Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SC PADA NY.

R DENGAN RIWAYAT SC
DI RUANG SALAMAH
RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG

DISUSUN OLEH :

NURUL ASFIYA
A020200045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Post partum / masa nifas merupakan masa pemulihan setelah melalui masa
kehamilan dan persalinan yang dimulai sejak setelah lahirnya plasenta dan berakhir
ketika alat-alat reproduksi kembali dalam kondisi wanita yang tidak hamil, rata-rata
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Handayani & Pujiastuti, 2016).
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan
satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan
mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesareamerupakan suatu persalinan buatan,
yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
B. Etiologi
Menurut Falentina (2019), penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo pelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Ketuban pecah dini disebebkan oleh berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan
oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
4. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernapas
6. Kelainan letak janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagaian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5
%.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagaian bawah kavum
uteri.dikenal beberapa jenis sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
c. Kelainan letak lintang
Letak lintang ialah jika letak bayi di dalam Rahim sedemikian rupa hingga
paksi tubuh bayi melintang terhadap paksi Rahim. Sesungguhnya letak lintang
sejati (paksi tubuh bayi tegak lurus pada Rahim dan menjadikan sudut 90°). Pada
letak lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan kepala
terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada
keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu atau acromion.
C. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea,
bahkan sekarang Sectiocaesareamenjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan
sectio caesarea adalah:
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap
2. Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4. Pelvimetri : menentukan CPD.
5. Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan.
7. presentasi janin.
8. Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
9. Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin terhadap
gerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.
10. Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen
sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat diberikan tramadol atau paracetamol
tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
9. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
10. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
G. Pengkajian Fokus
Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis, yang logis akan
mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-masalah
ini dengan menggunakan data pengkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan
sebagai diagnosa keperawatan (Dokumentasi Keperawatan, 2017), yang meliputi sebagai
berikut :
1. Identitas Ibu
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya Ibu dengan Post Sectio Caesarea mengeluh nyeri pada daerah
luka bekas operasi. Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari dilakukannya operasi Sectio Caesarea misalnya letak bayi
seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar (multiple pregnancy),
preeklampsia eklampsia berat, ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu
membuat rencana tindakan terhadap pasien.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat penyakit dahulu adalah penyakit yang pernah
diderita pasien khusunya, penyakit konis, menular, dan menahun seperti penyakit
hipertensi, jantung, DM, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin. Ada tidaknya riwayat
operasi umum/ lainnya maupun operasi kandungan (sectio caesarea, miomektomi,
dan sebagainya).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga apakah keluarga pasien memiliki riwayat penyakit
kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, serta penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, dan penyakit kelamin yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
pada pasien.
6. Riwayat Obstetri
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan, maupun
abortus yang dinyatakan dengan kode GxPxAx (Gravida, Para, Abortus), berapa kali
ibu hamil, penolong persalinan, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir anak jika masih ingat. Riwayat
menarche, siklus haid, ada tidaknya nyeri haid atau gangguan haid lainnya.
7. Riwayat Kontrasepsi
Hal yang dikaji dalam riwayat kontrasepsi untuk mengetahui apakah ibu pernah
ikut program kontrasepsi, jenis yang dipakai sebelumnya, apakah ada masalah dalam
pemakaian kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas apakah akan menggunakan
kontrasepsi kembali.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah
ada benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post partum terdapat chloasma
gravidarum.
b. Mata
Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata, kelopak
mata, konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan. Biasanya ada
keadaan dimana konjungtiva anemis karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan.
c. Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
kondisi lubang hidung, apakah ada sekret, perdarahan atau tidak, serta sumbatan
jalan yang mengganggu pernafasan.
d. Telinga
Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang
telinga, kebersihan, serta ketajaman telinga.
e. Leher
Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis, biasanya pada
pasien post partum terjadi pembesaran kelenjar tiroid karena adanya proses
menerang yang salah.
f. Dada
- Jantung : Bunyi jantung I dan II regular atau ireguler, tunggal atau tidak,
intensitas kuat atau tidak, apakah ada bunyi tambahan seperti murmur dan
gallop.
- Paru-paru : Bunyi pernafasan vesikuler atau tidak, apakah ada suara tambahan
seperti ronchi dan wheezing. Pergerakan dada simetris, pernafasan reguler,
frekuensi nafas 20x/menit.
g. Payudara
Pemeriksaan meliputi inspeksi warna kemerahan atau tidak, ada oedema
atau tidak, dan pada hari ke-3 postpartum, payudara membesar karena
vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari
I-III), keras dan nyeri, adanya hiperpigmentasi areola mamae serta penonjolan
dari papila mamae. Ini menandai permukaan sekresi air susu dan apabila aerola
mamae dipijat, keluarlah cairan kolostrum. Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement (bengkak) akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila
dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari. Palpasi
yang dilakukan untuk menilai apakah adanya benjolan, serta mengkaji adanya
nyeri tekan.
h. Abdomen
Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk melihat apakah luka bekas operasi
ada tanda-tanda infeksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat striae dan linea.
Auskultasi dilakukan untuk mendengar peristaltik usus yang normalnya 5-35 kali
permenit, palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus baik atau tidak. Intensitas
kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir kemudian terjadi respons
uterus terhadap penurunan volume intra uterine kelenjar hipofisis yang
mengeluarkan hormone oksitosin, berguna untuk memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus dan mengkrompesi pembuluh darah. Pada 1-2 jam pertama
intensitas kontraksi uterus berkurang jumlahnya dan menjadi tidak teratur karena
pemberian oksitosin dan isapan bayi.
i. Genitalia
Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma, oedema,
tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi warna, bau, jumlah, dan
konsistensinya.
j. Anus : Pada pemeriksaan anus apakah terdapat hemoroid atau tidak
k. Ekstrimitas
Pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, oedema, reflek patella, nyeri
tekan atau panas pada betis. Adanya tanda homan, caranya dengan meletakkan 1
tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu
merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda Homan (+).
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka post operasi Sectio Caesarea.
2. Gangguan Integritas kulit b.d faktor mekanis
3. Menyusui tidak efektif b.d Kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui
dan/atau metode menyusui.
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI INTERVENSI (SIKI)
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisik, keperawatan selama 2x24 jam
A. Observasi
luka post operasi diharapkan masalah Nyeri akut
a. lokasi, karakteristik,
Sectio Caesarea. teratasi dengan kriteria hasil :
durasi, frekuensi,
a. Tidak mengeluh
kualitas, intensitas nyeri
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
b. Tidak meringis
c. Identifikasi respon nyeri
c. Tidak bersikap protektif
non verbal
d. Tidak gelisah
d. Identifikasi faktor yang
e. Kesulitan tidur
memperberat dan
menurun
memperingan nyeri
f. Frekuensi nadi membaik
e. Identifikasi pengetahuan
g. Melaporkan nyeri
dan keyakinan tentang
terkontrol
nyeri
h. Kemampuan
f. Identifikasi pengaruh
mengenali onset
budaya terhadap respon
nyeri meningkat
nyeri
i. Kemampuan mengenali
g. Identifikasi pengaruh
penyebab nyeri meningkat
j. Kemampuan menggunakan nyeri pada kualitas
teknik non-farmakologis hidup
meningkat h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
B. Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
C. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
D. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka


kulit/jaringan b.d keperawatan selama 2x24 jam A. Observasi
Faktor mekanis diharapkan masalah Gangguan a. Monitor karakteristik luka
integritas kulit/jaringan dapat b. Monitor tanda-tanda
teratasi dengan kriteria hasil : infeksi
a. Kerusakan jaringan menurun B. Terapeutik
b. Kerusakan lapisan kulit a. Lepaskan balutan dan
menurun plester secara perlahan
c. Perdarahan menurun b. Bersihkan dengan cairan
d. Kemerahan menurun NaCl atau pembersih
e. Nyeri menurun nontoksik
c. Berikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi
d. Pasang balutan sesuai jenis
luka
e. Pertahanankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
C. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
D. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
antibiotik

Menyusui Tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi Menyusui


Efektif b.d Kurang keperawatan selama 2x24 jam A. Observasi
terpapar informasi diharapkan masalah Menyusui a. Identifikasi kesiapan dan
tentang pentingnya Tidak Efektif dapat teratasi kemampuan menerima
menyusui dan/atau dengan kriteria hasil : informasi
metode menyusu 1.Perlekatan bayi pada payudara b. Identifikasi tujuan atau
ibu meningkat keinginan menyusui
2.Tetesan/pancaran ASI B. Teraupetik
meningkat a. Sediakan materi dan
3. Suplai ASI adekuat media pendidikan
4. Kelelahan maternal menurun kesehatan
5.Kecemasan maternal menurun b. Berikan kesempatan
6. Bayi tidak rewel untuk bertanya
c. Dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
d. Libatkan sistem
pendukung seperti suami
C. Edukasi
a. Berikan konseling
menyusui
b. Ajarkan perawatan
payudara post partum pijat
oxitosin
LAPORAN KASUS

Ny. R hari ke dua post partum SC, umur 25 tahun dengan G2P1A0. Ny.P mengeluh
mules dan nyeri pada area luka post op SC, skala nyeri 7. Klien mengatakan ASI keluar tidak
lancar dan sedikit. Perban luka bekas operasi tampak kotor. TD : 125/80 mmHg, S : 36°C, N :
90x/menit, RR : 20x/menit. Pasien mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti
Hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS dan menurun seperti Hipertensi, DM dan Asma.

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sruweng , Kebumen
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
No. RM : 000xxxxx
Diagnosa Medik : Post Partum SC
Tanggal Masuk : 14Mei 2022
Tanggal pengkajian : 15 Mei 2022
Ruang : Ruang Salamah
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. K
Umur : 30 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Hub. Dengan klien : Suami
C. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri perut.
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Ny. R hari ke dua post partum SC, umur 25 tahun dengan G2P1A0. Ny.P
mengeluh mules dan nyeri pada area luka post op SC, skala nyeri 7. Klien mengatakan
ASI keluar tidak lancar dan sedikit. Perban bekas luka operasi tampak kotor. TD :
125/80 mmHg, S : 36°C, N : 90x/menit, RR : 20x/menit. Pasien mengatakan tidak sedang
menderita penyakit menular seperti Hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS dan menurun seperti
Hipertensi, DM dan Asma.
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu, menular dan
menahun.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat keturunan kembar dan
tidak ada yang menderita cacat bawaan.
G. RIWAYAT GINEKOLOGI
Ibu mengatakan pertama kali haid saat usia 14 tahun, siklus teratur 28 – 30 hari,
lamanya kurang lebih 7 hari. Warna darah haid merah segar, hari pertama biasanya agak
bergumpal dan selanjutnya encer. Pada hari 1 sampai hari ke 3 ganti pembalut 3 kali
sehari. Selanjutnya hanya ganti 2 kali. Saat haid mengeluh nyeri pada hari pertama, tidak
pusing, tidak terjadi keputihan sebelum haid.
H. RIWAYAT KB
Pasien mengatakan suntik KB 3 bulan selama 3 tahun.
I. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU
No Tahun Jenis Penolong JK Keadaan Bayi Masalah
. Persalinan Waktu Lahir Kehamilan
1 2016 Spontan Bidan Laki - laki Lahir hidup dan -
lengkap
2 2020 HAMIL SAAT INI
Pengalaman menyusui : ya Berapa lama : ± 2 tahun
J. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI
HPHT : 20 / 10 / 2021
HPL : 27 Mei 2022
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB saat ini : 60 kg
TD Sebelum hamil : 110/80 mmHg
TD BB/TB TFU Letak/Presentasi DJJ Usia Keluhan Data
Janin Gestasi Lain
125/80 60 kg / 29 Melenting 145x/menit 38 Nyeri -
mmHg 149 cm cm minggu perut dan
mulai
kenceng-
kenceng

K. RIWAYAT PERSALINAN
1. Jenis persalinan : SC pada tanggal 15 Mei 2022 jam 14.00 WIB
2. Jenis kelamin bayi : Laki-laki, BB/ PB: 2900 gram/ 48 cm. LK : 33 cm, LD : 32 cm,
LILA : 10 cm
3. Masalah dalam persalinan: tidak ada
L. POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON
1. Pola Persepsi – Managemen Kesehatan
Pasien menganggap bahwa kesehatan itu penting sehingga pasien selalu
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas / Bidan untuk mengetahui status
kesehatan pasien dan janinnya. Jika pasien merasa tidak enak badan langsung periksa
ke Puskesmas terdekat.
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Pasien mengatakan tidak ada keluhan makan, makan 3x sehari habis 1 porsi
3. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan sering BAK sehari 5x, sudah 1 hari belum BAB.
4. Pola Aktivitas- Latihan
Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga seperti
biasanya dan lebih pelan – pelan dalam beraktivitas.
5. Pola Istirahat Tidur
Pasien mengatakan istirahat dan tidurnya terganggu karena nyeri perut.
6. Pola Konsep Diri dan Persepsi
Pasien mengatakan sangat menantikan kelahiran anak keduanya. Akan tetapi
pasien merasa khawatir jika terjadi apa – apa dengan bayinya saat persalinan nanti.
7. Pola Peran dan Hubungan
Pasien dalam berhubungan dengan orang lain baik dengan keluarga, tetangga
maupun saudara.
8. Pola Reproduksi/Seksual
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan seksual dengan
suaminya, tidak ada keluhan terkait dengan reproduksi.
9. Pola Pertahanan Diri
Pasien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu pasien membicarakan
dengan suaminya dan orang tuanya secara musyawarah.
10. Pola Keyakinan dan Nilai
Pasien beragama Islam dan pasien mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu dan
selalu berdoa untuk kelancaram kehamilan serta persalinan anak keduanya nanti.
M. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status obstetrik : G2 P1 A0 38 minggu
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Composmentis
4. BB/TB : 60 kg / 149 cm
5. TTV
TD : 125/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36° C
RR : 20x/menit
6. Kepala Leher
 Kepala : bentuk mesochepal, rambut bersih tidak ada ketombe, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan.
 Mata : simetris, sklera putih, tidak ada kekeruhan pada retina, konjungtiva merah
muda, kelopak mata tidak edema.
 Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak terdapat cuping
hidung.
 Mulut : bersih, tidak ada lesi, tidak ada serumen, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis.
 Telinga : bersih, simetris, tidak ada benjolan, tidak ada serumen.
 Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
Masalah khusus : tidak ada
7. Dada
 Jantung : Irama denyut jantung teratur / vesikuler
 Paru : paru – paru simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, suara sonor.
 Payudara : Payudara bersih, pembesaran kedua payudara simetris, papilla
mammae menonjol, terdapat hiperpigmentasi papilla dan areola mammae, tidak
terdapat benjolan abnormal.
Masalah khusus : tidak ada
8. Abdomen
Pembesaran perut sesuai umur kehamilan, pembesaran membujur, perut tidak
mengkilat, ada striae lividae, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi. TFU :
29 cm.
 Leopold I : Bagian atas teraba lunak, tidak melenting (bokong).
 Leopold II : Sebelah kanan teraba keras seperti papan, dan sebelah kiri teraba
kecil kecil bayi.
 Leopold III : Bagian bawah teraba bulat keras, melenting (kepala).
 Leopold IV : Divergen
 DJJ : 150x/menit
9. Perineum dan Genital
Vulva bersih, tidak ada varises, tidak edema, vulva merah kebiruan, tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan bartolini, tidak terdapat keputihan dan terdapat
hemoroid, terpasang DC.
10. Ekstremitas
 Ekstremitas atas : tidak ada edema, tidak ada varises, terpasang infus di tangan
kiri.
 Ekstremitas bawah : tidak ada edema, tidak ada varises.
N. KEADAAN MENTAL
Adaptasi Psikologis : baik
Penerimaan terhadap bayi : baik
O. KEMAMPUAN MENYUSUI
Klien mengatakan ASI tidak keluar dengan lancar
P. OBAT – OBATAN
Pasien mengatakan mengkonsumsi obat asam folat, kalnex, dan tablet tambah
darah dari bidan.
Q. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Jenis Sampel
1 Gol. Darah Darah
1. Gol. Darah O P : --- | W : ---
2 Hitung Jenis Alat Darah
1. Basofil 0% P:-1|W:-1
2. Eosinofil 3% P:1–4|W:1–4
3. Netrofil 77 % P : 50 – 70 | W : 50 - 70
4. Limfosit 16 % P : 22 – 40 | W : 22 – 40
5. Monosit 4% P:4–8|W:4–8
3 Darah Rutin Darah
1. Hemogblobin 10.5 g/dL Lk : 13.2-17.3 Pr : 11.7-
15.5
2. Leukosit 13.600 / P : 3.800-10.600 | W :
Darah mm3 3.600-11.000
3. Trombosit 372.000 / P : 150.000-440.000 | W
Darah mm3 : 150.000-440.000
4. Hematokrit 32 % P : 40 – 52 | W : 35 – 47
5. Eritrosit 3.69 Jt / P : 4.4jt – 5.9jt | W :
Darah mm3 3.8jt – 5.2jt

R. PROGRAM TERAPI
No Nama dan Jenis Obat Dosis
.
1 Ketorolac 3x1
2 Oxy 1 amp
3 Methergin 3x1
4 Vitamin C 2x1
5 Ceftriaxon 2x1
6 Metronidazole 3x1
7 Dexamethasone 1 amp
8 Kalnex 3x500 mg

S. ANALISA DATA
Waktu Data Fokus Problem Etiologi Ttd
16 Mei DS : klien mengatakan nyeri di luka Nyeri Akut Agen Cedera
2022 bekas operasi Fisik :
P : klien mengatakan nyeri prosedur
21.00 bertambah saat bergerak, berkurang pembedahan
saat istirahat
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di perut bekas luka operasi
S : skala nyeri 7
T : nyeri hilang timbul

DO :
 Klien tampak meringis
kesakitan
 TD : 125/80 mmHg
 N : 90x/menit
 S : 36°C
 RR : 20x/menit
16 Mei DS : Gangguan Faktor
2022  Klien mengatakan balutan integritas kulit mekanis
luka bekas post op terlihat
21.00 kotor
DO :
 Luka bekas post op SC
kemerahan
16 Mei DS : Menyusui Kurang
2022 Klien mengatakan ASI keluar tidak Tidak Efektif terpapar
lancar dan sedikit informasi
21.00 DO : tentang
 Payudara tampak tidak pentingnya
kencang menyusui
 Bayi tampak kesuhan dan dan/atau
menangis saat menyusu metode
ibunya menyusui
 Klien tampak kesulitan
memposisikan bayinya saat
laktasi
 TD : 125/80 mmHg
 N : 90x/menit
 S : 36°C
 RR : 20x/menit

T. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Hari/Tanggal : 16 Mei 2022, 21.05 WIB
1. Nyeri Akut b.d Agen Cedera Fisik : Prosedur Pembedahan
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Kurang terpapar informasi tentang pentingnya
menyusui dan/atau metode menyusui
U. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R
Ruang : Bangsal Salamah
Wkt No. Kriteria Hasil Intervensi
Dx
16 1 Setelah dilakukan tindakan # Manajemen Nyeri
Mei keperawatan selama 2x24 jam Observasi
2022 diharapkan masalah Nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
21.10 dapat teratasi dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
hasil : intensitas nyeri
Kontrol Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Indikator Awal Target 3. Identifikasi respon nyeri non
Skala nyeri 1 5 verbal
berkurang 4. Identifikasi faktor yang
Kemampua 1 5 memperberat dan memperingan
n nyeri
mengenali Teraupetik
penyebab 1. Berikan teknik non-farmakologis
nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Frekuensi 1 5 TENS, hipnosis, akupresur, terapi
nyeri musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
berkurang terbimbing, kompres
Kemampua 2 5 hangat/dingin, terapi bermain)
n 2. Kontrol lingkungan yang
mengguna memperberat rasa nyeri ( mis.
kan teknik Suhu ruangan, pencahayaan,
non- kebisingan)
farmakolog Edukasi
is Ajarkan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

16 2 Setelah dilakukan tindakan #Perawatan Luka


Mei keperawatan selama 2x24 jam Observasi
2022 diharapkan masalah Gangguan 1. Monitor karakteristik luka
/ integritas kulit/jaringan dapat 2. Monitor tanda-tanda infeksi
21.15 teratasi dengan kriteria hasil : Terapeutik
#Integritas Kulit dan Jaringan 1. Lepaskan balutan dan plester
Indikat Awal Target secara pelahan
or 2. Bersikan luka dengan NaCL atau
Kerusa 1 5 pembersih nontoksik
kan 3. Berikan salep yang sesuai ke
jaringan kulit/lesi
Kerusaa 1 5 4. Pasang balutan sesuai jenis luka
n 5. Pertahankan teknik steril saat
lapisan melakukan perawatan luka
kulit Edukasi
Kemera 1 5 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
han 2. Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
1. Koaborasi pemberian antibiotik

16 3. Setelah dilakukan tindakan #Edukasi Menyusui


Mei keperawatan selama 2x24 jam Observasi
2022 diharapkan masalah Menyusui 1. Identifikasi kesiapan dan
/ Tidak Efektif dapat teratasi kemampuan menerima informasi
21.15 dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tujuan atau keinginan
# Status Menyusui menyusui
Indikator Awal Target Teraupetik
Pelekatan 1 5 1. Sediakan materi dan media
bayi pada pendidikan kesehatan
payudara 2. Berikan kesempatan untuk
ibu bertanya
Kemampu 1 5 3. Dukung ibu meningkatkan
an ibu kepercayaan diri dalam menyusui
memposis 4. Libatkan sistem pendukung seperti
ikan bayi suami
dengan Edukasi
benar Berikan konseling menyusui
Tetesa/ 1 5 Ajarkan perawatan payudara post
pancaran partum pijat oxitosin
ASI
Bayi 2 5
rewel

Anda mungkin juga menyukai