Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA (SC)

A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2010)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2011)

B. ETIOLOGI
Manuaba (2008) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
 Letak kepala tengadah : Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
 Presentasi muka : Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
 Presentasi dahi : Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki

C. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a) Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b) Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)
c) Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
d) Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira 10cm

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. (Manuaba, 2008)
E. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu:
perawatan post operatif dan perawatan post  partum.Manifestasi klinis sectio
caesarea menurut Doenges (2010),antara lain :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4.  Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea  tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. P e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n m u n t a h
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

F. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post
operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum
atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
3. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
 Luka kandung kemih
 Embolisme paru – paru
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

4. Urinalisis / kultur urine

5. Pemeriksaan elektrolit . ( Doengoes M. 2010 )

H. Penatalaksanaan Medis Post SC


Menuurut (Manuaba, 2008)
1. Pemberian cairan : Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet : Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
3. Mobilisasi : Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari kedua post operasi, penderita
dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi : Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
 Antibiotik
 Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Obat-obatan lain
6. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin : Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
MASA NIFAS

1. Definisi
Masa nifas ( Puerpenium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan semula ( sebelum hamil ). Masa ini
berlangsung selama kira – kira 6 minggu ( Sulistyawati, 2009).
Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam bukunya yang berjudul Sinopsis Obsetri Jilid I,
mengatakan bahwa masa nifas ( puerpenium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lamanya masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu.

2. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerpenium dini, puerpenium intermedial, dan
remote puerpenium.
a. Puerpenium Dini
Puerpinium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
b. Puerpenium Intermedial
Puerpenium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerpenium
Remote puerpenium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunya komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan,
bahkan tahunan.

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam
upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam
membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran berikutnya.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan
dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat lebih
maksimal.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas
yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya
mereka lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan kesehatan karena
pertimbangan tertentu.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu
Untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus
Dengan asuhan yang maksimal, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat
ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan
Anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

4. Penanganan Masa Nifas


Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :
a. Kebersihan Diri
1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari
depan kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapa digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika memiliki luka episiotomy atau
laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan
– lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali normal.
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI pada sekitar puting susu setiap
kali selesai menyususi.
f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu
darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk mulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan tentang keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka cara mecegah kehamilan yang tidak diinginkan.
h. Psikologis
1) Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur.
2) Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi
kurang hati – hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
3) Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya
sudah meningkat pada fase ini.

Pathway
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
b. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinnya
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
3. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
5. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
7. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
9. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body
image dan ideal diri
10. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
2. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7. Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae
masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun
d. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi SC
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi penyakit
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi

b) Intra Operasi SC
1. Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
2. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

c) Post SC
1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar.
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, nyeri luka operasi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

e. Intervensi Keperawatan
a. Preo Operasi Sc
Diagnosa Kep. NOC NIC
Kurang  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan  Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Jelaskan patofisiologi dari
dengan tidak keperawatan selama …. pasien penyakit dan bagaimana hal
mengenal sumber menunjukkan pengetahuan tentang ini berhubungan dengan
informasi penyakit proses penyakit dengan kriteria anatomi dan fisiologi, dengan
hasil: cara yang tepat.
- Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan gejala
menyatakan pemahaman yang biasa muncul pada
tentang penyakit, kondisi, penyakit, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan  Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang  Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara yang
- Pasien dan keluarga tepat
mampu menjelaskan  Sediakan informasi pada
kembali apa yang pasien tentang kondisi,
dijelaskan dengan cara yang tepat
perawat/timkesehatan  Sediakan bagi keluarga
lainnya informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

Diagnosa Kep. NOC NIC


Ansietas  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan  Koping kecemasan)
dengan kurangnya Setelah dilakukan asuhan selama  Gunakan pendekatan yang
informasi tentang ……………klien kecemasan menenangkan
prosedur teratasi dgn kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas
pembedahan, - Klien mampu mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
penyembuhan dan dan mengungkapkan gejala pasien
perawatan post cemas  Jelaskan semua prosedur dan
operasi - Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah,  Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan tingkat mengenai diagnosis, tindakan
aktivitas menunjukkan prognosis
berkurangnya kecemasan
 Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas:........

