Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BAYI DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA
DI RS CINTA KASIH CIPUTAT

Dosen Pembimbing :
Ns. Oryza Intan Suri, M. Kep

Oleh:

DESYANA
20227060

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


STASE KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERBILIRUBINEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Hiperbilirubin merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin total
lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai berupa warna kekuningan pada
bayi atau disebut dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir sering disebut
ikterus neonatarum yang bersifat psikologis atau yang lebih dikenal dengan
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut yang berpotensi menyebabkan kern ikterus yang
merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek diotak. (Hidayat, 2017)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin darah yang
nilainya lebih dari normal. Nilai normal indirek 0,3-1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1-0,4
mg/dl (Suriadi, 2019)
Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada
bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis atau patologis atau kombinasi
keduanya. (Lubis, 2022)
2. Klasifikasi Hiperbilirubin
a. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
b. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak
didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

3. Etiologi
a. Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
 Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

4. Tanda dan Gejala


a. Kulit berwarna kuning sampai jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologic
i. Feses seperti dempul
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 -4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

Tabel 1. Rumus Kramer

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin


1 Kepala dan leher 5 mg %
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg %
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai 11 mg %
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut 12 mg%
5 Daeraha 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16 g %

5. Fatofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia. (Markum, 1991)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
 Test Coomb pada tali pusat BBL
 Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-
A, anti-B dalam darah ibu.
 Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif,
anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
 Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
 Bilirubin total.
 Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada
bayi praterm tegantung pada berat badan.
 Protein serum total
 Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
pada bayi praterm.
 Hitung darah lengkap
 Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
 Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
 Glukosa
 Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
 Daya ikat karbon dioksida
 Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
 Meter ikterik transkutan
 Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
 Pemeriksaan bilirubin serum
 Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
 Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis
 Smear darah perifer
 Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
 Test Betke-Kleihauer
 Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
b. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
c. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
d. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

7. Penatalaksanaan
Tindakan umum meliputi :
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif.
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :


1) Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3) Menghilangkan Serum Bilirubin
4) Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin
harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil.

8. Komplikasi
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian.
d. Kernikterus.

9. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a. Pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi
dan masa kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol,
novobiosin, oksitosin.
c. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
e. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
f. Pemberian makanan yang dini.
g. Pencegahan infeksi
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. DATA UMUM
DATA PASIEN DATA ORANG TUA
Nomor RM : 00143219 Nama Ibu : Ny. A
Nama : By. Ny. A Usia Ibu : 27 Th
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 7/1/2023 Pekerjaan Ibu : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Jl. Yasvatar Rt 04/01 Pondok Nama Ayah : Tn. E
Pucung Usia Ayah : 29 Th
Tanggal Masuk RS : 13/01/2023 Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Tanggal Pengkajian : 13/01/2023, jam: 08.00 WIB Pendidikan Ayah : SMA
Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia Alamat : Jl. Yasvatar Rt
04/01 Pondok Pucung
Suku : Jawa
Agama : Islam
Bila ada stiker identitas, dapat ditempel disini Sumber Informasi
Nama : Ny. A
Usia : 27 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Yasvatar
Rt 04/01 Pondok Pucung

Hubungan dengan anak : Ibu


Kandung

B. RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama : badan bayi berwarna kuning
II. Riwayat Penyakit Sekarang : saat dikaji berat badan bayi 2770 gram,
kulit dan
sklera mata menguning, minum 15 cc/4 jam

III. Riwayat Masa Lalu


Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu saat hamil  < 20 tahun √ 20 – 35 tahun  >35 tahun
Persepsi terhadap kehamilan √ Kehamilan direncanakan
 Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care  Tidak √ Ya,
Apabila Ya, jumlah kunjugan 5x
Kenaikan BB selama kehamilan 14 kg
Konsumsi obat selama kehamilan Tidak ada
(obat yang bersifat tertogenik)
Riwayat Injury selama kehamilan √ Tidak  Jatuh  Kecelakaan
 Lainnya……….……………………………
Komplikasi selama kehamilan √ Tidak  Ya……………………………..
Riwayat hospitalisasi √ Tidak  Ya……………………………..
Pemeriksaan penunjang kehamilan  Tidak √ Ya:
 Rubella √ Hepatitis  CMV
 GO  Herpes √ HIV
 Lainnya…………………………………....
Riwayat obstetri sebelumnya
No. Nama Anak Proses Penolong Jenis Berat Badan Penyulit
Persalinan Persalinan Kelamin Lahir
1 An. N Normal Bidan Laki- 2950 tidak ada
laki
2. Intranatal
Riayat kelahiran √ Spontan  SC  Dengan alat bantu
Usia kelahiran  Kurang bulan √ Cukup bulan  Lebih bulan
Penolong persalinan √ Dokter  Perawat/Bidan
 Bukan tenaga kesehatan
Lama Persalinan 6 jam
Komplikasi Persalinan Oligohidramnion
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir BBL : 3050 gram, PB: 44 cm, LK: 35 cm
LD 35 cm, LP : 32 cm
APGAR score 9/10
Usia gestasi (Balard score) 38 minggu
Kebutuhan alat bantu  Inkubator  Oksigen  Suction
Ventilator √ Lainnya : tidak ada
Kelainan congenital √ Tidak  Ya……………………………
Pengeluaran mekonium √ < 24 jam  > 24 jam
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami √ Tidak  Ya……………………………
Penatalaksanaan yang dilakukan tidak ada
2. Riwayat hospitalisasi √ Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan………………………………………...
Dimana……………………………………….
Penyakit……………………………………...
3. Riwayat Operasi √ Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan………………………………………...
Dimana……………………………………….
Jenis Operasi…………………………………
4. Riwayat penggunaan obat √ Tidak  Ya, Jika ya:
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat injury/kecelakaan √ Tidak  Ya……………………………
6. Riwayat alergi √ Tidak  Ya, Jika ya:
 Makanan  Obat  Udara  Debu
 Lainnya……………………………………
Riwayat Imunisasi
 BCG  DPT  Polio  Campak √ Hepatitis B  PCV
 Varicela  Thypoid  Rotavirus  MMR  Influenza  Pneumokokus
 HPV  Tetanus  Zoster  Meningitis  Yellow fever  Hepatitis
 HIB
Riwayat Penyakit Keluarga
 Asma  Hipertensi  Penyakit jantung  Diabetes melitus  TBC
√ Lainnya : tidak ada

Genogram

IV. KARAKTERISTIK ANAK


Kesehatan Fisik dan Karakteristik Fisik
1. Kondisi Umum  Lemah  Sedang √ Baik
2. GCS E: 4 .M: 5 V: 6
3. Tanda-tanda vital Suhu: 37.0 0C
Nadi: 138 x/menit
Frekuensi Pernafasan: 50 x/menit
4. Pemeriksaan pertumbuhan BB: 2770 gram, PB: 44 cm
LK: 35 cm
Status nutrisi : baik

5. Pemeriksaan Nyeri Skor NIPS: √ 0-2  3-4  >4

6. Perilaku bayi
Respon terhadap cahaya 1 2 3 4 5 6 7 8 √9
Respon visual dan suara terhadap  1  2  3  4  5  6  7 √ 8  9
lingkungan sekitar
Kewaspadaan 1 2 3 4 5 6 7 8 √9
Level aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 √8 9
Iritabilitas 1 2 3 4 5 6 7 √8 9
7. Temperamen bayi
Aktivitas (menggerakkan tangan  Tidak pernah  Sangat jarang
dan kaki) √ Hampir selalu  Selalu
Menangis  Tidak pernah  Sangat jarang
√ Hampir selalu  Selalu
Tersenyum atau tertawa  Tidak pernah √ Sangat jarang
 Hampir selalu  Selalu
Distres terhadap keterbatasan  Tidak pernah  Sangat jarang
(seperti menangis atau √ Hampir selalu  Selalu
menunjukkan tanda stres saat
menunggu makanan, menolak
makanan, berada pada tempat atau
posisi yang tidak dikenal, dicegah
untuk memperoleh objek yang
menarik perhatiannya)
Berkurangnya frekuensi rewel,  Tidak pernah  Sangat jarang
menangis atau tanda stres saat  Hampir selalu √ Selalu
diberikan intervensi yang
menenangkan
8. Kulit
Warna Kulit  Pink  Pucat √ Kuning  Mottled
Sianosis √ Tidak  Ya, Lokasi………………………
Kemerahan √ Tidak  Ya, Lokasi………………………
Tanda lahir √ Tidak  Ya, Lokasi………………………
Turgor kulit √ Elastis Tidak elastic
Edema √ Tidak  Ada, Lokasi………………………
Luka

Beri tanda (arsir) pada lokasi luka


Karakteristik luka : Tidak Ada
9. Kepala/leher
Frontanel anterior √ Lunak  Tegas  Datar
 Menonjol  Cekung
Bentuk wajah √ Simetris  Asimetris
Caput seuccedaneum √ Tidak  Ada
Cephal hematoma √ Tidak  Ada
Telinga √ Normal  Abnormal………………….
Hidung √ Simetris  Asimetris
Mukus:  Ya √ Tidak
Nafas cuping hidung:  Ya √ Tidak
Septum deviasi:  Ya √ Tidak
Mata √ Simetris  Asimetris
Konjungtiva:  Anemis √ Merah muda
Sklera ikterik:  Tidak √ Ya
Sekret: √ Tidak  Ya
Jarak intrakantus ...............cm
Mulut Labio skizis:  Ya √ Tidak
Palato skizis:  Ya √ Tidak
Mukosa bibir: √ Lembab  Kering
Sariawan:  Ya √ Tidak
10. Dada dan Paru-paru Bentuk dada: √ Simetris  Asimetris
……….....................................................................
Down Square: √ < 4  4-5  ≥6
Suara nafas : √ Vesikuler  Ronchi
 Wheezing  Lainnya
Retraksi dinding dada:  Ya √ Tidak
Respirasi: √ Spontan tanpa alat bantu
 Dengan alat bantu…………………
11. Jantung Waktu pengisian kapiler (CRT) : < 2 detik
Bunyi jantung…………………………………..
√ Reguler  Ireguler

12. Abdomen Lingkar perut : 32 cm


Bising usus: 20 kali/menit
√ Datar  Distensi
Umbilikus:  Basah √ Kering  Bau
Warna, sebutkan.................
13. Genitalia √ Perempuan  laki-laki
 Kelainan : tidak ada
14. Anus √ Ada  Tidak
15. Ekstremitas dan Pergerakan: √ Bebas  Terbatas
Muskuloskeletal Kelainan: tidak ada
16. Refleks √ Moro √ Babinski √ Rooting
√ Sucking √ Menggenggam √ Placing
√ Menelan √ Tonic neck
17. Tonus/Aktivitas Aktivitas: √ Aktif  Tenang
 Letargi  Kejang
Menangis: √ Keras  Lemah
 Melengking  Sulit menangis

18. Pola tidur bayi (rekaman selama bayi lebih sering tidur, bangun setiap 4 jam sekali
1 minggu) bila ingin menyusu

V. KARAKTERISTIK ORANG TUA


Keterlibatan orang tua dalam merawat anak
1. Kunjungan orang tua  Tidak √ Ya, Jika ya:
 Kunjungan < 3 kali/minggu
√ Kunjungan ≥ 3 kali/minggu
2. Kontak mata orang tua dan bayi  Tidak √ Ada
3. Berbicara  Tidak √ Ada
4. Menyentuh  Tidak √ Ada
5. Memeluk  Tidak √ Ada
6. Ekspresi wajah  Datar √ Sesuai
7. Respon saat bayi menangis Khawatir
8. Harapan terhadap kondisi bayi berharap bayi cepat pulih sesuai dengan rencana
perawatan
9. Pola pemberian nutrisi bayi Jenis minum yang diberikan : SF
Frekuensi minum : 6 - 7 x sehari
Porsi minum : 15 cc / 4 jam
Pemahaman orang tua terhadap kondisi anak
1. Pemahaman terhadap penyakit Kurang pemahaman
2. Pemahaman terhadap pengobatan kurang pemahaman
3. Pemahaman terhadap perawatan kurang pemahaman
4. Pemahaman tentang nutrisi dan kurang pemahaman
diet

VI. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN


1. Dukungan social √ Suami  Orang tua  Mertua
 Keluarga lain……………………………..
2. Sumber keuangan √ Suami-Istri  Orang tua/mertua
 Sumber lain……………………………..

VII. KEBUTUHAN EDUKASI (Orang tua / Pengasuh)


√ Diagnosis  Pengobatan √ Perawatan
√ Nutrisi  Perilaku anak  Rehabilitasi
 Manajemen Nyeri  Rawat luka √ Pencegahan komplikasi
√ Modifikasi lingkungan  Pertumbuhan dan Perkembangan
 Lainnya…………………………………………………………………………………

Hambatan Menerima Edukasi


√ Tidak Ada  Ada, Gangguan Penglihatan  Ada, Gangguan Pendengaran
 Buta huruf  Ada, Gangguan Fisik  Ada, Gangguan Emosi
 Ada, Gangguan Kognitif  Keterbatasan Motivasi
 Ada Keterbatasan Basaha, Sosial Budaya  Lainnya………………………..

VIII. PERENCANAAN PULANG


Pasien tinggal dengan siapa? √ Orang tua  Lainnya……………………..
Apakah orang tua khawatir ketika √ Tidak  Ya
kembali ke rumah?
Apakah ada anggota keluarga √ Tidak  Ya
perokok?
Bagaimana jenis tempat tinggal? √ Rumah permanen  Kost
 Tidak memiliki tempat tinggal
 Lainnya………………………………………..
Bagaimana kondisi lingkungan  Sumber air bersih / kotor (*coret salah satu)
rumah?  Lingkugan berpolusi / tidak berpolusi
(*coret salah satu)
Apkah pasien memerlukan alat bantu √ Tidak  Ya, sebutkan…………………
khusus? ……………………………………………………
Apa makanan pasien?  ASI √ PASI/formula, sebutkan……….
……………………………………………………
Apakah perlu dirujuk ke komunitas √ Tidak  Ya, sebutkan…………………
terrentu? ……………………………………………………
Bagaimana transportasi pasien menggunaan mobil pribadi
pulang?
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
X. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : - Bayi baru lahir Ikterik Neonatus
DO : berhubungan dengan
 BB lahir 3050 gram, (pembentukkan bilirubin usia kurang dari 7
BBS : 2770 gram bertambah, konjugasi hari
 Minum 15 cc / 4 jam bilirubin indirek menjadi
 Kulit tampak ikterik direk rendah)
 Sklera tampak ikterik
 Bilirubin total 14.8 mg/dl bilirubin indirek
 Usia bayi 6 hari meningkat

Hiperbilirubinemia

Dalam jaringan
ekstravaskuler (kulit,
konjungtiva, mukosa,
dan alat tubuh lain)

Ikterus Neonatus
2 DS : BBL Defisit Pengetahuan
Keluarga menanyakan berhubungan dengan
kondisi anaknya Ikterik Neonatus kurang terpapar
DO : informasi
 Keluarga tampak cemas Kurang Informasi
 Keluarga tampak
menanyakan kondisi Persepsi yang salah
anaknya
Defisit Pengetahuan
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Ikterik Neonatus (D.0024) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Foto Terapi Neonatus (I.03091)
berhubungan dengan usia kurang 1 x 24 jam diharapkan adaptasi neonatus Observasi
dari 7 hari. Ditandai dengan : (L.10098) membaik dengan kriteria  Monitor ikterik pada sklera dan
DS : - hasil : kulit bayi
DO :  Berat badan meningkat  Mengidentifikasi kebutuhan cairn
 BB lahir 3050 gram, BBS : 2770  Kulit kuning menurun sesuai usia gestasi dan berat badan
gram  Sklera kuning menurun  Monitr suhu dan tanda vital setiap 4
 Minum 15 cc / 4 jam jam sekali
 Kulit tampak ikterik  Monitor efek samping fototerapi
 Sklera tampak ikterik Terapeutik
 Bilirubin total 14.8 mg/dl  Siapkan lampu terapi dan box bayi
 Usia bayi 6 hari  Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok
 Berikan penutup mata pada bayi
 Ukur jarak antar lampu dan dan
permukaan kulit bayi (jarak 30 cm
dari bayi)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeriksaan Bilirubin
vena bilirubin direk dan indirek
melalui darah vena setelah 2 x 24
jam fototerapi
Defisit Pengetahuan (D. 0111) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan kurang 1 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi
terpapar informasi. Ditandai dengan : pengetahuan (L.10098) meningkat  Identifikasi kesiapan dan
DS : dengan kriteria hasil : kemampuan menerima informasi
Keluarga menanyakan kondisi anaknya  Prilaku sesuai anjuran meningkat  Identifikasi faktor yang dapat
DO :  Verbalisasi dalam belajar meningkat meningkatkan pengetahuan
 Keluarga tampak cemas  Kemampuan menjelaskan tentang mengenai ikterik neonatus
Keluarga tampak menanyakan kondisi ikterik neonatus meningkat Terapeutik
anaknya  Prilaku sesuai pengetahuan  Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
 Pertanyaan tentang masalah yang  Jadwalkan pendidikan keseatan
dihadapi menurun sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi ikterik neonatus
 Ajarkan waktu pemberian susu
dengan benar
XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Impelmentasi Evaluasi
Jumat Ikterik Neonatus (D.0024) 1. Memonitor ikterik pada S:-
13 Januari 2023 berhubungan dengan usia sklera dan kulit bayi O:
jam : 15.00 kurang dari 7 hari. Hasil : By. Ny. A tampak  K/U : Baik
ikterik pada sklera mata dan  TTV : RR : 48 x/mnt, S :
badan dengan nilai kremer 4 36.7 0C, Nadi : 128 x/mnt
2. Mengidentifikasi kebutuhan  BB meningkat 4% dari
cairan sesuai usia gestasi dan BB masuk RS 2770 gram
berat badan menjadi 2880 gram
Hasil : By. Ny. A  Minum SF mampu 30 cc /
membutukan kebutuhan 2-3 jam
cairan 140 cc/kgBB/hr  Kulit ikterik tampak
(420cc/24 jam) dan berkurang dengan nilai
diberikannya sebanyak 35 kremer 3
cc/ 2 jam  Sklera masih tampak
3. Monitr suhu dan tanda vital ikterik
setiap 4 jam sekali A: Masalah By. Ny. A eratasi
Hasil : By. Ny. A didapatkan sebagian
suhu tubuh : 37.0 0C, RR : P : Intervensi dilanjutkan
50x/menit, Nadi : 138
x/menit
4. Menyiapkan lampu terapi
dan box bayi
Hasil : By. Ny. A dilakukan
fototerapi didalam box bayi
dengan jarak lampu dengan
bayi sejauh 30 cm
5. Melepaskan pakaian bayi
kecuali popok
Hasil : By. Ny. A tampak
terpapar hampir seluruh kulit
tubunya dengan cahaya
fototerapi
6. Berikan penutup mata pada
bayi dengan bahan karbon
Hasil : tidak tampak oedem
pada mata bayi
7. Melakukan kolaborasi
pemeriksaan Bilirubin
melalui darah vena dengan
DPJP setelah fototerapi 2x
24 jam
Jumat Defisit Pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Keluarga By. Ny. A
13 januari 2023 berhubungan dengan kurang kemampuan menerima mengatakan sudah lebih
jam : 15.00 terpapar informasi informasi mengerti mengenai penyakit
Hasil : Keluarga By. Ny. N yang diderita anakanya
tampak antusias terhadap O:
informasi yg disampaikan  Pertanyaan masalah
2. Mengidentifikasi faktor yang yang dihadapi menurun
dapat meningkatkan  Keluarga kooperatif
pengetahuan mengenai ikterik  Keluarga mampu
neonatus menampaikan kemali
Hasil : Keluarga B. Ny. A mengenai penjelasan
masih sedikit memahami terkait ikterik neonatus
mengenai penyakit ikterik A : masalah teratasi
neonatus yag didapat dari P : Intervensi dihentikan
orangtua Ibu By. Ny. A
3. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Hasil : terdapat leafleat edukasi
mengenai Hiperblirubinemia
4. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
Hasil : suda dilakukan edukasi
mengenai penyakit
hiperbilirubinemia
5. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
Hasil : Keluarga By. Ny. A
responsive dan aktif
menanyakan mengenai
penyakit hyperbilirubinemia
6. Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi ikterik
neonatus
Hasil : Hiperbilirubinemia yang
terjadi pada B. Ny. A disebakan
asupan nutrisi dan cairn yang
belum sesuai dengan usia dan
BB bayinya
7. Mengajarkan waktu pemberian
susu dengan benar
Hasil : Target pemberian susu
dusia 6 hari ini pada By. Ny. A
sebanyak 420 ml dengan waktu
2 jam sekali sebanyak 35 cc
DAFTAR PUSTAKA

Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan.DPP PPNI
Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Luar Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.DPP PPNI Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.DPP PPNI
http://www.docstoc.com/docs/159606809/Anak---Hiperbilirubin

http://growupclinic.com/2012/05/07/penanganan-terkini-hiperbilirubinemia-atau

penyakit- kuning-pada-bayi-baru-lahir/

Anda mungkin juga menyukai