Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA

Di Susun Oleh :

Nama : Arif Rakhman


Nim : C1006005

SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
Jl. Cut Nyak Dien, Kalisapu Telp. (0283) 3317706, Slawi – Tegal
2009
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA

A. Pengertian
Ikterus/Hiperbilirubinemia adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh
karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL ) (Sukadi, 2000).
Ikterus/Hiperbilirubinemia adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubun dalam tubuh (Hasan, 1997).
Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern
Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg%
dan 15 mg%.
Kern Ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

B. Klasifikasi
1. Ikterus fisiologis
Warna kuning akan timbul pada hari ke-2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5
– 6 dan menghilang pada hari ke 10. bayi tampak biasa, minum baik, BB naik biasa.
Kada bilirubin serum bayi cukup bulan ≠ > 12 mg/dL dan pada BBLR 10 mg/dL, dan
akan hilang pada hari ke-14.
2. Ikterus Patologis
a. Ikterus timbul dalam 24 jam 1 kehidupan; serum bilirubin total > 12 mg/dL
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau > dalam 24 jam
c. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibiltas serum, defisiensi enzim 6-6
pada dan sepsis
d. Bil direk > 1 mg/dL atau kenaikan bil serum 1 mg/dL/jam atau 5 mg/dL/hari
e. Konsentrasi bil serum > 10 mg % pada BKB (bayi kurang bulan) dari 12,5 mg %
pada BCB (bayi cukup bulan)

1
f. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari (bayi cukup bulan) dan > 14 hari pada
BBLR.
C. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G-6-PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid).
 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
 Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Salisilat,
Gentamisin, Sulfadiasine dll.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

D. Tanda dan Gejala


1. Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin
indirek).
2. Anemia
3. Petekie
4. Perbesaran lien dan hepar
5. Perdarahan tertutup
6. Gangguan nafas
7. Gangguan sirkulasi

2
8. Gangguan saraf

E. Patofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin
pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi,
meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan
protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan
anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau
bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan
saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang
memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar
darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati
biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan
Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

F. Penatalaksanaan
1. Fototerapi : dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis
dan berfungsi utnuk menurunkan bil dalam kulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada bil dari biliverdin.
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light
spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi

3
menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi
oleh Hati. Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5
mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko
Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Fenobarbitol, dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan
memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoromil transferase yang
mana dapat meningkatkan bil konjugasi dan clearance pada pigmen dan empedu,
sintetis protein di mana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin.
3. Antibiotik, apabila terkait dengan infeksi.
4. Transfusi tukar, apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang
dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang
dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar.
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati
bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi dengan
isoimunisasi, transfusi tukar memiliki manfaat tambahan, karena membantu
mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi. Sehingga mencegah hemolisis lebih
lanjut dan memperbaiki anemia.

G. Komplikasi
1. Terjasi Kernikterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bil indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, thalamus, nukleus subtalamus, nukleus merah di dasar
ventrikel IV
2. Bilirubin ensephalopaty

4
H. Pathway

Penyakit hemolitik Obat-obatan Gangguan fungsi hepar


(missal salisilat, gentamisin dll) (infeksi, asidosi, hipoksia)

Hemolisis
Defisiensi bilirubin Konjugasi bil indirek
(Jumlah bilirubin yg menjadi bil direk
diangkut ke hati endah
Pembentukan bilirubin berkurang)
bertambah

Bilirubin indirekmeningkat

Hiperbilirubinemia

Jaringan ekstravaskuler Otak


(kulit, konjungtiva, mukosa, dan
alat tubuh lain)
Kernikterus
Ketidaktahuan (Sawar Otak)
Ikterus Orangtua/keluarga tentang bayi
ikterik dan pengobatannya
Resiko Injury internal
Fototherapi pada otak
Kecemasan orang tua/
keluarga
Resiko gangguan
integritas kulit

5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HIPERBILIRUBINEMIA

A. PENGKAJIAN
Data dasar pasien :
1. Aktivitas
Letargi, malas
2. Sirkulasi
Mungkin pucat, menandakan anemia
3. Eliminasi
a. Bising usus
b. Pasase mekonium mungkin lambat
c. Feses lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin
d. Urine gelap pekat
4. Makanan/cairan
a. Riwayat perlambatan/makan oral buruk
b. Palpasie abdomen dapat menunjukan pembesaran limfa, hepar
5. Pernafasan
Riwayat asfiksia
6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus
b. Tampak ikterika pada awalnya di wajah dan dapat berlanjut pada bagian distal
tubuh, kulit tampak hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi
7. Riwayat keluarga
a. Faktor keluarga, misal : keturunan etnik, riwayat hiperbilirubin pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, defisiensi Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase
b. Faktor ibu, mencerna obat-obatan, inkompatibiltas Rh/ABO
c. Faktor penunjang intrapartum, misal : persalinan praterm.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Golongan darah ibu dan bayi, mengidentifikasi inkompatibiltas ABO
b. Bilirubin total, kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dL, kadar indirek

6
tidak boleh melebihi 5 mg/dL dalam 24 jam, atau tidak boleh melebihi 20 mg/dL
pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi praterm.
c. Darah lengkap : Hb mungkin rendah ( < 1 mg/dL ) karena hemolisis
d. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin serum

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi injury (internal), keterlibatan SSP b.d peningkatan serum bilirubin
indirek.
2. Resiko gangguan integritas kulit b.d fototerapi
3. Kecemasan orang tua b.d kurang informasi mengenai kondisi patologis anak dan
pengobatannya.

C. INTERVENSI
1. Resiko tinggi injury (internal), keterlibatan SSP b.d peningkatan serum bilirubin
indirek.
Tujuan : Injuri (internal) tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Menunjukan kadar bilirubin indirek < 12 mg/dL pada bayi cukup bulan pada usia 3
hari
b. Resolusi ikterik pada minggu I tetap
c. Bebas dari keterlibatan SSP
Intervensi :
a. Tinjau ulang kondisi bayi saat kelahiran, contoh afiksia atau asidosis
Rasional : Asfiksia dan asidosis merupakan afinitas bilirubin terhadap albimin
b. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering
Rasional : Stres dingin berpotensi melepaskan asam lemak, yang bersaing pada sisi
ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar bilirubin yang bersirkulasi
dengan bebas.
c. Mulai pemberian oral awal dalam 4 – 6 jam kelahiran, kaji bayi terhadap tanda-
tanda hipoglikemi
Rasional : Hipoglikemi memerlukan penggunaan lemak untuk asam lemak pelepas
energi, yang bersaing dengan bilirubin untuk bagian bersaing bilirubin.
d. Observasi bayi pada sinar alamiah

7
Rasional : mendetekasi bukti/derajat ikterik

2. Resiko gangguan integritas kulit b.d fototerapi


Tujuan : Gangguan integritas kulit tdk terjadi
Kriteria hail :
a. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal
b. Bebas dari cedera kulit/jaringan
c. Mendemonstrasikan pola interaksi yang diharapkan
d. Menunjukan penurunan kadar bilirubun serum
Intervensi :
a. Perhatikan perkembangan/adanya bilier atau obstruksi usus
Rasional : Fototerapi dikontraindikasikan terhadap kondisi ini
b. Tutup penis dan testis pada bayi pria
Rasional : mencegah kerusakan testis dari panas
c. Pasang lapisan pletiglas antara bayi dan sinar
Rasional : Menyaring radiasi sinar ultraviolet dan melindungi bayi bila bola lampu
pecah
d. Pantau kulit neonatus dan suhu inti
Rasional : fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai rspon terhadap
pemajanan sinar, radiasi dan konveksi
e. Pantau masukan dan haluaran cairan, perhatikan tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Peningkatan kehilangan air dan feses dapat menyebabkan dehidrasi
3. Kecemasan orang tua b.d status kesehatan bayi
Tujuan : Orang tua tidak tampak cemas
Kriteria Hasil :
a. Mengharapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan dan kemungkinan hasil
b. Berpartisipasi aktif pada perawatan bayi
c. Mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi
Intervesi :
a. Berikan penjelasan tentang tipe ikterik dan faktor fisiologis
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
b. Tinjau ulang maksud dari mengkaji peningkatan bilirubin pada bayi
Rasional : Memungkinkan keluarga mengenali tanda-tanda peningkatan bilirubin
dan mencari intervensi tepat waktu

8
c. Diskusikan penatalaksanaan di rumah dan peningkatan pemberian makan langsung
pada sinar matahari
Rasional : Informasi membantu keluarga melakukan penatalaksanaan yang tepat.
d. Beri informasi tentang mempertahankan suplai ASI melalui pompa payudara dan
kembali menyusui bila ikterik memerlukan pemutusan menyusui.
Rasional : Memberi informasi tentang pentingnya terapi, mempertahankan supaya
keluarga mendapatkan informasi tentang keadaan bayi.
e. Diskusikan tentang efek jangka panjang dari hiperbilirubinemia dan kebutuhan
pengkajian lanjut dan intervensi dini.
Rasional : Kerusakan neurologis dihubungkan dengan kepriktus, misalnya
kematian, retardasi mental, perlambatan bicara, dan warna gigi hijau kekuningan.

D. IMPLEMENTASI

No Dx IMPLEMENTASI RESPON TTD


1 1. Meninjau ulang kondisi bayi saat Ds: - Keluarga pasien
kelahiran, contoh afiksia atau asidosis mengatakan bayinya hangat
2. Mempertahankan bayi tetap hangat - Keluarga pasien
dan kering mengatakan bayinya sudah
3. Mulai melaukan pemberian oral awal diberi ASI
dalam 4 – 6 jam kelahiran, kaji bayi Do : S : 37oC
terhadap tanda-tanda hipoglikemi Do: - Masih terdapat ikterik
4. Mengobservasi bayi pada sinar
alamiah
2 1. Memperhatikan perkembangan/adanya Ds: - Keluarga pasien
bilier atau obstruksi usus mengatakan penis dan testis
2. Menutup penis dan testis pada bayi bayi sudah ditutup
pria - Keluarga pasien
3. Memasang lapisan pletiglas antara mengatakan sudah diberi
bayi dan sinar lapisan ketika dilakukan
4. Memantau kulit neonatus dan suhu inti fototerapi
5. Memantau masukan dan haluaran Do: - Ikterik tampak di dada
cairan, perhatikan tanda-tanda dehidrasi dan tangan
- Pasien BAB 1 x sehari,

9
BAK 1 x sehari
- Pasien minum ASI
3 1. Memberikan penjelasan tentang Ds : - Keluarga pasien
tipe ikterik dan faktor fisiologis mengatakan mengerti setelah
2. Melakukan tinjau ulang maksud diberi penjelasan
dari mengkaji peningkatan bilirubin - Keluarga pasien
pada bayi mengatakan merasa lebih
3. Mendiskusikan penatalaksanaan di tenang
rumah dan peningkatan pemberian
makan langsung pada sinar matahari Do : Keluarga pasien tidak
4. Memberi informasi tentang tampak cemas lagi
mempertahankan suplai ASI melalui
pompa payudara dan kembali menyusui
bila ikterik memerlukan pemutusan
menyusui.
5. Mendiskusikan tentang efek
jangka panjang dari hiperbilirubinemia
dan kebutuhan pengkajian lanjut dan
intervensi dini

10
E. EVALUASI

No Dx EVALUASI TTD
1
S : - Keluarga pasien mengatakan bayinya hangat
- Keluarga pasien mengatakan bayinya sudah diberi ASI
O:-S : 37oC
- Masih terdapat ikterik
A : Masalah resiko tinggi injury (internal) belum teratasi
P : Ulangi Intervensi :
1. Tinjau ulang kondisi bayi saat kelahiran, contoh afiksia atau
asidosis
2. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering
3. Mulai pemberian oral awal dalam 4 – 6 jam kelahiran, kaji bayi
terhadap tanda-tanda hipoglikemi
4. Observasi bayi pada sinar alamiah
2 S : - Keluarga pasien mengatakan penis dan testis bayi sudah ditutup
- Keluarga pasien mengatakan sudah diberi lapisan ketika dilakukan
fototerapi
O : - Ikterik tampak di dada dan tangan
- Pasien BAB 1 x sehari, BAK 1 x sehari
- Pasien minum ASI
A : Masalah resiko gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Perhatikan perkembangan/adanya bilier atau obstruksi usus
2. Pantau kulit neonatus dan suhu inti
3. Pantau masukan dan haluaran cairan, perhatikan tanda-tanda
dehidrasi
3 S : - Keluarga pasien mengatakan mengerti setelah diberi penjelasan
- Keluarga pasien mengatakan merasa lebih tenang
O : Keluarga pasien tidak tampak cemas lagi
A : Masalah kecemasan orang tua sudah teratasi

11
P : Intervensi selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Pritchard, J.A. 1997. Obstetric Williams. Edisi xvii. Airlangga University Press: Surabaya.
Saifudin, AB, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
YBPSP, Jakarta
Bobak and Jansen (1984), Etential of Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Hasan, Rusepno. 1997. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UI.
Hawkins, J.W. and Gorsine, B. (1985), Post Partum Nursing, New York: Springen
H. Markum : Ilmu Kesehatan Anak. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.
Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan Nasional
McCormick, Melisa. 2003. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat,
Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Indonesia : MNH – JHPIEGO
Nelson J.P. and May, K.A.(1986), Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B.
Lippincot Company.
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
Sudoyo,Aru.W, dkk, eds., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Dep. Ilmu Penyakit Dalam :
Jakarta, 2006,
Sukadi, Abdurrachman, dkk. 2000. Perinatologi .Bandung : FKUP/ RSHS

12

Anda mungkin juga menyukai