PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kegawatdaruratan persalinan
berdasarkan jurnal penelitian terbaru.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan persalinan
2. Untuk mengetahui persiapan: Pre OP dan Post OP SC/ histerektomi
3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan syok
4. Untuk mengetahui kolaborasi manajemen terapi
5. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kegawatdaruratan persalinan
berdasarkan jurnal penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
Section caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 1991).
Section caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998)
Seksio saesaria atau kelahiran saesarea, adalah melahirkan janin melalui irisan
pada dinding perut(laparatom) dan dinding uterus(histerotomi). Sectiocaesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dari
dalam rahim.
Indikasi klasik yang dapat ditemukan sebagai dasar section caesarea adalah
2.1.3 Klasifikasi
Kekurangan:
Menurut sayatan pada rahim section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
2.2.4 Komplikasi
Perawatan preoperasi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prebedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu dan kesiapan psikologis.
Hal lain yang penting, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat anestesi, seperti
antiobiotika yang berpotensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan pendarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi dan dapat
menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidakseimbangan
potasium dan lain-lain. Selain itu terdapat adanya riwayat alergi obat atau lainnya,
status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesis seperti gigi palsu, dan sebagainya.
1) Perawatan awal
a) Yainkan jalan napas bersih dan cukup ventilasi.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
c) Pemeriksaan kesadaran ibu.
d) Transfusi darah bila perlu .
e) Beri posisi nyaman
2) Fungsi Gastrointestinal
a) Jika tindakan bedah tidak berat, berikan klien diet cair.
b) Jika ada tanda infeksi atau jjika sectio caesarea karena partus
macet atau rupture uteri, tunggu sampai bising usu timbul.
c) Jika klien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
d) Pemberian infus diteruskan hingga klien dapat minum dengan baik.
e) Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan elektrolit
untuk keseimbangan cairan seperti kalium klorida 40 mg.
f) Sebelum keluar dari rumah sakit pastikan klien dapat minum dan
makan biasa.
3) Perawatan Luka
Perawatan luka diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
yang berlebih dan menghindari terjadinya infeksi. Sectio caesarea
merupakan pembedahan bersih. Prinsip dalam pemberian perawatan
luka adalah pembersihan, penutupan dan perlindungan luka.
4) Analgesik
Pemberian analgesik sangat penting untuk mengurangi rasa nyeri.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medic, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum dan tanda vital.
b. Data riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah pasien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama misalnya plasenta previa
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang di derita pasien dan apakah keluarga pasien
juga mempunyai riwayat plasenta previa
c. Keadaan klien :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagian mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah sekitar 600-800 ml
2) Integritas Ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagagai tanda
kegagalan dan atau reflesi negative pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri dan atau kecemasan
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sesasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih, efek-efek anestesi, nyeri tekan
uterus mungkin ada
6) Pernapasan
Bunyi paru-paru vesikuler dan terdengar jelas
7) Kemanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/kering dan utuh
8) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan
dapat lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial
ekonomi rendah
e. Data psikologis
1) Pasien biasanya dalam keadaan labil
2) Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya
3) Harga diri pasien terganggu
f. Pemeriksaan penunjang
1) USG, untuk menentukan letak implantasi plasenta dan kondisi
janin
2) Pemeriksaan hemoglobin
3) Pemeriksaan hematokrit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre OP Sc
a. Ansietas b/d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan
Diagnosa Post OP Sc
3. Intervensi
a. Diagnosa Pre OP SC
Terapi relaksasi
Aktivitas :
Gambarkan
rasionalisai dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya music)
Tentukan apakah ada
intervensi relaksasi
dimasa lalu yang
sudah memberikan
manfaat
Pertimbangkan
keinginan individu
untuk berpartisipasi,
pilihan, pengalaman
masa lalu, dan
kontraindikasi
sebelum memilih
strategi relaksasi
tertentu
Berikan deskripsi
detil terkait intervensi
yang dipilih
Spesifikasikan isi
intervensi relaksasi
Dapatkan perilaku
yang menunjukkan
terjadinya relaksasi
misalnya bayangan
yang menenangkan
Dorong pengulangan
teknik-teknit tertentu
secara berkala
Dorong control
sendiri ketika
relaksasi dilakukan
Evaluasi laporan
individu terkait
dengan relaksasi yang
dicapai secara teratur,
dan monitor
ketegangan otot
secara periodic,
denyut nadi, tekanan
darah, dan sushu
tubuh dengan tepat
Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
penggunaan obat-
obatan nyeri atau
sejalan dengan terapi
lainnya dengan tepat.
Diagnosa Post OP SC
Analgesic Administration
Aktivitas :
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesic
tergantung dari
tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan
analgesic pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute
pemberian secara
IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesic pertama
Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analagesil, tanda
dan gejala (efek
samping)
Resiko infeksi b/d Keparahan infeksi Control infeksi
trauma jaringan/ luka Outcome : Aktivitas :
bekas operasi Kemerahan (5) Alokasikan
Cairan luka yang kesesuaian luas
berbau busuk (5) ruang per pasien
Demam (5) Bersihkan
Nyeri (4) lingkungan
Hilang nafsu makan dengan baik
(5) setelah
diguanakan untuk
Control resiko: proses setiap pasien
infeksi Ganti peralatan
Outcome : perawatan pasien
Mrncari informasi sesuai protokos
terkait control institusi
infeksi (4) Batasi jumlah
Mengidentifikasi pengunjung
faktor resiko infeksi Anjurkan pasien
(5) mengenai teknik
Mengidentifikasi mencuci tangan
tanda dan gejala dengan tepat
infeksi (5) Anjurkan
Mengklarifikasi pengunjung untuk
resiko infeksi yang mencuci tangan
didapat (5) pada saat
Mengembangkan memasuki dan
strategi efektif untuk meninggalkan
mengontrol infeksi ruangan pasien
(4) Cuci tangan
Menggunakan alat sebelum dan
pelindung diri (5) sesudah kegiatan
Mencuci tangan (5) perawatan pasien
Malkukan tindakan Pastikan teknik
segera untuk perawatan luka
mengurangi risiko yang tepat
(5) Gunakan
Memonitor katerisasi
perubahan status intermiten untuk
kesehatan (5) mengurangi
kejadian infeksi
Pemulihan pembadahan: kandung kemih
penyembuhan Tingkatkan intake
Outcome : nutrisi yang tepat
Tekanan darah Dorong intake
sistolik dan diastolic cairan yang sesuai
(5) anjurkan pasien
Stabilitas untuk meminum
hemodinamik (5) antibiotic yang
Suhu tubuh (5) diresepkan
Laju dan irama nadi Ajarkan pasien
radialis (5) dan keluarga
Laju pernafasan (5) mengenai
Keseimbangan bagaimana
elektrolit (5) menghindari
Asupan makanan (5) infeksi
Integritas jaringan
(5) Perlindungan infeksi
Aktivitas :
Penyembuhan luka
(5) Monitor adanya
tanda dan gejala
Pelaksanaan
infeksi sistemik
perawtan luka yang
dan local
diresepkan (5)
Monitor
Nyeri (4)
kerentanan
Cairan merembes terhadap infeksi
dari balutan (5)
Periksa kulit dan
Cairan merembes selaput lendir
dari drainase (5) untuk adanya
Infeksi luka (5)
kemerahan,
kehangatan
ekstrim atau
drainase
Periksa kondisi
setiap sayatan
bedah atau luka
Tingkatkan
asupan nutrisi
yang cukup
Anjurkan istirahat
Pantau adanya
perubahan tingkat
energia atu
malaise
Anjurkan
peningkatan
mobilitas dan
latihan dengan
tepat
Anjurkan pasien
untuk minum
anitibiotik yang
diresepkan
Jaga penggunaan
antibiotic dengan
bijaksana
Ajarkan pasien
dan keluarga
mengenai tanda
dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkan
kepada pemberi
layanan kesehatan
Lapor dugaan
infeksi pada
personil
pengendali infeksi
a. hipotensi
b. penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ
c. hipoksia sel
d. perubahan metabolism aerob menjadi anaerob
Syok adalah kegagalan sikulasi berat yang bersifat umum. Syok merupakan
kegagalan system sirkulasi system untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien.
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung memompa darah (serangan jantung
atau gagal jantung). Pelebaran pembuluh darah yang abnormal (reaksi alergi,
infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah besar (perdarahan hebat).
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric biasanya adalah perdarahan
(syok hipovolemik), sepsis (syok septic), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa
nyeri (syok neurogenik), alergi (syok anafilatik).
1) Syok Hipovolemik
Disebut juga syok hemoragik. Adalah syok yang disebabkan perdarahan yang
banyak yang dapat disebabkan oleh perdarahan pada kehamilan muda,
antepartum, atau pasca persalinan. Gejala klinik tergantung jumlah perdarahan
yang terjadi. Tanda syok ringan dapat di temukan dengan tilt test yaitu terjadi
hipotensi bila duduk dan atau takikardi, sedangkan saat berbaring masih normal.
Penanganan syok hipovolemik
Disebut juga syok endotoksik adalah suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah
disebabkan oleh lepasnya toksin. Sebagian besar disebabkan oleh bakteri gram
negative (E.Coli, pseudomonas Aeruginosa, Klebsiela), dapat juga disebabkan
oleh bakteri gram positif virus atau jamur.
abortus septic
ketuban pecah lama/karioamnionitis
infeksi pasca persalinan
trauma
Sisa Plasenta
Sepsis puerperalis
Pielonefritis akut
3) Syok Kardiogenik
Adanya syok yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif, yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Penyebab utama
adalah penyakit pembuluh darah berat pada penyakit katup jantung. Tanda klinis :
dilatasi vena leher, dispnea, desah sistol dan diastole, dan edema menyeluruh.
4) Syok Neurogenik
adalah syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat. Dapat disebabkan oleh
KET, solusio plasenta, persalinan dengan forceps, rupture uteri, inverse uteri
akut, dll.
5) Syok Anafilatik
adalah syok yang terjadi akibat hipersensitif atau alergi obat.
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan khusus
untuk
Catatan :
Bila hingga langkah akhir tersbut diatas, ternyata tidak tampak secara jelas
perbaikan kondisi pasien, maka sebaiknya pasien di rujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap .
f. Bila pasien harus dirujuk maka beritahu pasien dan keluarga tentang apa
yang terjadi, buatkan surat rujukan , siapkan donor
g. Transfuse darah; bila konsentrasi hb <6 gr atau hematokrit <20, keadaan
ini menunjukkan keadaan yang kritis (kehilangan sangat banyak butir-butir
darah merah) sehingga harus diberikan transfuse darah agar perfusi ke
jaringan pulih kembali
h. Pemeriksaan laboratorium; periksa golongan darah, HB, hematokrit,
jumlah eritosit dan leukosit, trombosit, uji padanan silang (crossmatch).
Ukur jumlah dan produksi urin, bila produksi dibawah 50 ml/jam,
menunjukkan terjadinya hipovolemia
i. Berikan antibiotika, bila terdapat gejala dan tanda infeksi, berikan
antibiotic spectrum
j. Terapi definitive
Setelah stabilisasi pasien tercapai, sambil melanjutkan penanganan
tersebut diatas dan memantau tanda vital pasien, cari penyebab syok atau
penyebab terjadinya perdarahan dan berikan terapi sesuai dengan
penyebab
3) Penangan syok hemoragik
Setiap penderita yang syok hemoragik dirumah sakitkan. Terapi awal syok
bertujuan mengembalikan hubungan normal antara volume kecepatan denyut
jantung dan kebutuhan perifer yang sebenarnya.
Terapi :
a. Tindakan umum
Letakkan penderita datar punggunya, tinggikan kedua tungkai : “ posisi
pisau lipat”. Cegah agar tidak kedinginan (selimut, bantal), berikan
oksigen.
b. Hemostatis
Pada suatu kedaruratan, tergantung atas penyebabnya, pembuluh darah
atau serviks yang ruptura diklem, uterus ditekan bimanual, tekan aorta.
Dalam banyak hal, tidak mungkin mengefektifkan hemostatis ditempat
praktek dokter (kehamilan prematur, ektopik, ruptura uteri, hematoma
supralevator)
c. Pergantian volume
Berikan larutan koloid (haemaccel, plasmafucin, plasmagel, macrodex):
maksimum 1500 ml (ekspander plasma). Berikan setengah atau dua pertiga
larutan elektrolit : 1000-4000 ml (pengganti ekstrasel). Tranfusi darah :
ganti perdarahan yang banyak dengan drah lengkap.
d. Kendalikan gangguan mikrosirkulasi dan tetapkan sentralisasi
Berikan Hydergine mula-mula sampai 1,2 mg, kemudian 0,6 mg IV.
Berikan Rheomacrodex (10%) : maksimum 10 ml/kg berat badan, tetapi
hati-hati pada insufisiensi ginjal.
e. Hilangkan nyeri
Hanya bila diperlukan, kemudian berikan Demerol dalam dosis kecil :
maksimum 50 mg per dosis.
f. Penatalaksanaan koagulasi
Selalu curiga kelainan pembekuan darah bila darah yang mengalir dari
genitalia tidak membeku atau membeku sangat lambat
g. Memantau fungis ginjal
Pada prinsipnya pasang kateter “indwelling”. Ukur pengeluaran air seni
setiap jam.
h. Penatalksanaan jantung
Pada jantung yang tidak rusak sebelumnya dan pada penderita tua :
Kombetin (strofantin) 0,25-0,5 mg IV atau Lanoxin (digitoksin) 0,25 mg
IV.
i. Tindakan klinis
Intubasi, pernapasan dikontrol. Koreksi keseimbangan asam-basa,
kemungkinan osmoterapi (Mannitol) Streptokinase dalm syok hemoragi
yang cepat progresif.
1. Handtapping
Handtapping merupakan bagian dari proses tindakan yang digunakan dalam
terapi nonfarmakologis Spiritual Emotion Freedom Technique. Metode SEFT
merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari beberapa metode terapi
sebelumnya. Tekhnik ini berdasarkan prinsip-prinsip yang sama dengan
akupunktur, akupresur, applied kinesiology, Tought Fields Therapy (TFT) dan
Emotional Freedom Technique (EFT). SEFT merupakan teknik penggabungan
dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan
menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT
bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupunktur dan akupresur.
Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energi
(energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan metode akupunktur dan
akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan
lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya
menggunakan ketukan ringan (tapping) (Zainuddin, 2009).
2. Hypnobirthing
Hypnobirthing sering disebut juga dengan Hipnosis Persalinan. Hypnosis
adalah perubahan keadaan kesadaran, dimana subyek melakukan apa saja yang
diperintahkan oleh penghipnosis. Hypnobirthing merupakan metode relaksasi
yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan
melalui insting dan memberikan sugesti bahwa melahirkan itu nikmat (
Maryunani, 2010). Setiap tahun lebih dari 200juta wanita hamil sebagian besar
kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat walaupun
demikian, pada beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa membahayakan
tetapi menjadi suatu masa yang penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan
bahkan kematian (WHO, 2003).
3. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada Masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat sekitar 25%, karenaberguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi
semua itu akan meningkatkan tiga kali dari kebutuhan bias (Walyani, dkk.,
2015:103). Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai
berikut: 1) Mengkinsumsi tambahann 500 kalori tiap hari. 2) Makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral. 3) Minum sedkitnya 3 liter air
setiap hari 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan. 5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melai ASI (Saleha, 2013).
4. Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari.
Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air outih, sari buah, susu dan sup (Reni
Heryani, 2012). Kegunaan cairan bagi tubuh menyangkut beberapa fungsi berikut:
1) Fungsi system perkemihan. 2) Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses
did lam tubuh. 3) Sistem Urinarius (Walyani, dkk, 2015:108-110).
8. Pemberian Antibiotika
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsi,
syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus. Pada kasus syok,
pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan
obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak
memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per
oral diberikan jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan,
yaitu jika pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah
infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.
Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi
pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis
tugngal, paling banyak ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika
diberikan setelah tali pusat diklem untuk menghindari efeknya pada bayi.
Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam dosis terapeutik selain menyalahi
prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si penderita. Risiko
penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas,
reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu dikeluarkan.
BAB III
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA