Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan Sectio Caesarea

1. Persalinan

Persalinan atau Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke

dunia luar (Mitayani, 2009). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi berupa janin dan placenta yang dapat hidup di dunia luar

dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan cara lain (Benson,R,

2008).Menurut caranya, persalinan dapat dikelompokan dalam 2 cara,

yaitu :

a. Persalinan biasa atau persalinan normal disebut juga partus spontan

yaitu proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga

ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi

yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Persalinan luar biasa (abnormal) yaitu persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi

(Frasher,M., 2009).

2. Sectio Caesarea

a. Pengertian

Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan,

dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut

dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh

8
9

serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono & Kristiyanasari,

2012).

Persalinan seksio sesarea adalah persalinan melalui

sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh

dengan berat janin >1.000 gr atau umur kehamilan >28 minggu

(Manuaba, 2012).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan,

dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram (Aspiani, 2017).

b. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut jitowiyono & Kristiyanasari (2012), indikasi seksio

sesarea adalah sebagai berikut :

1) Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi

para tua desertai kelainan letak (letak sungsang atau letak

melintang), ada disproporsi sefalo pelvik (disproporsi

janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang

buruk, terdapat kesempitan pinggul, plasenta previa

terutama pada primigravida, sulutio plasenta tingkat I-II,

komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas

permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (Jantung,


10

Diabete Militus), gangguan perjalanan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

2) Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal

posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau

forseps ekstraksi.

c. Klasifikasi

Ada beberapa macam pesalinan seksio sesarea menurut

Manuaba (2012), yaitu :

1) Seksio sesarea klasik menurut Sanger

Seksio sesarea klasik menurut Sanger lebih mudah

dimulai dari insisi segmen bawah rahim, dengan indikasi :

a) Seksio sesarea yang diikuti dengan sterilisasi

b) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan

akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan

perdarahan.

c) Pada letak lintang

d) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul

e) Grade multipara yang dikuti dengan histerektomi

2) Seksio sesarea transperitoneal profunda menurut Kehrer

Seksio sesarea yang merupakan persalinan dengan

morbilitas dan mortalitas rendah, adalah persalinan yang


11

paling konservatif. Sebagai pertimbangan, seksio sesarea

dapat dilakukan atas dasar :

a) Indikasi yang berasal dari ibu

1) Primigravida dengan kelainan letak

2) Primipara tua disertai : PRM-ERM, kelainan letak,

disproporsi sefalo-pelvik.

3) Sejarah persalinan dan kehamilan yang buruk

4) Terdapat kesempitan panggul

5) Plasenta previa terutama pada primigravida

6) Solusio plasenta tingkat I-II

7) Komplikasi kehamilan, yaitu : preeklampsi-eklampsia

8) Setelah operasi plastik vaginal : bekas luka/sikatriks

yang luas, fistula vesiko-vaginal, retro-vaginal

9) Gangguan perjalanan persalinan karena : kista

ovarium, mioma uteri, karsinoma serviks, kekauan

serviks, ruptura uteri iminen, koordinasi kontraksi otot

rahim terganggu.

10) Kehamilan yang disertai penyakit, seperti : penyakit

jantung, diabetes mellitus

11) Atas permintaan

b) Indikasi yang berasal dari janin

1) Fetal disstres / gawat janin

2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin


12

3) Prolapus tali pusat dengan pembukaan kecil

4) Kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi

3) Seksio sesarea Histerektomi menurut Porro

Operasi seksio sesarea histerektomi menurut Porro

dilakukan secara histerektomi supravaginal untuk

menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi :

a) Seksio sesarea dengan infeksi berat

b) Seksio sesarea dengan atonia uteri dan perdarahan

c) Seksio sesarea disertai uterus Couvelaire (Solutio

Plasenta)

d) Seksio sesarea disertai tumor pada otot rahim

4) Seksio Sesarea Ekstraperitoneal

Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena

perkembangan antibiotika, dan untuk menghindari

kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari

seksio sesarea ini adalah menghindari kontaminasi kavum

uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus.

d. Komplikasi

Dilansir dari buku Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012),

ada beberapa komplikasi yang mungkin muncul pada persalinan

seksio sesarea, diantaranya adalah :


13

1. Infeksipeurperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat

seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.

3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandumg kemih,

embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan pristiwa ini

lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

e. Keuntungan dan Kerugian Operasi Sectio Caesarea

Sebenanya baik itu melahirkan normal maupun melahirkan

secara cesar, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Menurut Purwoastuti & Walyani (2015), keuntungan dan

kerugian persalinan seksio sesarea adalah :

1. Keuntungan melahirkan secara cesar

a. Dengan melalui persalinan cesar, ibu tidak perlu tersiksa

karena harus mengejan.


14

b. Rasa nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiranpun

tidak separah jika melahirkan secara normal, karena ibu

mengalami bius, baik bius lokal ataupun bius total.

c. Bisa memilih hari dan jam yang diinginkan untuk

melahirkan.

d. Sangat dibutuhkan untuk wanita dengan riwayat

melahirkan cesar, pinggul sempit, hipertensi, persalinan

lama, atau ibu tidak kuat mengejan.

2. Kerugian melahirkan secara cesar

a. Rasa sakit yang sangat pada bagian perut dan rahim

akibat robekan saat operasi. Hal ini tidak dirasakan oleh

ibu yang meliharkan secara normal.

b. Kemungkinan terjadi infeksi rahim dan perdarahan yang

lebih banyak dari pada persalinan normal.

c. Kemungkinan trauma pada organ tubuh yang lain.

d. Membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama daripada

persalinan normal, bahkan efeknya masih dirasakan

hingga bertahun-tahun.

e. Biaya yang dikeluarkan untuk melahirkan dengan cara

cesar jauh lebih besar.

f. Ada bekas operasi pada perut bagian bawah


15

B. Konsep Aromaterapi

1. Definisi Aromaterapi

Aroma terapi adalah salah satu dari bentuk pengobatan pelengkap

yang paling popular. “Aroma” dalam terapi adalah sari berbau harum atau

minyak esensial yang dihasilkan oleh sel-sel tanaman dan pohon (Sarah

Dean, 2010).

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau

wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau

penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara

perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan

minyak esensial (essential oil) (Jaelani, 2011).

Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatah

alternatif dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa

bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan senyawanya aromatik

lain dari tumbuhan. Cairan tersebut diperoleh melalui berbagai macam

cara pengolahan yang dikenal sebagai minyak esensial. Aroma terapi

merupakan terapi tambahan yang dilakukan disamping terapi

konvensional (Setyoadi, Kusharyadi, 2011).

Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi

minyak atsiri, bunga lavender, Chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan

efek sedatif minyak ylang-ylang yang dapat memberikan efek

menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek relaksasi

(Setyoadi, Kusharyadi, 2011).


16

2. Sifat Dari Aromaterapi

Aromaterapi mempengaruhi pikiran dan badan secara bersamaan

lewat kulit dan sistem olfaktori (indera penciuman) untuk

menyeimbangkan dan menyembuhkan, membuatnya menjadi obat yang

ideal, lembut yang bukan hanya menyembuhkan tetapi juga dapat

dinikmati (Sarah Dean, 2010).

Dr. Rene-Maurice G. ahli kimia Perancis yang mencetuskan istilah

“Aromaterapi”, menemukan salah satu sifat dari aromaterapi dari minyak

lavender ketika secara tidak sengaja tangannya terbakar dalam

laboratorium dan secara kurang hati-hati mengoleskan minyak tersebut

pada lukanya (minyak esensial aromaterapi lavender) dan membuktikan

bahwa minyak esensial dapat meredakan rasa sakit, mempercepat

penyembuhan, dan mencegah jaringan parut (Sarah Dean, 2010).

3. Teknik-teknik Dasar Menggunakan Aromaterapi

a. Inhalasi atau Dihirup Dengan Menggunakan Pembakar Minyak

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam

penggunaan metode terapi aroma yang paling simple dan cepat.

Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan

aromaterapi. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh

dengan satu tahap dengan mudah, melewati paru-paru dialirkan ke

pembuluh darah melalui alveoli Buckle, (2003 dalam Kusumaningtyas,

2015).

Teknik menggunakan aromaterapi dengan cara inhalasi ada

dua cara yaitu dengan menggunakan tissue yang diteteskan minyak

aromaterapi dan dengan tungku pembakar minyak. Pada inhalasi


17

dengan menggunakan tissue, teteskan 2-3 tetes minyak aromaterapi

pada tissue kemudian dekatkan tissue pada hidung dengan jarak 3-5

cm, kemudian hirup aromateapi selama ± 15 menit, Kohatsu (2008,

dalam Wahyuningsih 2014).

Jika dengan menggunakan tungku pembakar, minyak

aromaterapi bekerja dengan memansakan bebrapa tetes minyak

dalam set mangkuk berisi air diatas lilin. Untuk menggunakan

pembakar minyak, tambahkan 3-5 tetes minyak esensial kedalam

mangkuk berisi 20 ml air dan nyalakan lilinya. Amati selama beberapa

menit sampai anda melihat kabut atau uap air tipis naik dari air. Kabut

ini membawa minyak esensial kedalam ruangan yang kemudian dapat

anda hirup sebagai terapi relaksasi. Matikan lilin jika sudah terlihat

kabut atau uap air kemudian tempatkan tungku pembakar sejajar

dengan bahu, dan anda bisa mulai menghirup uap air yang sudah

tercampur dengan aromaterapi, lakukan selama ± 10 menit Kohatsu

(2008, dalam Wahyuningsih 2014).

b. Berendam

Cara lain dalam menggunakan aromaterapi adalah dengan

menambah tetesan minyak esensial ke dalam air hangat yang

digunakan untuk berendam. Dengan cara ini efek minyak esensial

akan membuat perasaan dan membuat pasien rileks, melarutkan

pegal-pegal dan nyeri, juga memberi efek yang merangsang dan

mengembalikan energi. Pasien akan memperoleh manfaat tambahan

dari menghirup 74 uap harum minyak esensial aromaterapi yang


18

menguap dari air panas Hadibroto & Alam (2006, dalam

Wahyuningsih 2014).

c. Kompres

Kompres aromatik dapat membantu meringankan sakit kepala,

otot terkilir, dan memar. Tambahkan minyak esensial kedalam 2

cangkir air hangat, celupkan kain flannel yang dilipat, peras untuk

membuang kelebihan cairan, dan letakan kain flanel diatas bagian

badan yang perlu diobati (Sarah Dean, 2010).

d. Sauna

Mengguanakan minyak aromaterapi dalam sauna adalah cara

yang baik untuk menikmati manfaat dari minyak aromaterapi.

Tambahkan beberapa tetes minyak esensial ke batu yang panas, atau

bawa minyak yang telah anda siapkan dan gosokan ke kulit segera

setelah memasuki sauna. Ketika anda duduk atau berbaring diatas

handuk, panas akan membantu kulit anda menyerap minyak ketika

aromaterapinya semakin kuat (Sarah Dean, 2010).

e. Pijat

Teknik pijat adalah yang paling umum. Melalui pemijatan, daya

penyembuhan yang dikandung oleh minyak esensial bisa menembus

melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, mempengaruhi jaringan

internal dan organ-organ tubuh. Karena minyak esensial sangat

berbahaya bila diaplikasikan langsung ke kulit dalam bentuk minyak

yang murni. Minyak esensial baru bisa digunakan setelah dilarutkan

dengan minyak dasar seperti, minyak zaitun, minyak kedelai, dan


19

minyak tertentu lainnya Department of Health, (2007 dalam

Wahyuningsih 2014).

Aromaterapi apabila digunakan melalui pijat dapat dilakukan

dengan langsung mengoleskan minyak aromaterapi yang telah dipilih

diatas kulit. Sebelum menggunakan minyak tersebut perlu

diperhatikan adanya kontraindikasi maupun adanya riwayat alergi

yang dimiliki. Minyak lavender terkenal sebagai minyak pijat yang

dapat memberikan relaksasi. Pijat kaki atau merendam kaki dalam

panci dengan air yang sudah diberi minyak peppermint dipercaya

memberikan efek meredakan Department of Health (2007, dalam

Wahyuningsih 2014).

4. Waktu Yang Tepat Untuk Menggunakan Aromaterapi

Ahli botani dan dokter Yunani, Pedanius Dioscorides (sekitar

tahun 40-90) menentukan bawha kandungan minyak esensial yang

dihasilkan oleh tanaman, baunya berfluktuasi menurut waktu sepanjang

hari. Ada waktu-waktu tertentu presentase kandungan minyaknya lebih

tinggi dan dengan demikian baunya lebih memikat. Dipetang hari musim

panas bau dari bunga seperti honeysuckle menjadi amat kuat dan sangat

menyengat (Sarah Dean, 2010).

Minyak esensial aromaterapi lavender mengandung minyak lebih

tinggi dan bau lebih tajam antara jam 10.00 dan 16.00 (Sarah Dean,

2010).

5. Mekanisme Kerja Aromaterapi Inhalasi Untuk Relaksasi

Minyak esensial berpengaruh pada pikiran dan badan secara

bersamaan, dan oleh karena itu kita bereaksi pada kehadirannya secara
20

fisik dan psikologis. Dan reaksi ini dimulai ketika kita membaui aroma

minyak esensial atau menyerapnya lewat kulit. Ketika kita menghirup

aromaterapi dari minyak esensial, molekul yang ada didalamnya

memasuki paru-paru dan dari situ masuk kedalam aliran darah (Sarah

Dean, 2010).

Fisiologi aromaterapi dimulai pada sistem limbik dimulai dari organ

hidung sebagai organ penghidu. Proses penghidu dimuali dengan proses

penerimaan molekul bau oleh olfactory epithelium, yang merupakan

reseptor yang berisi duapuluh juta saraf pembau. Pada saat minyak

aromaterapi dilepaskan keudara, minyak akan masuk melalui hidung dan

akan mencapai nostril pada dasar hidung. Sebelum molekul aromaterapi

menempel dengan silia sel olfaktorius, ordon tersebut harus dapat larut

dalam mukus yang melapisi silia tersebut. Untuk dapat larut dalam mukus

maka minyak aromaterapi tersebut harus bersifat hidrofilik. Struktur kimia

dari minyak esensial ini memiliki sifat bagian yang hidrofilik (polar)

sehingga dapat larut pada mukus. Dibawah mukus pada epitel

olfaktorium, reseptor khusus yang disebut sebagai neuron reseptor

olfaktorius mendeteksi adanya bau. Neuron ini bisa mendeteksi jutaan

bau-bauan yang berbeda. Selanjutnya molekul bau akan dihantarkan ke

dalam sistem limbik sebaga satu pesan elektrokimia Conn (2003, dalam

Siahaan 2013).

Pada sistem limbik sinyal bau akan dihantarkan ke

hipotalamus, amigdala dan hipokampus. Melalui perangsangan

hipotalamus akan mengaktifkan sistem endokrin dan sisten saraf

otonom, dari hipotalamus sinyal akan dihantarkan ke amigdala yang


21

akan mempengaruhi perilkau, suasana hati, emosi dan senang yang

dikategorikan sebagai relaksasi secara psikologis. Apabila sinyal

sampai di hipokampus maka bau-bauan akan diingat sebagai suatu

yang menyenagkan atau tidak menyenangkan tergantung dari

pengalaman sebelumnya terhadap bau-bauan tersebut. Bau yang

menyenangkan akan menstimulasi pengeluaran suatu zat yang

disebut enkefalin dimana zat ini berfungsi sebagai penghilangrasa

sakit alami, Conn (2003, dalam Siahaan 2013).

Hasil akhir dari efek aromaterapi secara psikologis adalah

modulasi pada sistem saraf baik sistem saraf pusat maupun sistem

saraf tepi yang efeknya barupa respon relaksasi yaitu menenangkan,

menyeimbangkan, atau efek stimulasi Cook (2008, dalam Siahaan

2013).

6. Jenis-jenis Aromaterapi

a. Lavender (Lavendula Angustifolia)

Kata lavender berasala dari bahasa latin Lavere yang artinya

mencuci. Minyak esensial lavender adalah salah satu aromaterapi

yang terkenal memiliki efek sedatif, hypnotik, dan anti-neurodepresive

baik pada hewan maupun pada manusia. Karena minyak lavender

dapat memberikan rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai

manajemen stress Yumada (2005, dalam Kusumaningtyas 2015).

Aromaterapi lavender berasal dari bagian bunga dan kelopak

bunga yang berkasiat untuk mengharmoniskan, meredakan,

menyeimbangkan, menyegarkan, merilekskan dan menenangkan.

Minyak lavender digunakan untuk membantu dalam meringankan


22

rasa mudah marah, gelisah, nyeri, stres, meringankan otot pegal,

gigitan, sengatan, sebagai antiseptik, menyembuhkan insomnia, sakit

kepala dan dapat digunakan secara langsung pada rasa sakit dari

luka bakar atau melepuh ringan Saharma (2011, dalam

Kusumaningtyas 2015).

1) Kandungan Kimia

Price (2007, dalam Siahaan, 2013) kandungan utama

dalam minyak lavender adalah linalool 26-49 %, dan linalil asetat

36-53 %. Kandungan linalool dalam minyak esensial lavender

mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat

syaraf dan otot-otot yang tegang. Linalool juga menujukkan efek

hipnotik dan anticonvulsive, karena khasiat inilah bunga lavender

sangat baik digunakan sebagai aromaterapi.

2) Efek Farmakologi

Siahaan (2013) dalam penelitiannya mengatakan sifat dari

minyak lavender dapat menimbulkan efek relaksasi yang

dipengaruhi oleh kandungan zat terbesarnya yaitu linalool dan

linalil asetat. Efek farmakologi dalam menimbulkan relaksasi

secara fisik dan fsikologis dari minyak lavender ini cukup lengkap

seperti memiliki sifat analgetsik, memiliki sifat antispasmodik,

menyeimbangkan sistem saraf, memiliki sifat menenangkan,

memiliki efek sedatif, hipotensif, menurunkan frekuensi jantung,

anti depresan, anti ansietas, anti insomnia, dan meningkatkan

daya konsentrasi.
23

Secara farmakologis minyak lavender memang memiliki

efek terapeutik yang cukup luas dalam mempengaruhi sistem

saraf simpatis, parasimpatis, dan sistem limbik.

b. Pepermin (Mentha Piperita)

Kata “Mint” mungkin diturunkan dari kata Minthe yang dalam

mitologi yunani adalah herba yang berbau manis untuk diinjak-injak

dengan kaki. Peprmin sangat bermanfaat digunakan untuk membantu

menenangkan gangguan lambung dan mabuk perjalanan. Pepermin

atau sering disebut “aspirin alami” juga terkenal untuk menyembuhkan

sakit kepala,mual, sakit karena terkena ngin, flu, migren, selesma dan

juga efektif untuk mengusir serangga (Sarah Dean, 2010).

c. Chamomile (Chamamaemelum Nobile, Matricaria recutica)

Kata Chamamaemelum berasal dari bahasa yunani yang

artinya apel tanah, karena tanaman ini tumbuh rendah dan

mempunyai aroma apel. Minyak esensial Chamomile dapat digunakan

untuk membantu pencernaan dan membantu mengatasi gangguan

lambung (terutama perut mulas karena gugup), namun mungkin

paling terkenal karena kemampuannya untuk meringankan sakit

karena menstruasi , sakit telinga, dan sakit gigi. Seperti lavender

Chamomile mernyeimbangkan emosi, menghilangkan kegelisahan

(Sarah Dean, 2010).

d. Geranium (Pelargonium Graveolens)

Minyak geranium adalah senyawa alami yang terutama untuk

meningkatkan suasana hati, dan terkenal kerna baunya yang sangat

halus. Minyak esensial ini mampu meningkatkan energi untuk


24

membantu menghilangkan kelelahan fisik dan mental, dan sifat

antiseptiknya dapat meringankan luka bakar dan kulit yang melepuh.

Selain itu minyak esensial geranium dapat membantu menghilangkan

kegelisahan dan depresi dan baik sekali untuk menimbulkan relaksasi

(Sarah Dean, 2010).

e. Rosemary (Rosemarinus Officinallis)

Kata rosemary berasal dari bahasa latin “rosemarinus” yang

artinya mawar darilau. Herba ini digunakan secara luas oleh orang

Romawi, Mesir dan Yunani kuno, bagi mereka herba ini sacral dan

rosemary menyimbolkan persahabatan dan loyalitas. Minyak esensial

ini dapat mempertajam kecerdasan dan meningkatkan memori, dan

dapat digunakan juga untuk membantu meringankan sakit dan nyeri

serta meningkatkan sirkulasi (Sarah Dean, 2010).

7. Manfaat Aromaterapi

Berdasarkan pengalaman empiris masa lampau, aromaterapi

memiliki banyak khasiat dan manfaat yang cukup banyak. Jaelani (2011),

adapun manfaat penting yang dapat diperoleh dari metoda aromaterapi

adalah sebagai berikut:

a. Banyak dimanfaatkan dlam pengobatan, khusunya untuk membantu

penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebi ditujukan sebagai

terapi pendukung (support therapy).

b. Merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat dan efisien

dalam menjaga tubuh agar tetap sehat.


25

c. Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh (Improving Body

Function), antara lain dengan cara mengembalikan keseimbangan

bioenergy tubuh.

d. Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang, yang

sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah.

Menurut (Kiky, 2009) dalam Setyoadi & Kushariyadi (2011)

mengatakan bahwa manfaat aromaterapi antara lain :

a. Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan.

b. Mengurangi perasaan ketegangan dan sensasi nyeri

c. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubu, pikiran dan jiwa

yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif.

d. Aroma terapi tidak hanya bekerja bila ada gangguan, tetapi juga dapat

menjaga kestabilan ataupun keseimbangan sistem yang terdapat

dalam tubuh menjadi sehat dan menarik.

e. Merupakan pengobatan histolis untuk menyeimbangkan semua fungsi

tubuh.

8. Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi

Jaelani (2011), aromaterapi merupakan salah satu diantara metoda

pengobatan kuno yang masih dapat beratahan hingga kini. Metoda

penyembuhan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Sehingga

wajar apabila keterkaitan dan repons masyarakat terhadap aromaterapi

menjadi semakin besar. Sekalipun metoda yang digunakannya tergolong

sederhana, nanum secara terapi ini memiliki beberapa keunggulan dan

kelebihan dibandingkan dengan metoda penyembuhan lainnya.

a. Biaya yang dikeluarkan relatif murah


26

b. Bias digunakan dalam berbagai tempat dan keadaan.

c. Dapat menimbulkan raa senang pada orang lain.

d. Cara pemakaiannya tergolong praktis dan efisien.

e. Efek yang ditibulkannya tergolong cukup aman bagi tubuh.

f. Khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metoda

terapi lainnya.

C. Konsep Nyeri

1. Pengertian

Menurut Aziz Hidayat (2008) Nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subyektif karena

perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat hasil

pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-

beda dari pasien ke pasien. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang

sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami

nyeri post operasi (Suza, 2010)

Nyeri post operasi merupakan nyeri akut yang daiakibatkan oleh

trauma, bedah atau inflamasi, seperti sakit kepala, sakit gigi, tertusuk

jarum, nyeri otot, nyeri sesudah pembedahan

2. Fisiologi Nyeri

Menurut Aziz Hidayat (2008) dikelompokan sebagai berikut:


27

a. Nosisepsi

Sistem saraf perifer mengandung saraf sensorik primer yang

berfungsi mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan

beberapa sensasi, salah satunya adalah sensasi nyeri. Rasa nyeri

yang dihantarkan oleh reseptor yang disebut nosiseptor. Nosiseptor

merupakan ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau

hanya sedikit mielin. Reseptor ini tersebar di kulit dan mukosa

khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantung

empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya

stimulus atau rangsangan berupa mekanis, termal, listrik, atau kimiawi

(histamin, bradikinin, dan prostaglandin).

b. Teori Gate Control

Teori Gate Control dikemukakan oleh Melzack dan Well pada

tahun (1965). Berdasarkan teori ini, fisiologi nyeri dapat dijelaskan

sebagai berikut: Akar dorsal pada medulla spinalis terdiri atas

beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara

lapisan dua atau tiga terdapat substansi gelatinosa (substansi

gelationosa atau SG) yang berperan seperti layaknya pintu gerbang

yang memungkinkan atau menghalangi masuknya impuls nyeri

menuju otak. Substansi gelatinosa ini dilewati oleh saraf besar dan

saraf kecil yang berperan dalam penghantaran nyeri. Pada

mekanisme nyeri, rangsangan nyeri dihantarkan melalui serabut saraf

kecil. Rangsangan pada serat kecil dapat menghambat substansi

gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga merangsang

aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan


28

nyeri. Rangsangan nyeri yang dihantarkan melalui saraf kecil dapat

dihambat apabila terjadi rangsangan pada saraf besar. Rangsangan

pada saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansi gelatinosa

meningkat sehingga pintu mekanisme tertutup dan hantaran

rangsangan pun terhambat. Rangsangan yang melalui saraf besar

dapat langsung merambat ke korteks serebri agar dapat diidentifikasi

dengan cepat.

3. Teori Penghantar Nyeri

Menurut Aziz Hidayat (2008) Terdapat beberapa teori tentang

terjadinya rangsangan nyeri diantaranya:

a. Teori pemisahan (specificity theory).

Menurut teori ini rangsangan nyeri masuk ke medula spinalis

melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior kemudian

naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya

dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri.

b. Teori pola (pattern theory).

Menurut teori ini rangsangan nyeri masuk melalui akar

ganglion dorsal ke medula spinalis dan merangsang aktivitas sel T.

Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang kebagian

yang lebih tinggi yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi

di pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

c. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory).

Menurut teori ini nyeri bergantung dari kerja serat saraf besar

dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.


29

Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas

substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu

mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan

hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat

langsung merangsang ke korteks serebri. Hasil persepsi ini akan

dikembalikan ke dalam medula spinalis melalui serat eferen dan

reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil

akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu

mekanisme sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya

akan menghantarkan rangsangan nyeri.

d. Teori tramsmisi dan inhibisi.

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-

impuls saraf sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif karena

terdapat neurotransmiter yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri

juga menjadi efektif karena terdapat impuls pada serabut besar yang

menghalangi impuls pada serabut lambat dan sistem supresi opiat

endogen.

4. Klasifikasi Nyeri

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013) Nyeri dapat dibedakan

berdasarkan jenis dan bentuknya:

a. Jenis Nyeri

1) Nyeri Perifer

Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

a) Nyeri superfisial yaitu rasa nyeri yang muncul akibat

rangsangan pada kulit dan mukosa.


30

b) Nyeri viseral yaitu rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada

reseptor nyeri dirongga abomen, kranium, dan thoraks.

c) Nyeri alih yaitu rasa nyeri dirasakan didaerah lain yang jauh

dari jaringan penyebab nyeri.

2) Nyeri Sentral

Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

medula spinalis, batang otak, dan thalamus.

3) Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak

diketahui tetapi umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor

psikologis.

4) Nyeri Somatik

Nyeri somatik adalah nyeri yang berasal dari tendon, tulang, saraf,

dan pembuluh darah.

5) Nyeri Menjalar

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa dibagian tubuh yang lain

umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada organ

viseral.

6) Nyeri Neurologis

Nyeri neurologis adalah nyeri dengan bentuk tajam yang

disebabkan oleh spasme disepanjang atau beberapa jalur saraf.

b. Bentuk Nyeri

1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

cepat menghilang. Umumnya nyeri ini berlangsung tidak lebih dari


31

enam bulan serta ditandai dengan adanya peningkatan tegangan

otot.

2) Nyeri Kronis

Nyeri Kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-

lahan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu

lebih dari enam bulan.

5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri sebagai berikut:

a. Arti Nyeri

Bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyeri tersebut merupakan arti yang negatif seperti membahayakan,

dan merusak. Keadaan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

usia, jenis kelamin, latar belakang sosial, lingkungan dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri

Merupakan penilaian yang sangat subyektif yang berpusat di

area korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dapat timbul

akibat rangsangan yang dihantarkan menuju jalur spinotalamikus dan

talamiko kortikalis. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh faktor yang dapat

memicu stimulus nosiseptor dan transmisi impuls nosiceptor.

c. Toleransi Nyeri

Toleransi terhadap nyeri berhubungan erat dengan intensitas

nyeri yang membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum

meminta bantuan dari orang lain. Faktor yang dapat meningkatkan

toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau


32

garukan dan pengalih perhatian. Sedangkan faktor yang menurunkan

toleransi nyeri antara lain kelelahan, marah, bosan, cemas, nyeri tidak

berkunjung hilang, dan sakit.

d. Reaksi Terhadap nyeri

Merupakan bentuk respon sesorang terhadap nyeri antara lain

takut, gelisah, cemas, menangis, menjerit, mengeluarkan banyak

keringat, dan mengepalkan tangan. Reaksi nyeri dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman

masa lalu, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, dan usia.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas, intensitas, dan

lamanya pasca bedah antara lain

1) Lokasi operasi, jenis operasi, dan lamanya operasi serta berapa

besar kerusakan ringan akibat operasi tersebut.

2) Adanya komplikasi yang erat hubungannya dengan pembedahan

3) Pengelolaan anastesi baik sebelum, selama, sesudah pembedahan

4) Keadaan psikologis dari penderita

5) Pengalaman pembedahan sebelumnya, bila pembedahan ditempat

yang sama maka nyeri tidak sehebat nyeri pembedahan

sebelumnya.

6. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual. Selain itu, kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran

nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah


33

menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala

sebagai berikut (Andarmoyo dan Suharti, 2013) :

a. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi terapeutik.

Gambar 2.1 : Skala Deskriptif (Smeltzer dan Bare B, 2007).

b. Skala Deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yeng lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor

Scale, VDS) merupakan sebuah gari yang terdiri dari tiga sampai lima

kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di

sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa

nyeri”sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.

0 1 2 3 4 5
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sedang Nyeri Nyeri Nyeri Tak
Ringan Berat Sangat Tertahankan
Berat
34

Gambar 2.2 : Skala Deskriptif (Smeltzer dan Bare B, 2007).

c. Skala Analog Visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu

garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.

Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”

sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri

yang paling buruk”.

Gambar 2.3 : Skala Analog Visual (Smeltzer dan Bare B, 2007).

d. Skala wajah atau Wong-Baker FACER Rating Scale

Pengukuran intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukan

dengan cara memperlihatkan mimik wajah pasien pada saat nyeri

tersebut menyerang.

Gambar 2.4: Skala wajah atau Wong-Baker FACER Rating Scale

(Saputra, 2014)

Anda mungkin juga menyukai