Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

I. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis

 SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus

uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

 Mengeluarkan janin dengan cepat

 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

tertarik

 Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealis yang baik


 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi

rupture uteri spontan

 SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada

segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

 Penjahitan luka lebih mudah

 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk

menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

 Perdarahan tidak begitu banyak

 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih

kecil

Kekurangan :

 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga

dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak

 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum

parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

III. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur


uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah  perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami  sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
1.        Kelainan Letak Janin :
a.       Kelainan pada letak kepala
1)      Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2)      Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3)      Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b.      Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
IV. Manifestasi Klinis

1.    Placenta levia sentralis dan lateralis (posterior)


2.    Panggul sempit
3.    Disporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan ukuran panggul
4.    Rupture Uteri mengancam
5.      Partus lama
6.     Partus tak maju
7.    Distosia servik
8.      Pre eklamsia dan hipertensi
9.    Malpresentasi janin:
-          Letak lintang
-          Letak bokong
-          Presentasi dahi dan muka
-          Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
-          gemeli

V.         Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr


dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu
akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan
prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi
lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap
untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang
ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

VI.       Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :


1.      Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a.    Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b.    Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c.    Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.         Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3.          Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4.          Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

VII. Diagnosa Banding

1.    Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari


kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2.    Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3.    Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4.     Urinalisis / kultur urine
5.    Pemeriksaan elektrolit.

VIII. Penatalaksanaan
  

a.        Pemberian cairan


Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
b.      Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c.       Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1)      Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2)      Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3)      Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4)      Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5)      Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d.      Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e.       Pemberian obat-obatan
1.      Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-
beda setiap institusi.
2.       Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
      Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
        Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
        Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
        Obat-obatan lain
3.      Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
4.      Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti.
5.    Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

PENGKAJIAN
a.         Pengumpulan Data
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a.       Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register  , dan diagnosa keperawatan.
b.      Keluhan utama
c.       Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2)      Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3)      Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
d.      Pola-pola fungsi kesehatan
1)      pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2)      Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3)      Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4)      Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5)      Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6)      Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7)      Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8)      Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
 9)      Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
10)  Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
e.       Pemeriksaan fisik
1)      Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2)      Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3)      Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing

4)      Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5)      Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6)      Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
7)      Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8)      Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9)      Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10)  Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11)  Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1.    Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar
2.     Nyeri akut berhubungan dengan  injury fisik jalan lahir.
3.    Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi b/d kurangnya sumber informasi.
4.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis bersalin
5.    Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa NOC NIC
1. Menyusui tidak Setelah diberikan Health Education:
efektif berhubungan tindakan keperawatan   Berikan informasi mengenai
dengan  kurangnya selama 3x24 jam klien-    Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu menunjukkan respon-    Keuntungan menyusui
tentang cara breast feeding adekuat-    Perawatan payudara
menyusui yang benar dengan indikator: -    Kebutuhan diit khusus
      klien mengungkapkan-    Faktor-faktor yang menghambat
puas dengan kebutuhan proses menyusui 
untuk menyusui  Demonstrasikan breast care dan
      klien mampu pantau kemampuan klien untuk
mendemonstrasikan melakukan secara teratur
perawatan payudara   Ajarkan cara mengeluarkan ASI
dengan benar, cara menyimpan,
cara transportasi sehingga bisa
diterima oleh bayi
 Berikan dukungan dan semangat
pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif.
  Berikan penjelasan tentang tanda
dan gejala bendungan
payudara,feksi payudara
 Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan mendukung
klien dalam pemberian ASI
 Diskusikan tentang sumber-
sumber yang dapat memberikan 
informasi/memberikan pelayanan
KIA

2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management


berhubungan dengan  keperawatan selama      Kaji nyeri secara komprehensif
injury fisik jalan 3x24 jam diharapkan termasuk lokasi, karakteristik,
lahir. nteri berkurang dengan durasi, frekuensi, kualitas dan
indicatoretelah dilakukan faktor presipitasi
asuhan keperawatan      Observasi reaksi nonverbal dari
diharapkan nyeri pasien ketidaknyamanan
berkurang       Ajarkan tentang tehnik relaksasi
NOC :                   Berikan analgetik untuk
  Pain Level, mengurangi nyeri
  Pain control,       Tingkatkan istirahat
  Comfort level       Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
Kriteria Hasil : tidak berhasil
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, Managemen lingkungan
mampu menggunakan      Batasi pengunjung
tehnik nonfarmakologi      Sediakan tempat tidur yang
untuk mengurangi nyeri, nyaman dan bersih
mencari bantuan)       Perhatikan hygiene pasien untuk
Melaporkan bahwa nyeri menjaga kenyamanan
berkurang dengan Atur posisi pasien yang nyaman 
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal

3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process


tentang perawatan keperawatan selama    Berikan penilaian tentang tingkat
ibu nifas dan 3x24 jam diharapkan pengetahuan pasien tentang proses
perawatan post pengetahuan klien penyakit yang spesifik.
operasi b/d meningkat dengan    Jelaskan patofisiologi dari
kurangnya sumber indicator: penyakit dan bagaimana hal ini
informasi Kowlwdge : disease berhubungan dengan anatomi dan
process fisiologi, dengan cara yang tepat.
Kowledge : health    Gambarkan tanda dan gejala yang
Behavior biasa muncul pada penyakit,
 Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan pemahaman    Gambarkan proses penyakit,
tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan    Identifikasi kemungkinan
program pengobatan penyebab, dengna cara yang tepat.
 Pasien dan keluarga     Sediakan informasi pada pasien
mampu melaksanakan tentang kondisi, dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan tepat.
secara benar     Hindari jaminan yang kosong
 Pasien dan keluarga     Sediakan bagi keluarga atau SO
mampu menjelaskan informasi tentang kemajuan pasien
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim
    Diskusikan perubahan gaya hidup
kesehatan lainnya
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
    Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
    Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
    Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
    Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
    Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan


berhubungan dengan  keperawatan selama
kelelahan sehabis 3x24 jam ADLs klien
bersalin meningkat  dengan
indicator:
 Self care : Activity of
Daily Living (ADLs)
 Klien terbebas dari bau
badan
 Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan
untuk melakukan ADLS
 Dapat melakukan ADLS
dengan bantuan

5. Resiko infeksi Setelah dilakuakan Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan  asuhan keperawatan infeksi)
luka operasi selama 3x24 jam      Bersihkan lingkungan setelah
diharapkan resiko infeksi dipakai pasien lain
terkontrol dengan      Pertahankan teknik isolasi
indicator:       Batasi pengunjung bila perlu
  Immune Status       Instruksikan pada pengunjung
  Knowledge : Infection untuk mencuci tangan saat
control berkunjung dan setelah
    Risk control berkunjung meninggalkan pasien
 Klien bebas dari tanda      Gunakan sabun antimikrobia
dan gejala infeksi untuk cuci tangan
 Mendeskripsikan proses      Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan penyakit, sesudah tindakan kperawtan
factor yang      Gunakan baju, sarung tangan
mempengaruhi sebagai alat pelindung
penularan serta      Pertahankan lingkungan aseptik
penatalaksanaannya, selama pemasangan alat
 Menunjukkan      Ganti letak IV perifer dan line
kemampuan untuk central dan dressing sesuai dengan
mencegah timbulnya petunjuk umum
infeksi       Gunakan kateter intermiten untuk
 Jumlah leukosit dalam menurunkan infeksi kandung
batas normal kencing
 Menunjukkan perilaku
      Tingktkan intake nutrisi
hidup sehat
      Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
      Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
      Monitor hitung granulosit, WBC
      Monitor kerentanan terhadap
infeksi
      Batasi pengunjung
      Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
      Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
      Pertahankan teknik isolasi k/p
      Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
      Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
      Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
      Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
      Dorong masukan cairan
      Dorong istirahat
      Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
      Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
      Ajarkan cara menghindari infeksi
      Laporkan kecurigaan infeksi
      Laporkan kultur positif.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA, NIC-NOC jilid 3, Jogjakarta : Medication
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :
mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Doni Wibowo, 2018, Ringkasan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC, STIKES
Cahaya Bangsa, Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai