HIPERBILIRUBINEMIA
DI RS CINTA KASIH CIPUTAT
Dosen Pembimbing :
Ns. Oryza Intan Suri, M. Kep
Oleh:
DESYANA
20227060
3. Etiologi
a. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
5. Fatofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia. (Markum, 1991)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-
A, anti-B dalam darah ibu.
Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif,
anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
Bilirubin total.
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada
bayi praterm tegantung pada berat badan.
Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
pada bayi praterm.
Hitung darah lengkap
Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis
Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
b. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
c. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
d. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
7. Penatalaksanaan
Tindakan umum meliputi :
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif.
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
8. Komplikasi
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian.
d. Kernikterus.
9. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a. Pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi
dan masa kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol,
novobiosin, oksitosin.
c. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
e. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
f. Pemberian makanan yang dini.
g. Pencegahan infeksi
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. DATA UMUM
DATA PASIEN DATA ORANG TUA
Nomor RM : 00143219 Nama Ibu : Ny. A
Nama : By. Ny. A Usia Ibu : 27 Th
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 7/1/2023 Pekerjaan Ibu : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Jl. Yasvatar Rt 04/01 Pondok Nama Ayah : Tn. E
Pucung Usia Ayah : 29 Th
Tanggal Masuk RS : 13/01/2023 Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Tanggal Pengkajian : 13/01/2023, jam: 08.00 WIB Pendidikan Ayah : SMA
Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia Alamat : Jl. Yasvatar Rt
04/01 Pondok Pucung
Suku : Jawa
Agama : Islam
Bila ada stiker identitas, dapat ditempel disini Sumber Informasi
Nama : Ny. A
Usia : 27 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Yasvatar
Rt 04/01 Pondok Pucung
B. RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama : badan bayi berwarna kuning
II. Riwayat Penyakit Sekarang : saat dikaji berat badan bayi 2770 gram,
kulit dan
sklera mata menguning, minum 15 cc/4 jam
Genogram
6. Perilaku bayi
Respon terhadap cahaya 1 2 3 4 5 6 7 8 √9
Respon visual dan suara terhadap 1 2 3 4 5 6 7 √ 8 9
lingkungan sekitar
Kewaspadaan 1 2 3 4 5 6 7 8 √9
Level aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 √8 9
Iritabilitas 1 2 3 4 5 6 7 √8 9
7. Temperamen bayi
Aktivitas (menggerakkan tangan Tidak pernah Sangat jarang
dan kaki) √ Hampir selalu Selalu
Menangis Tidak pernah Sangat jarang
√ Hampir selalu Selalu
Tersenyum atau tertawa Tidak pernah √ Sangat jarang
Hampir selalu Selalu
Distres terhadap keterbatasan Tidak pernah Sangat jarang
(seperti menangis atau √ Hampir selalu Selalu
menunjukkan tanda stres saat
menunggu makanan, menolak
makanan, berada pada tempat atau
posisi yang tidak dikenal, dicegah
untuk memperoleh objek yang
menarik perhatiannya)
Berkurangnya frekuensi rewel, Tidak pernah Sangat jarang
menangis atau tanda stres saat Hampir selalu √ Selalu
diberikan intervensi yang
menenangkan
8. Kulit
Warna Kulit Pink Pucat √ Kuning Mottled
Sianosis √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Kemerahan √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Tanda lahir √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Turgor kulit √ Elastis Tidak elastic
Edema √ Tidak Ada, Lokasi………………………
Luka
18. Pola tidur bayi (rekaman selama bayi lebih sering tidur, bangun setiap 4 jam sekali
1 minggu) bila ingin menyusu
Hiperbilirubinemia
Dalam jaringan
ekstravaskuler (kulit,
konjungtiva, mukosa,
dan alat tubuh lain)
Ikterus Neonatus
2 DS : BBL Defisit Pengetahuan
Keluarga menanyakan berhubungan dengan
kondisi anaknya Ikterik Neonatus kurang terpapar
DO : informasi
Keluarga tampak cemas Kurang Informasi
Keluarga tampak
menanyakan kondisi Persepsi yang salah
anaknya
Defisit Pengetahuan
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Ikterik Neonatus (D.0024) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Foto Terapi Neonatus (I.03091)
berhubungan dengan usia kurang 1 x 24 jam diharapkan adaptasi neonatus Observasi
dari 7 hari. Ditandai dengan : (L.10098) membaik dengan kriteria Monitor ikterik pada sklera dan
DS : - hasil : kulit bayi
DO : Berat badan meningkat Mengidentifikasi kebutuhan cairn
BB lahir 3050 gram, BBS : 2770 Kulit kuning menurun sesuai usia gestasi dan berat badan
gram Sklera kuning menurun Monitr suhu dan tanda vital setiap 4
Minum 15 cc / 4 jam jam sekali
Kulit tampak ikterik Monitor efek samping fototerapi
Sklera tampak ikterik Terapeutik
Bilirubin total 14.8 mg/dl Siapkan lampu terapi dan box bayi
Usia bayi 6 hari Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok
Berikan penutup mata pada bayi
Ukur jarak antar lampu dan dan
permukaan kulit bayi (jarak 30 cm
dari bayi)
Kolaborasi
Kolaborasi pemeriksaan Bilirubin
vena bilirubin direk dan indirek
melalui darah vena setelah 2 x 24
jam fototerapi
Defisit Pengetahuan (D. 0111) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan kurang 1 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi
terpapar informasi. Ditandai dengan : pengetahuan (L.10098) meningkat Identifikasi kesiapan dan
DS : dengan kriteria hasil : kemampuan menerima informasi
Keluarga menanyakan kondisi anaknya Prilaku sesuai anjuran meningkat Identifikasi faktor yang dapat
DO : Verbalisasi dalam belajar meningkat meningkatkan pengetahuan
Keluarga tampak cemas Kemampuan menjelaskan tentang mengenai ikterik neonatus
Keluarga tampak menanyakan kondisi ikterik neonatus meningkat Terapeutik
anaknya Prilaku sesuai pengetahuan Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
Pertanyaan tentang masalah yang Jadwalkan pendidikan keseatan
dihadapi menurun sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi ikterik neonatus
Ajarkan waktu pemberian susu
dengan benar
XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Impelmentasi Evaluasi
Jumat Ikterik Neonatus (D.0024) 1. Memonitor ikterik pada S:-
13 Januari 2023 berhubungan dengan usia sklera dan kulit bayi O:
jam : 15.00 kurang dari 7 hari. Hasil : By. Ny. A tampak K/U : Baik
ikterik pada sklera mata dan TTV : RR : 48 x/mnt, S :
badan dengan nilai kremer 4 36.7 0C, Nadi : 128 x/mnt
2. Mengidentifikasi kebutuhan BB meningkat 4% dari
cairan sesuai usia gestasi dan BB masuk RS 2770 gram
berat badan menjadi 2880 gram
Hasil : By. Ny. A Minum SF mampu 30 cc /
membutukan kebutuhan 2-3 jam
cairan 140 cc/kgBB/hr Kulit ikterik tampak
(420cc/24 jam) dan berkurang dengan nilai
diberikannya sebanyak 35 kremer 3
cc/ 2 jam Sklera masih tampak
3. Monitr suhu dan tanda vital ikterik
setiap 4 jam sekali A: Masalah By. Ny. A eratasi
Hasil : By. Ny. A didapatkan sebagian
suhu tubuh : 37.0 0C, RR : P : Intervensi dilanjutkan
50x/menit, Nadi : 138
x/menit
4. Menyiapkan lampu terapi
dan box bayi
Hasil : By. Ny. A dilakukan
fototerapi didalam box bayi
dengan jarak lampu dengan
bayi sejauh 30 cm
5. Melepaskan pakaian bayi
kecuali popok
Hasil : By. Ny. A tampak
terpapar hampir seluruh kulit
tubunya dengan cahaya
fototerapi
6. Berikan penutup mata pada
bayi dengan bahan karbon
Hasil : tidak tampak oedem
pada mata bayi
7. Melakukan kolaborasi
pemeriksaan Bilirubin
melalui darah vena dengan
DPJP setelah fototerapi 2x
24 jam
Jumat Defisit Pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Keluarga By. Ny. A
13 januari 2023 berhubungan dengan kurang kemampuan menerima mengatakan sudah lebih
jam : 15.00 terpapar informasi informasi mengerti mengenai penyakit
Hasil : Keluarga By. Ny. N yang diderita anakanya
tampak antusias terhadap O:
informasi yg disampaikan Pertanyaan masalah
2. Mengidentifikasi faktor yang yang dihadapi menurun
dapat meningkatkan Keluarga kooperatif
pengetahuan mengenai ikterik Keluarga mampu
neonatus menampaikan kemali
Hasil : Keluarga B. Ny. A mengenai penjelasan
masih sedikit memahami terkait ikterik neonatus
mengenai penyakit ikterik A : masalah teratasi
neonatus yag didapat dari P : Intervensi dihentikan
orangtua Ibu By. Ny. A
3. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Hasil : terdapat leafleat edukasi
mengenai Hiperblirubinemia
4. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
Hasil : suda dilakukan edukasi
mengenai penyakit
hiperbilirubinemia
5. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
Hasil : Keluarga By. Ny. A
responsive dan aktif
menanyakan mengenai
penyakit hyperbilirubinemia
6. Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi ikterik
neonatus
Hasil : Hiperbilirubinemia yang
terjadi pada B. Ny. A disebakan
asupan nutrisi dan cairn yang
belum sesuai dengan usia dan
BB bayinya
7. Mengajarkan waktu pemberian
susu dengan benar
Hasil : Target pemberian susu
dusia 6 hari ini pada By. Ny. A
sebanyak 420 ml dengan waktu
2 jam sekali sebanyak 35 cc
DAFTAR PUSTAKA
http://growupclinic.com/2012/05/07/penanganan-terkini-hiperbilirubinemia-atau
penyakit- kuning-pada-bayi-baru-lahir/