Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SC DI RS KUNINGAN MEDICAL CENTER (KMC)

Di Susun Oleh :
LUTFIA KHOERUNNISA
NIM : 21142011023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


YPIB MAJALENGKA
JALAN GERAKAN KOPERASI NO 003 MAJALENGKA
Definisi
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Nurarif & Kusuma, 2015).
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi
Walyani,2014).
Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section adalah salah satu
tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada abdomen/ laparotomi dan
uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki risiko komplikasi, terkadang SC merupakan cara
terbaik untuk menjaga keselamatan ibu dan melahirkan janin dengan selamat.
Menurut Mochtar (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut dan vagina. Ada beberapa
istilah dalam Sectio Caesarea (SC) yaitu:
a. Sectio Caesarea Primer ( Elektif)
SC primer bila sejak mula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
dengan cara SC.
b. Sectio Caesarea Sekunder
SC sekunder adalah keadaan ibu bersalin dilakukan partus percobaan terlebih
dahulu, jika tidak ada kemajuan (gagal) maka dilakukan SC.
c. Sectio Caesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu menjalani operasi SC dan pada kehamilan
selanjutnya juga dilakukan SC
d. Sectio Caesarea Histerektomy
Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin dengan SC yang secara langsung
diikuti histerektomi karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro
Merupakan suatu operasi dengan kondisi janin yang telah meninggal dalam
rahim tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung dilakukan
histerektomi. Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Etiologi
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal dari ibu yaitu ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa
terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan, kehamilan
yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma
uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-
Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir. Ataupun Gawat
janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma,
2015).
Anatomi Fisiologi
1) Alat genetalia dalam
a) Vagina
Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris
khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7,5 cm, merupakan
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina
menonjol, leher rahim (servik uterti) yang disebut porsio. Bentuk
vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b) Uterus (rahim)
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan,
ototnya disebut miometrium.
Uterus terdiri dari :
(1) Fundus uteri (dasar rahim), bagian uterus terletak antara kedua
pangkal saluran telur.
(2) Korpus uteri, bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri.
(3) Servik uteri, ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum.
c) Ovarium
Merupakan kelanjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
b. Fisiologi
Menurut Farrer (2001) :
1) Vagina
Empat fungsi vagina antara lain :
a) Lintasan bagi spermatozoa, spermatozoa biasanya akan
tertimbun pada saat senggama.
b) Saluran bagi janin dan produk pembuahan lainnya pada saat
persalinan.Saluran keluar bagi darah haid.
c) Dengan sekretnya yang asam, vagina mampu menghalangi
perjalanan infeksi.
2) Uterus
a) Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang sudah di
buahi agar ovum tersebut dapat menanamkan diri.
b) Memberikan perlindungan dan nutrisi kepada embrio sampai
tercapai maturitas.
c) Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
d) Mengendalikan perdarahan dari tempat pelekatan plasenta .
3) Tuba falopi
Tuba falopi merupakan saluran tempat lewatnya sperma untuk
bertemu ovum dan pada tempat pertemuan ini terjadi fertilisasi atau
pembuahan.
4) Ovarium
a) Produksi penyimpanan serta pematangan ovarium dan pelepasan
ovum
b) Produksi hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesterone

Indikasi Tindakan SC
Indikasi dalam SC dapat dibagi menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif. Setiap keadaan
yang mengakibatkan kelahiran melalui jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan
indikasi absolut. Misalnya kesempitan panggul, adanya neoplasma yang menyumbat jalan
lahir. Indikasi relatif yaitu bila kelahiran melalui vagina bisa terlaksana tetapi dengan
pertimbangan keamanan ibu dan bayi maka dilakukan SC (Oxorn dan Forte, 2010).
Manuaba (2012) mengatakan indikasi SC meliputi partus lama, disproporsi sepalo pelvic,
panggul sempit, gawat janin, malpresentasi, rupture uteri mengancam, dan indikasi lainnya.
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar SC adalah prolong labour, ruptur uteri
mengancam, fetal distress, berat janin melebihi 4000 gram, perdarahan ante partum. Indikasi
yang menambah tingginya angka SC adalah SC berulang, kehamilan prematur, kehamilan
resiko tinggi, kehamilan kembar, SC dengan kelainan letak.
Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, Cephalopelvik Disproportion, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Efek anestesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi. Setelah
kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI yang
tidak adekuat menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.
Pathway

Daftar Pustaka
Sagita Erin, 2019.Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea,
http://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/082_LAILIA%20AINUHIKMA.pdf ,2
Agustus 2022
Oktami, NLPE.2018. Konsep Teori Risiko Infeksi Pada Post Sectio Caesarea,
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/708/3/BAB%20II_2.pdf, 2 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai