I
DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA DI RUANG VK/BERSALIN
Disusun oleh :
1. Feliyanti
2. Fitri Dwi Rahmawati
3. Kharisma Choerunnisa
4. Khonim Setia Ningrum
5. Kukuh Alfiano Wibowo
6. Kuntoro Ihsan
7. Muhammad Agus Afif S
8. Muhammad Alam A
9. Nurul Asfiya
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Maritalia, 2012).
a. Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya memotong. Seksio
Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014)
b. Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding
perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak termasuk
melahirkan janin dari rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal
(Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani, 2014)
c. Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di
perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi (Juditha dan
Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2014)
d. Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram. (Prawirohardjo, 2010)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio cesarea adalah suatu
proses persalinan melalui pembedahan pada bagian perut dan rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
1. Indikasi Mutlak
1. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolut
2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi
3) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
4) Stenosis serviks/vagina
5) Plasenta previa.
6) Disproporsi sefalopelvik.
7) Ruptura uteri membakat.
2. Indikasi Janin
1) Kelainan letak.
2) Gawat janin
3) Prolapsus plasenta
4) Perkembangan bayi yang terlambat
5) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
2. Indikasi Relatif
1) Riwayat seksio cesarea sebelumnya
2) Presentasi bokong
3) Distosia
4) Fetal distress
5) Preeklamsi berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
7) Gemeli, menurut Eastman, seksio cesarea dianjurkan :
a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
b) Bila terjadi interlock
c) Distosia oleh karena tumor
d) IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
3. Indikasi Sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
2) Wanita yang ingin seksio cesarea elektif karena takut bayinya mengalami cedera atau
asfiksia selama persalinan atau mengurangi risiko kerusakan dasar panggul
3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality image setelah
melahirkan
C. kontraindikasi
a. Syok
b. Anemia berat
c. Kelainan kongenital berat
d. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
e. Minimnya fasilitas operasi seksio cesarea.
D. Patofisiologis
Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada bagian perut dan
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Selain
berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut, kegagalan melahirkan secara normal
karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi,
stenosis serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat,
indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan letak, gawat
janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terlambat, mencegah hipoksia janin,
misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai dikarenakan lebih aman
untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat mempengaruhi tonus otot pada kandung
kemih sehingga mengalami penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan terputusnya
inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi. Hal tersebut
merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan
munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi
fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit perawatan
diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi terhadap
masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak dilakukan
perawatan luka yang baik.
E. Pathways
F. Komplikasi
Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika
urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi
dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio cesarea dibandingkan
persalinan pervagina (Rasjidi, 2009)
Menurut Rasjidi (2009) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada
persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat disingkirkan.
Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio plasenta,
plasenta akreta dan ruptur uteri.
Sementara itu menurut Leveno (2009) menyatakan bahwa komplikasi pascaoperasi seksio
sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran kemih,
dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan, meskipun
jarang, dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans.
G. Penatalaksanaan
a. Ruang Pemulihan Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu
memantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk
memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
b. Pemberian Cairan Intravena Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan
dan perdarahan yang tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan
perkiraan kehilangan darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena
yang perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau
larutan Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
c. Tanda-Tanda Vital Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap
setengah jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah
didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah,
Nadi, Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
d. Analgesik Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa Meperidin 75-
100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg intramuskuler.
e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus Kateter vesika urinaria biasanya dapat
dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat
dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah operasi, atau jika klien tidak mengalami
komplikasi.
f. Pemeriksaan laboratorium Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah
pembedahan. Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang
banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke
hipovoemik.
g. Menyusui Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien
memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara
yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.
h. Pencegahan infeksi pasca operasi Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab
tersering dari demam dan tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan
antibiotik profilaksis. Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis
tunggal dapat diberikan saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.
i. Mobilisasi Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi tidur
telentang dapat diubahmenjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut
selama hari demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi sectio
caesarea
j. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24-48 jam atau lebih.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
No. RM : 00606568
Nama : Ny. I
Umur : 26 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Agama : Islam
lahir sekarang
1. Normal 2.7 kg Sehat 7 tahun &
kondisi sehat
a. Payudara
1) Tinggi : 22 cm
2) Posisi : 3 jari dibawah tali pusat
3) Kontraksi : keras
d. Lochea
1) Jumlah : 500cc
2) Warna : merah
3) Konsistensi : cair
4) Bau : Amis
e. Perinium
1) Utuh
2) Keadaan : baik
3) Kebersihan : bersih
f. Hemoroid : tidak
g. Varises : tidak
h. Homan sign : negatif
i. Kebiasaan BAK : Pasien BAK 5-7 kali sehari. Saat dikaji pasien terpasang kateter
j. Kebiasaan BAB : Pasien BAB 1 kali sehari. Saat dikaji pasien belum BAB semenjak
melahirkan
k. Pola tidur : Pasien mengatakan biasa tidur 8 jam sehari
l. Keadaan mental : Pasien mengatakan sedang bersedih karena kehilangan bayinya (bayi
pasien meninggal saat operasi SC )
m. Asupan nutrisi : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi normal 1 piring, jenis makanan
biasa
n. Penyesuaian dengan bayi : Pasien masih dalam kondisi berduka karena bayinya meninggal.
B. ANALISA DATA
No. Data fokus Etiologi Problem
DO :
DO :
TD : 174/102 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit S : 36,6 oC
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agens pencedera fisik, luka post operasi sectio caesarea
2. Berduka b.d Kematian keluarga atau orang yang berarti
D. RENCANA KEPERAWATAN
DX Tujuan dan kriteria Intervensi
Kolaborasi
Pemberian analgetik, jika perlu
Keterangan:
1= Meningkat
2= Cukup Meningkat
3= Sedang
4= Cukup Menurun
5= Menurun
Berduka b.d Setelah dilakukan Dukungan proses berduka
Verbalisasi 2 5
Perasaan
berguna Keterangan :
1 = Meningkat
2 = Cukup meningkat 3 =
Sedang
4 = Cukup menurun
5 = menurun
E. IMPLEMENTASI
Mengobservasi Keadaan
DS : -
umum pasien
14.05 WIB
I,II DO : Ku Cukup
Kesadaran
composmentis
ALAM
DS : - DO :
14.10 WIB
I,II
TD : 174/102mmHg
Memeriksa tanda-tanda vital
pasien ALAM
N : 80x/menit R :
20x/menit S : 36,6 oC
DS : Pasien
mengatakan masih
terasa nyeri pada
14.20 WIB bagian abdomen
I Mengidentifikasi lokasi, ALAM
karakteristik, durasi, DO :
frekuensi, kualitas, intensitas
P: penyebab nyeri
nyeri
timbul akibat adanya
luka sayatan bekas
operasi