Oleh:
FAKULTAS KESEHATAN
2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak
Pengertian
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa
oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah.
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi ( Kosim, 2012).
IKterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-
7mg/dL/
Etiologi
1. Peningkatan produksi
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada pengolongan rhesus dan ABO.
seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
f. Kelainan konginetal
Defisiensi albumin menyebabkan lebih bnyak terdapat bilirubin indirek yang bebas
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi tokoplasmasiss,
syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatic. Gangguan ini dapat terjadi
akibat obstruksi dalam hepar kelainan dari luar hepar biasanya disebabkan oleh
kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar
Patofisiologi Hiperbilirubinnemia
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel
hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh amnion lain, misalnya pada bayi dengan
kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim
glukoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya menderita
tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini
terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah
larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak
apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.
Maifestasi Klinis
Ikterus dapat terjadi pada saat lahir atau dapat muncul pada setiap saat lahir atau
dapat muncul pada setiap saat selama masa neonatus, bergantung pada keadaan yang
menyebabkannya. Ikterus biasanya mulai pada muka, dan ketika kadar serum bertambah
turun ke abdomen dan kemudian kaki. Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit
apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari
dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
%)
sampai lutut
Tekanan kulit dapat menunjukkan kemajuan anatomi ikterus, akan tetapi hal ini
Kern-icterus (enselopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak yang terjadi akibat
Pada kern-icterus, gejala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain dapat disebutkan
yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Jika keadaan
telah parah maka akan terjadi kelumpuhan serebral,tuli dan kelainan mata,keterbelakangan
Penatalaksanaan
bilirubin indirek umtuk mencegah jangan sampai timbul penyulit kern ikterus (Sukadi et
al 2000). Untuk bayi sehat dan cukup bulan, kadar bilirubin tidak diperiksa secara rutin
kecuali jika ikterus timbul dalam 2 hari pertama kehidupan. Umumnya bayi sehat
dipulangkan dari rumah sakit pada usia 24-48 jam, oleh karena itu orang tua harus
- Pada riwayat keluarga tidak ada yang mengalami anemia hemolitik dan
Jika secara klinis tampak ikterus yang signifikan, pemeriksaan kadar bilirubin dan
1. Fototerapi
berintensitas tinggi pada spektrum yang dapat dilihat. Bilirubin menyerap cahaya secara
maksimal pada kisaran biru (dari 420-470 nm). Meskipun demikian, cahaya putih
berspektrum luas dan biru, biru (super) berspektrum sempit khusus, dan hijau efektif
yang cocok yang tepat untuk fotoaktivasi bilirubin bebas, cahaya hijau dapat
mempengaruhi fotoreaksi bilirubin yang terikat albumin. Bilirubin dalam kulit menyerap
energi cahaya, yang dengan fotoisomerisasi mengubah bilirubin -4Z, -15Z tak
terkonjugasi alamiah yang bersifat toksik menjadi isomer konfigurasi terkonjugasi yaitu
bilirubin -4Z, -15E. Yang terakhir ini adalah produk reaksi reversibel dan diekskresi ke
dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Fototerapi juga mengubah bilirubin alamiah,
melalui suatu reaksi yang irreversibel pada isomer lumirubin struktural, yang diekskresi
Bayi normal yang mendapat fototerapi selama 1-3 hari mempunyai kadar puncak
bilirubin serum sekitar setengah dari bayi yang tidak diobati. Bayi prematur yang tanpa
hemolisis berarti biasanya bilirubin serumnya turun 1-3 mg/dL sesudah 12-24 jam
menjalani fototerapi konvensional, dan kadar puncak yang dapat diturunkan 3-6 mg/dL.
Pengaruh teurapetik tergantung pada energi cahaya yang dipancarkan pada kisaran
panjang gelombang yang efektif, jarak antara cahaya dan bayi, dan jumlah kulit yang
terpajan.
semakin meninggi (>15 mg/dL). Terapi ini menggunakan tabung fluorosens ”biru
spesial” dengan jarak lampu 15-20 cm dari bayi, dan menggunakan selimut fototerapi
serabut optik yang ditempatkan dibawah punggung bayi, dengan demikian memperluan
dibolak balik untuk mendapatkan pemajanan kulit yang optimal kurang lebih 3 kali dalam
24 jam. Jarak lampu 45-50 cm dari bayi. Suhu tubuh bayi diukur setiap 2 jam
(pertahankan suhu tuhuh bayi 36,5-37,5 0C). Segera setelah kadar bilirubun indirek turun
pada kadar yang dianggap aman berdasarkan umur dan keadaan bayi, pemajanan harus
dihentikan. Kadar bilirubin serum dan hematokrit harus dipantau setiap 4-8 jam pada bayi
dengan penyakit hemolitik atau pada bayi yang kadar bilirubinna mendekati kisaran yang
dianggap toksik untuk setiap bayi. Untuk bayi yang lebih tua, dapat dipantau pada
setelah penghentian fototerapi pada penderita dengan penyakit hemolitik karena kadang
terjadi kenaikan bilirubin serum yang tidak diharapkan dan memerlukan pengobatan lebih
lanjut. Warna kulit tidak dapat dipercaya fototerapi, karena kulit bayi yang terpajan
cahaya dapat terlihat hampir tanpa ikterus walaupun ada hiperbilirubinemia berat.
Mata bayi harus ditutup untuk mencegah pemajanan terhadap cahaya (tekanan
yang berlebihan pada mata dapat menimbulkan jejas pada mata yang tertutup, atau
kornea dapat tergores jika bayi dapat membuka matanya di bawah balutan). Suhu tubuh
harus dipantau , dan bayi harus dilindungi dari pecahan bola lampu. Bayi harus minum
Komplikasi fototerapi pada bayi meliputi tinja lembek, ruam makular eritematosa,
kepanasan, dehidrasi, diare, menggigil karena pemajanan dan sindrom bayi perunggu
2. Transfusi ganti/tukar
Munculnya tanda-tanda kern ikterus merupakan indikasi dilakukannya transfusi
ganti pada kadar bilirubin serum berapapun. Transfusi dilakukan melalui vena umbilikasis
atau vena safegna magna. Darah yang digunakan harus darah segar (<24 jam). Pemilihan
donor darah disesuaikan dengan penyebab ikterus. Darah yang digunakan mengandung
darah citrat atau heparin. Transfusi ganti biasanya diberikan 2 x volume darah bayi (80
ml/kg BB) yaitu 160 ml/kg BB (diharapkan dapat menggantikan darah bayi 87%).
Komplikasi dari transfusi ganti berupa gangguan vaskuler seperti emboli, kelainan
heparinisasi berlebih.
Transfusi tukar atau disebut juga dengan terapi pertukaran plasma darah (therapeutic plasma
exchange) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengganti plasma darah seseorang dengan
darah pendonor.
Tindakan ini biasanya dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami kondisi polisitemia
neonatus (jumlah sel darah merah berlebihan pada bayi baru lahir) atau pada penderita anemia
sel sabit.
Prosedur ini digunakan untuk “membersihkan” darah dari berbagai unsur yang menimbulkan
penyakit, termasuk antibodi, kompleks imun, elemen sel, agen infeksius, dan racun.
Selanjutnya, memasukkan kembali darah segar yang lebih sehat dalam jumlah yang sama ke
Tujuan
Tujuannya adalah untuk menurunkan jumlah sel darah merah pada penderitanya serta
Indikasi
Bayi baru lahir yang memiliki jumlah sel darah merah yang sangat tinggi (neonatal
polycythemia).
Bayi baru lahir yang mengidap penyakit hemolitik yang diinduksi Rh pada.
Bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning (jaundice) yang parah dan tidak berespons
Kontraindikasi
Penggumpalan darah.
Perubahan kimia darah, seperti kalium meningkat atau menurun, kalsium menurun, glukosa
Infeksi dengan risiko sangat rendah selama prosedurnya dikerjakan dengan cermat.
Pengkajian
-Biodata
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
-Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang
lemah, iritabilitas.
- Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang
Analisa Data :
2. Ibu mengatakan merasa khawatir dan takut karena tidak bisa terus bersama- sama dengan
3. Kadar bilirubin indirek lebih dari 12,5 mg% pada bayi cukup bulan dan pada bayi BBLR lebih
dari 10 mg%
4. Kulit tampak kemerahan.
Diagnosa Keperawatan :
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan tranfusi tukar dapat
Intervensi :
1) Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan (R : menjamin keadekuatan akses
vaskuler )
2) Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan ( R : mencegah
4) Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur ( R : mencegah hipotermi
5) Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan ditranfusikan adalah darah
6) Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan elektrolit, kejang
selama dan sesudah tranfusi (R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat
7) Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif (R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi
kegawatan )
Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
yang diperlukan untuk melakukan intervensi atau program keperawatan (Kozier, 2010).
Evaluasi
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2012). Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan
Eleminasi usus dan urin baik (warna urin dan feses tidak pucat)