Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FUNGSI AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEKALIGUS SEKALIGUS


DASAR PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERDASAR PADA PENAFSIRAN
AYAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Tafsir Tabawi”

Dosen Pengampu

H. Ahmad Yunus, M.Pd.I

PAI 3G

Kelompok 2

1. Danisa Triwardhani Aghnia ( 126201201065 )


2. Moh. Dzakki Asrofi (126201202182)
3. Ahmad Najihuddin (126201203289)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan sholawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Penulisan
makalah berjudul “FUNGSI AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEKALIGUS
SEKALIGUS DASAR PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERDASAR PADA
PENAFSIRAN AYAT ” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tabawi.
Makalah ini bertujuan untuk memahamifungsi al-quran. Selama proses penyusunan makalah,
penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
berterima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.

2. Bapak H. Ahmad Yunus, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir
Tabawi yang telah berkontribusi dalam membimbing kami.

3. Teman-teman mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang selalu


memberikan dukungan selama perkuliahan, khususnya PAI 3G.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin…

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tulungagung, 10 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
C. TUJUAN ......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3

A. TAFSIR SURAH AL AN ‘ AM AYAT 91-92..............................................................3


B. TAFSIR SURAH AL BAQARAH AYAT 1-5, 97 DAN 185. .....................................5
C. TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 7 DAN 64........................................................9
D. TAFSIR SURAH AL ISRA’ AYAT 9 DAN 82......................................................... 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................................21

A. KESIMPULAN.......................................................................................................... 21
B. SARAN ..................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Quran diturunkan untuk mengajar manusia tentang pengesaannya kepada
Allah (tauhid). Konsep ibadah yang jelas dan menyeluruh agar manusia senantiasa
mendapat bekalan yang baru dan segar. Al-Quran sebagai dasar hukum yang pertama,
dan tidak di ragukan lagi oleh umat islam bahwa al-quran adalah sumber yang asasi
bagi syariat islam. Dari al qur’an inilah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-
cabangnya digali. Agama islam, agama yang dianut oleh umat muslim di seluruh
dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia
dan di akherat kelak.
Al-Quran berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Al-Quran juga
mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua
pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi kependidikan bagi umat Islam. Al-
Quran sebagai minhajul hayah (pedoman hidup), konsepsi inilah yang pada akhirnya
dapat mengeluarkan umat manusia darikejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari
kondisi tidak bermoral menjadi memilikimoral yang sangat mulia.
Selain sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, Al-Qur’an juga berfungsi
sebagai dasar penyelenggaran Pendidikan (Islam).1 Dasar adalah pangkal tolak suatu
aktifitas. Dasar juga merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Sedangkan fungsi
dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar penyelenggraan pendidikan Agama Islam
menurut pandangan hidup (teologi) adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah karena dalam
teologi umat Islam Al-Qur’an dan as-Sunnah diyakini mengandung kebenaran mutlak
yang bersifat universal dan eternal (abadi). Selain dari dilihat dari al-Qur’an dan al-
Hadith, pendidikan agama Islam juga diselenggrakan berdasarka Undang-Undang
Pendidikan yang ada di Negara kita, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
agama Islam merupakan pendidikan formal yang harus diberikan kepada peserta
didik.

1
Rohman Arif, 2011 buku pendidikan agama islam – media pers hal 125
1
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini diantaranya adalah :

1. Bagaimana Tafsir surah Al An‘am ayat 91-92?


2. Bagaimana tafsir surah Al Baqarah ayat 1-5, 97 dan 185?
3. Bagaimana tafsir surah Ali Imran ayat 7 dan 64?
4. Bagaimana tafsir surah Al Isra’ ayat 9 dan 82?
C. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami Tafsir surah Al An ‘ am ayat 91-92.
2. Mengetahui dan memahami Tafsir surah Al Baqarah ayat 1-5, 97 dan 185.
3. Mengetahui dan memahami Tafsir surah Ali Imran ayat 7 dan 64.
4. Mengetahui dan memahami Tafsir surah Al Isra’ ayat 9 dan 82.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. QS. AL - AN ‘ AM /6 : 91-92.
a. Ayat QS Al An’am /6 : 91-21

‫ش ْي ٍء قُ ْل‬ َ ُ‫ق قَد ِْر ِه ِإ ْذ قَالُوا َما أ َ ْن َز َل اللَّه‬


َ ‫علَى َبش ٍَر ِم ْن‬ َّ ‫َو َما قَد َُروا اللَّهَ َح‬
ُ‫اس تَجْ عَلُونَه‬
ِ َّ‫ورا َو ُهدًى ِللن‬ َ َ ‫َم ْن أ َ ْن َز َل ا ْل ِكت‬
َ ‫اب الَّذِي َجا َء ِب ِه ُمو‬
ً ُ‫سى ن‬
‫يرا َوع ُِل ْمت ُ ْم َما لَ ْم ت َ ْعلَ ُموا أ َ ْنت ُ ْم َو ََل آبَا ُؤ ُك ْم‬ ً ِ‫ون َكث‬ َ ُ‫يس ت ُ ْبدُونَ َها َوت ُ ْخف‬َ ‫اط‬ ِ ‫قَ َر‬
ٌ‫ارك‬َ َ‫اب أ َ ْن َز ْلنَاهُ ُمب‬ٌ َ ‫) َو َه َذا ِكت‬19( ‫ون‬ َ ُ‫قُ ِل اللَّهُ ث ُ َّم َذ ْر ُه ْم فِي َخ ْو ِض ِه ْم يَ ْلعَب‬
‫ون‬ َ ‫ق الَّذِي َبي َْن َي َد ْي ِه َو ِلت ُ ْنذ َِر أ ُ َّم ا ْلقُ َرى َو َم ْن َح ْولَ َها َوالَّذ‬
َ ُ‫ِين يُ ْؤ ِمن‬ ُ ‫ص ِد‬
َ ‫ُم‬
ُ ِ‫ص ََلتِ ِه ْم يُ َحاف‬
‫ظون‬ َ ‫علَى‬ َ ُ‫ِب ْاْل ِخ َر ِة يُ ْؤ ِمن‬
َ ‫ون ِب ِه َو ُه ْم‬

b. Terjemah QS Al-An’am /6 : 91-92


(QS. Al-An'am 6: Ayat 91) "Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana
mestinya ketika mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
manusia." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat)
yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab
itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan
(sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan
kepadamu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu."
Katakanlah, "Allah-lah (yang menurunkannya)," kemudian (setelah itu), biarkanlah
mereka bermain-main dalam kesesatannya."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 92) : "Dan ini (Al-Qur'an), Kitab yang telah Kami turunkan
dengan penuh berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan
orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan)
akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan mereka selalu memelihara
sholatnya."

3
c. Tafsir Surah Al An’am /6 : 91-92
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan mereka
tidak menghormati) orang-orang Yahudi itu (Allah dengan penghormatan yang
semestinya) artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-Nya dengan
pengagungan yang seharusnya, atau mereka tidak mengetahui-Nya dengan
pengetahuan yang semestinya (di kala mereka mengatakan) kepada Nabi saw.,
yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi saw. dalam masalah Alquran ("Allah
tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." Katakanlah,) kepada mereka
("Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu) dengan
memakainhya pada tiga tempat (lembaran-lembaran kertas) kamu
menuliskannya pada lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai (kamu
perlihatkan sebagiannya) kamu tidak suka menampakkan kesemua isinya (dan
kamu sembunyikan sebagian besarnya) sebagian besar dari apa yang terdapat di
dalam kandungannya, seperti mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad saw. (padahal
telah diajarkan kepadamu) hai orang-orang Yahudi di dalam Alquran (apa yang
kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya?") karena tidak terdapat di
dalam kitab Taurat, maka hal itu membuat kamu ragu dan berselisih paham
tentang Taurat antara sesamamu. (Katakanlah, "Allahlah") yang
menurunkannya; jika mereka tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban
lain kecuali jawaban itu (kemudian biarkanlah mereka di dalam kesibukan
mereka) dalam kebatilan mereka (bermain-main).
Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah orang-
orang kafir itu tidak memandang Allah, kasih sayang, dan kebijaksanaan-Nya
sebagaimana mestinya, karena mereka mengingkari akan diturunkannya
kerasulan kepada salah seorang di antara manusia. Wahai Nabi, tanyakan
kepada orang-orang musyrik dan sekutu mereka dari orang-orang Yahudi,
"Siapa yang menurunkan kitab yang dibawa Mûsâ, yang bagaikan cahaya yang
menyinari, dan hidayah yang membimbing? Kitab yang kalian tulis pada
lembaran-lembaran kertas yang terpisah-pisah, kalian perlihatkan bagian yang
sesuai dengan hawa nafsu, dan kalian sembunyikan banyak bagian yang bisa
membawa kalian untuk mempercayai alQur'ân. Juga kitab yang darinya kalian
banyak mengetahui hal-hal yang sebelumnya kalian dan bapak-bapak kalian
tidak mengetahuinya." Jawablah, wahai Nabi, dengan mengatakan, "Allahlah

4
yang menurunkan Tawrât." Lalu biarkanlah mereka berlalu dalam kesesatan
dan bermain-main seperti anak kecil.

B. QS. AL-BAQARAH /2 : 1-5, 97 DAN 185


1. QS. AL-BAQARAH /2 : 1-5
a. Ayat QS Al-Baqarah/2 : 1-5

b. Terjemah QS Al-Baqarah /2 : 1-5


1. “Alif Lam Mim”
2. “Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa,”
3. “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,”
4. “dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan
mereka yakin akan adanya akhirat.”
5. “Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”
c. Tafsir Al-baqarah /2 : 1-5
 Ayat 1: Alif Lam Mim dikenal sebagai Al Muqaththa’at atau hurufhuruf yang
dipakai dan dilisankan secara mandiri. Biasanya terdapat pada permulaan surah-
surah yang jumlahnya tidak kurang dari 28 surah.Singkatan Alif Lam Mim yang
dicantumkan pada surah Al Baqarah dan permulaan surah lainnya memiliki arti
“Aku Allah Yang Lebih Mengetahui.” Arti ini dikuatkan oleh Ibn’ Abbas dan
Ibn Mas’ud, Alif meupakan singkatan dari Ana, sedangkan Lam singkatan dari

