Anda di halaman 1dari 42

PEMBELAJARAN BERBASIS

BIMBINGAN DAN KONSELING


OLEH : KELOMPOK IV
NADILA SASTIKA
LUCYA ANNISA FITRI
AHMAD ROSADI
A. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan
Konseling
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk
dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri
adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum
menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk
perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki
kebebasan, kemerdekaan untuk mengembangkan
keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk
sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi
perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya.
Nilai menjadi hal yang penting.Oleh karenanya
bimbingan dan konseling membantu individu
memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan
memaknai nilai sebagai landasan dan arah
mengembangkan diri.
Pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting
untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak
hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan
tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa
lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik
yang positif dan normatif. Mengajar dapat berarti:
1. Mengajar sebagai proses menyampaikan materi
pelajaran
2. Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan
3. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Pembelajaran perlu disesuaikan dengan empat pilar
pendidikan universal seperti yang dirumuskan
UNESCO, yaitu:
a. Learning to know: belajar untuk mengetahui atau
untuk belajar
b. Learning to do: belajar untuk berbuat
c. Learning to be: belajar untuk menjadi diri sendiri
d. Learning to live together: belajar untuk bekerja
sama.
Bimbingan tidak hanya dilakukan kepada anak
yang bermasalah saja. Pandangan bimbingan
dewasa ini yaitu menyediakan suasana atau
situasi perkembangan yang baik sehingga setiap
anak disekolah dapat terdorong semangat
belajarnya dan dapat mengembangkan
pribadinya sebaik mungkin dan terhindar dari
praktik-praktik yang merusak perkembangan
anak itu sendiri.
Guru tidak hanya memberikan mata pelajaran tertentu
saja, tetapi juga mengajarkan sikap di kelas. Seorang guru
juga perlu mengamati setiap muridnya. Guru perlu
menyadari bahwa setiap anak mempunyai kepribadian,
kelebihan dan kelemahannya sendiri. Apabila guru
mengharapkan muridnya dapat menyelesaikan
pekerjaannya sebaik-baiknya, maka dia juga memberikan
bantuan apapun kepada murid apabila diperlukan.
Demikian juga, guru harus bertanggung jawab untuk
membimbing murid-murid dalam perkembangannya
semaksimal mungkin.
B. Karakteristik Pembelajaran berbasis
bimbingan konseling
Setiap anak pasti memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sesuai umur dan latar belakang
mereka. Setiap jenjang sekolah, anak memiliki
karakteristik yang berbeda dan seharusnya guru
perlu memperhatikan hal tersebut.
1. Bentuk-bentuk Karakteristik Siswa SD
a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi
mereka sendiri.
b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira /
riang.
c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani
berbagai hal yang dihadapinya, mengeksplorasi suatu
situasi dan mencobakan usaha-usaha baru dan tidak akan
pernah mau diatur oleh orang lain.
yang kongkrit.
d. Mereka belajar dengan cara mengikuti atau
berinisiatif dari apa yang temannya/orang lain dapat.
e. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-
hari yang kongkrit.
f. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
g. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal dan mata pelajaran khusus.
h. Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya
dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
i. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
j.Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
2. Bentuk-bentuk Karakteristik Siswa SMP
a. Sering gelisah.
b. Pertentangan pendapat dengan lingkungan
khususnya orang tua.
c. Aktivitas kelompok.
d. Keinginan mencoba segala sesuatu.
e. Emosi yang meluap-luap.
f. Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Bentuk-bentuk Karakteristik Siswa SMA
a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat
badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan
menggunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan
menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang
banyak
serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai
etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan orang dewasa.Mulai mempertanyakan secara
skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum
terpadu.
Dengan adanya perbedaan karakter pada setiap peserta
didik maka pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling perlu dilakukan dalam membantu peserta
didik mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya dan mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Menurut Kartadinata
dan Dantes, pembelajaran berbasis bimbingan memiliki
ciri-ciri berikut:
1. Diperuntukkan bagi semua siswa.
2. Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan
sedang berkembang.
3. Mengakui siswa sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan.
4. Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan anak secara menyeluruh dan
optimal. 
5. Disertai dengan berbagai sikap guru yang
positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai
dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
C. Menerapkan Pembelajaran Berbasis Bimbingan Konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling perlu
dilakukan oleh seorang guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Seorang guru perlu menyadari
bahwa setiap anak memiliki kepribadian, kelebihan dan
kelemahannya sendiri. Supaya guru dapat berhasil dalam
usahanya membuat kurikulum sekolah menjadi berarti bagi
anak dan dapat menciptakan pengalaman yang bermakna
serta memuaskan bagi anak, maka ia harus dapat melihat
perbedaan-perbedaan yang ada di antara murid-muridnya.
Aktivias bimbingan yang dilakukan oleh guru terhadap
anak didiknya dapat diwujudkan:
1. Melalui kata-kata
2. Melalui informasi
3. Melalui pengamatan dalam situasi informal.
Dengan begitu, murid dapat dibantu dalam menghadapi
masalah masalahnya dengan:
1. Sikap yang simpatik
2. Kesediaan untuk mendengarkan, perhatian yang
sungguh-sungguh
3. Pengakuan terhadap murid sebagai manusia.
Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang
guru tentunya perlu memilih model
pembelajaran yang akan diterapkan agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai
dengan optimal. Dalam memilih model  
pembelajaran, seorang guru perlu
memperhatikan kondisi siswa, sifat bahan ajar,
media, dan kondisi guru itu sendiri.
Adapun model pembelajaran yang dapat dipilih
dan menjadi alternatif untuk diterapkan sesuai
situasi dan kondisi yang dihadapi, yaitu:
1) Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya
terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Penjelasan materi
Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Pada
tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi
pelajaran yang harus dikuasai dan selanjutnya siswa akan
memperdaalam materi dalam pembelajarn kelompok (tim).
Metode yang dapat digunakan adalah metode ceramah, curah
pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu menggunakan
demonstrasi.
b. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok
materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada
kelompoknya masing - masing. Pengelompokan dalam model
pembelajaran bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk
berdasarkan perbedaan -perbedaan setiap anggotanya. Melalui
pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan
ukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat,
mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan
jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
c. Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif
bisa dilakukan dengan tes atau kuis baik secara
individual maupun secara kelompok.
d. Pengakuan tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah
penerapan tim yang dianggap paling menonjol
atau tim paling berprestasi untuk kemudian
diberikan penghargaan atau hadiah.
2. Model Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning / CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah model
pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. CTL
memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi
proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagi
tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan.
3) Model pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah.
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat
digunakan untuk membantu perkembangan individu,
yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, dan mengajar bernuansa
bimbingan.
1. Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik
yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku
individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara
(konseling) langsung dengan individu.
Konseling dilaksanakan melalui wawancara
(konseling) langsung dengan individu. Konseling
ditujukan kepada individu yang normal, bukan
yang mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab
dan dinamis. Individu merasa diterima dan
dimengerti oleh konselor.
Dalam hubungan tersebut, konselor menerima
individu secara pribadi dan tidak memberikan
penilaian. Individu (konseli) merasakan ada
orang yang mengerti masalah pribadinya, mau
mendengarkan keluhan dan curahan
perasaannya.
Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan
agar konseli (individu) dapat mengenal diri,
menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri
secara realistis dalam kehidupannya di kampus
ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta
hubungan pribadi yang unik dank has, dengan
hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat
membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang
bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih
baik di lingkungannya.
2. Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat
diberikan oleh konselor ataupun pembimbing. Pemberian
nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh
klien (individu)
b. Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi
c. Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih
oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan.
d. Penentuan keputusan diserahkan kepada individu,
alternatif mana yang akan diambil, serta
e. Hendaknya, individu mau dan mampu
mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya
3. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu
yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok dapat beruapa penyampaian informasi ataupun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan
kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang).
Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang
kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas , serta meraih masa
depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas
kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri,
serta pengembangan diri.
4. Konseling Kelompok
Koseling kelompok merupakan bantuan kepada individu
dalam situasi kelompok yang bersifat penvegahan dan
penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Konseling kelompok merupakan bersifat pencegahan
dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan
mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara
wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa
kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu
kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Konseling kelompok bersifat memberi
kemudahan bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu, dalam arti
memberikan kesempatan, dorongan, juga
pengarahan kepada individu-individu yang
bersangkutan untuk mengubah sikap dan
perilakunya selaras dengan lingkungannya.
Konseling kelompok merupakan proses antarpribadi
yang dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku
yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi,
sperti permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis,
saling mempercayai, salingmemperlakukan dengan
hangat, saling pengertian, saling menerima dan
mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan
dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui
cara saling mempedulikan diantara para peserta
konseling kelompok.
5. Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen
menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan
waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan
guru/dosen sambil mengajar adalah: (1) mengenal dan
memahami individu secara mendalam, (2) memberikan
perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual, (3)
memperlakukan individu secara manusiawi, (4) member
kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan
(5) menciptakan suasana kelasyang menyenangkan.
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang
menerapkan prinsip-prinsip bernuansa bernuansa
bimbingan tampak sebagai berikut.
a. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari
ketegangan dan menempatkan individu sebagai subjek
pengajaran.
b. Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya
belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang
diajarkannya, maupun dalam keseluruhanperkuliahan.
c. Menerima dan memperlakukan individu
sebagai individu yang mempunyai harga diri
dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan
masalah-masalahnya.
d. Mempersiapkan serta menyelenggarakan
perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan individu.
e. Membina hubungan yang dekat dengan
individu, menerima individu yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
f. Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami
individu untuk menemukan kekuatan, kelamahan,
kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama
dalam hubungannya dengan bidang studi yang
diajarkannya.
g. Memberikan bentuan kepada individu yang
menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan
dengan bidang studi yang diajarkannya.
h. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan,
pengajaran, dan jabatan/karier
i. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
j. Membimbing individu agar mengembangkan
kebiasaan belajar yang baik
k. Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang
memerlukannya
l. Bekerja sama dengan dosen, wali kelas,konselor, dan
tenaga pendidik lainnya dalam memberikan bantuan
yang dibutuhkan oleh individu.
m. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
n. Memberikan pelayanan rujukan (referal)bagi individu
yang memiliki kesulitan yang tidak dapat diselesaikan
oleh dosen sendiri.
A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting
untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak
hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan
tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa
lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik
yang positif dan normatif.
Karakteristik pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling, yaitu: diperuntukkan bagi semua siswa,
memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan
sedang berkembang, mengakui siswa sebagai individu
yang bermartabat dan berkemampuan, terarah ke
pengembangan segenap aspek perkembangan anak
secara menyeluruh dan optimal, disertai dengan
berbagai sikap guru yang positif.
Pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling perlu
dilakukan oleh seorang guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, guru
harus dapat melihat perbedaan-perbedaan yang ada di
antara murid-muridnya. Adapun aktivias bimbingan
yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya
dapat diwujudkan melalui kata-kata,informasi, dan
melalui pengamatan dalam situasi informal.
REVERENSI
Febrini, Deni. 1985. Bimbingan Konseling. Yogyakarta:
Teras.
Kartono, Kartini 1985 Bimbingan dan Dasar - Dasar
Pelaksanaannya : Teknik Bimbingan Praktis . Jakarta : CV.
Rajawali.
Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah. Jakarta : Rajawali Pers.
Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan
Bimbingan & Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Arif, Fauzan. “ Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
dan Konseling di TK”.

Anda mungkin juga menyukai