Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Seksio sesarea atau persalinan sesarea, di definisikan sebagai melahirkan janin
melalui insisi dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).
(Cuningham. F. Gary. Etc,1995 : 511).
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin untuk dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Wiknjosastro, hanifa, 1995).
Seksio sesarea atau persalinan sesarea atau persalinan sesarea adalah persalinan
melalui sayatan pad dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin
> 1000 gram atau umur kehamilan > 28 minggu. (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999).
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan
dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. (Abdul Bari
Saefudin,2000.166).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan
implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. (Manuaba Ida Bagus Gde,
1998:258)

B. PENYEBAB
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan
perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta, antara lain :
1. Trauma langsung terhadap uterus hamil
a. Terjatuh terutama tertelungkup
b. Tendangan anak yang sedang digendong
c. Atau trauma langsung lainnya
2. Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan tindakan
kebidanan yang dilakukan, antara lain :
a. Setelah memecahkan ketuban
b. Persalina anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek.
Factor terjadinya predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah :
a. Hamil pada usia tua
b. Memounyai tekanan darah tinggi
c. Bersamaan dengan preeclampsia atau eklampsia
d. Kekurangan asam fonik
(Manuaba, Ida Bagus Gde,1998:259).

C. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas.
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terdapatnya plasenta lebih dari 1/4, tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
1) Perdarahan dengan rasa sakit.
2) Perut terasa tegang.
3) Gerak janin berkurang.
4) Palpasi bagian janin sulit diraba.
5) Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
6) Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.
7) Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b. Terjadinya perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu :
1) Terjadinya syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan yang
meningkat.
2) Dapat terjadi pembekuan darah.
3) Pada pemerikasaan di jumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak
sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
4) Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba; dinding perut
terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.
5) Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
6) Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi
dan atonia uteri.
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998 : 259-260).

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis.
Desidua tersebut kemudian terbelah sehingga meninggalkan lapisan tipis yang
melekat pada miometrium. Sebagai akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal
akan terdiri dari pembentukan hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan,
kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian
tersebut. Dalam tahap awal, mungkin belum terdapat gejala klinis. Keadaan tersebut
kemudian ditemukan dengan hanya setelah dilakukan pemeriksaan terhadap plasenta
yang baru dilahirkan; plasenta ini memiliki permukaan maternal dengan lekukan bulat
yang diameternya beberapa sentimeter dan ditutupi oleh darah yang membeku serta
berwarna gelap. Jelas diprlukan waktu beberapa menit sebelum perubahan anatomis
ini terwujud. Jadi, solusio plasenta yang baru saja terjadi mungkin tidak tampak
berbeda dengan plasenta normal ketika dilahirkan.
Pada beberapa kasus, pembuluh arteri spiralis disidua dapat ruptuur dan
menyebabkan hematom retro plasenta yang jika luas akan memutuskan lebih banyak
pembuluh darah lagi, sehingga lebih banyak bagian plasenta yang terlepas disertai
perdarahan yang lebih banyak lagi dan selanjutnya pelepasan lebih luas lagi. Daerah
pelepasan dengan cepat menjadi semakin luas dan mencapai bagian tepi plasenta
karena uterus tetap terdistensi dengan adanya hasil pembuahan. Organ ini tidak
mampu mengadakan kontraksi yang memadahi guna menekan pembuluh darah yang
rupture yang memasok tempat plasenta tersebut. Darah yang mengalir keluar dapat
meluas selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya akan terlihat dari luar atau
tetap bertahan seluruhnya didalam uterus.
(Cunningham. F. Gary, 1995 :835-836).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk ibu post partum menurut Susan Martin Tucker
(1998:869) yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Hb/Ht
3. Kadar obat dalam darah sesuai pasaran
4. Elektrolit bila indikasikan