5
Allah SWT, dan Mim singkatan dari a’lamu.Menurut beberapa sumber lainnya,
Alif singakat dari Allah SWT, Lam singkatab dari Jibril, dan Mim singkatan
dari Muhammad, artinya mengisyaratkan kepada Rasulullah oleh Allah dengan
perantara malaikat Jibril. Sebab, huruf ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari wahyu Alquran
 Ayat 2: Ayat kedua mengartikan bahwa Alquran merupakan Kitab yang ditulis
oleh Allah yang tidak mungkin cacat atau tidak ada sedikitpun keraguan di
dalamnya. Ditujukan untuk orang-orang bertakwa agar dapat mendapatkan
petunjuk dan ilmu yang bermanfaat.Sebab, Alquran adalah petunjuk bagi
seluruh manusia. Sehingga bagi orang yang berakal sehat yang menelaahnya
dengan pikiran yang tidak berat sebelah tanpa prasangka, maka akan
mendapatkannya sebagai petunjuk yang pasti
 Ayat 3: Al ghaib merupakan sesuatu yang tersembunyi atau tidak nampak.
Allah, para malaikat, dan hari kiamat, semuanya termasuk alghaib.Orang-orang
yang bertakwa adalah mereka yang memiliki iman dan yakin dengan hal ghaib,
membenarkan perkara yang tidak dapat ditangkap panca indera dengan cara
membuktikannya dengan ibadah dan melaksanakan perintah Sholat sebagai
bentuk pengabdian pada Allah. 9
 Ayat 4: Orang yang beriman dan bertakwa menyakini bahwa Alquran adalah
penyempurna dari kitab-kitab Allah sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan
Shufu yang diturunkan pada para Rasul Allah.Mereka juga menyakini bahwa
adanya alam kehidupan pasca kematian dan membernarkan semua yang terjadi
setelah kematian dengan menjaga hati, lisan, dan perbuatan selama di dunia.
 Ayat 5: Orang yang beruntung disini adalah orang yang mendapatkan jaminan
dari Allah dan selamat dari segala keburukan dunia dan akhirat. Orang-orang
ini yang berjalan di atas cahaya dari Rabbnya dan mendapatkan taufik dari
Allah.

2. QS AL-BAQARAH / 2 : 95
a. Ayat QS Al-Baqarah /2 : 95

َ ‫ع ٰلى قَ ْلبِّ َك بِّ ِّا ْذ ِّن اللّٰ ِّه ُم‬


‫ص ِّدِّقًا ِّلِّ َما بَيْنَ يَدَ ْي ِّه‬ َ ٗ‫عد ًُّوا ِّلِّ ِّجب ِّْر ْي َل فَ ِّانَّهٗ ن ََّزلَه‬
َ َ‫قُ ْل َم ْن َكان‬
َ‫َو ُهدًى َّوبُ ْش ٰرى ِّل ْل ُمؤْ ِّم ِّنيْن‬
b. Terjemah QS Al-Baqarah /2 : 95

6
"Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-
orang yang beriman.
c. Tafsir QS Al-Baqarah /2 : 95
Katakanlah -wahai rasul- kepada kaum Yahudi ketika mereka
mengatakan, “sesungguhnya Jibril adalah musuh kami dari bangsa malaikat”,
barangsiapa menjadi musuh bagi Jibril maka sesungguhnya dia menurunkan
Alquran ke dalam hatimu dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang
membenarkan apa yang lalu dari kitab-kitab Allah , dan menunjukkan kepada
jalan kebenaran, dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang
membenarkan (beriman) kepadanya dengan segala kebaikan di dunia dan
akhirat. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 97.
Katakanlah -wahai Nabi- kepada orang-orang Yahudi yang berkata,
“Sesungguhnya Jibril adalah musuh kami 10 dari bangsa Malaikat”,
“Barangsiapa memusuhi Jibril, sesungguhnya Jibril adalah Malaikat yang
menurunkan Al-Qur`ān ke dalam hatimu dengan izin Allah, yang membenarkan
kitab-kitab suci yang datang sebelumnya, seperti Taurat dan Injil, serta
menunjukkan kebajikan dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang
mukmin tentang kenikmatan yang telah Allah siapkan untuk mereka.
Maka siapapun yang memusuhi Malaikat yang memiliki sifat dan
pekerjaan semacam itu ia termasuk golongan orang-orang yang sesat.” Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 97-98. Allah memerintahkan Nabi Muhammad
untuk menjawab orang-orang Yahudi yang memusuhi malaikat Jibril dengan
berfirman: “Barangsiapa yang menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya
Jibril itu yang menurunkan al-Qur’an ke dalam hatimu dengan perintah Allah,
yang merupakan kitab yang sesuai dengan kitab-kitab sebelumnya, di dalamnya
terdapat petunjuk yang sempurna dan kabar gembira di dunia dan di akhirat bagi
orang-orang yang beriman. Dan barangsiapa yang memusuhi Allah dengan
menyelisihi agama-Nya, memusuhi para malaikat dengan membenci mereka,
dan memusuhi Rasul-Rasul-Nya dengan mendustakan mereka, maka Allah

7
akan menjadi musuh bagi orang-orang yang ingkar tersebut. Zubdatut Tafsir
Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah 97
‫( قُ ْل َم ْن َكانَ َعد ًُّوا ِّلِّ ِّجب ِّْر ْي َل‬Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh
Jibril) Ayat ini diturunkan sebagai jawaban untuk orang-orang Yahudi yang
mengaku bahwa Jibril adalah musuh mereka sedangkan Mikail adalah teman
mereka. Dan yang menjadi sebab mereka mengatakan itu adalah perdebatan
yang terjadi antara mereka dengan Rasulullah dalam hal kenabiannya. Mereka
berkata kepada Rasulullah: andai saja temanmu itu bukan Jibril kami pasti
menjadi pengikutmu dan beriman kepadamu. Rasulullah berkata: apa yang
menghalangi 11 kalian untuk membenarkannya? Mereka berkata: karena dia
adalah musuh kami.
َ‫ فَ ِّانَّهٗ ن ََّزلَهٗ َع ٰلى قَ ْل ِّبك‬maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkannya (Al
Quran) ke dalam hatimu) Yakni Jibril menurunkan al-Qur’an ke dalam hati Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsecara bertahap untuk meneguhkan
hatinya. Dan hal ini adalah bukti kemuliaan dan ketinggian derajat Jibril dan
tidak ada hal yang menjadi pembenaran atas permusuhan orang-orang Yahudi
terhadapnya; dan tidaklah ada yang datang dari Jibril kecuali hal-hal yang
menumbuhkan kecintaan kepadanya, bukan malah permusuhan. Dan tugas
menurunkan kitab bukanlah suatu dosa, karena kitab yang diturunkan adalah
kitab Allah yang malah membenarkan apa yang ada dalam kitab Taurat (dan
menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman).

3. QS AL-BAQARAH /2 : 185
a. Ayat QS Al-Baqarah /2 : 185

ِّ ِۚ َ‫ت ِّ ِّمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُ ْرق‬


‫ان‬ ٍ ‫اس َو َب ِّيِّ ٰن‬ِّ َّ‫ِّي ا ُ ْن ِّز َل ِّف ْي ِّه ْالقُ ْر ٰا ُن ُهدًى ِّلِّلن‬
ْ ‫ضانَ الَّذ‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
َ ‫ع ٰلى‬
‫سفَ ٍر َف ِّعدَّة ٌ ِّ ِّم ْن اَي ٍَّام‬ َ ‫ضا ا َ ْو‬ ً ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِّر ْي‬ ُ ‫ش ْه َر فَ ْل َي‬ َّ ‫ش ِّهدَ ِّم ْن ُك ُم ال‬
َ ‫فَ َم ْن‬
َ‫اُخ ََر ۗ ي ُِّر ْيدُ اللّٰهُ ِّب ُك ُم ْاليُس َْر َو ََل ي ُِّر ْيد ُ ِّب ُك ُم ْالعُس َْر ۖ َو ِّلت ُ ْك ِّملُوا ْال ِّعدَّة َ َو ِّلت ُ َك ِّبِّ ُروا اللّٰه‬
َ‫ع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬
َ
b. Terjemah QS Al-Baqarah /2 :185
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk

8
itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di
antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
c. Tafsir QS Al Baqarah /2 : 185
Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya untuk pertama kali
diturunkan Al-Qur'an pada lailatul qadar, yaitu malam kemuliaan, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda antara yang benar dan yang salah. Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada, yakni hidup, di bulan itu dalam keadaan sudah akil balig, maka
berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan
lalu memilih untuk tidak berpuasa, maka ia wajib menggantinya sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu dengan membolehkan berbuka, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu dengan tetap mewajibkan puasa dalam keadaan sakit atau
dalam perjalanan. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dengan
berpuasa satu bulan penuh dan mengakhiri puasa dengan bertakbir
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu
bersyukur atasnya.

C. QS ALI IMRAN/3 : 7 DAN 164


1. QS. Ali Imran /3: 7
a. Ayat QS Ali Imran /3 : 7

َ ٰ َ ‫ب َوأُخ َُر ُمت‬


‫ش ِّب ٰ َهتٌ ۖ فَأ َ َّما‬ ِّ َ ‫ب ِّم ْنهُ َءا ٰيَتٌ ُّم ْح َك ٰ َمتٌ ُه َّن أ ُ ُّم ْٱل ِّك ٰت‬ َ َ ‫ع َلي َْك ْٱل ِّك ٰت‬َ ‫هُُ َو ٱلَّذِّى أَنزَ َل‬
ُ‫شبَهَ ِّم ْنهُ ٱ ْب ِّتغَا َء ْٱل ِّفتْنَ ِّة َوٱ ْب ِّتغَا َء تَأ ْ ِّوي ِّلِّۦه ۗ َو َما يَ ْعلَ ُم تَأ ْ ِّويلَ ٓه‬
َ ٰ َ ‫ٱلَّذِّينَ فِّى قُلُو ِّب ِّه ْم زَ ْي ٌغ فَ َيت َّ ِّبعُونَ َما ت‬
ُ ُ‫ٱلر ِّس ُخونَ ِّفى ْٱل ِّع ْل ِّم يَقُولُونَ َءا َمنَّا بِِّّۦه ُك ٌّل ِّ ِّم ْن ِّعن ِّد َر ِّبِّنَا ۗ َو َما يَذَّ َّك ُر ِّإ ََّل أ ُ ُول‬
‫وا‬ َّ ٰ ‫إِّ ََّل ٱللَّهُ ۗ َو‬
ِّ َ‫ْٱْل َ ْل ٰب‬
‫ب‬

9
b. Terjemah QS. Ali Imran /3: 7
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

c. Tafsir QS. Ali Imron/3: 7


(Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-
ayat yang muhkamat) jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok
Alquran) yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang
lainnya mutasyabihat) tidak dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya
permulaan-permulaan surah. Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam
firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan
'mutasyaabiha' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna
bahwa sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun
orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan)
menyeleweng dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat
untuk membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh dengan
menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur
pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak
ada yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang
yang mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada, sedangkan
khabarnya: (Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa
ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu akan maksudnya, (semuanya itu) baik
yang muhkam maupun yang mutasyabih (dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada
yang mengambil pelajaran) 'Ta' yang pada asalnya terdapat pada 'dzal'
diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali orangorang

10
yang berakal) yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut bila
melihat orang-orang yang mengikuti mereka.2
d. Hikmah dalam Dunia Pendidikan dan Pedoman Kehidupan
Secara bahasa, kata Muhkam, berasal dari ihkam, menurut ahli bahasa
dimaknai ‫ المنـع‬yang berarti mencegah. Sedangkan Sedangkan lafadz
Mutasyâbih secarabahasa berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu dari
dua hal serupa dengan yang lain.
Ulama ahli sunah berpendapat bahwa Muhkam ialah ayat-ayat yang
diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun melalui takwil. Mutasyâbih
ialah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya, seperti datang
hari kiamat, keluarnya dajjal, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal
surat (fawatih al-suwar).
Menurut Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli ushul fikih mengikutinya,
Muhkam ialah ayat-ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan
makna takwil. Mutasyâbih ialah ayat-ayat yang mengandung banyak
kemungkinan makna takwil.
Dari beberap pendapat ulama di atas, Subhi ash- Shalih kemudian
merangkumnya dan menyimpulkan bahwa muhkam adalah ayat-ayat yang
bermakna jelas. Sedangkan Mutasyâbih adalah ayat yang maknanya tidak jelas,
dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat. Atau,
dari perbedaan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua sepakat
jika mengartikan ayat-ayat muhkamsebagai ayat-ayat yang telah jelas
maknanya, dan ayat- ayatmutasyâbihsebagai ayat-ayat yang maknanya masih
samar.
Muhkam sebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an
berfungsi sebagai bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk). Sedangkan
Mutasyâbih sebagai ayat yang tersirat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an
berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesarsepanjang sejarah manusia
yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti.3
Dari sini, dapat disimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat
diambil dari persoalan muhkam dan Mutasyâbih tersebut, hikmah-hikmah itu

2
Harry, Mohammad. TAFSIR JALALAIN. hlm. 32
3
Badiah, Siti. HIKMAH DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ADANYA AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN
MUTASYÂBIHAT DALAM AL-QUR’AN. hlm. 111-112.

11
adalah: Pertama, Andaiakata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat
muhkamat, niscaya akan sirnalah ujian keimanan dan amal lantaran pengertian
ayat yang jelas. Kedua, Seandainya seluruh ayat Al-Qur’an Mutasyâbihat,
niscaya akan lenyaplah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi
manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya
dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin
bercampur dengan kebatilan. Ketiga, Dengan adanya ayat-ayat yangmuhkamat
dan ayat- ayat Mutasyâbihat dalam al-Qur’an, tentunya menjadi motivasi bagi
umat Islam untuk terus menerus menggali berbagai kandungannya sehingga
mereka akan terhindar dari taklid, bersedia membaca Al-Qur’an dengan
khusyu’ sambil merenung dan berpikir.
Kalau hikmah ini kita kaitkan dengan dunia pendidikan, setidaknya
Allah telah mengajarkan ”ajaran” muhkam dan Mutasyâbih kepada manusia
agar kita mengakui adanya perbedaan karakter pada setiap individu, sehingga
kita harus menghargainya. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap dari kita
pastinya memiliki perbedaan antara yang satu dengan lainnya. Dengan adanya
muhkam dan Mutasyâbih ini kita dapat belajar bagaimana para ulama
menyikapinya. Bahwa, perbedaan di antara mereka tidak menjadikannya lantas
saling memusuhi. Justru dengan perbedaan pendapat yang ada, mereka saling
menguatkan dan melengkapi antara yang satu dengan lainnya.
Selain itu, dengan dikelompokkannya ayat-ayat al-Qur’an ke dalam
kategori muhkamatdan Mutasyâbihatini manusia dapat belajar bagaimana Allah
telah menjadikan al-Qur’an sedemikian rupa untuk dipelajari dan dijadikan
sebagai pedoman hidup. Melalui ayat-ayatmuhkam dan Mutasyâbih, umat Islam
dituntut untuk lebih kritis lagi dalam memahami dan menafsirkan ayat- ayat
yang tedapat dalam al-Qur’an. Dan ini terbukti dengan banyaknya ulama yang
telah membahas tentangmuhkam dan Mutasyâbih, baik dari segi definisi yang
berbeda-beda, keberadaan ayat-ayatnya dalam al-Qur’an serta kriteria dan
pembagiannya, hingga kontroversi seputar boleh dan tidaknya melakukan
pentakwilan tehadap ayat-ayat yang Mutasyâbihat. 4

4
Ibid. hlm. 122

12
2. QS. ALI IMRAN / 3 : 164

a. Ayat QS. Ali Imran /3: 164

‫ي ِّفى‬ ْ ‫ار َو ْالفُ ْل ِّك الَّ ِّت ْي ت َ ْج ِّر‬


ِّ ‫ف الَّ ْي ِّل َوالنَّ َه‬ ْ ‫ض َو‬
ِّ ‫اخ ِّت ََل‬ ِّ ‫اَل ْر‬َ ْ ‫ت َو‬
ِّ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ِّ ‫ا َِّّن ِّف ْي خ َْل‬
َ‫ض َب ْعد‬َ ‫س َم ۤا ِّء ِّم ْن َّم ۤاءٍ فَا َ ْح َيا ِّب ِّه ْاَلَ ْر‬ َّ ‫اس َو َما ا َ ْنزَ َل اللّٰهُ ِّمنَ ال‬َ َّ‫ْال َب ْح ِّر ِّب َما َي ْنفَ ُع الن‬
‫س َم ۤا ِّء‬ َ ‫ب ْال ُم‬
َّ ‫س َّخ ِّر َبيْنَ ال‬ َّ ‫الر ٰيحِّ َوال‬
ِّ ‫س َحا‬ ِّ ِّ ‫ْف‬ ْ َ ‫ث فِّ ْي َها ِّم ْن ُك ِِّّل دَ ۤابَّ ٍة ۖ َّوت‬
ِّ ‫ص ِّري‬ َّ ‫َم ْوتِّ َها َو َب‬
ٍ ‫ض َ َٰل ٰي‬
َ‫ت ِّلِّ َق ْو ٍم يَّ ْع ِّقلُ ْون‬ ِّ ‫َو ْاَلَ ْر‬
b. Terjemah QS Ali Imran /3: 164

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,
kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya
bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam
binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang mengerti.”

c. Tafsir QS Ali Imran /3: 164

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut :


(Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman
ketika Dia mengirim kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka
sendiri) maksudnya seorang Arab seperti mereka untuk mengawasi dan
memberi pengertian, jadi bukan dari kalangan malaikat dan tidak pula dari
bangsa asing (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya) yakni 13
Alquran (dan menyucikan mereka) membersihkan mereka dari dosa (serta
mengajarkan kepada mereka Alkitab) yakni Alquran (dan hikmah) yakni sunah
(dan sesungguhnya mereka) ditakhfifkan dari wainnahum (adalah sebelumnya)
yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan yang nyata) atau
jelas.

Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa


Allah telah berbuat baik kepada orang-orang Mukmin terdahulu yang hidup
bersama Nabi, dengan mengutus kepada mereka seorang rasul dari bangsa
mereka sendiri. Yaitu, seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kitab suci,

13
membersihkan mereka dari keyakinan yang salah, dan mengajari mereka ilmu
al-Qur'ân dan teladan. Sebelum diutusnya rasul itu, mereka berada dalam
kebodohan, kebingungan dan perasaan tidak berarti.5

Pada Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dijelaskan “...Dan mengajarkan kepada


mereka al-Kitab dan al-Hikmah...” orang-orang yang dituju dalam firman ini
adalah orangorang pribumi yang bodoh-bodoh, yang tidak tahu tulis baca dan
lemah pikirannya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun yang
berbobot untuk ukuran internasional dalam bidang apapun. Mereka pun tidak
mempunyai cita-cita yang besar dalam kehidupan mereka yang melahirkan
pengetahuan yang bertaraf internasional dalam bab apapun. Maka risalah inilah
yang menjadikan mereka sebagai guru jagad, hukama atau pemberi kebijakan
dunia, dan pemilik akidah, pemikiran, sistem sosial, dan tata aturan yang
menyelamatkan manusia secara keseluruhan dari Jahiliahnya pada masa itu.
Mereka dinantikan peranannya dalam perjalanan ke depan untuk
menyelamatkan kemanusiaan dari kejahiliahan modern yang mengekspresikan
segala ciri khas jahiliyah tempo dulu, baik dalam bidang akhlak, sistem sosial
kemasyarakatan, maupun mengenai pandangan mereka terhadap sasaran dan
tujuan hidup, meskipun sudah terbuka bagi mereka ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan materi, produk-produk perindustrian, dan kemajuan peradaban.
“...Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benarbenar
dalam kesesatan yang nyata.” Mereka, sebelum kedatangan Nabi SAW., benar-
benar pada kesesatan dalam konsepsi dan keyakinan, pemahaman terhadap
kehidupan, tradisi, dan perilaku, peraturan dan perundang-undangan, dan
bidang kemasyarakatan dan moral.6

Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron/3: 7, 164 adalah
bahwa Allah SWT memberitakan tentang keagunganNya dan kesempurnaan
pengaturanNya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang menurunkan kitab yang
agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan ditemukan tandingannya dan
semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya

5
Shihab, M.Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian alQur‟an, Jakarta: Lentera hati. Hal 3
6
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk...(Jil.2, Jakarta: Gema Insani Tahun 2000). hlm. 205

14
bagi makhluk. Dan bahwasanya Al-Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas
sekali artinya, yang terang yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga
mencakup ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak
ada satupun dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut hingga
disatukan dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan
untuk memotivasi para ulama (ahli ilmu agama/umum) agar giat melakukan
studi, pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam
berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya
condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar
fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka.

Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan


penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka mengikuti
ayat-ayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya sebagai dalil demi
memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan pemikiranpemikiran mereka
yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan penyimpangan terhadap
kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan
dan madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan.

Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang ilmu


dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi mereka
perbuatan dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa alQur’an itu
semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq,
baik yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu
tidak akan saling bertentangan dan saling berbeda. Dan karena ilmu mereka
bahwa ayat-ayat yang muhkam mengandung makna yang tegas dan jelas, dan
kepadanya mereka mengembalikan ayatayat mustasyabih yang sering
menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan
pengetahuannya.

D. QS AL-ISRA /17 : 9 DAN 82

1. QS AL-ISRA /17: 9

a. Ayat QS Al-Isra /17: 9

‫ت أ َ َّن‬ َّ ٰ ‫ش ُِّر ْٱل ُمؤْ ِّمنِّينَ ٱلَّذِّينَ َي ْع َملُونَ ٱل‬


ِّ ‫ص ِّل ٰ َح‬ َ ‫ِّإ َّن ٰ َهذَا ْٱلقُ ْر َءانَ يَ ْهدِّى ِّللَّ ِّتى ِّه‬
ِّ َ‫ى أ َ ْق َو ُم َويُب‬
ً ‫لَ ُه ْم أ َ ْج ًرا َك ِّب‬
‫يرا‬
15
b. Terjemah QS Al-Isra /17: 9
“Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan,
bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,”

c. Tafsir QS Al-Isra /17: 9


menafsirkan ayat tersebut adalah ‫( ِإنَّ َهذَا ا ْلقُ ْرآنَ يَ ْهدِي ِللَّتِي‬Sesungguhnya Alquran
ini memberikan petunjuk kepada) jalan ‫( ِه َي أ َ ْق َو ُم‬yang lebih lurus) lebih adil dan
ً ِ‫ت أَنَّ َل ُه ْم أَجْ ًرا َكب‬
lebih besar ‫يرا‬ ِ ‫( َويُبَش ُِر ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّا ِلحَا‬dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut adalah Allah memuji Kitab-Nya yang
mulia yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. Dan Kitab itu adalah
al-Qur’an, yaitu sebuah Kitab yang memberi petunjuk ke jalan yang luas dan jelas
serta memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang
mengerjakan amal shalih sesuai dengan ketetapannya.
Sedangkan Kemenag menafsirkan ayat tersebut adalah Allah swt menyatakan
keistimewaan-keistimewaan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
yaitu kitab Al-Qur’an, dengan menunjukkan fungsi dari kitab itu sendiri serta faedahnya
bagi seluruh umat manusia.
d. Sebagai Pedoman Hidup dan Dasar Pendidikan
Jadi dalam ayat ini menjelaskan bahwa sesunggguhnya al-Qur’an adalah
sebagai pedoman hidup yang memberi petunjuk untuk manusia ke jalan yang lebih
lurus dan sempurna lagi, menyelamatkan dan memberi juga kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lagi membuktikan
keimanannya itu senantiasa mengerjakan amal-amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar sebagai imbalan iman dan apa yang diamalkannya itu.

Sebagai Pedoman Hidup Al-Qur’an mencakup semua kaum dan generasi tanpa
batas waktu atau tempat dan mencakup segala macam kebajikan yang diperoleh
manusia disetiap waktu dan tempat. Al quran memberi petunjuk yang paling lurus
dan sempurna dalam bidang nurani dan rasa, dalam bidang akidah yang sangat jelas
dan mudah dipahami, dalam menghubungkan antara lahir dan batin manusia, rasa
dan perbuatannya, serta akidah dan kegiatannya. Kitab suci ini juga memberi
petunjuk yang paling sempurna dalam hal ibadah, yang mengaitkan antara

16
kewajiban dan kemampuan, tidak memberatkan hingga membosankan, dan tidak
juga mempermudah kemudahan yang melahirkan sikap tak acuh. Ia juga memberi
petunjuk yang paling lurus dan sempurna dalam hal hubungan antar-sesama,
perorangan, atau pasangan, pemerintah, masyarakat negara dan jenis manusia.
hubungan yang didasarkan oleh dasar-dasar yang kukuh, yang tidak dipengaruhi
oleh hawa nafsu, tidak juga menggunakan tolok ukur senang dan tidak senang, cinta
dan benci. Sebagaimana al-qur’an adalah petunjuk yang paling sempurna sebagai
pedoman hidup.

Selain sebagai pedoman hidup QS Al-Isra’/17; 9 juga berkaitan dengan materi


pendidikan. Ayat ini menjelaskan eksistensi al-Qur’an sebagai petunjuk
(hudan) dan memberikan kabar gembira (tabsyir/ basyira) bagi orang-orang yang
mengerjakan amal shaleh. Fungsionalisasi al-Qur’an sebagai petunjuk akan benar-
benar terasa manakala ia dapat dibaca, dipahami dan diamalkan, termasuk oleh anak
didik. Berdasarkan alasan tersebut, maka semua hal yang berkaitan dengan al-
Qur’an harus diajarkan kepada anak didik. Dengan kata lain, ia menjadi materi
utama dalam proses pendidikan Islam. Paling tidak ada enam aspek penting yang
berkaitan dengan al-Qur’an yang menjadi materi pendidikan. Pertama, bacaan
(qiraat/tilawat); anak didik harus diberi pelajaran berupa keterampilan membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dengan demikian
mereka akan mampu membaca al-Qur’an. Kemampuan membaca al-Qur’an
merupakan salahsatu indikator keberhasilan proses pendidikan Islam. Membaca al-
Qur’an sendiri memiliki berbagai keutamaan. Kedua, tulisan (kitabat/khath); anak
didik harus diberi pelajaran berupa keterampialn menulis al-Qur’an dengan baik
dan benar, mulai dari menulis huruf hijaiyyah, kalimat per-kalimat maupun ayat
per-ayat dan lebih luas lagi semua tulisan al-Qur’an. Dewasa ini seni menulis indah
al-Qur’an (kaligrafi) merupakan bentuk seni yang memiliki nilai seni dan –
bahkan—nilai ekonomis. Ketiga, arti atau makna ayat-ayatnya. Mengetahui makna
ayat-ayat al-Qur’an merupakan hal penting bagi semua orang yang
menjadikan kitab suci ini sebagai pedoman hidupnya. Pengetahuan yang mendalam
terhadap makna ayat-ayat al-Qur’an akan berpengaruh positif bagi terbentuknya
kepribadian Islami. Upaya untuk mengetahui makna ayat al-Qur’an dapat diakukan
paling tidak melalui terjemahnya, misalnya di negara kita sudah beredar al-Qur’an
dan terjemahnya dari Departemen Agama atau yang dilakukan oleh pihak

17
lain. Keempat, penghafalan (tahfizh). Menghafal al-Qur’an merupakan kegiatan
tersendiri dalam pembelajaran al-Qur’an walaupun tidak bisa dilepaskan dari aspek
lainnya terutama membaca dan menulis. Keterampilan anak didik dalam menghafal
al-Qur’an perlu mendapat perhatian juga dari pendidik. Kelima, tafsir atau
penjelasan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Secara teoritis-sistematis, upaya
menafsirkan al-Qur’an telah dilakukan oleh para mufassir, baik pada masa klasik
maupun pada masa kontemporer dan terus akan berkembang. Generasi sekarang
termasuk para pendidik dan anak didik dapat melakukan perluasan pengetahuan dan
wawasan mereka tentang isi kandungan al-Qur’an melalui kajian terhadap kitab-
kitab tafsir yang sudah banyak beredar luas di tengah-tengah
masyarakat. Keenam, pengamalan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Pengamalan al-Qur’an merupakan puncak dari proses pembelajaran al-Qur’an.
Anak didik –dan umumnya manusia— harus mampu menjalankan segala ajaran al-
Qur’an.

2. QS AL-ISRA /17: 82

a. Ayat QS Al-Isra /17: 82

‫ارا‬
ً ‫س‬ ّٰ ‫َونُن ِّ َِّز ُل ِّمنَ ْالقُ ْر ٰا ِّن َما ُه َو ِّشفَ ۤا ٌء َّو َر ْح َمةٌ ِّلِّ ْل ُمؤْ ِّم ِّني َْۙنَ َو ََل َي ِّز ْيد ُ ال‬
َ ‫ظ ِّل ِّميْنَ ا ََِّّل َخ‬
b. Terjemah QS Al-Isra /17: 82

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an
itu) hanya akan menambah kerugian.”

c. Tafsir Terjemah QS Al-Isra /17: 82

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan Kami


turunkan dari) huruf min di sini menunjukkan makna bayan atau penjelasan
(Alquran suatu yang menjadi penawar) dari kesesatan (dan 16 rahmat bagi
orang-orang yang beriman) kepadanya (dan Alquran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang kafir (selain kerugian)
dikarenakan kekafiran mereka. Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Bagaimana kebenaran itu tidak akan menjadi kuat, sedang
Kami telah menurunkan al-Qur'ân sebagai penawar keraguan yang ada dalam
dada, dan rahmat bagi siapa yang beriman kepadanya. Al-Qur'ân itu tidak

18
menambah apa-apa kepada orangorang yang zalim selain kerugian, oleh sebab
kekufuran mereka.7
Dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran
kepada Nabi Muhammad sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan,
kekafiran, dan kemunafikan. Al-Quran juga merupakan rahmat bagi kaum
muslimin karena memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka masuk
surga dan terhindar dari azab Allah.
Al-Quran sebagai obat dan rahmat bagi orang yang beriman. Banyak
penyakit yang bisa disembuhkan oleh Al-Quran. Dan memang banyak penyakit
yang menyerang jiwa manusia, dapat disembuhkan oleh ayat-ayat Al-Quran.
Kesombongan adalah penyakit. Maka kalau dengan seksama dibaca ayat-ayat
yang menyatakan kebesaran dan kekuasaan ilahi, akan sembuhlah penyakit
sombong itu. Kita akan insaf bahwa kita ini hanya makhluk kecil yang berasal
dari setitik mani. Hasad atau dengki adalah penyakit. Maka kalau kita baca ayat-
ayat yang menerangkan bahwa perbedaan bawaaan bakat manusia tidak sama,
namun sebahagian tetap memerlukan yang lain, beransurlah hilang penyakit
dengki itu. Sungguh banyak penyakit jiwa dapat disembuhkan oleh ayat-ayat
Al-Quran. Penyakit putus asa, malas, bodoh, mementingkan diri sendiri, rasa
tamak, “mata keranjang” dan sebagainya.
Jadi Al-Quran sebagai obat hal-hal kejiwaan, yakni sikap patuh,
memelihara Al-Quran dan menjadikan sebaggai sarana untuk memohon kepada
Allah SWT. Sedang kebalikannya dapat terlihat pada orang-orang zalim yang
tidak mau menerima petunjuk Al-Quran, kepada mereka tertimpa kerugian dan
kesesatan. Dari kedua penafsiran tersebut maka bagi orang yang sakit
kebodohan, kesesatan, ragu-ragu dan ingkar, akan dengan turunnya Al-Quran
ini, dapat sebagai penyembuh atau obat penawar bila orang tersebut mau
beriman. Dengan demikian maka dapat mengambil manfaat, menghafal, dan
memperhatikan petunjuk Allah SWT. Dan dialah yang menyembuhkan dari
sakit.8

7
Quthb, Sayyid. 2000. Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani. Hal 4
8
ementerian Agama RI, al-Quran dan tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid V, Cet 1, (Jakarta : Widya
Cahaya, 2011), 531.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa fungsi Al Qur’an sebagai pedoman hidup
dan dasar penyelenggara pendidikan adalah sebagai Al quran memberi petunjuk
yang paling lurus dan sempurna dalam bidang nurani dan rasa, dalam bidang
akidah yang sangat jelas dan mudah dipahami, dalam menghubungkan antara lahir
dan batin manusia, rasa dan perbuatannya, serta akidah dan kegiatannya dan dalam
dunia pendidikan Al qur’an menjadi dasar penyelenggara pendidikan yaitu
mengajarkan manusia tentang ilmu yang dari tidak diketahui menjadi tahu, pemberi
peringatan yakni memberi motivasi belajara siswa dan memberi penghargaan
kepada siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh dan membri ancaman atau
hukuman terhadap siswa yang menyalahi aturan.
Al Qur’an memberikan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk
yang masih global. Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang salah.
Hikmah dalam pendidikan adalah mengakui adanya perbedaan karakter pada setiap
individu, sehingga kita harus menghargainya. Dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para pelajar dan para ulama (ahli
ilmu agama/umum) agar giat melakukan studi, pendidikan, pengajaran, menelaah,
menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama dan
ilmu pengetahuan umum sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Al-Qur'ân sebagai
penawar keraguan yang ada dalam dada, dan rahmat bagi siapa yang beriman
kepadanya.

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami berharap makalah
ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman, 2011 buku pendidikan agama islam – media pers

Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk...(Jil.2, Jakarta: Gema Insani Tahun 2000)

Shihab, M.Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, Jakarta: Lentera
hati.

Depag. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surabaya: Duta Ilmu.

Quthb, Sayyid. 2000. Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani.

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Syafe’I, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: PT. Pustaka Setia

Badiah, Siti. HIKMAH DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ADANYA AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN
MUTASYÂBIHAT DALAM AL-QUR’AN

21

Anda mungkin juga menyukai