Anda di halaman 1dari 6

1.

Hayatun Ningsih :
Dalam pendidikan formal di ajarkan nilai nilai kebudayaan, ada 6 nilai kebudayaan yang di
ajarkan dalam pendidikan formal, jelaskan masing masing keenam nilai kebudayaan tersebut..

Diska Apricia Astuti menjawab:

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya
bangsa sebagai berikut ini.
1) Nilai Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

Penerapan nilai-nilai religius dalam pembentukan karakter siswa dikelas yaitu guru
sebelum memberikan pelajaran mengajak siswa untuk berdoa terlebih dahulu,
pembiasaan membaca asmaul husna, mengerjakan ulangan atau ujian dengan jujur dan
penuh keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat perbuatan manusia, memperhatikan
sikap dan tutur kata siswa. Sebelum istirahat, siswa melakukan pembiasaan sholat
dhuha, kemudian sebelum pulang sekolah, siswa diharuskan untuk sholat dzuhur
berjamaah di tempat yang telah disediakan. Penerapan nilai-nilai religius di luar kegiatan
pembelajaran yaitu kepala sekolah, guru, dan karyawan memberikan contoh tentang
penerapan nilai-nilai religius seperti selalu memberikan salam ketika bertemu orang,
melaksanakan sholat berjamaah tepat waktu, berbicara yang jujur dan memberikan
bantuan dengan uang atau tenaga kepada orang yang kurang mampu, dan toleransi
dengan tidak mengganggu teman ketika beribadah

2) Nilai kejujuran yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Ada begitu banyak contoh sikap jujur yang dapat dilakukan di sekolah. Berikut beberapa
contoh cara menerapkan kejujuran di sekolah:

● Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh tanggung jawab

● Tidak menyontek ketika mengerjakan ulangan

● Melaksanakan piket sesuai jadwal

● Berbicara atau menyampaikan hal yang benar

● Mengembalikan barang yang dipinjam

● Mengaku bersalah jika melakukan kesalahan

● Tidak mengarang cerita untuk disampaikan ke teman-teman


● Ketika siswa terbiasa menerapkan kejujuran di sekolah, maka ia akan dengan
mudah mendapatkan kepercayaan teman-teman, guru, dan warga sekolah
lainnya. Sebaliknya, siswa yang selalu berbohong tidak mudah dipercaya oleh
orang lain.

Satu kebohongan akan mengantarkan pada kebohongan lainnya. Kebiasaan buruk


berbohong dapat menjadi malapetaka bagi seorang pembohong.

3) Nilai Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), cara terbaik untuk
menumbuhkan sikap toleran pada anak adalah dengan cara mengajarkan, membiasakan
dan mencontohkan anak untuk:
● Bersikap dan menghormati lain dengan baik tanpa memandang usia, agama, ras,
dan budaya
● Tidak membicarakan keburukan orang lain

● Mendengarkan orang lain ketika berbicara tanpa memotong pembicaraan

● Berbicara dengan sopan dan santun, seperti menggunakan kata-kata “permisi”,


“silakan”, “tolong” dan “maaf”.
● Tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah

● Tidak memaksakan kehendak pada orang lain

● Menerima orang lain yang berbeda fisik, agama, atau ras.

● Menghargai diri sendiri, dan

● Menghargai privasi orang lain, misalnya mengetuk pintu sebelum masuk kamar
anggota keluarga lain, meminta izin sebelum meminjam barang.

Kemendikbud juga menyarankan beberapa berikut yang bisa dilakukan oleh orang
tua bersama anak untuk membantunya memahami toleransi.

● Bercerita

● Mengenalkan Daerah Indonesia

● Menggambar Potret Diri

● Mendampingi Anak Menonton Televisi


4) Nilai Kedisiplinan yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan

Dalam buku (Nurul Chomaria, 2013, pp. 46-53) dijelaskan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru dalam upaya mendisiplinkan anak disik yaitu:
1. Tegas, jika anda melarang anak-anak untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah
alasan-alasan yang masuk akal, dan memberikan penjelasan yang masuk akal.
2. Jangan plin plan, pada dasarnya anak akan menirukan apa yang orang dewasa
lakukan.
3. Beri bimbingan, jika anak mengobrak abrik buku dari lemari yang ada di
ruangan, katakan saja bukunya di baca ya.
4. Hindari rasa jengkel, belajarlah memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal
dan jengkel, umumnya perasaan tidak nyaman ini dialami anak yang sedang kelelahan,
saat anda menuntutnya berbuat lebih dan lain-lain.
5. Penanaman kedisiplinan, anak merupakan pemimpin masa depan. Anak akan
tumbuh dan berkembang menjadi remaja, dewasa dan tua. Untuk dapat mengemban
amanah harus dibiasakan mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Berikut ada beberapa metode mengajarkan kedisplinan anak yaitu :


Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan unsur paling mutlak untuk melakukan perubahan perilaku
hidup.Metode keteladanan merpakan suatu cara mengajarkan ilmu dengan
mencotohkan

secara langsung kepada anak. metode keteladanan yang digunakan dalam proses
pembelajaran di sekolah lebih mengarah pada kompetensi dari pengajar itu sendiri.
dengan keteladanan yang baik anak akan mengikuti gerak gerik setiap hal yang
dilakukan dan dicontohkan oleh guru.
Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan yaitu melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Artinya, apa yang
dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus menerus sampai ia dapat betul-betul
memahaminya dan dapat tertanam didalam hatinya.
5) Nilai Kerja Keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6) Nilai Semangat Kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya

2. Ida Nur Hasanah : Bagaimana implementasi pendidikan dan kebudayaan dalam sekolah?

Diska Apricia Astuti menjawab :


1. Melakukan pembiasaan nilai-nilai utama

Ada lima nilai Pancasila utama yang ditanamkan dalam penguatan pendidikan karakter, yakni
religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong-royong, dan integritas. Kelima nilai ini perlu
mendapatkan pembiasaan agar bisa tertanam dengan baik di dalam jati diri peserta didik.

Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Bentuk
kegiatannya bisa berupa menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi hari, melaksanakan
upacara bendera setiap Senin, ataupun membaca buku nonpelajaran 15 menit sebelum
memulai kegiatan belajar-mengajar.

2. Memberikan keteladanan antarwarga sekolah

Perilaku keteladanan adalah figur yang dapat dicontoh dan ditiru oleh orang lain. Keteladanan
harus diberikan oleh para warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan juga tenaga
kependidikan lainnya kepada para peserta didik.

Keteladanan yang baik nantinya akan dicontoh oleh orang lain dan terus menyebar luas.
Beberapa perilaku keteladanan yang baik untuk ditiru seperti datang tepat waktu, tidak
membuang sampah sembarangan, serta bertutur kata yang sopan.

3. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan

Sekolah perlu melibatkan berbagai pihak untuk turut menjalankan kegiatan dan program
penguatan pendidikan karakter. Selain guru, tenaga kependidikan, dan juga peserta didik, kepala
sekolah perlu merangkul pemangku kepentingan lainnya. Misalnya masyarakat sekitar, alumni,
ataupun orang tua murid untuk ikut terlibat dalam pengembangan pendidikan.

4. Membangun serta mematuhi norma, peraturan, dan tradisi sekolah

Norma, peraturan, dan tradisi sekolah adalah infrastruktur yang dapat memperkuat
pembentukan budaya sekolah yang kokoh. Budaya sekolah yang dibuat dapat dituangkan ke
dalam peraturan-peraturan tertulis atau tidak tertulis untuk bisa ditaati oleh seluruh warga
sekolah.

Buku pedoman atau panduan perilaku digunakan oleh seluruh warga sekolah, terutama peserta
didik, dalam bertingkah laku, bersikap, dan beraktivitas sehari-hari di sekolah sehingga suasana
pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif.

5. Mengembangkan penjenamaan sekolah


Penjenamaan sekolah atau school branding adalah pencitraan sekolah melalui pengembangan
keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah yang membedakan dengan sekolah yang lainnya.

Penjenamaan sekolah menciptakan citra positif bagi sekolah untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat dan orang tua murid. Hal yang menjadi modal utama adalah kekuatan dan
keunggulan sekolah berdasarkan kekuatan potensi siswa, lingkungan, tradisi, dan peluang yang
ada.

6. Mengembangkan kegiatan literasi

Literasi merupakan kunci untuk memajukan pendidikan. Oleh karena itu, satuan pendidikan
perlu melakukan pengembangan terhadap kegiatan dan program-program yang menguatkan
kompetensi literasi.

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk menguatkan kompetensi literasi peserta didik.
Contohnya seperti melakukan pembiasaan membaca 15 menit sebelum belajar, mengadakan
festival dan panggung literasi, menyediakan pojok baca di sudut-sudut sekolah atau ruang kelas,
dan sebagainya.

7. Mengembangkan minat, bakat, dan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler didesain dan dipilih dengan mempertimbangkan minat, bakat, serta
potensi peserta didik serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.

Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga bisa meningkatkan kejenamaan sekolah. Sekolah harus
memberikan ruang dan pendampingan bagi siswa yang memiliki bakat, keterampilan, dan
potensi.

8. Memberikan pendampingan

Pendampingan merupakan pembimbingan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik secara
individu maupun kelompok dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, baik kegiatan rutin, terprogram,
dan spontan.

Pendampingan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pembiasaan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan sehingga dapat mencegah terjadinya potensi penyimpangan.

3. Ahyadul Luthfi : apakah dengan pendidikan efektif dalam melestarikan kebudayaan?

Diska Apricia Astuti menjawab:


Pendidikan bagi saya sangatlah efektif sebagai lembaga pelestarian kebudayaan local, mengapa
demikian?karena pendidikan mengajarkan mata pelajaran muatan local dan pelajaran seni
budaya yang memperkenalkan kebudayaan para peserta didik, sehingga peserta didik mengenal
identitas dirinya, kekayaan kebudayaan nya, tradisi kebudayaan daerahnya sendiri, bahasa
daerahnya, alat music, senjata dan makanan khas daerahnya sendiri.

Di era globalisasi para anak muda terpengaruh kebudayaan western atau kebudayaan barat,
mereka meniru gaya bicaranya, gaya bahasanya, Westernisasi dapat diartikan sebagai sikap
meniru dan menerapkan unsur kebudayaan barat, tanpa adanya seleksi. Westernisasi dapat
terjadi pada semua generasi, baik anak-anak, remaja, maupun orangtua.

Padahal tak semua budaya barat dapat kita terima dan ditiru kalangan anak Indonesia,
terkadang budaya barat jauh dari nilai moral, nilai kesopanan, nilai toleransi dan nilai adat
istiadat.

Terkadang di lingkungan keluarga dan tempat tinggal, anak tidak diperkenalkan kebudayaan nya
sendiri. Maka inilah peran pendidikan merawat kebudayaan nasional agar tidak tergerus dengan
zaman.

Merawat budaya melalui unsur pendidikan merupakan suatu cara penting dalam
mempertahankan dan memperkaya kekayaan budaya suatu bangsa.

Pendidikan berperan dalam memperkenalkan siswa pada akar budaya mereka, mulai dari
sejarah, seni, bahasa, hingga adat istiadat. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen budaya ini
dalam kurikulum, siswa dapat memahami identitas budaya mereka secara lebih mendalam.

Melalui pendidikan, siswa juga diajarkan tentang nilai-nilai dan pesan-pesan yang terkandung
dalam budaya mereka. Mereka belajar untuk menghargai keberagaman budaya dan memahami
betapa pentingnya melestarikan tradisi-tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur. Dalam
prosesnya, siswa menjadi lebih terbuka terhadap nilai-nilai positif dari budaya lain, yang pada
akhirnya dapat memperkuat persatuan dan toleransi dalam masyarakat.

Selain itu, pendidikan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan
budaya. Dengan menyelenggarakan berbagai acara dan kegiatan budaya di sekolah, seperti
pameran seni, pertunjukan tari, dan festival tradisional, siswa dapat merasakan keindahan dan
keunikan budaya mereka secara langsung. Keterlibatan aktif dalam kegiatan budaya ini juga
membantu siswa mengembangkan keterampilan dan minat mereka dalam bidang seni dan
tradisi.

Anda mungkin juga menyukai