F. PENANGANAN/PENGOBATAN
Penanganan solusio plasenta :
1. Solusio plasenta ringan
a. Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
b. Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif.
c. Perdarahan berlangsung terus, ketegangan makin meningkat dengan janin
yang masih baik dilakukan seksio sesarea.
d. Perdarahan yang behenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur
dilakukan perawatan inap.
2. Solusio tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderita, tata laksananya sebagai berikut :
a. Pemasangan infuse dan tranfusi darah
b. Memecahkan ketuban
c. Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea.
3. Sikap perawat dalam menghadapi solusio plasenta
a. Pemasangan infuse
b. Mempersiapkan donor dari masyarakat dan keluarga
c. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama

G. KOMPLIKASI
Penyulit solusio plasenta ditemukan sebagai berikut :
1. Penyulit (komplikasi) ibu :
a. Perdarahan dapat menimbulkan
1) Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok.
2) Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok.
3) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
b. Gangguan pembekuan darah
1) Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah menyebabkan
pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis.
2) Terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria
Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin
makin berkurang.
d. Perdarahan post partum
1) Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot
rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan
karena atonia uteri.
2) Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
2. Penyulit pada janin
Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan
nutrisi kea rah janin, sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat
dan kematian pembekuan dalam rahim. Rintangan kejadian asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas
dari implantasinya di fundus uteri.
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998 : 261-262)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN SEKSIO SESAREA
SOLUSIO PLASENTA DI RUANG DAHLIA RSUD DR.SOESILO SLAWI

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 11 November 2009
Ruang : Dahlia
Oleh : Andri Andika D.S

IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : kudaile
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 10 November 2009
No. Register : 020556
Diagnosa Medis : seksio sesarea dengan indikasi solusio plasenta
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn.J
Alamat : kudaile
Pekerjaan : PNS
Hub. Dengan Pasien: Suami
RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pada waktu umur 9 tahun pernah dirawat dirumah sakit
dengan diagnosa medis febris (s = 40 derajat celcius) dan pasien juga mengatakan
tidak pernah menderita penyakit yang kronis.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke RSUD Dr. Soesilo Slawi pada tanggal 10 november 2009
jam 20.40 wib dikarenakan akan melahirkan dengan hamil 9 bulan. Pada hari
kamis jam 17.00 wib pasien mengalami perdarahan pervagina dan periksa kebidan
desa, kemudian dari bidan menyarankan untuk di bawa ke RS karena kehamilan
dengan solusio plasenta dan perdarahan per vagina sehingga sulit untuk
melahirkan. Pasien telah di bawa kerumah sakit di tempatkan di ruang Dahlia dan
perawat RS menyatakan pasien harus di operasi karena kehamilan dengan solusio
plasenta kemudian operasi dilakukan pada jam 04.00 wib dengan bayi jenis
kelamin laki-laki dengan BB= 3,2 kg dan TB= 47 cm
C. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan mendapat haid pertama umur 12 th, haid teratur setiap
bulan dengan siklus 28 hari dan lamanya haid 7 hari. Setiap menstruasi pasien
hanya merasa sakit perutbiasa (kram perut).
D. Riwayat kehamilan/persalinan dahulu
Pasien menyatakan ini merupakan kehamilan pertama.
E. Riwayat Kehamilan/persalinan sekarang
Pasien mengatakan pada kehamilan yang sekarang ini selalu memeriksakan
kehamilannya secara rutin setiap bulan di bidan desa dan telah mendapatkan
imunisasi TT 2X pada kehamilan bulan pertama dan ketiga. Dan pada umur
kehamilan 7 sampai 9 bulan pasien mulai rutin memeriksakan kandungannya
setiap 2 minggu srkali.
Untuk riwayat persalinan yang sekarang ini Ny.N datang ke RSUD Dr. Soesilo
Slawi pada tanggal 10 november 2009 jam 20.40 wib dengan keluhan perdarahan
pervagina, pada umur 9 bulan. Karena pada pemeriksaan diketahui solusio
plasenta akhirnya dianjurkan untuk operasi. Dan operasi langsung dilaksanakan
tanggal 11 november 2009 jam 04.00 wib.
F. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang di lakukan
operasisc, hanya baru pertama kali pasien sebagai anak ketiga dari lima
bersaudara dilakukan sc. Di dalam keluarga pasien tidak ada yangmenderita
penyakit kronik dan menular ataupun penyakit keturunan.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3X sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur tanpa
ada gangguan.
Pasien minum 6-7 gelas/hari (ukuran 200 cc) dengan air putih.
Selama sakit : pasien makan 3X sehari dengan nasi, laukpauk, dan sayur, porsi
yang disediakan RS sisa 2-3 sendok, tanpa ada gangguan.
Pasien minum 3-4 gelas/hari (ukuran 200 cc), pasien mengatakan takut jahitannya
lepas bila banyak minum.
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1X dalam sehari dengan konsisten lembek dan bau
khas dengan lancar dan tanpa gangguan.
Pasien BAK 6-7 X/hari dengan warna kuning jernih dengan lancar dan tanpa
gangguan.
Selama sakit : pasien mengatakan belumbisa BAB selama 2 hari setelah operasi.
Pasien BAK dengan dipasang kateter bag.
3. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien biasa melakukan aktivitas sendiri sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga.
Selama sakit : pasien hanya berbaring ditempat tidur dalam
memenuhikebutuhan/aktivitas banyak dibantu oleh keluarga : ganti pakaian,
makan, minum, dan lain-lain.
4. Pola tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : pasien tidur pada waktu malam hari dari jam 21.00-05.00 wib dan
pasien jarang tidur siang.
Selama sakit : pasien tidak dapat tidur siang hari karena lingkungan RS yang
berisik, tapi pasien dapat tidur pada malam hari, itu saja selalu terbangun karena
nyeri. Walaupun begitu kebutuhan tidur pasien dapat terpenuhi, karena pasien
dapat tidur dari jam 20.00 wib.
5. Pola konsep pribadi dan persepsi pribadi
Pasien mengatakan walaupun tidak dapat melahirkan dengan normal yaitu dengan
operasi sc. Tapi pasien merasa bangga dengan keadaan dirinya yang sekarang,
pasien merasa sempurna sebagai seorang perempuan atau istri. Dengan anak yang
pertamanya akan berperan sebagai seorang ibu dan dengan seorang istri yang
bertanggung jawab terhadap anak dan suaminya.
6. Pola peranan dan berhubungan
Pasien mengatakan sebagai seorang wanita dan seorang ibu akan merawat bayinya
dengan baik, hubungan dengan suami cukup harmonis, juga dengan keluarga,
hubungan pasien dengan masyarakat dan dengan pasien satu ruangan di rumah
sakit cukup baik.
7. Pola seksual dan reproduksi
Selama di RS hubungan Ny.N dengan suaminya sangat dekat walaupun hanya
pada malam hari Tn.J menemaninya karena pada pagi hari harus bekerja. Ny.N
sangat senang karena suaminya sangat senang karena suaminya sangat sayang dan
perhatian. Dan Ny.N masih menstruasi setiap bulannya dan belum pernah ikut
KB. Dan terakhir berhubungan pada kehamilan 9 bulan.
8. Pola mengatasi stress
Ny.n pernah mengalami cemas dan stress saat diberi tahu bahwa kehamilannya
ada masalah (solusio plasenta dan perdarahan per vagina) Ny.N cemas saat akan
dilakukan operasi dan dengan dukungan dari keluarga akhirnya Ny.N merasa
tenang dan apabila ada masalah besar Ny.N selalu minta bantuan keluarga.
9. Pola Etika (nilai moral) dan kepercayaan
Sebelum sakit pasien biasa melakukan shalat lima waktu dengan tepat dan dengan
keadaanya yang sekarang ini, pasien dapat menerima dengan tawakal. Sebagai
seorang muslim, ia hanya bisa berdoa pada Allah SWT dan bersyukur karena
operasi berjalan dengan lancar.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Ibu
Keluhan utama : Pasien mengeluh belum bisa BAB 2 hari setelah di operasi, nyeri
pada luka post operasi
Keadaan umum : BB terakhir waktu hamil = 54 kg
TB : 155 cm
TTV : TD = 100/70 mm hg
S : 36 derajat celcius
N : 80 X/menit
RR : 20 X/menit
Head to toe
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak berketombe, dan tidak ada lecet pada kulit
kepala.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan normal.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada peradangan, tidak ada polip,
penciuman baik.
Mulut : Mukosa bibir agak kering, gigi bersih, tidak ada karies gigi.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen, dan pendebngaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
Dada : Simetris, RR = 20 X/ menit, payu dara tidak ada pembengkakan, puting
menonjol, areola hitam, ASI sudah keluar.
Abdomen : Adanya luka operasi dengan jumlah jahitan 10, luka basah, bising usus
5 X/menit, teraba keras pada abdomen bawah sebelah kiri.
Punggung: Tidak mengalami nyeri di daerh punggung dan tidak terdapat lecet.
Genetalia : Vulva keluar, lochea (rubra) warna merah ada lendir dan bau anyir,
pasien mengganti balutan 2X sehari.
Ekstremitas : atas :tangan kiri terpasang infus, dan tangan kanan dapat bergerak
dengan bebas tanpa adanya gangguan serta tidak ada luka oedem ataupun lecet.
bawah : tidak ada tanda-tanda tromboplepitis, tidak ada oedem ataupun lecet.
B. Status Bayi
Antropometri : BB = 3,2 kg
TB = 47 cm
LK = 33 cm
Lila = 10 cm
TTV : S = 36,5 derajat celcius
N : 100 X/menit
RR : 80 X/menit
Head to toe
Kepala : Warna rambut hitam, bersih, tidak ada lecet pada kulit.
Mata : Penglihatan normal. Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Bersih, tidak ada sekeret, tidak ada peradangan, tidak ada polip
Mulut : Mulut basah bibir basah
Telinga : Bersih tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thiroid
Dada : Simetris, RR = 80 X/menit
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan
Punggung : Tidak ada lecet pada kulit
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Atas : Tidak ada lecet atau oedem
Bawah : Tidak ada lecet atau oedem
Kulit : Warna merah , turgor baik
Reflek : Bayi menggerakan tangan keatas dan ke bawah saat disentuh, bayi dapat
menghisap dan menelan serta bila pipinya di sentuh kepalanya
menengok/menoleh
Kelainan fisik : tidak ada kelainan fisik

C. ANALISA DATA

NO Tgl / jam DATA ETIOLOGI MASALAH


1. 11-11-09 DS: pasien mengatakan belum Gangguan pola trauma
bisa BAB selama 2 hari eliminasi sekunder
setelah operasi sc (BAB) post sc.
DO: pada abdomen bawah
sebelah kiri teraba
sedikt/agak keras

2. DS: -pasien mengatakan ,masih Nyeri adanya luka


11-11-09
merasa nyeri pada daerah post op.
luka post operasi
-nyeri sangat terasa bila
belajar duduk atau setengah
duduk ataupun mengangkat
badan
DO: -pada abdomen terdapat
luka post op dengan jumlah .
jahitan 10, luka basah keluar
sedikit darah
-pasien terlihat sedikit
meringis saat mau belajar
. -duduk atau setengah duduk
ataupun mengangkat badan
Skala nyeri 6 (sedang)
D. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan trauma sekunder post sc.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya luka post op.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post op.

E. INTERVENSI
NO. TGL/ TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
DX JAM
1. 13-11- Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji pola BAB pasien
2009
2x24 jam diharapkan pasien dapat 2. Anjurkan pasien agar
buang air besar dengan kriteria hasil : minumyang banyak
a. Abdomen terasa lembek 3. Anjurkan untuk mobilisasi
b. Pasien mengatakan dapat Bab (banyak gerak)
dengan lancar. 4. Kolaborasi dalam
memberikan pencahar

13-11-
2. Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji lokasi, intensitas nyeri
2009
2x24 jam diharapkan nyeri pada dan skala nyeri
abdomen berkurang dengan kriteria 2. Alihkan perhatian pasien
hasil : untuk mengurangi rasa
- Pasien mengatakan rasa nyeri nyeri.
berkurang 3. Berikan posisi yang
- Pasien tampak lebih tenang nyaman
- Skala nyeri rinagan (1-3) 4. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
5. Ajarkan tekhnik relaksasi
6. Kolaborasi dengan tim
medis dalammemberikan
analgetik

Setelah dilakukan tindakan 1. kaji keadaan luka


13-
3. keperawatan selama2 X 24 2. lakukan perawatan luka
11-
jamdiharapkann tidak terjadi infeksi 3. lakukan tekhnik septi
2009
dengan kriteria hasil: aseptik
a. Luka besih, kering,tidak 4. monitor TTV
muncul tanda tanda infeksi 5. anjurkan pasien untuk
b. Suhu tubuh normal (36 sampai mengganti gurita setiap
37 derajat cslcius) peraxila hari.
6. Anjurkan untuk jangan
menggaruk di sekitar luka
bila gatal.
7. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
antibiotik.
G. IMPLEMENTASI
NO. TGL / IMPLEMENTASI RESPON
DX JAM

1 13-11- 1. Mengkaji pola BAB pasien - pasien mengatakan belum bisa


2009
2. Menganjurkan minum yang banyak BAB selama 2hari setelah
Jam
3. Menganjurkan pasien untuk makan, operasi
07.40
makanan yang tinggi serat - pasien minum 3-4 gelas/hari
4. Menganjurkan untuk mobilisasi dengan air putih
(banyak gerak) - pasien mengatakan sering
makan buah : pisang dan
pepaya
- pasien belajar miring ke kiri
- dan ke kanan dan pasien
belajar setengah duduk
- lokasi nyeri pada abdomen
luka post op.
- Skala nyeri 6 (sedang)

2. 13-11- 1. Mengkaji lokasi nyeri intensitas dan - Pasien mengelus daerah yang
2009 skala nyeri terluka bila nyeri muncul
Jam
2. Mengalihkan perhatian pasien - Pasien tidur dengan dua bantal
07.45
dengan menyarankan untuk - Pasien melakukan nafas
mengelus daerah yang terluka bila panjang
Jam terasa nyeri - Pasien dapat istirahat dengan
08.00 3. Memberikan posisi yang nyaman tenang, sprei bersih
4. Mengajarkan tekhnik relaksasi
dengan nafas panjang bila muncul
Jam
08.30 nyeri
5. .menciptakan lingkungan yang
nyaman dengan mengganti sprei
Jam
09.10

M. CATATAN PERKEMBANGAN
O TGL / JAM NO.Dx EVALUASI TTD
13-11-2009 1. S: pasien mengatakan belum bisa buang air besar selama 3 hari setlah post
Jam 10.03 op
O: abdomen sedikit teraba keras (abdomen bawah kiri)
A: masalah belum teratasi teratasi
P : anjurkan intervensi 1,2,3,4

Jam 10.03 2.
S: pasien mengatakan masih terasa nyeri tapi hanya sedikit dan pasien
mengatakan nyeri hanya terasa bila turun dari tempat tidur
O: pasien terlihat tampak tenang
pasien tidak meringis kesakitan bila turun daritempat tidur
Pasien mengatakan bila duduk ditempat tidur dan senderan tidak terasa sakit
Skala nyeri sedang (4)
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1-6
Jam 10.03 3.
S: pasien mengatakan sudah tidak terasa gatal pada sekitar daerah luka
O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi berikutnya
- memberikan penyuluhan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai