Anda di halaman 1dari 26

Proses Pembentukan Karakter

Dalam Diri Manusia

AAT AGUSTINI, MKM


Pembentukan Karakter
• Kehidupan seperti balok besi, bila dipahat dengan
penuh kehati-hatian akan menjadi sebuah karya
besar yang mengagumkan
• kita mengarahkan dan membentuk karakter pada
anak dengan penuh kehati-hatian dan dengan cara
yang tepat maka akan dihasilkan karakter anak yang
baik pula
Karakter
• karakter merupakan kualitas atas kekuatan
mental atau moral, akhlak atau budi pekerti
seseorang yang menjadi kepribadian khusus
sebagai pendorong dan penggerak serta
membedakannya dengan yang lain.
3 Teori Pembentukan Karakter
(Stephen Covey)
1. Determinisme Genetis
mengatakan bahwa kakek nenek kitalah yang berbuat
begitu kepada kita, itulah sebabnya anda memiliki
tabiat seperti ini. Kakek nenek kita mudah marah dan
itu ada pada DNA kita. Sifat ini diteruskan dari generasi
ke generasi berikutnya dan kita mewarisinya.
2. Determinisme Psikis
• Orangtua kitalah yang berbuat begitu kepada kita.
Pengasuhan, pengalaman masa anak-anak kita pada
dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan
susunan karakter kita.
• Itulah sebabnya apabila kita takut berdiri di depan
banyak orang. Begitulah cara orangtua kita
membesarkan kita.
• Anda merasa sangat bersalah jika kita membuat
kesalahan
3. Determinisme Lingkungan
• Artinya, seseorang atau sesuatu di lingkungan
kita bertanggungjawab atas situasi kita.
contoh
• Menurut teori perkembangan karakter Determinisme Genetis,
jawaban atas pertanyaan, “Mengapa karakter saya seperti ini
?” adalah karena anda memang dilahirkan dengan gen seperti
itu.
• Jika teori Determinisme Psikis yang menjadi jawaban atas
kelebihan dan kekurangan kepribadian anda, maka orang tua
anda yang kurang pandai mendidik ketika anda masih kecil.
• Demikian juga jika dalil Determinisme Lingkungan yang
menjadi jawaban atas hidup anda yang serba kekurangan dan
jauh dari cukup.
Proses Pembentukan Karakter

• Mengetahui
• Menghayati
• Melakukan
• Membiasakan menjadi karakter yang baik
Tahapan di atas dapat dikelompokkan
lagi atas dua bagian
• Bagian pertama dominan aspek kognitifnya,
yakni mulai dari tahap pengenalan hingga
tahap penerapan.
• Bagian kedua mulai didominasi oleh ranah
afektif, yakni mulai dari pengulangan sampai
internalisasi menjadi karakter. Bagian ke dua
ini, dorongan untuk melakukan sesuatu
sudah berasal dari dalam dirinya sendiri.
1. Mengetahui (Knowledge)
• kesadaran dalam bidang kognitif
• Misalnya, pada keluarga yang suka memberi,
bersedekah dan berbagi. Dia kenal bahwa ada
sikap yang dianut oleh seluruh anggota
keluarganya, yakni suka memberi.
• Pada tahapan ini dia berada pada ranah
kognitif, di mana perilaku seperti itu masuk
dalam memorinya.
2. Menghayati (understanding)
• Setelah seseorang mengenal suatu karakter
baik, dengan melihat berulang-ulang, akan
timbul pertanyaan mengapa begitu? Dia
bertanya, kenapa kita harus memberi orang
yang minta sedekah?
• Ibunya tentu akan menjelaskan dengan bahasa
yang sederhana
• Kemudian dia sendiri juga merasakan betapa
senangnya ketika kakaknya juga mau berbagi
dengannya.
• Dia kemudian membayangkan betapa
senangnya si peminta-minta jika dia diberi
uang atau makanan.
• Pada tahap ini, si anak mulai paham jawaban
atas pertanyaan ”mengapa”.
• Pada tahap ini yakni kedalaman kognitif dan
afektif yang dimiliki oleh individu.
3. Melakukan (acting)
• Jika kedua aspek di atas sudah terlaksana
maka akan dengan mudah dilakukan oleh
seseorang yaitu sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan suatu pekerjaan.
• Didasari oleh pemahaman yang diperolehnya,
kemudian si anak ikut menerapkannya.
• Pada tahapan awal, dia mungkin sekedar
ikut-ikutan, sekedar meniru saja.
• Mungkin saja dia hanya melakukan itu jika
berada dalam lingkungan keluarga saja, di luar
dia tidak menerapkannya.
• Seorang yang sampai pada tahapan ini
melakukan sesuatu atau memberi sedekah itu
tanpa didorong oleh motivasi yang kuat dari
dalam dirinya.
• Seandainya dia kemudian keluar dari
lingkungan tersebut, perbuatan baik itu bisa
jadi tidak berlanjut.
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik

• Tingkatan berikutnya, adalah terjadinya


internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam
suatu sikap atau perbuatan di dalam jiwa
seseorang.
• Sumber motivasi melakukan suatu respon adalah
dari dasar nurani.
• Karakter ini akan menjadi semakin kuat jika ikut
didorong oleh suatu ideologi atau believe.
• Dia tidak memerlukan kontrol social untuk
mengekspresikan sikapnya, sebab yang
mengontrol ada di dalam sanubarinya.
• Disinilah sikap, prilaku yang diekspresikan
seseorang berubah menjadi karakter.
Pengkondisian dan Keteladanan
1. Pengkondisian
• Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk
menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi
terciptanya suasana mendukung terlaksananya
pendidikan karakter.
• Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah
mengkondisikan tempat sampah, halaman yang hijau
dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang
dipajang.
• Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik
misalnya mengelola konflik supaya tidak menjurus
kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan
konflik tersebut.
2. Keteladanan
• Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”.
• Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan
sikap tenaga kependidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik atau warga
belajar lain.
• Misalnya tenaga kependidikan menjadi contoh
pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan patut ditiru.
Strategi/Pembentukan Karakter Terpuji
(Santun atau Menghormati Orang Lain)
1. Pengkondisian
a. Menciptakan Komunitas yang Bermoral
•Menciptakan komunitas yang bermoral
dengan mengajarkan untuk saling
menghormati, menguatkan, dan peduli.
Dengan ini, rasa empati akan terbentuk.
b. Disiplin Moral
• Disiplin moral menjadi alasan pengembangan
untuk berperilaku dengan penuh rasa
tanggung jawab di segala situasi, tidak hanya
ketika mereka di bawah pengendalian atau
pengawasan guru, dosen atau orang dewasa
saja.
• Disiplin moral menjadi alasan pengembangan
untuk menghormati aturan, menghargai
sesama, dan otoritas pengesahan atau
pengakuan guru.
c. Menciptakan Lingkungan yang Demokratis:
– Menciptakan lingkungan kelas yang
demokratis dapat dilakukan dengan
membentuk pertemuan kelas guna
membentuk karakter terpuji santun
atau menghormati orang lain.
d. Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum
– Kurikulum berbasis nilai moral akan
membantu membentuk dalam membentuk
karakter terpuji.
– Salah satunya adalah karakter santun.
– Dari kurikulum berbasis nilai moral ini
bergerak dan menuju pusat dari proses
belajar-mengajar.
e. Pembelajaran Kooperatif
• Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
dan membentuk karakter terpuji santun atau
menghargai orang lain karena pembelajaran
kooperatif memiliki banyak keuntungan.
• Keuntungan-keuntungan tersebut di antaranya,
proses belajar kooperatif dapat mengajarkan
nilai-nilai kerja sama, membangun komunitas di
dalam kelas, keterampilan dasar kehidupan,
memperbaiki pencapaian akademik, rasa percaya
diri, dan penyikapan terhadap kampus, dapat
menawarkan alternative dalam pencatatan, dan
yang terakhir yaitu memiliki potensi untuk
mengontrol efek negatif.
f. Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral
– Melalui diskusi moral, mampu bertukar
pendapat dengan orang lain.
– Hasilnya, mampu membantu saling
menghargai pendapat-pendapat yang
memang berbeda dengan pendapatnya.
– Diskusi moral ini lebih kebanyakan
bertujuan untuk menyamakan pendapat
antara pendapat yang satu dengan lainnya.
2. Keteladanan
– Pembudayaan merupakan suatu proses
pembiasaan
– Pembudayaan sopan santun dapat dimaksudkan
sebagai upaya pembiasaan sikap sopan santun
agar menjadi bagian dari pola hidup seorang
yang dapat dicerminkan melalui sikap dan perilaku
kesehariannya.
– Sopan santun sebagai perilaku dapat dicapai oleh
seseorang melalui berbagai cara.
– Pembudayaan sopan santun di rumah dapat
dilakukan melalui peran orang tua dalam
mendidik anaknya.
Orang tua dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :

• Orang tua memberikan contoh-contoh


penerapan perilaku sopan santun di depan
anak.
• Menanamkan sikap sopan santun melalui
pembiasaan.
• Menanamkan sikap sopan santun sejak anak
masih kecil
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai