Anda di halaman 1dari 10

Diulas dalam sebuah Buku Yang Berjudul Teologi Pendidikan

Pengarang : Prof. Dr. H. Jalaluddin

Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada

Tahun Terbit : 2001

Kota Terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : 21 cm, 232 halaman

Secara garis besarnya kegiatan ini diawali dengan telaah konsep ajaran nahwu yang memuat ajaran
tentang pembentukan akhlaq al-karimah, baik yang termuat dalam kitab suci al-Qur’an maupun
dalam Hadits. Lebih lanjut konsep ini akanmemberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan
timbal balik antara pencipta, manusia dan lingkungannya dalam konteks pembentukan insan kamil
(yang berfklaq al-karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Disini tergambar kejelasan mengenai hubungan dan keterkaitan manusia yang berkahlaq al-karimah
dengan nilai-nilai Ilahiyat dalam bersikap dan bertingkah laku, dilihat dari sudut pandang pendidikan
Islam.

BAB II: KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA

A. Hakikat Penciptaan Manusia

Manusia merupakan karya Allah SWT yang paling istimewa, bila dilihat dari sosok diri, serta beban
yang tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
yang paling mulia karena kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal pikiran yang ikut
membedakannya dari makhluk lainnya (al-syaibany: 103). Sebagai konsekuensinua, manusia dituntut
untuk berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran, dan
segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya.

1) Manusia dalam pandangan Islam

Manusia dalam pandangan Islamadalah makhluk ciptaan Allah (QS. 98:2) dengan kedudukan yang
melebihi makhluk ciptaan Allah yang lainnya (QS. 95:4). Selain itu manusia sudah dilengkapi dengan
berbagai potensi yang dapat dikembangkan antara lain berupa fitrah ketauhidan (QS. 15:29).
Mengacu pada ketentuan ini, maka dalam pandangan islam, manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk ciptaan yang terikat kepada :blue print” (cetak biru) dalam lakon hidupnya, yaitu menjadi
pengabdi Allah yang setia.

2) Manusia dan perannya

Dalam al-Qur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain: al-Basyr, al-Insan, an-Nas, Bani
Adam, al-Ins, Abd Allah dan Khalifah Allah. Sehubungan dengan hal ini maka untuk memahami peran
manusia, perlu dipahami konsep yang mengacu kepada sebutan yang dimaksud.

a) Konsep al-Basyr

Manusia dalam konsep al-Basyr, dipandang dari pendekatannya biologis (Muhaimin, 1993:11).
Dalam konsep al-Basyr ini tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia sebagai
makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis, manusia dibedakan dari makhluk biologis lainnya seperti
hewan, yang pemenuhan kebutuhan primernya dikuasai dorongan instingtif. Sebaliknya manusia,
didasarkan tata aturan yang baku dari Allah SWT. Pemenuhan kebutuhan biologis manusia diatur
dalam syari’at agama Allah (Din Allah).

b) Konsep al-Insan

Diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi.

c) Konsep an-Nas

Dalam al-Qur’an kosa kata an-Nas umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk
social. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan
wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling kenal mengenal (QS. 49:13).

d) Konsep Bani Adam

Konsep Bani Adam, dalam bentuk menyeluruh mengacu pada penghormatan nilai-nilai
kemanusiaan.

e) Konsep al-Ins

Berangkat dari hakikat pndiptaannya tampaknya manusia dalam konteks konsep al-Ins berstatus
selalu pengabdi Allah.
f) Konsep Abd Allah

Dalam konteks konsep Abd Allah ini ternyata peran manusia harus disesuaikan dengan
kedudukannya sebagai abdi (hamba).

g) Konsep Khalifah Allah

Beranjak dari pemahaman makna yang termuat didalamnya, barangkali akan jelas bagaimana peran
yang harus dilaksanakan manusia menurut statusnya selaku khallifah Allah. Peran yang harus
dilakukan manusia terdiri dari dua jalur, yaitu jalur horizontal yang mengacu pada bagaimana
manusia mengatur hubungan yang baik dengan sesame manusia dan alam sekitarnya dan yang
kedua jalur vertical yang menggambarkan bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah.

B. Manusia Menuurt Filsafat Pendidikan Islam

Manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islamadalah sebagai makhluk altenatif (dapat
memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang terbaik, yaitu nilai Ilahiyat.

1) Manusia dan potensinya

Manusia adalah makhluk yang paling potensial secara garis besar potensi tersebut terdiri dari empat
potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:

a) Hidayat al-gharizziyat (potensi naluriah)

b) Hidayat al-hassiyat (potensi inderawi)

c) Hidayat al-aqliaayt (potensi akal)

d) Hidayat al-diniyyat (potensi keagamaan)

2) Pengembangan potansi manusia

Pengembangan potensi manusia dapat dilakukan dengan beragamam cara dan ditinjau dari berbagai
pendekatan.

a) Pendekatan filosofis

b) Pendekatan kronologis (pendekatan atas pross perkembangan melalui pentahapan)

c) Pendekatan fungsional

d) Pendekatan sosial
3) Manusia dan pendidikan

Menurut filsafat pendidikan Islammanusia adalah makhluk yang berpotensi dalam memiliki peluang
untuk dididik, pendidikan itu sendiri pada dasarnya adalah aktivitas sadar beruap bimbingan bagi
penumbuh-kembangnya potensi Ilahiyat, agar manusia dapat memerankan dirinya selaku pengabdi
Allah secara tepat guna dalam kadar yang optimal dengan demikian pendidikan merupakan aktivitas
yang bertahap, terprogram, dan berkesinambungan.

4) Manusia debagai hamba Allah

Manusia sebagai hamba Allah adalah manusia yang memiliki sosok pribadi yang taat asas, dan tahu
menempatkan dirinya pada statusnya sebagai seorang hamba terhadap pemiliknya, yaitu Allah SWT.

5) Manusia sebagai makhluk sosial

Manusia sebagai makhluk social dicerminka dalam konsep an-Nas.

6) Manusia sebagai khalifah Allah

Manusia sebagai khalifah Allah pada hakikatnya adalah makhluk tang bertugas menjalankan
hidupnya berdasarkan pedoman yang diberikan Allah kepada mereka melalui keteladanan rosul-Nya,
manusia dalam hal ini berperan sebagai mandataris Allah SWT.

BAB III PENDIDIKAN HAKIKAT ISLAM

A. Pendidikan dalam Konsep Islam

Konsep pendidikan Islam perlu dilihat dari dua sudut pandang:

1) Pendidikan umum

Tiga istilah yang sering digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu at-Tarbiyat, at-Ta’lim dan at-Ta’dib.
Baik yang at-Tarbiyat, at-Ta’lim maupun at-Ta’dib, merujuk kepada Allah. Tarbiyat yang ditengarai
sebagai kata bentuk dari kata Rabb (ّ‫ )رب‬atau Rabba (‫ )ربا‬mengacu kepada Allah sebagai Rabb al-
Alamin. Sedangkan Ta’lim yang berasal dari kata ’Alama, juga merujuk kepada Allah sebagai dzat
yang Maha ’Alim. Selanjutnya Ta’dib seperti termuat pada pernyataan Rosulullah SAW. ”Addabany
Rabby Faahsana Ta’diby” menperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Sehingga
pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan demikian dalam pendangan
filsafat pendidikan Islam. Rosul merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.
2) Pndidikan khusus

Pendidikan khusus dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mebimbing dan mengembangkan potensi
manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi allah yang setia, berdasarkan dan dengan
mempertimbagnkan latar belakang perbedaan individu, tingkat usia, jenis kelamin dan
lingkungannya masing-masing.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

1) Dasar pendidikan Islam

Al-syaibani mengatakan ada lima prinsip dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan
dasar pendidikan Islam (al-Syaibani, 1993). Mengacu pada lima prinsip utama ini, maka Prof. Dr.
Hasan Langgulung menjadikannya sebagai landasan pemikiran filsafat islam. Kelima prinsip menurut
Hasan Langgulung adalah:

a) Dasar pandangan terhadap manusia

b) Dasar pandangan terhadap masyarakat

c) Dasar pandangan terhadap alam semesta

d) Dasar pandangan terhadapilmu pngetahuan

e) Dasar pandangan terhadap akhlak

2) Tujuan pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam memiliki karakteristik yang ada kaitannya dengan sudut pandang tertentu.
Secara garis besar tujuan pendidikan Islam dapat dillihat dari tujuh dimensi utama.

a) Dimensi hakikat pendciptaan manusia

b) Dimensi tauhid

c) Dimensi moral

d) Dimensi perbedaan individu

e) Dimensi sosial

f) Dimensi profesional

g) Dimensi ruang lingkup


C. Batas dan Alat Pendidikan

1) Batas pendidikan

Batas pendidikan menurut Rosulullah SAW, tidak hanya terbatas pada usia 24 tahun. Sebab tujuan
akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlaq al-karimah (akhlak yang terpuji). Pembentukan
itu memerlukan rentang waktu yang panjang, yaitu sepanjang hanyat manusia. Rosulullah SAW,
menegaskan bahwa sesungguhnya masa pendidikan itu terentang dari sejak buaian (lahir) hingga ke
liang kubur (mati) atau akhir hayat (min al-mahd ila al-lahd). Pendidikan barat modern menganalnya
sebagai life long education (pendidikan sepanjang hayat).

2) Alat pendidikan

Dalam pendidikan Islam alat pendidikan yang paling diutamakan adalah teladan. Sejalan dengan hal
itu maka pendidikan Islam menempatkan Rosullullah SAW sebagai sosok teladan utamanya,
sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’an (laqad kana laqum fi rosulillahi uswatun hasanah). Bagi para
pendidik, sosok kehidupan dan perilaku beliau senantiasa dijadikan acuan dalam mendidik.

D. Pendidikan Islamsebagai Satu Sistem

1) Hakikat pendidikan

a) Pandidikan dalam konsep Tarbiyah: hubungan antara tugas orang tua terhadap anaknya dengan
Tuhan sebagai Rabb (maha pendidikan).

b) Pendidikan dalam konsep Ta’dib: Allah SWT sebagai pendidik yang maha agung yang mendidik
Rosul dengan sistem pendidikan yang terbaik.

c) Pendidikan dalam konsep Ta’lim: berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu
pengetahuan.

2) Kriteria pendidikan

Adapun kriteria-kriteria dimaksud, perlu dimiliki oleh pndidik adalah, untuk menghindari agar tidak
terjadi kesalahpahaman hingga dapat menelantarkan anak didik dalam mencari nilai-nilai hidup dan
mengembangkan kepribadiannya, serta pengetahuannya menurut ajaran Islam (Zuhairani, 1995:170)

3) Hakikat peserta didik

a) Kriteria pesera didik

1. Masa usia pra sekolah (0;0 – 6;0 tahun)


- Masa vital/tahap asuhan (0;0 – 2;0 tahun)

- Masa estetik (0;0 – 6;0 tahun)

2. Masa usia sekolah dasar (6;0 – 12;0/13;0 tahun)

- Masa kelas rendah/sekolah dasar (6;0/7;0 – 9;0/10;0 tahun)

- Masa kelas tinggi sekolah dasar (9;0/10;0 – 12;0/13;0 tahun)

3. Masa usia sekolah menengah (14;0 – 20;0 tahun)

4. Masa usia mahasiswa (19;0/20;0 – 25;0/30;0 tahun)

5. Masa usia kebijaksanaan (30;0 – meninggal dunia)

b) Potensi peserta didik

Pengembangan berbagai potensi manusia dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui
institusi-institusi baik disekolah, keluarga, masyarakat, mapun melalui institusi sosial yang ada
(Muhaimin: 141). Usaha untuk mengembangkan potensi fitriyah dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan formal, dan juga jalur non formal.

Adapun untuk membahas pengmbangan potensi-potensi tersebut dapat dilakukan dengan


menggunakan pendekatan konsep tentang manusia, yang erat kaitannya dengan pengembangan
potensi ini adalah al-Insan, an-Nas al-Basyr. Konsep tersebut meruapakan bagian dari informsi
wahyu tentang manusia, seperti yang termaktub dalam berbagai ayat al-Qur’an.

c) Aspek perkembangan

Berdasarkan potensi fitrah penciptaannya, maka perkembangan manusia meliputi seluruh aspek
yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya baik dalam statusnya sebagai makhluk
bertuhan, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, makhluk berperadaban dan
sebagainya. Aspek perkembangan ini merupakan potensi yang mendukung pengembangan manusia
menjadi sosok menausia seutuhya, secara optimal dan berimbang, agar mampu menjalankan
amanat dalam statusnya selaku hamba Allah maupun khalifah-Nya.

d) Pembentukan kepribadian

Berbagai istilah utnuk menggambarkan kepribadian:

1. Mentality: ciri dan situasi mental seseorang yang dihubungakan dengan kegiatan intelektualya.

2. Personality: ciri seseorang yang dapat dibedakan dari orang lain berdasarkan seluruh sikapnya.
3. Individuality: sifat khas yang dimiliki masing-masing individu, manusia memiliki prbedaan
(individual diffrncies).

4. Identity: kecenderungan mempertahankan sifat khas terhadap pengaruh lain yang datang dari
luar.

4) Hakikat kurikulum

1) Pengertian kurikulum

Hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam adalah berupa bahan-bahan atau materi, aktivitas dan
pengalaman-pengalaman yang mengandung unsur ajaran ketauhidan yang diberikan kepada
manusia semenjak lahir sampai keliang lahat kubur, untuk membentuk akhlak yang mulia sesuai
dengan hakikat penciptaan manusia, dan juga sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya dimuka bumi,
dalam bentuk konsep seutuhnya.

2) Kurikulum pendidikan Islam

Kurikulum yang dipandang baik dan efektif guna mencapai tujuan pendidikan Islam adalah kurikulum
yang berisi muatan materi yang bersifat terpadu dan komprehensif.

3) Kurikulum dan peserta didik

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai menu bagi pertumbuhan dan perkembangan perserta didik.
Baik buruknya materi kurikulum akan ikut mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pencapaian
tujuan pendidikan. Penentuan materi kurikulum akan berhubungan langsung dan iktu berpengaruh
dalam pembentukan sikap dan perilaku peserta didik pada kehidupan selanjutnya.

4) Kurikulum dan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum dalam pendidikan Islam, adalah sejalan dengan
tujuan ajaran Islam yaitu membentuk akhlak yang mulai, dalam kaitannya dengan hakikat
pencipataan manusia. Oleh sebab itu, harus diusahakan agar materi kurikulum yang diberikan atau
diajarkan kepada peseta didik dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku mereka hingga
mengarahkan kepada pencapain tujuan pendidikan tersebut.

BAB IV KEPRIBADIAN MUSLIM DAN PEMBENTUKANNYA


A. Kepribadian Muslim

1) Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu

Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi


pembentukan yang meliputi berbagai aspek:

a) Aspek idiil (dasar): dari landasan pemikiran bersumber dari ajaran wahyu.

b) Aspek materiil (bahan): berupa pedoman dan materi ajaran (pembentukan akhlak al-karimah).

c) Aspek sosial: hubungan baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.

d) Aspek teologi: pembentukan nilai-nilai tauhid.

e) Aspek teologis(tujuan): mempunyai tujuan yang jelas.

f) Aspek duratif (waktu): pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal
dunia.

g) Aspek dimensional: didasarkan atas penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda.

h) Aspek fitrah manusia: bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani
dan rohani.

2) Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah

Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada
hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utmaanya adalah guna
merealisasikan diri, baik secara pribadi orang perorang (individu) maupun secara ketentuan-
ketentuan yang diberikan Allah.

B. Kepribadian Muslim sebagai Khalifah

Kesadaran siri terhadap status sebagai hamba dan khalifah Allah ini, bagaimanapun akan
menanamkan rasa tanggung jawab yang besar. Selain itu juga akan berpengaruh dalam membentuk
sikap dan perilaku. Selaku hamba Allah, seseorang merasa dituntut untuk meningkatkan
pengabdiannya kepada Allah. Oleh karena itu segala yang dilakukannya diarahkan pada
pengambdiannya kepada sang pencipta. Selanjutnya, sebagai khalifah ia merasa diberi tanggung
jawab untuk memakmurkan kehidupan dimuka bumi. Kedua sifat ini hanya mungkin dimiliki oleh
mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah.

C. Hubungan Khalik dan Makhluk

Manusia merupakan karya allah swt, yang terbesar dilihat dari potensi yang dimilikinya. Manusia
merupakan satu-satunya makhluk allah yang aktivitasnya mampu mewujudkan begian tertinggi dari
kehendak tuhan dan menjadikan sejarah (QS. 5: 56 dan QS. 75: 36), serta menjadi makhluk kosmis
yang sangat penting, karena dilengkapi semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperluka. Syarat-
syarat tersebut menjadikan manusia mampu mengadakan hubungan timbal balik dengan alam dan
sesamanya serta dengan pencipta dirinya yang juga pencipta alam.

Misi rahmat li al-alamin meruapakan misi tunggal Nabi Muhammad SAW, selaku pendidik agung.
Selanjutnya kaum muslimin selaku pengikut beliau, diperintahkan Allah SWT untuk menjadikan
Rosulullah SAW ini sebagai sosok teladan. Keteladanan Rosulullah SAW mencakup seluruh aspek
kehidupan beliau yang bersumber dari dari perkataan (qaul), perbuatan (fi’il), dan persetujuan
(taqrir). Secara estafet, semuanya itu diwariskan beliau kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in,
para ulama. Oleh akrena itu, secara kakikatnya rahmat li al-alamin merupakan misi pendidikan Islam
yang berisi nilai-nilai tauhid. Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah teologi pendidikan.

Kelebihan

Adapun kelebihan dari buku teologi pendidikan ini adalah pembahasannya sistematis dan bersifat
produktif. Selain itu buku ini juga memberikan wawasan yang berbeda bagi pembaca, khususnya
bagi penulis. Seperti pada Bab II bagian 2 yaitu manusia dan peranannya. Penulis benar-benar
mengerti peran manusia seutuhnya. Selebihnya dapat pembaca lihat sendiri kelebihan dari buku
yang berjudul (teologi pendidikan” ini. Penulis yakin pembaca akan mendapatkan wawasan yang
berbeda saat membacanya.

Kelemahan

Kelemahan dari buku teologi pendidikan ini adalah terletak pada tata bahasanya. Banyak kalimat
yang kurang dipahami, bahasanya masih terkesan baku, pembahasannya bertele-tele. Jadi pembaca
agak bosan saat membaca bagian-bagian tertentu karena terlalu banyak kata-kata yang kurang pas,
dan pengulangan kata. Selain itu pembahasannya masih ada yang kurang mengena pada sub pokok
pembahasan.

Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Anda mungkin juga menyukai