Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PAIEN DENGAN

SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

Di Susun Oleh :

Nama : Arif Rakhman


Nim : C1006005

SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
Jl. Cut Nyak Dien, Kalisapu Telp. (0283) 3317706, Slawi – Tegal
2009
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

I. SECTIO CAESAREA
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim (Mansjoer, 1999).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melauli suatu
insisi pada diniding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Winkdjosastro, 2000).

B. Jenis – jenis operasi sectio caesarea


1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a.Sectio caesarea transperitonealis
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10
cm.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin dengan cepat
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik
 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah
rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
 Perdarahan tidak begitu banyak
 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian
tidak membuka cavum abdominal
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )

C. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
(Dystasia) :
 Fetal distress
 His lemah / melemah
 Janin dalam posisi sungsang atau melintang
 Bayi besar ( BBL  4,2 kg )
 Plasenta previa
 Kalainan letak
 Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
 Rupture uteri mengancam
 Hydrocephalus
 Primi muda atau tua
 Partus dengan komplikasi
 Problema plasenta

D. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
 Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi
terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

II. PANGGUL SEMPIT


A. Pengertian
Pangul sempit adalah apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran normal
(Muchtar, 1998).
Pintu atas panggul dianggap sempit jika konjuata vera < 10 cm atau diameter
transversa < 12 cm (Gary, 1995).
Sedangkan ukuran panggul normal menurut Sylvia (1997) adalah :
1. Conjugata vera : 11 cm
2. Diameter transversa : 13 cm
3. Diameter oblique : 12 cm
4. Diameter spinarium : 23 – 26 cm
5. Diameter cristarium : 26 – 29 cm
6. Conjugata eksterna : 18 – 20 cm

B. Jenis Panggul
Jenis kelainan panggul antara lain :
1. Panggul genekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter anteroposterior dan dengan
panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.
2. Panggul natropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang dari pada
diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3. Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga
berhubungan dengan penyempiyan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke
dalam dan dengan arkus pubis menyempit.
4. Panggul plaptipellod dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek
daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang
luas.

C. Etiologi
Panggul sempit dapat disebabkan oleh faktor-faktor :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
Semua ukuran panggul kecil, pintu atas panggul biasa tetapi pintu bawah panggul
sempit.
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul dan sendi-sendinya.
1) Rakitis, peradangan tulang panggul dan sendi-sendinya
2) Osteomalasia, peradangan pada sendi panggul
3) Neoplasma, adanya tumor
4) Fraktur, patah tulang pada panggul
5) Penyakit pada sendi skaroitiaka dan sendi sakrokoksigen
Kelainan panggul karena kelianan tulang belakang
a. Kifosis
b. Skoliosis
c. Spondiolistesis
Perubahan bentuk karena penyakit kaki
a. Koksitis
b. Luksasio koksa
c. Atrofi atau kelumpuhan satu kaki

D. Manifestasi Klinis
7. Ibu kelihatan pendek ruas-ruas tulangnya atau ada skoliosis, kifosis
8. Kepala bayi belum masuk pintu atas panggul, kelihatan kotur seperti kepala
menonjol di atas simpisis
9. Ada riwayat kesalahan letak lintang, letak bokong, partus berlngsung lama
10. Riwayat melahirkan anak mati
11. Riwayat persalinan ditolong dengan extraksi vakum atau forcep dan operasi
12. Primigravida pada akhir kehamilan kepala belum masuk pintu atas panggul dan ada
kesalahan letak janin

E. Patofisiologi
Kelainan panggul yaitu panggul yang tidak normal, kemungkinan besar bahwa
kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka servik uteri kurang mengalami tekanan
kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambannya pendataran dan
pembukaan servik. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup
dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban pecah pada pembukaan kecil dan dapat
terjadi prolapsus funikuli, kemudian kepla memasuki rongga panggul dengan hiperfleksi
dan akan terjadi moulage kepla janin. Jika proses persalinan memanjang dengan ukuran
pelvis di bawah ini, persalinan harus diselesaikan dengan sectio caesarea.
Kadang-kadang pada persalinan lama yang disertai pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosisdan infeksi intrapartum.
Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
menimbulkan regangan segmen bawah dan pembentukan moulage kepala janin yang
mengakibatkan proses persalinan terjadi kemacetan.
Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit yang lahir pada suatu tempat
mengalami tekanan lama antara janin dan tulang panggul. Hal ini dapat menimbulkan
gangguan sirkulasi dengan akibatnya terjadi iskemik dan kemudian nekrosis pada tempat
tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vensi koservikause atau fisula
rektovaginalis. Hal ini menyebabkan jain tidak maju dan perlu segera dilakukan tindakan
seksio sesarea (Prawiroharjo, 1999).

F. Komplikasi
1. Komplikasi pada kehamilan
a. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang
keluar dari true pelvic (inkarserasi), tetapi hal ini jarang dijumpai kecuali pada
panggul sempit absolut.
b. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian
terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak,
sulit bernafas, terasa penuh di ulu hati, dan perut besar.
c. Bagian terbawah anak goyang dan tes osborne (+).
d. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung).
e. Dijumpai kesalahan-kesalahan letak, presentasi dan posisi.
f. Lightening tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan
dimulai.
g. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung
2. Komplikasi pada saat persalinan
Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat kesempitan
panggul, meliputi :
a. Persalinan akan berlangsung lama
b. Sering dijumpai ketuban pecah dini
c. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat
menumbung
d. Moulage berlangsung lama
e. Sering terjadi inersia uteri sekunder
f. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inersi uteri primer
g. Partus lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut dapat
menyebabkan ruptura uteri
h. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal
i. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak
menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi
nekrotik dan terjadilah fistula
3. Komplikasi pada anak
a. Infeksi intrapartal
b. Kematian jani intrapartal (KJIP)
c. Prolaps funikuli
d. Perdarahan intrakranial
e. Kaput suksedaneum dan sefalo-hematoma yang besar
f. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat
dan lama
g. Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-
alat yang dipakai.

G. Penatalaksanaan
Panggul hanya satu dai beberapa faktor yang menentukan persalinan normal atau
tidak. Bila conjugata vera licin dapat dipastikan partus biasa dan bila ada kesulitan
persalinan pasti tidak disebabkan faktor panggul. Untuk conjugata vera kurang dari 8.5
cm dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a. Conjugata vera 8.5 – 10.5 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan
berakhir dengan partus spontan atau dengan extraksi vakum, ekstraksi forsep atau
ditolong dengan sectio caesarea sekunder dengan indikasi obstetri lainnya.
b. Conjugata vera 6 – 8.5 cm dilakukan sectio caesarea primer
c. Conjugata vera 6 cm harus dilakukan tindakan sectio caesarea mutlak.

III. NIFAS
A. Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer, 1999)

B. Fisiologi Nifas
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada akhir kala III persalinan fundus uteri berada setinggi umbilikus dan berat
uterus 100 gram. Uterus kemudian mengalami involusio dengan cepat selama 7 –
10 hari pertama dan selanjutnya proses involusi ini berlangsung secara berangsur-
angsur.
b. Lockhea
Merupakan istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama nifas.
Jumlah dan warna akan berkurang secara progresif :
1) Lokhea rubra (hari ke-1 – 4), jumlah sedang berwarna merah dan ada gumpalan
2) Lokhea serosa ( hari ke-4 – 8), jumlah berkurang dan berwarna merah muda
3) Lokhea alba (hari ke-8 – 14, jumlahnya sedikit, berwarna putih terjadi sampai
kala nifas berakhir.
c. Serviks
Serviks mengalami involusio bersama dengan uterus. Setelah persalinan
eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan. Servik akan menutup
setelah 6 minggu post natal.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
e. Perinium
Segera setelah melahirkan perinium menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala nayi yang bergerak maju.
f. Payudara
Payudara menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan
sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
2. Sistem urinaria
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan terdapat spasme
springter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi anatara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.
3. Sistem gastrointestinal
Diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
4. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan esterogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil.
5. Perubahan psikologis
Tiga fase yang biasa dilakukan seorang ibu untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
peran sebagai orang tua menurut versinya. Menurut Bobak (2000) adalah :
a. Fase taking in
Pada 1 – 2 hari post partum, berfokus pada diri sendiri, tergantung dan pasief, perlu
tidar dan makan.
b. Fase taking hold
Sudah mandiri dalam perawatan dirinya dan perlu bertemu dengan bayinya, ibu
mudah menerima pelajaran tentang perawatan bayi dan personal hygiene, dapat
menerima tanggung jawab.
c. Fase letting go
Pada hari terakhir minggu pertama, ibu mandiri dan penuh peran, ketergantungan
dalam merawat bayi dan dirinya sendiri meningkat, terjadi penyesuaian dalam
hubungan dengan keluarga.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ibu postpartum menurut Susan Martin Tucker (1998) yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Hb/Ht
3. Kadar obat dalam darah sesuai pesanan
4. Elektrolit bisa diindikasikan
D. Pathway
Panggul sempit

Kepala bayi tertahan pintu atas panggul

His tidak teratur

Ketuban pecah dini

Partus lama

Sectio caesarea

Luka post operasi

Dinding abdomen

Sakit ketika bergerak Insisi/luka sayat Jaringan terbuka


tusuk
Keterbatasan mobilitas Resiko infeksi
Jaringan terputus

Gangguan mobilitas
fisik Nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Hipertensi, pendarahan vagina mungkin ada.
2. Makanan dan cairan
Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda hipertensi karena kehamilan
(HKK)
3. Nyeri dan ketidaknyamanan
a. Distosia
b. Persalinan lama atau disfungsional, kegagalan induksi
c. Nyeri tekan uterus
4. Keamanan
a. Adanya komplikasi ibu seperti diabetes, penyakit ginjal atau jantung atau infeksi
b. Trauma abdomen prenatal
c. Prolaps tali pusat, distress janin
d. Ancaman kelahiran janin prematur
e. Presentasi bokong dengan versi sevalik eksternal yang tidak berhasil
f. Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan mobilitas, kelemahan
sekunder terhadap anestesi, hipoksia jaringan dan ketidakcukupan cairan nutrisi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi/laserasi
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil : Nyeri diminimalkan atau dapat dikontrol dan pasien mengungkapkan
bahwa ia nyaman.
Intervensi :
a. Kaji intensitas dan durasi nyeri
b. Beri posisi yang nyaman
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
d. Kolaborasi pemberian analgesic
e. Monitor tanda-tanda nyeri.
2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas, kelemahan sekunder
terhadap anestesi, hipoksia jaringan dan ketidakcukupan cairan nutrisi
Tujuan : Pasien dapat beraktifitas ringan tanpa bantuan.
Kriteria hasil : Klien akan meningkatkan toleransi terhadap aktifitas sehari-hari
dibuktikan oleh ambulasi progresif kemampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari.
Intervensi :
a. Dorong kemajuan tingkat aktifitas pasien
b. Rencanakan periode istriahat teratur sesuai dengan jadwal harian klien
c. Pertahankan rentang gerak aktif
d. Identifikasi kemajuan klien.
3. Resiko terhadap infeksi / cidera berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Akan menunjukan penyembuhan dengan bukti insisi bersih dan kering
tanpa dan tanda gejala infeksi, envolusi, uterus berlanjut secara normal.
Intervensi :
a. Observasi luka insisi
b. Beri perawatan luka
c. Monitor TTV
d. Pantau. peningkatan suhu
e. Kolaborasi pemberian anti biotik.

D. Implementasi

No Dx IMPLEMENTASI RESPON TTD


1 1. Mengkaji intensitas dan Ds: - Pasien mengatakan
durasi nyeri nyerinya sedikit berkurang
2. Memberi posisi yang - Pasien mengatakan
nyaman merasa lebih nyaman
3. Mengajarkan teknik Do : - Pasien tampak rileks
relaksasi dan distraksi - Obat masuk,Ranitidin
4. Melakukan kolaborasi
pemberian analgesik.
5. Memonitor tanda-tanda
nyeri
2 1. Mendorong kemajuan tingkat aktifitas Ds: - Pasien mengatakan sakit
pasien untuk berdiri apalagi duduk
2. Merencanakan periode istriahat teratur - Pasien hanya mampu
sesuai dengan jadwal harian klien mring ke kanan atau ke kiri
3. Mempertahankan rentang gerak aktif - Pasien mengatkan bisa
4. Mngidentifikasi kemajuan klien. makan dan minum sendiri.
Do: Pasien tidur 10 jam/hari

3 1. Mengobservasi luka Ds : - Pasien mengatakan


insisi lukanya masih sakit
2. Memberi perawatan - Pasien mengatakan lebih
luka nyaman setelah dilakukan
3. Memonitor TTV perawatan luka
4. Memantau. peningkatan Do : - Obat masuk, Ceftriaxon
suhu TD : 100/80 mmHg
5. Melakukan kolaborasi S : 37oC
pemberian anti biotik. RR : 24 x/menit
N : 74 x/menit

E. Evaluasi

No Dx EVALUASI TTD
1
S : - Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
O : - Pasien tampak rileks
- Obat masuk,Ranitidin
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi :
1. Kaji intensitas dan durasi nyeri
2. Beri posisi yang nyaman
3. Kolaborasi pemberian analgesik.
4. Monitor tanda-tanda nyeri
2 S : - Pasien mengatakan sakit untuk berdiri apalagi duduk
- Pasien hanya mampu mring ke kanan atau ke kiri
- Pasien mengatkan bisa makan dan minum sendiri.
O: Pasien tidur 10 jam/hari
A : Masalah intolerasi aktifitas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Dorong kemajuan tingkat aktifitas pasien
2. Rencanakan periode istriahat teratur sesuai dengan jadwal harian
klien
3. Pertahankan rentang gerak aktif
4. Identifikasi kemajuan klien.
3 S : - Pasien mengatakan lukanya masih sakit
- Pasien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan perawatan luka
O : - Obat masuk, Ceftriaxon
TD : 100/80 mmHg
S : 37oC
RR : 24 x/menit
N : 74 x/menit
A : Masalah resiko terhadap infeksi / cidera teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Observasi luka insisi
2. Beri perawatan luka
3. Monitor TTV
4. Pantau. peningkatan suhu
5. Kolaborasi pemberian anti biotik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi Alih Bahasa Yasmin Asih,
Editor : Monica Ester, Jakarta : EGC
Doengoes, Marillyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Bayi Ed. 2, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius
Muchtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Ed. 2 Jilid 2, Jakarta : EGC
Wikndjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Kebidanan Ed. 3, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai