utuh, lidah berwarna merah, bibir merah

9. Abdomen
a. (  ) ( )
Lunak ( ) Tegas Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut 30 cm

c. Liver :

( ) kurang dari 2 cm

( ) Lebih dari 2 cm

c. tali pusar masih lembap,


spider navy tidak terlihat,
bising usus 16x/menit,
bunyi tympani saat
diperkusi.

d. Kulit abdomen berwarna


kuning
10. Toraks
a. Toraks ( ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi ( )
c. Klavikula ( ) normal ( ) abnormal
d. Lingkar dada 29 cm
e. Thoraks Berwarna kuning

11. Paru-paru
a. Suara nafas : ( ) sama kanan dan kiri ( ) tidak sama kanan dan kiri ( )
bersih
( ) Ronchii ( ) rales ( ) sekret ( ) vesikuler
b. Bunyi nafas :
( ) terdengar di semua lapang paru ( ) tidak terdengar ( ) menurun
c. Respirasi
( ) Spontan,
( ) sungkup/boxhead
( ) ventilasi assisted CPAD
d. Irama pernapasan teratur

12. Jantung
a. ( ) bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah : x/menit
( ) murmur ( ) lain-lain sebutkan.....................
b. Waktu pengisian kapiler

batang tubuh <2 detik

extremitas <2 detik

c. Tidak terlihat ictus cordis, ketika diraba ictus cordis teraba

d. Bunyi jantung reguler


c. Nadi perifer

Berat Lemah Tidak


Brakhial-kanan 
Brakhial-kiri 
Femoral-kanan 
Femoral-kiri 

13. Extremitas

a. ( ) Semua extremitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) Tidak dapat dikaji

b. Extremitas atas dan bawah ( ) Simetris ( ) asimetris

c. Extremitas atas dan bawah lengkap

d. Extremitas bawah terpasang threeway

e. Lingkar lengan 7 cm

f. Ekstremitas atas dan bawah berwarna kuning

14. Umbilikus

( ) normal ( ) abnormal ( ) inflamasi ( ) drainase

Berwana kuning

15. Genital

( ) perempuan normal ( ) laki-laki normal ( ) ambivalen

16. Anus

( ) Paten ( ) Imperforata

Sudah keluar mekonium

17. Spina
( ) Normal ( ) Abnormal

18. Kulit

a. Warna ( ) pink ( ) pucat ( ) jaudience ( ) Ikterik

b. ( ) rash/kemerahan

c. ( ) tanda lahir

d. Turgor kulit buruk, kering tampak lanugo

19 Suhu

a. Lingkungan

( ) penghangat radian ( ) pengaturan ( ) inkubator ( ) suhu

( ) suhu ruang ( ) boks terbuka

b. Suhu Kulit : 37,7 ℃

VII. ANALISA DATA

Data Kemungkinan Penyebab Masalah


DS : Hemoglobin Gangguan integritas
kulit
DO : Hema
 Ikterus pada sklera, leher
dan badan. Bilivirdin
 Bilirubin total 18,5
mg/dl Peningkatan destruksi
eritrosit )gangguan konjugasi
bilirubin/gangguan transport
bilirubin), Hb, dan eritrosit
abnormal
Pemecahan bilirubin
berlebih/bilirubin yang tidak
berkaitan dengan albumin
meningkat

Hepar tidak mampu


melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin
unconjungted dalam darah

Gangguan integritas kulit

DS : Hemoglobin Risiko
ketidakseimbangan
DO : Hema volume cairan
 Turgor kulit kurang
elastis & kering Bilivirdin

Peningkatan destruksi
eritrosit )gangguan konjugasi
bilirubin/gangguan transport
bilirubin), Hb, dan eritrosit
abnormal

Pemecahan bilirubin
berlebih/bilirubin yang tidak
berkaitan dengan albumin
meningkat

Hepar tidak mampu


melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin
unconjungted dalam darah

Ikterus pada sklera, leher,


badan, peningkatan bilirubin
indirect >12mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi

Risiko ketidakseimbangan
volume cairan
DS : Hemoglobin Resiko gangguan
suhu tubuh
DO : Hema
 Suhu tubuh : 37,7°C
Bilivirdin

Peningkatan destruksi
eritrosit )gangguan konjugasi
bilirubin/gangguan transport
bilirubin), Hb, dan eritrosit
abnormal
Pemecahan bilirubin
berlebih/bilirubin yang tidak
berkaitan dengan albumin
meningkat

Hepar tidak mampu


melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin
unconjungted dalam darah

Ikterus pada sklera, leher,


badan, peningkatan bilirubin
indirect >12mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi

Resiko gangguan suhu tubuh

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Kerusakan intergritas kulit b.d. peningkatan kadar bilirubin indirect dalam darah
d.d. ikterus pada sklera, leher dan badan.
2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan b.d. pemaparan sinar dengan intensitas
tinggi
3. Risiko gangguan suhu tubuh b.d. efek mekanisme regulasi tubuh.
IX. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga 1. Agar terhindar
intergritas kulit b.d. keperawatan selama 2 x 24 kebersihan dari kotoran
peningkatan kadar jam diharapkan integritas kulit agar tetap yang
bilirubin indirect kulit membaik, dengan bersih dan menempel
dalam darah d.d. kriteria hasil : kering. pada tubuh
ikterus pada sklera, 1. Integritas kulit membaik 2. Mobilisasi bayi.
leher dan badan. dan bisa dipertahankan. pasien setiap 2 2. Mencegah
2. Tidak ada luka/lesi. jam sekali. adanya bekas
3. Perfusi jaringan baik. tekanan pada
4. Mampu 3. Monitor kulit kulit bayi.
mempertahankan akan adanya 3. Untuk
kelembapan kulit. kemerahan. mencegah
adanya
4. Oleskan luka/lesi pada
lotion/mintak/ kulit.
baby oil pada 4. Untuk
daerah yang mengurangi
tertekan. bekas tekanan
5. Mandikan dan mencegah
pasien dengan kulit kering
sabun dan air pada kulit.
hangat. 5. Untuk
menjaga
kelembapan
pada kulit.
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan selama 2 x24 status
volume cairan b.d. jam diharapkan volume perkembangan
pemaparan sinar cairan dalam tubuh adekuat, 2. Pemberian pasien.
dengan intensitas dengan kriteria hasil : cairan dan 2. Memenuhi
tinggi 1. Turgor kulit membaik elektrolit kebutuhan
2. Mukosa bibir lembab sesuai BB. cairan
3. Mata tidak cekung sehingga
4. Tidak ada penurunan tubuh akan
urine output (1-3 terpenuhi
cc/kg/BB/jam) 3. Kaji status untuk
hidrasi, ubun- menjamin
ubun, mata, keadekuatan.
turgor, 3. Untuk
membran menentukan
mukosa. tanda-tanda
4. Kaji dehidrasi.
pemasukan 4. Mengetahui
dan keseimbangan
pengeluaran antara
cairan. pemasukan
dan
pengeluaran.
3 Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu 1. Hipotermi
suhu tubuh b.d. efek
keperawatan selama 2 x24 setiap 5 menit. membuat bayi
mekanisme regulasi
tubuh. jam diharapkan tidak terjadi stress dingin,
hipotermi dan hipertermi simpanan lemak
,dengan kriteria hasil : coklat tidak dapat
1. Akral hangat diperbaiki bila
2. Tidak sianosis ada penurunan
3. Badan merwarna sensitivitas untuk
kemerahan meningkatkan
4. Mempertahankan kadar CO2. Dan
suhu tubuh normal penurunan kadar
36,5°C-37,5°C. O2.
2. Tempatkan 2.
bayi pada Mempertahankan
penghangat lingkungan
seperti termometral dan
inkubator. membantu
3. Gunakan mencegah
lampu sorot kedinginan.
selama 3. Menjaga suhu
prosedur tubuh bayi dalam
4. Ganti pakaian batas normal.
atau linen 4. Menjaga bayi
tempat tidur agar terhindar
bila basah. dari suhu dingin.

X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Nomor Nama
Tanggal Jam Implementasi Respon Klien
. Diagnosa /TTD
1 2 E/: pasien
Pemberian cairan
Februar 04:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
i 2019 WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
2 05:00 Kaji status hidrasi, E/: turgor kulit
ubun-ubun, mata,
turgor, membran lambat >2dtk
mukosa.
WIB E/: Pasien
dilakukan
Fototerapi
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
1 adanya adanya
05:30
kemerahan. kemerahan pada
WIB
kulit
Tempatkan bayi E/: pasien ditaruh
3
pada inkubator diinkubator
E/: pasien
Pemberian cairan
diberikan susu
2 dan elektrolit
formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
setiap 2 jam keadaan
1 07:00 sekali. dimiringkan ke
WIB kiri setelah 2 jam
diterlentangkan
Oleskan E/: Pasien
lotion/mintak/ diberikan lotion
1 baby oil pada dibagian tubuh
daerah yang kiri
tertekan.
2&3 08:00 Kaji TTV E/:
WIB termasuk suhu - S : 37,7
- RR : 40x/mnt
- N : 150x/mnt
Jaga kebersihan E/: pasien
kulit agar tetap dibersihkan
1 bersih dan kering. dengan lap basah,
pasien bersih dan
08:30
kering
WIB
Ganti pakaian atau E/: Pasien telah
linen tempat tidur diganti pakaian
3
bila basah. serta linen

Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam


setiap 2 jam keadaan
09:00 sekali. diterlentangkan
1
WIB setelah 2 jam
dimiringkan ke
kiri
E/: pasien
Pemberian cairan
10:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
Kaji status hidrasi,
ubun-ubun, mata, E/: Turgor kulit
2
turgor, membran lambat >2dtk
11:00 mukosa.
WIB E/: Pasien
dilakukan
Fototerapi
fototerapi selama
30 menit
1 11:30 Monitor kulit akan E/: tidak
WIB adanya ditemukan
kemerahan. adanya
kemerahan pada
kulit
E/: pasien
Pemberian cairan
diberikan susu
2 dan elektrolit
formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
Kaji pemasukan
E/: Intake output
2 dan pengeluaran
13:00 normal
cairan.
WIB Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
setiap 2 jam keadaan
sekali. dimiringkan
1
kekanan setelah 2
jam
diterlentangkan
Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
setiap 2 jam keadaan
15:00 sekali. diterlentangkan
1
WIB setelah 2 jam
dimiringkan
kekanan
E/: pasien
Pemberian cairan
16:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
17:00 Kaji status hidrasi,
WIB ubun-ubun, mata, E/: Turgor kulit
2
turgor, membran lambat >2 dtk
mukosa.
Fototerapi E/: Pasien
dilakukan
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
17:30
1 adanya adanya
WIB
kemerahan. kemerahan pada
kulit
E/: pasien
Pemberian cairan
diberikan susu
2 dan elektrolit
formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
19:00
Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
WIB
setiap 2 jam keadaan
1 sekali. dimiringkan ke
kiri setelah 2 jam
diterlentangkan
Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
setiap 2 jam keadaan
21:00 sekali. diterlentangkan
1
WIB setelah 2 jam
dimiringkan ke
kiri
E/: pasien
Pemberian cairan
22:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
23:00 Kaji status hidrasi,
E/: tidak
WIB ubun-ubun, mata,
2 ditemukan tanda
turgor, membran
tanda dehidrasi
mukosa.
Fototerapi E/: Pasien
dilakukan
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
23:30
1 adanya adanya
WIB
kemerahan. kemerahan pada
kulit
2. 3 E/: pasien
Pemberian cairan
Februar 01:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
i 2019 WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
E/: pasien
Pemberian cairan
04:00 diberikan susu
2 dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
2 Kaji status hidrasi,
ubun-ubun, mata, E/: Turgor kulit
turgor, membran lambat >2 dtk
05:00 mukosa.
WIB E/: Pasien
dilakukan
Fototerapi
fototerapi selama
30 menit
1 05:30 E/: tidak
WIB Monitor kulit akan ditemukan
adanya adanya
kemerahan. kemerahan pada
kulit
2 Tempatkan bayi E/: pasien ditaruh
pada penghangat diinkubator
seperti inkubator
2 E/: pasien
Pemberian cairan
diberikan susu
dan elektrolit
formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
Mobilisasi pasien E/: Pasien dalam
setiap 2 jam keadaan
07:00 sekali. dimiringkan ke
WIB kiri setelah 2 jam
diterlentangkan
Oleskan E/: Pasien
lotion/mintak/ diberikan lotion
baby oil pada dibagian tubuh
daerah yang kiri
tertekan.
3 Kaji TTV E/:
08:00 termasuk suhu - S : 36, 8
WIB - RR : 40x/mnt
- N : 150x/mnt
Mandikan pasien E/: Pasien telah
dengan sabun dan dimandikan,
air hangat. pasien dalam
08:05 keadaan bersih
WIB Ganti pakaian atau E/: Pasien telah
linen tempat tidur diganti pakaian
bila basah. serta linen

10:00 Pemberian cairan E/: pasien


WIB dan elektrolit diberikan susu
sesuai BB. formula sebanyak
50 ml
E/: tidak
Kaji status hidrasi,
ditemukan tanda
ubun-ubun, mata,
tanda dehidrasi
turgor, membran
Turgor kulit < 2
11:00 mukosa.
dtk
WIB
E/: Pasien
dilakukan
Fototerapi
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
11:30
adanya adanya
WIB
kemerahan. kemerahan pada
kulit
E/: pasien
Pemberian cairan
diberikan susu
dan elektrolit
formula sebanyak
13:00 sesuai BB.
50 ml
WIB
Kaji pemasukan
E/: Intake Output
dan pengeluaran
normal
cairan.
E/: pasien
Pemberian cairan
16:00 diberikan susu
dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
17:00 E/: tidak
Kaji status hidrasi,
WIB ditemukan tanda
ubun-ubun, mata,
tanda dehidrasi
turgor, membran
Turgor kulit < 2
mukosa.
dtk
Fototerapi E/: Pasien
dilakukan
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
17:30
adanya adanya
WIB
kemerahan. kemerahan pada
kulit
E/: pasien
Pemberian cairan
19:00 diberikan susu
dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
E/: pasien
Pemberian cairan
22:00 diberikan susu
dan elektrolit
WIB formula sebanyak
sesuai BB.
50 ml
E/: tidak
Kaji status hidrasi,
ditemukan tanda
ubun-ubun, mata,
tanda dehidrasi
turgor, membran
Turgor kulit < 2
23:00 mukosa.
dtk
WIB
E/: Pasien
dilakukan
Fototerapi
fototerapi selama
30 menit
E/: tidak
Monitor kulit akan ditemukan
23:30
adanya adanya
WIB
kemerahan. kemerahan pada
kulit
XI. EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal Nomor Jam Evaluasi Nama /


. Diagnosa TTD
1. 4 1 08.00 S:-
Februari WIB O : Tidak tampak kekuningan
2019 pada sklera, leher, dan badan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 2 10.30 S:-
WIB O : Turgor kulit teraba elastis
dan lembut
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. 3 12.00 S:
WIB O : suhu tubuh 36,8 oC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Arjhuna, hendrye Edy.2016. Laporan Pendahuluan Ikterus.


https://id.scribd.com/305835870/Laporan-Pendahuluan-Ikterus Diakses pada tanggal
26 Maret 2020

Hisyam,Muhammad.2014.Askep Anak Dengan Ikterus Neonatorum.


https://id.scribd.com/doc/210456756/Askep-Anak-Dengan-Ikterus-Neonatorum
Diakses pada tanggal 26 Maret 2020

Lutfiyah,RL.2017. BAB II.https://repository.unimus.ac.id Diakses pada tanggal 26


Maret 2020

Mutaqin, Zafar. Laporan Pendahuluan Hiperbilirubinemia.


https://www.academia.edu/37049315/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIPERBILIR
UBINEMIA Diakses pada tanggal 26 Maret 2020

Susanti.2014. Laporan Keperawatan Hiperbilirubin Pada Neonatus.


https://www.academia.edu/13119105/ASUHAN_KEPERAWATAN_HIPERBILIRU
BIN-PADA-NEONATUS Diakses pada tanggal 26 Maret 2020
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai