Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP MATERNITAS

(RUANG NIFAS)

DI BUAT OLEH :
NAMA : APRILYA PATTIPEILOHY
NPM : 12114201210015
KELAS : KEPERAWATAN A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
TAHUN 2023
SDAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
E. Pathofisiologi
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Komplikasi
I. Penatalaksanaan
BAB II ASKEP TEORI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut(Kusuma, 2015).

Sectio Caesarea adalah jalan alternatif menyambut kelahiran seorang bayi melalui
operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada perut dan rahim ibu. Sectio Caesarea
dilakukan sebagai tindakan penyelamatan terhadap kasus-kasus persalinan normal
yang berbahaya. Oleh karena itu tindakan ini hanya di lakukan ketika proses
persalinan alamiah melalui vagina tidak memungkinkan karena risiko medis tertentu
(Wahyudi, 2016).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2015).

B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, 8 9 kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut:
a) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami.
b) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
c) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
d) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas....
f) Kelainan letak janin
Kelaianan pada letak kepala
g) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte, 2010).

1. Segmen bawah : Insisi melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada
saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang
segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang,
insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio Caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong
dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan
Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah
kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmenn bawah.
4. Sectio Caesarea Extraperitoneal

Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari perlunya histerektomi


pada kasus-kasus yang menngalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis
generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea
Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada
prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum
peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh
dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.

Histerektomi Caesarea Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan


denngan pengeluaran uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap
(histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan
dapatt dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan
jika terdapat perdarahan hebat dan pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam
keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjutan
pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

D. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih komprehensif
yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio Caesarea
menurut Dongoes 20 yaitu :
a) Nyeri akibat ada luka pembedahan
b) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c) Fundus uterus terletak di umbilicus
d) Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
e) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
f) Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
g) Biasanya terpasang kateter urinarius
h) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i) Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
j) Bonding attachment pada anak yang baru lahir

E. Pathofisiologi
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak lahir normal atau spontan, misalnya disebabkan oleh panggul sempit dan
plasenta previa. Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi, efek anastesi menyebabkan konstipasi.
Dalam proses pembedahan akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya jaringan merangsang area sensorik yang
menyebabkan gangguan rasa nyaman yaitu nyeri.
Setelah proses pembedahan berakhir daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post sectio caesarea, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan
resiko infeksi. Pada saat post partum mengalami penurunan hormon progesteron dan
estrogen akan terjadi kontraksi uterus dan involusi tidak adekuat sehingga terjadi
pendarahan dan bisa menyebabkan risiko syok, Hb menurun dan kekurangan O2
mengakibatkan kelemahan dan menyebabkan defisit perawatan diri (Nurarif &
Kusuma, 2015).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan Darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
j. Ultrasound sesuai pesanan.
(Tucker,Susan martin,1998)

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera
organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah.
Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada
kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada
bekas luka operasii (Anggi, 2015).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak
factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk
anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi
pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap
antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka
dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit
dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust
abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya
jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah.
Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan
dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut. (Valleria, 2016).

I. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan per intavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan
kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan
pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama
berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat
berbeda-beda sesuai indikasi.
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat 14
diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi
ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.
h. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti.
i. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
BAB II

ASKEP TEORI

1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untukmelanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klienMeliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dandiagnosa keperawatan.
2) Keluhan utamaa
a) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
jantung, hipertensi, DM,TBC, hepatitis, penyakit kelamin
atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan
ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian
tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepadaklien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena darikeinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak,cepat lelah, pada
klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karenamengalami
kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien
dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter
yang sebelumnyatelah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karenaadanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga danorang lain.
g) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadikurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebihmenjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi perubahan konsep diriantara lain dan body image dan
ideal diri.
j) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual ataufungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dannifas.
k) Pola keyakinandan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah
nifas/masa nifastidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.

4) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017)meliputi :
a) Keadaan umum
Keadaan umum biasanya lemah.
b) Tingkat Kesadaran
Apatis.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg.
Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,5 C.Respirasi :
Respirasi meningkat.
5) Pemeriksaan Head to toe
Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah:
a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atautidak,
keadaan rambut dan keadaan kulitkepala.
b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.
c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihatkonjungtiva merah
segar atau merah pucat, sklera putih ataukuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.
f) Lidah : Bersih atau kotor.
g) Bibir : Lembab atau kering.
h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoidatau
tidak.
i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimanadengan
luka operasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundusuterinya,
bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
j) Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksiinte
rcosta, pernafasan tertinggal, suara wheezing,
ronchi, bagaimana irama danfrekuensi pernapasank
k) Payudara: Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu
menonjolatau tidak, pengeluaran ASI.
l) Genetalia : Adaoedemaatautidak, adakah pengeluaranlochea
dan bagaimana warnanya.
m) Ekstermitas:Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis(00132)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatanmelahirkan caesarea (00126).

3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi (00132).
Kriteria Hasil :Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24
jam, diharapkan klien dapatmengontrol nyeri ( Pain Control ) (1605):
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
2. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, dantindakan pencegah nyeri.
3. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri.Menunjukkan tingkat nyeri

(Pain Level) (2102):


1. Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.
2. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya
episode nyeri.
3. Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Ekspresi wajah tenang.

Intervensi:
Manajemen nyeri (Pain Management) (1400):
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi,
karakteristik, dan onset,durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2. Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas
dalam, teknikdistraksi, atau massage).
3. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah
digunakan.
4. Tingkatkan istirahat yang cukup. Pemberian analgetik

(Analgetic Administration):
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan
sebelum pengobatan.
2. Berikan obat dengan prinsip 6 benar.
3. Cek riwayat alergi obat.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).


Tujuan: untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksiSetelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jamresiko infeksi dapat diatasi
dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil: (Immune Status) (0702):
1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
3. Nadi normal (70-80x/menit).
4. Tekanan darah normal (120/70 mmHg)

Intervensi:Pengendalian infeksi (Infection Control) (6540):


1. Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka
post operasi,kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia
lanjut, statusimun menurun, dan malnutrisi).
3. Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi.
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


perawatanmelahirkan caesarea (00126).
Tujuan: klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkancaesarea.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan klien dapat :
Kriteria Hasil:
Knowledge: disease process (1803):
1. Klien mengatakan paham tentang perawatan melahirkan caesarea.
2. Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
3. Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
tentang perawatan melahirkan caesarea.

Intervensi :

Teaching: disease process (5602):


1. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi,
dan pentingnya dietnutrisi.
2. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
3. Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu, berubah
darimerah ke coklat sampai putih.
4. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai
diizinkanoleh dokter.
5. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila
menyusui.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakankeperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuktenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yangdidasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain(Mitayani, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan
berpedomankepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani,2009).
DAFTAR PUSTAKA
Mury Irdawati, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan pada Ny. T Post Partum Sectio
Ceasarea dengan Nyeri Akut di Ruang Anna RSMM Kabupaten Mimika.
Peberianti Rahmah, 2019. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ny.
D dengan Diagnosa Medis Post Sectio Ceasarea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini
di RSUD DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA.

Anda mungkin juga menyukai