Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KDK GANGGUAN NUTRISI

COVER
OLEH

MUTIARA SALAM

2141312032

KELOMPOK U

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Nutrisi untuk memenuhi tugas profesi
siklus “keperawatan dasar klinik”

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Sidaria, S.Kep, M.Kep dan Ibu
Ns. Dewi murni, M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok U pada siklus KDK ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang berapa
pada kelompok U, yang sudah bertukar pikiran untuk menyemurnakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
perbaikan dimasa akan datang. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Mutiara Salam
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS..............................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................25
STUDI LAPORAN KASUS......................................................................................25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR.............................................................28
BAB IV........................................................................................................................36
PEMBAHASAN.........................................................................................................36
BAB V.........................................................................................................................38
PENUTUP..................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................39
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah zat-zat giti atau zat-zat yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta mengeluarkan sisanya. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake
makanan dan metabolism tubuh serta factor-faktor yang
mempengaruhinya.Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila
tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa
menyebabkan penyakit atau terkena gizi buruk. Oleh karena itu kita harus
mempertahankan kebutuhan nutrisi didalam tubuh. Tubuh memerlukan energy
untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu,
fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi – fungsi organ tubuh,
pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan
pergantian sel yang rusak. Metabolisme dapat berupa anabolisme
(membangun) dan katabolisme (pemecah).
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan
minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet
yang optimal. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada
pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan standard kebutuhan dasar
nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini
dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance
(RDA).

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi ?

C. TUJUAN
1. TUJUAN KHUSUS
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan nutrisi.
2. TUJUAN UMUM
a. Mengetahui konsep dasar dari nutrisi
b. Mengetahui konsep dasar dari asuhan keperawatan gangguan
nutrisi
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan nutrisi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN NUTRISI
Nutrisi adalah emlemen utama dalam proses dan fungsi tubuh. Pada
umumnya tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energy bagi
fungsi organ dan pergerakan badan. Istilah gizi berasal dari bahasa gizawi
yang artinya nutrisi yang dibutukan oleh tubuh dari asupan makanan.

B. ANATOMI FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN


Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut


sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan
fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan
sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus). 4. Lambung Merupakan organ otot berongga yang
besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
4. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan
ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1- 2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang
sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
6. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua
bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama
anus (Pearce, 1999).

C. JENIS NUTRISI
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energy utama bagi tubuh, tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilo kalori. Karbohidrat diperoleh
terutama dari tumbuhan. Tanaman menyimpan karbohidrat seperti
tepung. Zat tepung terbuat dari biji yang tertutup dinding sel.
Karbohidrat memiliki peranan penting bagi tubuh.
2. Protein
Protein berfungsi untuk mensintesis jaringan tubuh dalam
pertumbuhan, protein terdiri dari asam amino ensensial dalam kualitas
yang cukup untuk pertumbuhan dan mempertahankan keseimbangan
nitrogen dalam tubuh.
3. Lipid
Lipid adalah bentuk penghasil energy tubuh utama,
monogliserida dari porsi lipid yang dicerna dapat diubah menjadi
glukosa dalam proses glutogenesis, semua sel tubuh kecuali sel darah
merah dan neuron dapat mengoksidasi lemak dan energy.
4. Air
Merupakan momponen kritis dalam bentuk cairan dalam tubuh
karena fungsi sel tergantung cairan. Air menyusun 60%-70% dari
seluruh berat badan.
5. Vitamin
Makanan esensial untuk metabolisme normal, vitamin terbagi
menjadi 2, yaitu yang larut dalam air dan yang tidak larut dalam air
melainkan larut dalam lemak. Yang larut dalam air adalah C dan B,
dan A D E K larut dalam lemak.
6. Mineral
Mineral berperan sebagai katalis dalam reaksi biokimia
kebutuhan mineral sehari-hari adalah 100mg

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI


1. Diet
Diet yang sembarangan dapat memengaruhi kerja system pencernaan
sehingga terjadi gangguan dalam mencerna nutrisi dan akhirnya proses
pencernaan tidak optimal dalam melakukan fungsinya.
2. Kebiasaaan
Kebiasaan yang merugikan dan pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi, misalnya di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan papaya bagi remaja wanita.
3. Penyakit
Penyakit system organ tubuh yang paling sering dilalui makanan
sehingga rentan mengalami gangguan apabila pertahanan tubuh tidak
adekuat.
4. Status ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status nutrisi makanan
bergizi membutuhkan pendanaan yang sedikit.
E. MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan


dankelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi,
JantungKoroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.

a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan
akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standard
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum
6) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan
zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya
adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau
asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan
penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan
lain- lain.
1) Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas
konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
 PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
 PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB
Normal.
 PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
2) Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada
bayi ketika sudah tidak mendapatkan asi. Defisiensi dapat berakibat :
retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak
tumbuh, depigmentasi kulit, dermatitis.
e. Diabetes mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
g. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat
ini,penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau
gaya hidupyang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
i. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya kontipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan.
F. PATHWAYS
G. PATH
Penyakit Saluran Status Kesehatan Gaya Hidup Dan Kebutuhan
Pencernaan Menurun Kebiasaan Metabolisme

Erosi mukosa Kelemahan otot Kebiasaan Peningkatan intake


lambung menelan mengkonsumsi nutrisi
makanan yang tidak
sehat
Menurunnya tonus Gangguan menelan Kebutuhan energy
dan peristaltic makanan meningkat
Kelebihan zat dalam
lambung tubuh yang tidak
Asupan nutrisi tidak dibutuhkan
Mudah lapar
terpenuhi
Refluksi duodenum
kelambung
Penyerapan dalam Nafsu makan
Resiko
tubuh tidak sempurna meningkat
ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh Sering makan

Peningkatan berat
badan

Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
H. PENATALAKSANAAN PEMENUHAN NUTRISI
1. Penyuluhan masalah nutrisi pada pasien dan keluarga
2. Penanganan focus pada penyebab masalah pola nutrisi
3. Pemberian asupan nutrisi : Oral
4. Kolaborasi : Pemasanan NGT dan Pemberian Nutrisi melalui NGT
5. Pemberian obat pada penyebab masalah pola nutrisi

I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GANGGUAN NUTRISI


1. Pengkajian
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi meliputi pengkajian fokus, diagnosa keperawatan, dan perencanaan
keperawatan. Pengkajian Fokus :
a. Riwayat keperawatan dan diet.
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama
periode waktunya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti
luka bakar dan demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?
b. Faktor yang memengaruhi diet
1) Status kesehatan
2) Kultur dan kepercayaan
3) Status sosial ekonomi.
4) Faktor psikologis
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran
liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama
abnormal, tekanan darah  rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antopometri:
 Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
BB (kg)
 BMI (Body Mass Index):
TB × TB (m)
 Lingkar pergelangan tangan
 Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm
d. Laboratorium
1) Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg %)
4) BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5 ─ 1,0 mg/100 ml) (Tarwoto & Wartonah, 2006)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
Batasan Karakteristik:
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare Gangguan sensasi rasa
5) Kehilangan rambut berlebihanKelemahan otot pengunyah
6) Kelemahan otot untuk menelan
7) Kerapuhan kapiler
8) Kesalahan informasi
9) Kesalahan persepsi
10) Ketidakmampuan memakan makanan
11) Kram abdomen
12) Kurang informasi
13) Kurang minat pada makanan
14) Membran mukosa pucat Nyeri abdomen
15) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
16) Sariawan rongga mulut
17) Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan:
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
7) Kurang asupan makanan
(NANDA International, 2015)

b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh


Definisi: Intake nutrisi melebihi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan Karakterisitik:
1) Lipatan kulit tricep lebih dari 25 mm untuk wanita dan 15 mm untuk
pria
2) BB diatas 20 % diatas tubuh ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh
ideal
3) Makan dengan respon eksternal (misalnya: situasi sosial, sepanjang
hari)
4) Dilaporkan atau diobservasi adanya disfungsi pola makan (misalnya:
memasangkan makanan dengan aktivitas yang lain)
5) Tingkat aktivitas yang menetap
6) Konsentrasi intake makanan yang menjelang malam
Faktor yang berhubungan:
Intake yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan
metabolisme tubuh.
(NANDA International, 2010)

3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan yang diharapkan:

1) Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu


2) Peningkatan status nutrisi

Intervensi Rasional
1. Tingkatkan intake makanan 1. Cara khusus untuk
melalui: meningkatkan nafsu
a. Mengurangi gangguan makan
dari lingkungan seperti
berisik, dan lain-lain.
b. Jaga privasi pasien
c. Jaga kebersihan ruangan
(barang-barang seperti
sputum pot, urinal tidak
berada dekat dengan
tempat tidur)
d. Berikan obat sebelum
makan jika ada indikasi
2. Jaga kebersihan mulut pasien 2. Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu
makan
3. Bantu pasien makan jika tidak 3. Membantu pasien makan
mampu
4. Sajikan makanan yang mudah 4. Meningkatkan selera
dicerna, dalam keadaan makan dan intake makan
hangat, tertutup, dan berikan
sedikit-sedikit tapi sering
5. Selingi makan dengan minum 5. Memudahkan makanan
masuk
6. Hindari makanan yang 6. Mengurangi rasa nyaman
banyak mengandung gas
7. Ukur intake makanan dan 7. Observasi kebutuhan
timbang berat badan nutrisi
8. Lakukan latihan pasif dan 8. Menambah nafsu makan
aktif
9. Kaji tanda vital, sensori, 9. Membantu mengkaji
bising usus keadaan pasien
10. Monitor hasil lab, seperti 10. Monitor status nutrisi
glukosa, elektrolit, albumin,
hemoglobin, kolaborasi
dengan dokter

b. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh


Kriteria Hasil:

1) Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol


2) Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan dating
3) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan

Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian 1. Informasi dasar untuk
kembali pola makan perencanaan awal dan
pasien validasi data
2. Diskusikan dengan pasien 2. Membantu mencapai tujuan
dengan kelebihan makan
3. Diskusikan motivasi untuk 3. Membantu memecahkan
menurunkan berat badan masalah
4. Kolaborasi dengan ahli 4. Menentukan makanan yang
diet yang tepat sesuai dengan pasien
5. Ukur intake makanan 5. Mengetahui jumlah kalori
dalam 24 jam yang masuk
6. Buat program latihan 6. Meningkatkan kebutuhan
untuk olahraga energi
7. Hindari makanan yang 7. Makanan berlemak banyak
banyak mengandung menghasilkan energi
lemak
8. Berikan pengetahuan 8. Memberikan informasi dan
kesehatan tentang: mengurangi komplikasi
a. Program diet yang
benar
b. Akibat yang mungkin
timbul akibat
kelebihan berat badan

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap pencanaan.

5. Evaluasi Keperwatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

BAB III

STUDI LAPORAN KASUS


Seorang mahasiswa perawat, Ners muda A melakukan pengkajian kepada pasien, Ny
S umur 57 tahun masuk ke RS dua hari yang lalu dengan keluhan utama nyeri saat
menelan. Ners A melakukan pengkajian dan mendapatkan data sebagai berikut:
Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena mulut terasa sangat kering dan panas serta
nyeri saat menelan. Pasien juga mengeluh mual, tidak nafsu makan, serasa ingin
muntah, dan perut terasa sesak. Pasien nampak lemah, mukosa mulut kering, turgor
kulit sedang, tampak kesakitan saat menelan. Saat diperiksa tenggorakan tampak
kemerahan. Hasil pemeriksaan BB sebelum sakit 70 kg, saat ini 60 kg. Pemeriksaan
labor darah didapatkan Hb 11 gr/dl dan albumin 3,5 mg/100ml.

1. Lengkapi data pengkajian untuk kasus diatas

2. Analisa data untuk menegakkan diagnosa keperawatan Ny.S

3. Rumuskan diagnosa keperawatan Ny.S

4. Tentukan tujuan dan tindakan keperawatan Ny.S 5. Lakukan evaluasi asuhan


keperawatan Ny.S

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Identitas

Inisial pasien : Ny. S Umur : 57 Tahun

No. MR : 000509 Tanggal Masuk : 26 september 2021

Ruang Rawat : Interne

B. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Klien masuk tanggal 26 september 2021 dengan keluhan nyeri saat
menelan
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan tidak bias tidur kerena mulut terasa kering dan panas
serta nyeri saat menelan, pasien mengeluh mual tidak nafsu makan serasa
ingin muntah dan perut serasa sesak. Pasien mengalami enurunan berat
badan drastic sebesar 10 Kg selama sakit. Pasien terpasang NGT dan infus
RL 8 jam/Kolf
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga dengan penyakit kronis, menular, dan keturunan.

C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah, Lelah
2) Kesadaran : Cpmposmentis (GCS 15)
3) Tanda-Tanda Vital :
 TD : 130/90 Mmhg
 T : 37C
 R : 20x/Menit
 N : 90x/Menit
 BB Sebelum : 70Kg
 BB Sekarang : 60 Kg
 LLA : 19,8 Cm
4) Mata : Konjungtiva Anemis, Kantung Mata Hitam
5) Hidung : Terpasang NGT Pada Lubang Hidung Kanan
6) Mulut : Mukosa Mulut Kering, Tenggorokan Memerah
7) Kulit : Turgor Kulit Sedang (Cubitan Kembali Dalam
2 Detik)
8) Leher : Tidak Ada Nyeri Dan Pembekakan
9) Abdomen
 Inspeksi : Simetris, Tidak Ada Asites
 Palpasi : Tidak Ada Nyeri Tekan
 Perkusi : Bising Usus Normal
 Auskultasi : Suara Timpani
10) Ekstremitas : Terpasang Infus Pada Tangan Kanan
5555 5555
5555 5555
11) Genitalia : Tidak Terpasang Kateter

D. Pemeriksaan Laboratorium
 HB : 11gr/dl
 Albumin : 3,5 mg/100ml

E. Status Nutrisi
1) Body massa index (BMI)

BB (kg)
=
TB × TB (m)
60
=
1 ,83 × 1,83
60
=
3 ,34
=17,9
= underweight
2) Berat Badan Ideal (BBI)
= (TB ̶ 100) ± 10%
= 83 -8,3
= 74,7 Kg
F. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
DS : Inflamasi Ketidakseimbangan
 Pasien mengeluh mulut Nutrisi : Kurang Dari
terasa kering dan panas Kebutuhan Tubuh
 Pasien mengeluh mual Mulut kering dan
tidak nafsu makan perut panas
terasa sesak
DO :
 Pasien tampak lemah mual muntah
 Mukosa mulut kering
 Turgor kulit sedang
 BB turun 10 Kg tidak nafsu makan
Sebelum = 70 kg
Saat sakit = 60 kg
Lla = 19,8 BB turun

BBI = 183
-100±100% Ketidakseimbangan
= 83-8,3 Nutrisi : Kurang Dari
=74,7 kg Kebutuhan Tubuh

BMI = 60
kg/(1,83m)²
=60/3,3489
=17,9 (gizi
buruk)

 HB = 11 gr/dl
 Albumin = 3,5 mg
DS : Inflamasi Nyeri akut b.d
 Pasien mengeluh nyeri inflamasi
saat menelan
P: Nyeri akut
- nyeri saat menelan
- Susah tidur
- Tidak makan
karena nyeri

Q : nyeri seperti tertekan


dan panas
R : nyeri terasa di
tenggorokan, tapi rasa
panas naik kemulut
S : nyeri dalam skala 6
T:
- Muncul saat
menelan minum
dan makan
- Muncul perlahan
saat
menggerakkan
mulut untuk
makan dan
menelan
- Belum pernah
nyeri sebelumnya
DO :
 Pasien tampak
kesakitan saat
menelan
 Tenggorokan
kemerahan
 Bp : 130/90
 R : 20x/menit
 P : 90x/menit
 T : 37◦C
DS : Inflamasi Gangguan pola tidur
 Pasien mengatakan tidak b.d nyeri
bias tidur karena nyeri
 Pasien mengatakan tidak Nyeri
cukup puas tidur
 Klien mengatakan hanya
tidur 4 jam Kurang tidur
DO :
 Terdapat kantung mata
pada pasien Gangguan pola tidur
 Pasien terlihat sering
menguap
 Klien tampak lemah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NANDA NOC NIC
Ketidakseimbangan Status nutrisi 1. manajemen nutrisi
nutrisi : kurang dari Kriteria hasil : 2. pemberian nutrisi total
kebutuhan tubuh - Asupan gizi parenteral
membaik Aktivitas :
- Asupan makanan - Tentukan status gizi
membaik dan kemampuan
- Asupan cairan untuk memenuhi
membaik kebutuhan gizi
- Rasie BB membaik - Tentukan jumlah
- Energy membaik kalori yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
perstaratan gizi
- Bantu pasien
perawatan mulut
sebelum makan
- Monitor kalori dan
asupan makanan
- Monitor
kecenderungan
terjadi penurunan
dan kenaikan berat
badan

Nyeri b.d inflamasi Control nyeri Pemberian analgesic


Kriteria hasil : Aktivitas :
- Mengenali kapan - Tentukan lokasi,
nyeri terjadi karakteristik,
- Menggunakan kualitas dan
analgesic yang keparahan nyeri
direkomendasikan - Tntukan pilihan
- Melaporkan obat analgesic
perubahan terhadap berdasarka tipe dan
gejala nyeri pada keparahan
professional - Monitor TTV
kesehatan sebelum dan
- Melaporkan nyeri sesudah pemberian
yang terkontrol analgesic
- Berikan kebutuhan
kenyamanan
aktivitas lain yang
membantu relaksasi
penurunan nyeri
Gangguan pola tidur Tidur Peningkatan tidur
b.d nyeri Kriteria hasil : Aktivitas :
- Jam tidur meningkat - Tentukan pola tidur
- Pola tidur dan aktivitas pasien
meningkat - Monitor/catat pola
- Tidur rutin tidur dan jumlah
menigkat jam
- Kesulitan memulai - Monitor pola tidur
tidur membaik dan nyeri apakah
- Nyeri ringan masih mengganggu
- Sesuaikan
lingkungan untuk
meningkatkan tidur

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA IMPLEMENTASI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  Memonitor berat badan
kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan  Memonitor hidrasi
makan  Memonitor hasil labor
 Memasang IV
 Pemberian nutrisi total parenteral

Nyeri akut b.d inflamasi  Memantau TTV


 Mengidentifikasi PQRST nyeri
 Kolaborasi pemberian analgesik
Gangguan pola tidur b.d nyeri  Memonitor pola tidur dan nyeri
pada pasien
 Memonitor pola dan jam tidur
pasien

I. EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang S:
dari kebutuhan tubuh b.d  pasien mengatakan mual
ketidakmampuan makan berkurang
 keinginan untuk muntah juga
berkurang
 nafsu makan belum kembali.
O : pasien tampak sedikit segar,
mukosa muut sedikit kering, turgor
kulit membaik
A : masalah teratasi sebagian
P:
 Kaji dan pantau nafsu makan
 Monitor berat badan
Nyeri akut b.d inflamasi S:
 Pasien mengetahui penyebab
nyeri
 Pesien mengatakan nyeri
berkurang
 Pasien mengetahui skala
intensitas dan frekuensi nyeri
O : pasien sedikit mampu mengontrol
nyeri
A : masalah teratasi sebahagian
P:
 Pantau nyeri pasien
 Lanjutkan intervensi jika
nyeri kembali
Gangguan pola tidur b.d nyeri S:
 Pasien mengetahui penyebab
gangguan pola tidurnya
 Pasien mengatakan pola tidur
kembali seperti biasa
O:
 Jumlah jam tidur menadi 6-7
jam
 Pola kualitas tidur membaik
 Pasien Nampak segar saat
bangun tidur
 Area mata hitam berkurang
 Wajah tidak mengatuk
A : masalah teratasi semua
P:
 Pertahankan kondisi pasien
 Memonitor pola tidur
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pemberian makan melalui NGT

A. PENGERTIAN
Menerik makanan enternal melalui NGT dengan alasan lebih aman dan sedikit
lebih murah, pemasangan dilakukan dengan memasukkan selang melalui
hidung makanan dapat masuk ke lambung
B. TUJUAN
1. Memenuhi kebutuhan nutrient pasien yang adekuat
2. Mampertahankan nutrisi orang yang adekuat
C. INDIKASI
1. Pasien dengan gawat nafas atau tidak sadar
2. Pasien dengan masalah pada saluran pencernaan atas
3. Pasien yang tidak mampu menelan
4. Pasien pasca operasi pada faring dan esofagus
D. PERALATAN
1. Makanan cair
2. Spuit 20-60 cc
3. Tissue
4. Gelas yang berisi air hangat
5. Stetoskop
6. Perlak
7. Plester
8. bengkok
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Cek kebutuhan pasien
2. Mempersiapkan alat
3. Salam terapeutik
4. Menjaga privasi pasien
5. Mencuci tangan
6. Memakai APD
7. Menyiapkan alat di samping tempat tidur pasien
8. Mengkaji adanya alergi makanan pasien, bising usus dan masalah lain
terkait pemberian makan melalui NGT
9. Mengatur pasien dengan posisi fowler
10. Memasang perak dan pengalas pasien
11. Melakukan pengecekan kepatenan NGT
12. Menutup klem dan memasang corong
13. Memasukkan air hangat dengan membuka klem dan menaikkan selang 30
cm
14. Menutup klem sebelum air habis
15. Memasukkan makanan cair
16. Membilas selang dengan air minum
17. Menutup kembali klem selang
18. Setelah semua makanan dimasukkan cek kembali kebersihan selang NGT
19. Bila perlu ganti plester NGT
20. Merapikan pasien
21. Evaluasi
22. Membereskan alat
23. Cuci tangan dokumentasi

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Pada saat pemberian nutrisi melalui ngt tidak perlu didorong dengan
spuit, biarkan makanan mengalir secara perlahan
2. Perlu memperhatikan jadwal pemberian makan setiap 4, 6, 8 jam sekali
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk tetap menutup klem selama tidak
pemberian makan
4. Makanan NGT harus tetap diberikan dalam posisi duduk, bila toleran,
pasien harus tetap duduk selam 30 setelah habis makan
BAB IV

PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
Penulis tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
pengkajian pada teoritis dan pengkajian pada kasus, pengkajian pada
penelitian ini membuat identitas dan sampai pengkajian fokus terhadap
masalah kesehatan yang dialami pasien
2. DIAGNOSA
Berdasarkan diagnose adanya 2 perbedaan dengan teori konsep asuhan
keperawatan. dan secara tidak langsung penulis menengakkan asuhan
keperawatan sesuai dengan apa masalah yang sedang dialami pasien dan apa
kendala tubuh paisen. dengan begitu konsep dan laporan kasus masih dengan
sinkronasi yang jelas akan bentuk hasil dan pelaporannya. Dimana pada
konsep teori asuhan terdapat 2 diagnosa yang terdiri dari ketidakseimbangan
nutrisi kekurangan dari kebutuhan tubuh dan lebih dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan pada kasus Ny. S diagnose yang diangkat yaitu ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri akut, dan gangguan pola tidur.
3. INTERVENSI
Berdasaran keperwatan yang ditetapkan dan Tindakan keperwatan dilakukan
kepada Ny.S mengacu pada NANDA, NOC, dan NIC. Intervensi yang
dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, untuk Tindakan yang dilakukan yaitu manajemen nutrisi dan
pemberian nutrisi total parenteral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Nyeri akut b.d inflamasi , untuk intervensi dilakukan yaitu pemberian
analgesic untuk mengurangi nyeri pasien. Gangguan pola tidr b.d
ketidakpuasan tidur, untuk intervensi yang dilakukan yaitu peningkatan tidur
untuk mengurangi keluhan tidur pada pasien.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang sudah di tetapkan.
Intervensi yang dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, untuk Tindakan yang dilakukan yaitu manajemen nutrisi
untuk memenuhi nutrisi pasien. Nyeri akut b.d inflamasi, untuk intervensi
dilakukan yaitu pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri klien. Gangguan
pola tidr b.d ketidakpuasan tidur, untuk intervensi yang dilakukan yaitu
peningkatan tidur untuk mengurangi kelihan tidur pada pasien.
5. EVALUASI
Pada tahap evaluasi keperawtan yang mengacu pada intervensi dan
implementasi pada diagnose yang sudah diangkat. Untuk diagnose
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, evaluasi yang
diperolah belum teratasi secara keseluruhan karena Ny.S masih nafsu makan
masih kurang dan makanan belum habis, dan untuk Tindakan selanjutnya
akan dilakukan pemantauan nafsu makan dan monitor berat badan. Untuk
diagnose nyeri akut, evaluasi yang diperoleh pasien sudah mengetahui sumber
nyeri, nyeri teratasi sebahagian karena Ny. S masih merasa nyeri walaupun
tidak separah sebelumnya, dan untuk Tindakan selanjutnya yaitu akan
dilakukan pemantauan nyeri dan mengulang intervensi apabila nyeri kembali.
Sedangkan untuk diagnose yang ketiga gangguan pola tidur sudah teratas,
dimana Ny. S sudah menatakan saat bangun tidur sudah mulai nyenyak dan
segar.
BAB V

PENUTUP
1. KESIMPULAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai
ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi
dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
(Tarwoto & Wartonah 2010).
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan
dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi
berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang
rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka
akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
2. SARAN
Perawat harus lebih memperhatikan pasien, dalam memberikan asuhan
keperawatan hendaknya harus sesuai dengan standar yang berlaku dan
meningkatkan kerja sama dengan pasien, keluarga dan Tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2014. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI


Jakarta. Fulde, Gordian. (2009). Emergency medicine 5th edition. Australia :
Elsevier.

Iryanto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Krisanty, Paula, S. Manurung, Suratun, Wartonah, M. Sumartini, Ermawati,


Rohimah, S. Setiawati. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. CV. Trans Info
Media. Jakarta.

Wedho, M. M. U., Bethan, M. O., Nurwela, T. S., Sambriong, M. Kale, E. D. R, Mau,


A., Ina, A., Kleden, S. S. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia II. Penerbit Gita
Kasih. Kupang.

Mancini M. R, Gale A. T. (2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen
Publication. Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan. CV.
Trans Info Media. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2014. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI


Jakarta. Fulde, Gordian. (2009). Emergency medicine 5th edition. Australia :
Elsevier.

Iryanto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Krisanty, Paula, S. Manurung, Suratun, Wartonah, M. Sumartini, Ermawati,


Rohimah, S. Setiawati. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. CV. Trans Info
Media. Jakarta.

Wedho, M. M. U., Bethan, M. O., Nurwela, T. S., Sambriong, M. Kale, E. D. R, Mau,


A., Ina, A., Kleden, S. S. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia II. Penerbit Gita
Kasih. Kupang.
Mancini M. R, Gale A. T. (2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen
Publication. Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan. CV.
Trans Info Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai