Anda di halaman 1dari 42

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. G

DENGAN HIPERBILIRUBIN

DI RUANG WIJAYA KUSUMA RS.TUGU IBU

DOSEN PEMBIMBING :

NS. TETY MULYATI AROFI, S.KEP, M.KEP 

DISUSUN OLEH:

GIAN ENDRA PUSPITA SARI (18014)

AKPER YASPEN JAKARTA

Jl. Batas II No.54, RT.11/RW.9, Baru, Pasar Rebo, RT.11/RW.9, Baru, Kota
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13780  

2020-2021
 

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

A.  KONSEP DASAR PENYAKIT


1.  Pengertian
Hiperbilirubin merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin total
lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai berupa warna kekuningan pada
 bayi atau disebut dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir sering disebut
ikterus neonatarum yang bersifat psikologis atau yang lebih dikenal dengan
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan meningkatnya kadar
 bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
 berwarna kuning. Keadaan tersebut yang berpotensi menyebabkan kern ikterus yang

merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek diotak. (Hidayat, 2005)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin darah yang
nilainya lebih dari normal. Nilai normal indirek 0,3-1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1-0,4
mg/dl (Suriadi, 2010)
Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada
 bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis atau patologis atau kombinasi
keduanya. (Lubis, 2023)
 

2.  Klasifikasi Hiperbilirubin


a.  Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
 b.  Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
c.  Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
 bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah

 peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam u


urin,
rin, tetapi tidak
didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
d.  Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
 penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
e.  Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f.  Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
IV.
 Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

3.  Etiologi
a.  Peningkatan produksi :
  Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.

 
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 

  Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang


terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
  Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
  Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
  Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
  Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
 b.  Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c.  Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.

d.  Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra


ek stra Hepatik.
e.  Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

4.  Tanda dan Gejala


a.  Kulit berwarna kuning sampai jingga
 b.  Pasien tampak lemah
c.   Nafsu makan berkurang
d.  Reflek hisap kurang
e.  Urine pekat
f.  Perut buncit
g.  Pembesaran lien dan hati
h.  Gangguan neurologic
i.  Feses seperti dempul
 j.  Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k.  Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l.  Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
 

m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 -4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

Tabel 1. Rumus Kramer

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin


1 Kepala dan leher 5 mg %
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg %
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai 11 mg %
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut 12 mg%
5 Daeraha 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16  g %

5.  Fatofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
 penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. 
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
 peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak

 jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang


 bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap
 bahwa kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat
 badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia. (Markum, 1991)
 

Secara skematis, patofisiologi hiperbilirubin dapat digambarkan pada pathway


sebagai berikut :

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport


 bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal
abnor mal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan


albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum terlambat,


obstruksi usus, tinja berwarna pucat

Gangguan integritas kulit Icterus pada sklera, leher dan badan


 peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl

Indikasi Fototerapi
 

6.  Pemeriksaan Penunjang


a.  Pemeriksaan laboratorium.
  Test Coomb pada tali pusat BBL
  Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-
A, anti-B dalam darah ibu.
  Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif,
anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
  Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
  Bilirubin total.
  Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
  Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada

 bayi praterm tegantung pada berat badan.


  Protein serum total
  Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
 pada bayi praterm.
  Hitung darah lengkap
  Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
  Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
  Glukosa
  Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
  Daya ikat karbon dioksida
  Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
  Meter ikterik transkutan
  Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
  Pemeriksaan bilirubin serum
 

  Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
  Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari
da ri 14mg/dl tidak fisiologis
  Smear darah perifer
  Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
  Test Betke-Kleihauer  

  Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.


 b.  Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
c.  Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra


hepatic.
d.  Biopsy hati 
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.  

7.  Penatalaksanaan
Tindakan umum meliputi :
1)  Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2)  Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3)  Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.

Pengobatan mempunyai tujuan :


 

1)  Menghilangkan Anemia


2)  Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3)  Meningkatkan Badan Serum Albumin
4)  Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a.  Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin

 bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
 bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
 

 
 b.  Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1)  Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
 
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3)  Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4)  Tes Coombs Positif.
5)  Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6)  Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7)  Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8)  Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9)  Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :


1)  Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2)  Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3)  Menghilangkan Serum Bilirubin
4)  Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang

dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
 

dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin
harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

8.  Komplikasi
a.  Retardasi mental : kerusakan neurologist
 b.  Gangguan pendengaran dan penglihatan
c.  Kematian.
d.  Kernikterus.

9.  Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a.  Pengawasan antenatal yang baik
 b.  Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan

dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.


c.  Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
d.  Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
e.  Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
f.  Pemberian makanan yang dini.
g.  Pencegahan infeksi

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.  Pengkajian
1)  Identitas
Biasa ditemukan pada bayi baru lahir sampai minggu I, Kejadian ikterus : 60 %
 bayi cukup bulan & 80 % pada bayi kurang bulan. Perhatian utama : ikterus pada 24
 jam pertama & bila kadar bilirubin > 5mg/dl dalam 24 jam.

2)  Riwayat Kesehatan


1)  Riwayat Kehamilan
 

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat  –  obat


  obat yang meningkatkan
ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses
konjungasi sebelum ibu partus.
2)  Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif : lahir
 prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia.
3)  Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
4)  Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran cerna
dan hati ( hepatitis )
5)  Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua

6)  Pengetahuan Keluarga


Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang ikterus.

3)  Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional


1)  Aktivitas / Istirahat
  Letargi, malas.
2)  Sirkulasi
  Mungkin pucat menandakan anemia.
3)  Eliminasi
  Bising usus hipoaktif.
  Pasase mekonium mungkin lambat.
  Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
  Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
4)  Makanan / Cairan
  Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui daripada
menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan
menelan lemah, sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen

dapat menunjukkan pembesaran limfa, hepar.


 

5)   Neuro sensori


  Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal
yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum.
  Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitas Rh berat.
  Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat opistotonus dengan kekakuan
lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang
(tahap krisis).
6)  Pernafasan
  Riwayat asfiksia
7)  Keamanan
  Riwayat positif infeksi / sepsis neonatus
  Dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial.
 
Dapat tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada
 bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai
efek samping fototerapi.
8)  Seksualitas
  Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
 pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes.
  Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia,
hipoksia, asidosis, hipoglikemia.
  Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
9)  Penyuluhan / Pembelajaran
  Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
  Faktor keluarga : missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir
(galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat
dehidrogenase.
  Faktor ibu, seperti diabetes ; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin),
 

inkompatibilitas Rh/ABO, penyakit infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus,


sifilis, toksoplamosis).
  Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran dengan
ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali pusat, atau
trauma kelahiran.

2.  Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1.  Ganggan Integritas Kulit / jaringan b.d Efek samping terapi radiasi
2.  Risiko Ketidakseimbangan Cairan b.d Radiasi
3.  Risiko Intoleransi Aktivitas b.d Gangguan Sirkulasi
4.  Hipotermia b.d Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)

3.  Intervensi

1)  Dx 1: Ganggan integritas kulit / jaringan b.d efek samping terapi radiasi
Tujuan: Elastisitas kulit klien meningkat
Kriteria hasil: perfusi jaringan meningkat, tidak terdapat perdarahan, kemerahan, dan
 jaringan parut.
Intervensi:
a.  Observasi:
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
 b.  Terapeutik:
-  Ubah posisi tiap 2jam jika tirah baring
-  Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
-  Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
-  Gunakan produk berbahan ringan/ alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
-  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c.  Edukasi
-  Anjurkan menggunakan pelembab (mis.Lotion, serum)

-  Anjurkan minum air cukup


 

-  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


-  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
-  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
-  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
-  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

2)  Dx II: Risiko ketidakseimbangan cairan b.d radiasi


Tujuan: Respon klien dapat menunjukkan status cairan membaik
Kriteria hasil: tidak ada dehidrasi, resolusi edema, turgor kulit normal, BeratBadan
meningkat, mukosa bibir lembab.
Intervensi:
a.  Observasi:
-  Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisia kapiler,

kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)


-  Monitor berat badan harian
-  Monitor berat badan sebelum dansesudah dialisis.
-  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urine, BUN)
-  Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
 b.  Terapeutik
-  Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
-  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
-  Berikan cairan intravena, jika perlu
c.  Kolaborasi
-  Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

3)  Dx III: Risiko intoleransi aktivitas b.d gangguan sirkulasi


Tujuan: Aktivitas klien dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil: Saturasi oksigen meningkat, menunjukkan peningkatan aktivitas secara
adekuat.

Intervensi:
 

a.  Observasi
-  Identifikasikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
-  Monitor kelelahan fisik dan emosional
-  Monitor pola dan jam tidur
-  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 b.  Terapeutik
-  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
-  Lakukan latihan rentang gerak pasif
pasif dan atau aktif
-  Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan
-  Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
c.  Edukasi
-  Anjurkan tirah baring
-  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

-  Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
-  Anjurkan stretegi koping untuk mengurangi kelelahan
d.  Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4)  Dx IV: Hipotermia b.d Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi,


konvek si, evaporasi, radiasi)
Tujuan:
tubuh dalam batas normal (36℃ -
Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda hipoksia, suhu tubuh
37,5℃)  
37,5℃)
Intervensi:
a.  Observasi
-  Monitor suhu tubuh
-  Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak
subkutan)
-  Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Hipotermia ringan, takipnea, disatria,

menggigil, hipertensi,
hipertensi, diuresis;
diuresis; Hipotermia sedang; aritmia, hipotensi, apatis,
apatis,
 

koagulopati, reflex menurun; Hipotermia berat; oliguria, refleks menghilang,


edema paru, asam-basa abnormal)
 b.  Terapeutik
-  Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, incubator)
-  Ganti pakaian dan atau linen yang basah
-  Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
-  Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan mwtode kangguru)
-  Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat,
cairan hangat)
c.  Edukasi anjurkan makan/minum hangat)

4.  Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.


dibua t.

5.  Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neo


neonatus,
natus, tanda vital dan suhu

tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi

terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap

rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang tua


tu a (Surasmi, 2013)
 

RIWAYAT PENGKAJIAN NEONATUS

Tanggal Dirawat : 04 April 2020

Tanggal Pengkajian : 08 April 2020

I. DATA DEMOGRAFI :

 Nama anak : Bayi Ny. G

Jenis kelamin : Laki-laki, Perempuan, ambivalen

Tanggal lahir (umur) : ___03April______ ( 5 hari)

Diagnosa medis : _Hiperbilirubin, Asfiksia berat , Neonataus kurang bulan

Data Orang Tua :

 Nama Ibu : __________Ny. G_______ Nama Bapak : __Tn.T__


 __________

Umur : ____23 tahun______ Umur : ______24 tahun____

Agama : _____Islam________ Agama : _________Islam____

Suku Bangsa : _____Jawa________ Suku Bangsa : ______Jawa_______

Pendidikan : __S1 Keperawatan__ Pendidikan : ___SMA__________

Pekerjaan : ___IRT___________ Pekerjaan : _____Polri RI______

Alamat : _Asrama Brimob ___ Alamat : _ AsramaBrimob____

 _____Kelapa Dua___ _____Kelapa Dua___


 

II. RESUME :

Pada hari Jumat tanggal 03 April 2020 By.Ny.G lahir pada pukul 18.00 WIB dengan
riwayat persalinan Sectio caesarea (Cesar) dan setelah dilakukan pengkajian By.Ny.G
terdapat tanda tanda Hiperbilirubin maka By.Ny.G akan diletakkan di inkubator dan

dilakukan perawatan secara berkala. Pada Rabu 08 april 2020 muncul diagnosa Risiko
tinggi cedera b.d Peningkatan bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah.
Hipotermi b.d Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi). Resiko
ketidakseimbangan cairan b.d Efek fototerapi. Gangguan integritas kulit b.d Efek
samping terapi radiasi. Pada 10 April 2020 masalah Hipotermi dapat tertasi, akan tetapi
masalah lain butuh jangka waktu lama sehingga masalah belum tertasi

III. RIWAYAT PERSALINAN

Riwayat Persalinan : ...........Sectio Caesarea...........................................


Caesarea....................................................
.........

Usia kehamilan : .....................36-37.............................


.....................36-37.............................................
................ minggu

Apgar : 1”
1”   ....................2........................, 5” ..................8...................
..................8...................

BB : ….3000
….3000 gram... gram, PB : .........46 cm.... cm,

....33….   cm, LD : ..........34........ cm


LK : ....33….

Komplikasi persalinan :

-  Tidak ada
-  Mekonium
-  Lain-lain
 

IV. RIWAYAT MATERNAL : 

Umur : ...24 tahun.... tahun, Gravida ....1...., Para : ..0.., Abortus : ...0...

Cara persalinan :

 Spontan : ........SC (indikasi air ketuban sedikit dan letak kaki................

 Tindakan : ..........Pembedahan..................................................................
..........Pembedahan............................ ......................................

Komplikasi kehamilan :

  Tidak ada : ......................................................................................


.................................................... ..................................

  Plasenta previa : ....................................................


......................................................................................
..................................


  Abrusio plasenta : ......................................................................................
.................................................... ..................................
  Preklampsia : ......................................................................................
.................................................... ..................................

  Diduga sepsis : :
......................................................................................

  Pre term / post term : ..............post term...........................................................


term......................................................... ..

  Lain-lain : .........gerakan janin menurun ...........................................


 

V. PENGKAJIAN FISIK NENONATUS

Instruksi :

Beri tandaa istilah yang tepat untuk data-data di bawah ini. Gambarkan semua
temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom komentar bila perlu !

1.  Refleks (cek jika ada dan normal) :


( ) moro, ( ) menggenggam, ( ) mengisap, ( ) menelan

2. Tonus / aktifitas :

a. ( ) aktif, (  ) tenang ( ) letargi, ( ) kejang

 b. ( ) menangis keras, ( ) lemah, ( ) melengking, ( ) sulit menangis

3.Kepala / leher :

a. Fontanel anterior : ( ) lunak, ( ) tegas, (  ) datar,

( ) menonjol, ( ) cekung

 b. Sutura Sagitalis : ( ) tepat, ( ) terpisah, ( ) menjauh

c. Gambaran wajah : (  ) simetris, ( ) asimetris

d. Molding : ( ) caput succedaneum, ( ) cephalohematoma

4. Mata : ( ) bersih, ( ) sekresi

5. THT :

a. Telinga : ( ) normal, ( ) abnormal

 b. Hidung bilateral : ( ) obstruksi, ( ) cuping hidung

c. Palatum : ( ) normal, ( ) abnormal

6. Abdomen :
 

a. ( ) lunak, ( ) tegas ( ) datar, ( ) kembung

 b. Lingkar perut .................................31...............................................


.................................31.................. ............................. cm

7. Thoraks :

a. ( ) simetris ( ) asimetris

 b. Retraksi derajat : 1. ................................................................


........................................................ ........

2. ................................................................

3. ................................................................

c. ( ) klavikula normal, ( ) abnormal

8. Paru-paru :

a. ( ) suara nafas sama kanan kiri, ( ) tidak sama


 b. ( ) bunyi nafas terdengar disemua lapangan paru, ( ) tidak terdengar,

( ) menurun

c. ( ) suara nafas bersih, ( ) ronchi, ( ) rales, ( ) sekresi

d. Respirasi:

( ) spontan, ( ) cuping hidung, ( ) RR ( ) FIO2

9. Jantung :

a. ( ) bunyi normal sinus rhytm (NSR), ( ) HR, ( ) murmur

10. Ekstermitas :

a. (  ) gerakan semua ekstermitas, ( ) ROM terbatas,

( ) tidak
tidak dapat dikaji

 b.
 

 
KUAT LEMAH TIDAK ADA

 Nadi perifer

Brachial kanan

Brachial kiri

Femoral kanan

Femoral kiri

11. Umbilikus :

( ) normal, ( ) abnormal, ( ) inflamasi, ( ) drainase,

( ) jumlah pembuluh darah

12. Panggul : ( ) normal, ( ) tidak normal, ( ) tidak dikaji

13. Genital :

a. Perempuan : ( ) Lab. Mayor, ( ) Lab. Minora, ( ) fistula

 b. Laki-laki :

( ) testis desenden / asenden, ( ) Hipospadia / epipadia / normal,


( ) fistula

14. Anus : ( ) paten, ( ) imperforata

15. Spina : ( ) normal, ( ) abnormal


 

16. Kulit :

a. Warna : ( ) pink, ( ) pucat, ( ) jaundice

( ) batang tubuh sianosis, ( ) kuku, ( ) periorbital

 b. ( ) rash / kemerahan

c. ( ) tanda lahir

17. Suhu :

a. Lingkungan : ( ) penghangat radian, ( ) pengaturan suhu,

( ) inkubator, ( ) suhu ruang,

( ) boks terbuka

 b. (35, 8 ℃) suhu kulit 


kulit 
VI. RIWAYAT SOSIAL

a. Tua –  bayi :
Hubungan Orang Tua – 

IBU AYAH

IYA Menyentuh IYA

IYA Memeluk IYA

TIDAK Berbicara IYA

TIDAK Berkunjung TIDAK

IYA Kontak Mata IYA

 b. Orang terdekat yang dapat dihubungi : ............ Orangtua/Mertua.................

c. Respon ora
orang
ng tua terhadap penyakit / hospitalisasi
hospitalisasi : ............Baik................................

d. Sistem pendukung / keluarga terdekat: ...................Orangtua/Mertua.....................

e. Anak lain : ............tidak ada ..............................................................................


.......................................... ....................................
 

 
JENIS KELAMIN RIWAYAT PERSALINAN RIWAYAT
ANAK IMUNISASI

Perempuan Sectio Caesarea Hepatitis B

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

Darah Lengkap
Hari/tgl Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Sabtu, Bilirubin total 18,80 H mg/dl <12

04-04-2020 Bilirubin Direk 0,60 H mg/dl <0,2

Bilirubin indirek 18,20 mg/dl 0,60-10.50

Senin, 06
Hemoglobin 15,1 g/dl 15,0-24,6
04-2020
Jumlah eritrosit 4,49 uL 4.00-6.80

Hematokrit 43,3 % 50.0-82.0


 

VIII. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PERAWATAN :

1. Parenteral :

- Kebutuhan cairan 558 cc (150x3.1=465 karena mendapat fototerpai maka di

tambah 20% menjdai 465+20%=558 cc)


- Oral: Asi 8x10 cc/24 jam

- IVFD: PG2 372 cc/24 jam - D10 186cc/24 jam ( 7 tts/menit)

2. Obat-obatan :

a.  Ampicilin injeksi: 2x150 mg (I


(IV)
V) dan Fototerapi 3x24 jam
 b.  Gentamisin injeksi : 1x15 mg (IV)
c.  Ranitidine injeksi :2x3,5 mg (IV)
 

DATA FOKUS

TGL DATA OBJEKTIF TGL DATA SUBJEKTIF


08 -  Terdapat ikterus di daerah wajah 08 -  Dokter mengatakan By.
April , leher sampai dengan bagian April  Ny.G tampak ikterik sejak
2020 atas lutut dan siku tangan 2020 24jam pertama kelahiran.
(kramer 3), bilirubin direk: 0,60 -  Dokter mengatakan Bayi
mg/dl , bilirubin indirek : 18,20 dengan rhesus golongan
mg/dl, bilirubin total 18,80 darah berbeda dengan ibu.
mg/dl. -  Bayi rewel dan menangis.
-  By. Ny.G lahir cukup bulan 36 -  Perawat mengatakan By.
minggu  Ny.G megalami penurunan
-  Bayi sementara mendapatkan suhu tubuh.
fototerapi 3x 24 jam. -  Perawat ruangan
- Akral teraba dingin. mengatakan By.Ny.G
- Suhu:35,8 c
o  berisiko untuk kekurangan
volume cairan karna
- Bayi tidur dalam inkubator fototerapi yang diberikan
- Bayi sementara mendapatkan
dengan sinar intensitas
fototerapi 3x24 jam
tinggi
- Mukosa bibir kering,
-  Perawat ruangan
 bayi minum Asi 8x5=40
cc/OGT mengatakan kulit bayi
terlupas di hampir seluruh
- Bayi tampak gelisah
tubuh
- Kulit tampak terlupas
- Kulit kering
- Turgor kulit kurang elastis
- Intake cairan dan nutria per 3jam
dengan susu formula
- By. Ny. G tidak terpasang
OGT 
 

ANALISA DATA

Nama Klien / Umur : Bayi Ny.G / 5 hari


No Kamar
Kamar / Ruang : 02 / R. Wijaya Kusuma

 No Data klien Etiologi Penyebab


1. DS : Risiko tinggi Peningkatan bilirubin
-Dokter mengatakan By. Ny.G tampak cedera sekunder dari
ikterik sejak 24jam pertama kelahiran.  pemecahan sel darah
- Dokter mengatakan Bayi dengan rhesus merah
golongan darah berbeda dengan ibu.

DO :
- Terdapat ikterus di daerah wajah , leher
sampai dengan bagian atas lutut dan siku

tangan (kramer 3), bilirubin direk: 0,60


mg/dl , bilirubin indirek : 18,20 mg/dl,
 bilirubin total 18,80 mg/dl.
- By. Ny.G lahir cukup bulan 36 minggu
2. DS : Hipotermi Transfer panas (mis.
- Bayi rewel dan menangis. Konduksi, konveksi,
- Perawat mengatakan By. Ny.G
megalami penurunan suhu tubuh. evaporasi, radiasi)

DO :
-Bayi sementara mendapatkan
Fototerapi 3x 24 jam
Akral teraba dingin
o
Suhu:35,8 c
Bayi tidur dalam inkubator
3. DS : Resiko Efek fototerapi
-Perawat ruangan mengatakan By.Ny.G ketidakseimbangan
 berisiko untuk kekurangan volume cairan cairan
karna fototerapi yang diberikan dengan
sinar intensitas tinggi

DO :
- Bayi sementara mendapatkan fototerapi
3x24 jam
- Mukosa bibir kering, bayi minum Asi
 

8x5=40 cc/OGT

4. DS: Gangguan Efek samping terapi


-Perawat ruangan mengatakan kulit bayi integritas kulit radiasi
terlupas di hampir seluruh tubuh

DO:
- Bayi tampak gelisah
- Kulit tampak terlupas
- Kulit kering
- Turgor kulit kurang elastis
- Intake cairan dan nutria per 3jam
dengan susu formula
- By. Ny. G tidak terpasang OGT
 

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Bayi Ny.G / 5 hari


No Kamar
Kamar / Ruang : 02 / R. Wijaya Kusuma

NO MASALAH/ DIAGNOSA TGL TGL NAMA


DITEMUKAN TERATASI JELAS
1. Risiko tinggi cedera b.d 08 April 2020
Peningkatan bilirubin sekunder (Gian)
dari pemecahan sel darah merah.

2 Hipotermi b.d Transfer panas 08 April 2020 10 April 2020


(mis. Konduksi, konveksi, (Gian)

evaporasi, radiasi)

3. Resiko ketidakseimbangan cairan 08 April 2020 (Gian)


 b.d Efek fototerapi

4. Gangguan integritas kulit b.d Efek 08 April 2020 (Gian)


samping terapi radiasi
 

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Bayi Ny.G / 5 hari


No Kamar
Kamar / Ruang : 02 / R. Wijaya Kusuma

NO TGL DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. 08 April Risiko tinggi cedera b.d Setelah dilakukan tindakan -  Observasi tanda-tanda ikterus
2020 Peningkatan bilirubin keperawatan selama -  Tempatkan lampu fototerapi
sekunder dari
2x24jam masalah resiko diatas bayi dengan tinggi 30-
 pemecahan sel darah
merah. cedera dapat teratasi 50 cm
DS : dengan kriteria hasil: -  Cek intensitas lampu setiap
-Dokter mengatakan By.
1.  Serum bilirubin hari
 Ny.G tampak ikterik
menurun: direct
sejak 24jam pertama -  Ukur tubuh 4-6 jam sekali
kelahiran (0,60 menjadi 0,20), -  Ubah posisi bayi setiap 4 jam
indirect (18,20
- Dokter mengatakan menjadi 18,09), total
Bayi dengan rhesus  per protocol
(18,80 menjadi
golongan darah berbeda 18,05) -  ubah posisi bayi tiap 8 jam
dengan ibu. 2.  Tidak ada ikterus
-  Tutup daerah kemaluan
 pada wajah, leher,
sampai dengan dengan penutup yang dapat
DO :  bagian atas lutut dan
memantulkan cahaya untuk
- Terdapat ikterus di siku tangan
 berkurang melindungi daerah kemaluan
daerah wajah , leher
3.  Derajat ikterus
sampai dengan bagian observasi tindakan fototerapi 
menurun dari 3
atas lutut dan siku menjadi 2
tangan (kramer 3),
 bilirubin direk: 0,60
mg/dl , bilirubin indirek
: 18,20 mg/dl, bilirubin
total 18,80 mg/dl.
- By. Ny.G lahir cukup
 bulan 36 minggu
2. 08 April Hipotermi b.d Transfer Setelah dilakukan tindakan a.  Observasi
2020  panas (mis. Konduksi, keperawatan selama -  Monitor suhu tubuh
konveksi, evaporasi, 2x24jam masalah -  Identifikasi penyebab
radiasi) hipotermia dapat teratasi hipotermia
 

DS : dengan kriteria hasil: -  Monitor tanda dan


- Bayi rewel dan 2.  Tidak ada tanda- gejala akibat
menangis.
- Perawat mengatakan tanda hipoksia. hipotermia Terapeutik
By. Ny.G megalami 3.  suhu tubuh  b.  Terapeutik
 penurunan suhu tubuh.
dalam batas -  Sediakan lingkungan

DO : normal (36℃ - yang hangat


-Bayi sementara 37,5℃)  
37,5℃) -  Ganti pakaian dan atau
mendapatkan
4.  Pengisian kapiler linen yang basah
Fototerapi 3x 24 jam
Akral teraba dingin normal -  Lakukan penghangatan
o
Suhu:35,8 c  pasif
Bayi tidur dalam
-  Lakukan penghangatan
inkubator
aktif eksternal
-  Lakukan penghangatan
aktif internal
3. 08 April Resiko Setelah dilakukan tindakan a.  Observasi:
2020 ketidakseimbangan keperawatan selama -  Monitor status hidrasi
cairan b.d 2x24jam masalah -  Monitor berat badan
DS : ketidakseimbangan cairan sebelum dan sesudah
-Perawat ruangan dapat teratasi dengan dialisis.
mengatakan By.Ny.G
 berisiko untuk kriteria hasil: -  Monitor hasil
kekurangan volume 1.  Tidak ada  pemeriksaan
cairan karna fototerapi

yang diberikan dengan


sinar intensitas tinggi dehidrasi, laboratorium
resolusi edema.  b.  Terapeutik

DO : 2.  Turgor kulit -  Catat intake-output dan


- Bayi sementara normal, hitung balans cairan 24
mendapatkan fototerapi
3.  BeratBadan  jam
3x24 jam
- Mukosa bibir kering, meningkat. -  Berikan asupan cairan,

 bayi minum Asi 8x5=40 4.  Mukosa bibir sesuai kebutuhan

cc/OGT lembab -  Berikan cairan


intravena, jika perlu
c.  Kolaborasi
 

-  Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

4. 08 April Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan a.  Observasi:


kulit b.d Efek samping
2020 keperawatan selama -  Identifikasi penyebab
terapi radiasi
DS: 2x24jam masalah gangguan integritas
-Perawat ruangan gangguan integritas kulit kulit (mis. Perubahan
mengatakan kulit bayi
dapat teratasi dengan sirkulasi, perubahan
terlupas di hampir
seluruh tubuh kriteria hasil: status nutrisi,
1.  Perfusi jaringan  penurunan
DO:
- Bayi tampak gelisah meningkat kelembapan, suhu
- Kulit tampak terlupas 2.  Tidak terdapat lingkungan ekstrem,
- Kulit kering
- Turgor kulit kurang  perdarahan  penurunan mobilitas)
elastis kemerahan, dan  b.  Terapeutik:
- Intake cairan dan nutria
 jaringan parut. -  Ubah posisi tiap 2jam
 per 3jam dengan susu
formula  jika tirah baring
- By. Ny. G tidak
-  Gunakan produk
terpasang OGT
 berbahan petrolium
atau minyak pada kulit
kering
-  Hindari produk

 berbahan dasar alkohol


 pada kulit kering
d.  Edukasi
-  Anjurkan
menggunakan
 pelembab (mis.Lotion,
serum)
-  Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 

-  Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
-  Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.

 
 

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Bayi Ny.G / 5 hari


No Kamar
Kamar / Ruang : 02 / R. Wijaya Kusuma

TGL NO. TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


WAKTU DIAGNOSA DAN HASIL
09 April I 1.  Observasi tanda-tanda ikterus (Gian)
Hasil: terdapat icterus pada wajah, leher,
2020
sampai dengan bagian atas lutut dan siku
08.11 dengan derajat ikterus 3 (Gian)
2.  Tempatkan lampu fototerapi diatas bayi

08.13 dengan tinggi 30-50 cm


Hasil: perawat sudah melakukan sesuai
dengan prosedur agar suhu tubuh tetap terjaga

08.16 3.  Cek intensitas lampu setiap hari (Gian)


Hasil: perawat jaga pagi selalu melakukan
 pengecekkan intensitas lampu pada pagi hari
saat melakukan handover dengan perawat jaga
malam (Gian)
08.19 4.  Ukur tubuh 4-6 jam sekali
Hasil: PB bayi lahir 46 cm

PB pagi hari 46 cm
09 April III 1.  Monitor status hidrasi (Gian)
2020 Hasil: turgor kulit kering
09.00 2.  Monitor berat badan sebelum dansesudah (Gian)
dialisis.
09.03 Hasil:BB sebelum dialsis 3000 gram
BB sebelum dialysis 3050 gram
09.05 3.  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Gian)

Hasil: Bilirubin direct (0,60), indirect (18,20).


Bilirubin total (18,80)
 

09.08 4.  Catat intake-output dan hitung balans cairan (Gian)


24 jam
Hasil: Intake = 824+5x47= 1.059
Output = 870+5x47= 1.095 _
- 36

5.  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan


09.11 (Gian)
Hasil: Pemberian ASI ekslusif 8x10mg
6.  Berikan cairan intravena, jika perlu
09.15 (Gian)
Hasil: IVFD: PG2 372 cc/24 jam

09 April II 1.  Monitor suhu tubuh (Gian)


2020 Hasil: 35, 8 ℃ 
10.00 2.  Identifikasi penyebab hipotermia (Gian)
10.05 Hasil: Suhu ruangan yang terlalu rendah
3.  Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Gian)
10.10 Hasil: Akral teraba dingin
4.  Sediakan lingkungan yang hangat
10.15 Hasil: Suhu ruangan diatur agar lebih hangat (Gian)
dan Bayi dibedong lalu dipakaikan topi
10.20 5.  Ganti pakaian dan atau linen yang basah (Gian)
Hasil: Pakaian atau linen yang digunakan
dalam keadaan kering.
 
9 April 2020 IV 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit   (Gian)
11.00 Hasil: suhu ruangan yang terlalu tinggi dan
 jangka waktu tirah baring yang lama
11.05 2.  Ubah posisi tiap 2jam jika tirah baring (Gian)
Hasil: Posisi bayi diubah setiap 2jam sekali
11.10 3.  Anjurkan menggunakan pelembab (Gian)
(mis.Lotion, serum)
Hasil: setelah dimandikan kulit bayi dioleskan
 babyoil
10.15 4.  Gunakan produk berbahan petrolium atau (Gian)
 

  minyak pada kulit kering


Hasil: kulit masih kering dan terlupas bagian
wajah, leher perut hingga paha
10.20 5.  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi (Gian)
Hasil: ASI ekslusif tercukupi
10 April I 1.  Observasi tanda-tanda ikterus (Gian)
2020 Hasil: terdapat icterus pada wajah, leher,
08.00 sampai dengan bagian atas lutut dan siku
dengan derajat ikterus 3
08.05
2.  Ukur tubuh 4-6 jam sekali
(Gian)
Hasil: PB bayi lahir 46 cm
PB pagi hari 47,5 cm
08.10
3.  Ubah posisi bayi setiap 4 jam per protocol (Gian)
Hasil: bayi tampak rewel dan menangis
08.15
4.  Tutup daerah kemaluan dengan penutup yang
(Gian)
dapat memantulkan cahaya untuk melindungi
daerah kemaluan observasi tindakan
fototerapi 
Hasil: daerah kemaluan bayi sudah tertutupi
10 April II 1.  Monitor suhu tubuh (Gian)
2020 Hasil: 36 ℃ 
08.30 2.  Lakukan penghangatan pasif (Gian)
08.35 Hasil: Mengenakan topi, sarung tangan dan
kaki pada bayi)
08.40 3.  Lakukan penghangatan aktif eksternal (Gian)
Hasil: Mengenakan selimut, di bedong
menggunakan metode kangguru, kompres
hangat)
10 April III 1.  Monitor status hidrasi (Gian)

2020 Hasil: turgor kulit dan mukosa kering


09.00 2.  Monitor berat badan sebelum dan sesudah (Gian)
 

09.04 dialisis.
Hasil:BB sebelum dialsis 3000 gram
BB setelah dialysis 3050 gram
09.08 3.  Catat intake-output dan hitung balans cairan (Gian)
24 jam
Hasil: Intake = 824+5x47= 1.059
Output = 848+5x47= 1.083 _
-24

4.  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan


09.12 (Gian)
Hasil: Pemberian ASI ekslusif 8x10mg
5.  Berikan cairan intravena, jika perlu
09.16 (Gian)
Hasil: IVFD: PG2 372 cc/24 jam
10 April IV 1.  Gunakan produk berbahan petrolium atau (Gian)
2020 minyak pada kulit kering
09.35 Hasil: kulit masih terlupas dan belum ada
 perkembangan
09.40 2.  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi (Gian)
Hasil:ASI ekslusif diberikan 8x10mg
09.45 3.  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem (Gian)
Hasil: suhu ruangan sudah diatur sesuai
kebutuhan dan keadaan bayi
09.50 4.  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun (Gian)

secukupnya.
Hasil: pagi dan sore hari bayi dimandikan
 

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien / Umur : Bayi Ny.G / 5 hari


No Kamar
Kamar / Ruang : 02 / R. Wijaya Kusuma

NO. TGL SUBYEKTIF, OBYEKTIF, PARAF


DIAGNOSA ANALISA, PLANNING
I 09 April S: -
2020  O:
-  Terdapat icterus pada wajah, leher, sampai dengan
 bagian atas lutut dan siku dengan derajat ikterus 3
-  Perawat mengatur lampu fototerapi diatas bayi
dengan tinggi 30-50 cm sesuai dengan prosedur agar
suhu tubuh tetap terjaga
(Gian)
-  PB bayi lahir 46 cm
-  PB pagi hari 46 cm
A; Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
II 09 April S: -
2020 O:
-  Suhu tubuh bayi 35, 8 ℃ 
-  Akral teraba dingin
 
- Suhu ruangan diatur agar lebih hangat dan Bayi
dibedong lalu dipakaikan topi
-  Pakaian atau linen yang digunakan dalam keadaan
kering dan dapat mencegah munculnya tanda dan
gejala hipotermi (Gian)
A; Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
III 09 April S: Bayi rewel dan sering menangis
2020 O:
-  BB sebelum dialsis 3000 gram.
 

-  BB sebelum dialysis 3050 gram


-  Turgor kulit kering
-  Bilirubin direct (0,60), indirect (18,20). Bilirubin
total (18,80)
-  Intake = 824+5x47= 1.059
Output = 870+5x47= 1.095 _ (Gian)
- 36

-  Pemberian ASI ekslusif 8x10mg

A; Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan

IV 09 April S: Perawat ruangan mengatakan kulit masih terlupas dan


2020  belum ada perkembangan

O:
-  Suhu ruangan yang terlalu tinggi dan jangka waktu
tirah baring yang lama penyebab kulit kering
-  Posisi bayi diubah setiap 2jam sekali
-  Setelah dimandikan kulit bayi dioleskan babyoil
-  Kulit masih kering dan terlupas bagian wajah, leher (Gian)
 perut hingga paha
-  ASI ekslusif tercukupi
A; Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I 10 April S: Bayi rewel dan menangis kuat
2020 O:
-  Terdapat icterus pada wajah, leher, sampai dengan
 bagian atas lutut dan siku dengan derajat ikterus 3
-  Hasil: PB bayi lahir 46 cm
PB pagi hari 47,5 cm
-   bayi tampak rewel dan menangis

-  Daerah kemaluan bayi sudah tertutupi sehingga (Gian)


 

dapat melindungi dari observasi tindakan fototerapi


A; Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
II 10 April S:

2020 O:
-  Suhu tubuh bayi 36 ℃ 
-  Tidak ada tanda tanda hipoksia
-  Mengenakan topi, sarung tangan dan kaki pada bayi
agar bayi tetap hangat
-  Mengenakan selimut, di bedong menggunakan (Gian)
metode kangguru, dan berikan kompres hangat
A; Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
III 10 April S:
2020 O:
-  Turgor kulit dan mukosa kering
-  BB sebelum dialsis 3000 gram
-  BB setelah dialysis 3050 gram
-  Intake = 824+5x47= 1.059
Output = 848+5x47= 1.083 _
-24
(Gian)
 
- Pemberian ASI ekslusif 8x10mg
-  IVFD: PG2 372 cc/24 jam

A; Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan

IV 10 April S:-
2020 O:
-  Kulit masih terlupas dan belum ada perkembangan
-  Turgor kurang elastis
-  Kulit kering
 

-  ASI ekslusif diberikan 8x10mg untuk meningkatkan


asupan nutrisi
-  Suhu ruangan sudah diatur sesuai kebutuhan dan (Gian)
keadaan bayi
 
- Pada pagi dan sore hari bayi dimandikan
A; Masalah belum teratasi
-  P: Intervensi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.DPP


PPNI
Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Luar Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.DPP PPNI
Tim Prokja SDKI PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.DPP
PPNI
http://www.docstoc.com/docs/159606809/Anak---Hiperbilirubin 

http://growupclinic.com/2012/05/07/penanganan-terkini-hiperbilirubinemia-atau-penyakit-
kuning-pada-bayi-baru-lahir/

Anda mungkin juga menyukai