b. Intra Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Perubahan Perfusi  Circulation status Peripheral Sensation
Jaringan b.d Kriteria Hasil : Management 
perdarahan Mendemonstrasikan status (Manajemen sensasi perifer)
- Periksa kulit dan
sirkulasi yang ditandai dengan :
membran mukosa untuk
o Tekanan systole dan diastole
kemerahan, kehangatan
dalam rentang yang diharapkan
ekstrim, edema atau
o Tidak ada ortostatik hipertensi
kering
o Tidak ada tanda tanda
- Pantau warna dan suhu
peningkatan tekanan kulit
intrakranial (tidak lebih dari 15 - Monitor adanya daerah
mmHg) tertentu yang hanya peka
terhadap panas/
Mendemonstrasikan,
dingin/tajam/tumpul
kemampuan kognitif yang
- Monitor adanya paretese
ditandai dengan :
-  lnstruksikan keluarga
o Berkomunikasi dengan jelas
untuk mengobservasi
dan sesuai dengan kemampuan kulit jika ada isi atau
o Menunjukkan perhatian, laserasi
konsentrasi dan orientasi - Gunakan sarung tangan
o Memproses informasi untuk proteksi
o Membuat keputusan dengan - Batasi gerakan pada
benar kepala, leher dan
punggung
- Monitor adanya
tromboplebitis
    
Diagnosa Kep. NOC NIC
Devisit Volume  Fluid balance
Cairan b.d perdarahan
 Hydration ·  Pertahankan catatan intake dan
 Nutritional Status : Food and output yang akurat
Fluid Intake ·  Monitor status hidrasi
Setelah dilakukan tindakan ( kelembaban membran mukosa,
keperawatan selama….. defisit nadi adekuat, tekanan darah
volume cairan teratasi dengan ortostatik ), jika diperlukan
kriteria hasil: ·  Monitor hasil lab yang sesuai
- Mempertahankan urine output dengan retensi cairan (BUN ,
sesuai dengan usia dan BB, BJ Hmt , osmolalitas urin, albumin,
urine normal, total protein )
- Tekanan darah, nadi, suhu ·  Monitor vital sign setiap
tubuh dalam batas normal 15menit – 1 jam
-  Tidak ada tanda tanda ·  Kolaborasi pemberian cairan IV
dehidrasi, Elastisitas turgor ·  Monitor status nutrisi
kulit baik, membran mukosa ·  Berikan cairan oral
lembab, tidak ada rasa haus ·  Berikan penggantian nasogatrik
yang berlebihan sesuai output (50 – 100cc/jam)
- Orientasi terhadap waktu dan ·  Dorong keluarga untuk
tempat baik membantu pasien makan
- Jumlah dan irama pernapasan ·  Kolaborasi dokter jika tanda
dalam batas normal cairan berlebih muncul meburuk
- Elektrolit, Hb, Hmt dalam ·  Atur kemungkinan tranfusi
batas normal ·  Persiapan untuk tranfusi
- pH urin dalam batas normal ·  Pasang kateter jika perlu
- Intake oral dan intravena ·  Monitor intake dan urin output
adekuat setiap 8 jam
c. Post Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Nyeri akut - Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan - pain control, komprehensif termasuk lokasi,
dengan injury - comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik jalan lahir. Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan
(tahu penyebab nyeri, dukungan
mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat
tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk mengurangi nyeri, ruangan, pencahayaan dan
mencari bantuan) kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menggunakan manajemen menentukan intervensi
nyeri  Ajarkan tentang teknik non
 Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
(skala, intensitas, frekuensi distraksi, kompres hangat/ dingin
dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk
 Menyatakan rasa nyaman mengurangi nyeri
setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Tanda vital dalam rentang  Berikan informasi tentang nyeri
normal seperti penyebab nyeri, berapa
 - Tidak mengalami lama nyeri akan berkurang dan
gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kal

Diagnosa Kep. NOC NIC


Risiko tinggi infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan §  Immune Status -       Pertahankan teknik aseptif
trauma jaringan / luka §  Knowledge : Infection control -       Batasi pengunjung bila perlu
kering bekas operasi §  Risk control -       Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
-       Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung
-       Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
-       Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
-       Tingkatkan intake nutrisi
-       Berikan terapi
antibiotik:.................................
Setelah dilakukan tindakan -       Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama…… pasien infeksi sistemik dan lokal
tidak mengalami infeksi dengan -       Pertahankan teknik isolasi
kriteria hasil: k/p
§  Klien bebas dari tanda dan gejala -       Inspeksi kulit dan membran
infeksi mukosa terhadap kemerahan,
§  Menunjukkan kemampuan untuk panas, drainase
mencegah timbulnya infeksi -       Monitor adanya luka
§  Jumlah leukosit dalam batas -       Dorong masukan cairan
normal -       Dorong istirahat
§  Menunjukkan perilaku hidup -       Ajarkan pasien dan keluarga
sehat tanda dan gejala infeksi
§  Status imun, gastrointestinal, -       Kaji suhu badan pada pasien
genitourinaria dalam batas normal neutropenia setiap 4 jam

Anda mungkin juga menyukai