Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INSTRUMENTAL PEMBELAJARAN DALAM AL-QUR’AN


Tafsir ayat ke 74-83 surat al-An’am, Tafsir ayat ke 2 surat al-Ra’du, Tafsir ayat ke 18-20
surat al-Ghasyiyah

Mata Kuliah : Tafsir Ayat tarbawi


Dosen Pengampu : Dr.H.Kasful Anwar Us, M.Pd.
Disusun Oleh :

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN UIN
SULTAN THAHA SYAIFUDIN JAMBI
2022
Kata Pengantar
            Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas curahan nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, hingga kita sebagai umatnya.
            Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Tafsir Tarbawi. Selain itu untuk makalah ini juga dibuat untuk menambah
wawasan juga ilmu pengetahuan para penulis dan pembaca mengenai Tafsir
Tarbawi. Yang diharapkan akan memperluas juga lebih memahami lebih dalam
mengenai Instrumen Pembelajaran Dalam Al-Qur’An. Semoga dengan selesainya
makalah ini, kita dapat lebih memahami dan menambah ilmu pengetahuan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kami memohon maaf apabila
banyak terjadi kesalahan pada makalah ini, baik dalam pengetikan ataupun isi.
Karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Terimakasih.
20 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Masalah......................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
A. Tafsir ayat ke 74-83 Surat Al-An’am?...................................................................6
B. Tafsir QS. Ar-Ra’ad ayat 2...................................................................................13
BAB III............................................................................................................................20
A. Kesimpulan..........................................................................................................20
B. Kritik dan Saran...................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.1
Lalu bagaimana terkait dengan instrumen pembelajaran dalam alqur’an yang
dijelaskan dalam tafsir ayat ke 74-83 surat al-An’am, Tafsir ayat ke 2 surat al-
Ra’du, Tafsir ayat ke 18-20 surat al-Ghasyiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tasfir ayat ke 74-83 Al-An’am?
2. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tsfsir ayat ke 2 surat al-Ra’du?
3. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tafsir ayat ke 18-20 surat al-Ghasyiah?

C. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui:
1. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tasfir ayat ke 74-83 Al-An’am.
2. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tsfsir ayat ke 2 surat al-Ra’du.

1
https://disnawati.wordpress.com/2012/03/06/pengertian-fungsi-dan-jenis-jenis-instrumen-tes-
dalam-pendidikan-1/

1
3. Bagaimana keterkaitannya instrumen pembelajaran dalam Al-Qur’an
dengan tafsir ayat ke 18-20 surat al-Ghasyiah.

2
BAB II
PEMBAHSAN

A. Tafsir ayat ke 74-83 Surat Al-An’am?

‫) َو َك@ َذلِ َك نُ@ ِري ِإ ْب@ َرا ِهي َم‬٧٤( ‫ض@ال ٍل ُمبِي ٍن‬ ْ ‫َوِإ ْذ قَا َل ِإ ْب َرا ِهي ُم ألبِي ِه آ َز َر َأتَتَّ ِخ ُذ َأ‬
َ ‫صنَا ًما آلِ َهةً ِإنِّي َأ َرا َك َوقَ ْو َم َك فِي‬
‫) فَلَ َّما َجنَّ َعلَ ْي ِه اللَّ ْي@ ُل َرَأى َك ْو َكبً@@ا قَ@@ا َل َه@ َذا َربِّي فَلَ َّما‬٧٥( َ‫ض َولِيَ ُكونَ ِمنَ ا ْل ُموقِنِين‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َما َوا‬َّ ‫َملَ ُكوتَ ال‬
َّ‫) َفلَ َّما َرَأى ا ْلقَ َم َر بَا ِز ًغا قَا َل َه َذا َربِّي فَلَ َّما َأفَ َل قَ@@ا َل لَِئنْ لَ ْم يَ ْه@ ِدنِي َربِّي أل ُك@@ونَن‬٧٦(    َ‫َأفَ َل قَا َل ال ُأ ِح ُّب اآلفِلِين‬
‫@و ِم ِإنِّي َب@ ِري ٌء‬ْ @َ‫س بَا ِز َغةً قَا َل َه َذا َربِّي َه َذا َأ ْكبَ@ ُر فَلَ َّما َأفَلَتْ َق@@ا َل يَ@@ا ق‬ َّ ‫) فَلَ َّما َرَأى ال‬٧٧( َ‫ضالِّين‬
َ ‫ش ْم‬ َّ ‫ِمنَ ا ْلقَ ْو ِم ال‬
(   َ‫ش@@ ِر ِكين‬ْ ‫ض َحنِيفً@@ا َو َم@@ا َأنَ@@ا ِمنَ ا ْل ُم‬
َ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫الس@@ َما َوا‬ َ َ‫) ِإنِّي َو َّجهْتُ َو ْج ِه َي لِلَّ ِذي فَط‬٧٨( َ‫ُش@@ ِر ُكون‬
َّ ‫@@ر‬ ْ ‫ِم َّما ت‬
‫س @ َع‬
ِ ‫ش @ ْيًئا َو‬
َ ‫ش @ا َء َربِّي‬ َ َ‫ش ِر ُكونَ بِ ِه ِإال َأنْ ي‬ْ ُ‫اجونِّي فِي هَّللا ِ َوقَ ْد َهدَانِي َوال َأ َخافُ َما ت‬ُّ ‫اجهُ قَ ْو ُمهُ قَا َل َأت َُح‬
َّ ‫) َو َح‬٧٩
‫@ز ْل‬ ْ ‫ش َر ْكتُ ْم َوال ت ََخ@ افُونَ َأنَّ ُك ْم َأ‬
ِّ @َ‫ش@ َر ْكتُ ْم بِاهَّلل ِ َم@ا لَ ْم يُن‬ ْ ‫) َو َكيْفَ َأ َخافُ َما َأ‬٨٠( َ‫َربِّي ُك َّل ش َْي ٍء ِع ْل ًما َأفَال تَتَ َذ َّكرُون‬
‫س@وا ِإي َم@@انَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم‬ ُّ @‫ي ا ْلفَ@ ِريقَ ْي ِن َأ َح‬
ُ ِ‫(الَّ ِذينَ آ َمنُ@@وا َولَ ْم يَ ْلب‬٨١( َ‫ق بِ@@األ ْم ِن ِإنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم@@ون‬ ُّ ‫س ْلطَانًا فَ@َأ‬
ُ ‫بِ ِه َعلَ ْي ُك ْم‬
ٍ ‫) َوتِ ْل َك ُح َّجتُنَا آتَ ْينَاهَا ِإ ْب َرا ِهي َم َعلَى قَ ْو ِم ِه نَ ْرفَ ُع َد َر َجا‬٨٢( َ‫ُأولَِئكَ لَ ُه ُم األ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬
َ‫ت َمنْ نَشَا ُء ِإنَّ َربَّك‬
)٨٣( ‫ َح ِكي ٌم َعلِي ٌم‬.2

Artinya: “Dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah


kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat
kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.(74).Dan demikianlah Kami
perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-
orang yang yakin.(75).Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat
sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu
tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian
dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian tatkala
dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka
tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.(78)“Sesungguhnya aku

2
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta:
Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232

3
menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan.”.(79).3 Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah
kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah
memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala
Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(80).Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah),
padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan
sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari
kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika
kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah
keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya
Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu.

1.    Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah
bin Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-
orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi
dan berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa
yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab
‘ya’, maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam
barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya,
hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia
terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang

3
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta:
Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234

4
tersebut. “Orang-orang yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka
dengan kedzaliman (syirik)...”4

2.    Kosa Kata

َ                 : Kesesatan
  ‫ضال ٍل‬
  ‫نُ ِري‬                   : Kami Memperlihatkan
  ‫َأفَ َل‬                    : Bintang sirna
  ‫بَ ِري ٌء‬                 : Berlepas
  ‫فَطَ َر‬                   : Menciptakan
ُ ِ‫لَ ْم يَ ْلب‬                        : Tidak mencampuradukkan
  ‫سوا‬

3.    Korelasi
            Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi Ibrahim yang mendapat
petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi Ibrahim yang bernama Azar
selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah
memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi
petunjuk pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi
Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.

4.    Penafsiran Ayat
ْ ‫َوِإ ْذ قَا َل ِإ ْب َرا ِهي ُم ألبِي ِه آ َز َر َأتَتَّ ِخ ُذ َأ‬
َ ‫صنَا ًما آلِ َهةً ِإنِّي َأ َرا َك َوقَ ْو َم َك فِي‬
‫ضال ٍل ُمبِي ٍن‬
dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu
menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat
kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”
(dan) ingatlah (di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan
nama aslinya adalah tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai
tuhan-tuhan?) yang kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.
(Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-

4
Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia Perindo, Jakarta : 2000) Hlm.
273.

5
berhala sebagai tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang
benar(yang nyata”.) yang jelas
َ‫ض َولِيَ ُكونَ ِمنَ ا ْل ُموقِنِين‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫َو َك َذلِكَ نُ ِري ِإ ْب َرا ِهي َم َملَ ُكوتَ ال‬
ِ ‫س َما َوا‬
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi
dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada
Ibrahim, yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami
perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat
mengambil kesimpulantentang kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang
yang yakin.) terhadap tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika
serta jumlah yang sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada
lafal qaal.a.5
َ‫فَلَ َّما َجنَّ َعلَ ْي ِه اللَّ ْي ُل َرَأى َك ْو َكبًا قَا َل َه َذا َربِّي فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل ال ُأ ِح ُّب اآلفِلِين‬  
Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia
berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata,
“saya tidak suka kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia
melihat sebuah bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah
bintang zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu
menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut
persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia berkata, “saya
tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka menjadikannya
sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang berubah-ubah dan
pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di sanadang oleh
mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh Nabi Ibrahaim
ini tidak mampan pada diri mereka.
َّ ‫فَلَ َّما َرَأى ا ْلقَ َم َر بَا ِز ًغا قَا َل َه َذا َربِّي فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل لَِئنْ لَ ْم يَ ْه ِدنِي َربِّي أل ُكونَنَّ ِمنَ ا ْلقَ ْو ِم ال‬
َ‫ضالِّين‬
Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.

5
Ibid. hlm, 275

6
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan
sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu
terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member petunjuk
kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku termasuk orang-
orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi Ibrahim kepada
kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi ternyata apa
yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.6
ْ ُ‫س بَا ِز َغةً قَا َل َه َذا َربِّي َه َذا َأ ْكبَ ُر فَلَ َّما َأفَلَتْ قَا َل يَا قَ ْو ِم ِإنِّي بَ ِري ٌء ِم َّما ت‬
َ‫ش ِر ُكون‬ َّ ‫فَلَ َّما َرَأى ال‬
َ ‫ش ْم‬
Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku
yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai
kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
(Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inilah)
dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya mudzakar(tuhanku
yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala matahari itu
tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat dan tidak
dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah
dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan
kepada penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa yang
kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
ْ ‫ض َحنِيفًا َو َما َأنَا ِمنَ ا ْل ُم‬
َ‫ش ِر ِكين‬ َ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫ِإنِّي َو َّجهْتُ َو ْج ِه َي لِلَّ ِذي فَطَ َر ال‬ 
ِ ‫س َما َوا‬
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri
dengan beribadah(kepada tuhan yang telah menciptakan) yeng telah
mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah swt.(dengan cenderung) meninggalkan
semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.7
6
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin Abdurrahman
bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm. 119-120.
7
Ibid, hlm. 120

7
‫س َع َربِّي‬ َ ‫ش ِر ُكونَ بِ ِه ِإال َأنْ يَشَا َء َربِّي‬
ِ ‫ش ْيًئا َو‬ ْ ُ‫اجونِّي فِي هَّللا ِ َوقَ ْد َهدَانِي َوال َأ َخافُ َما ت‬ ُّ ‫اجهُ قَ ْو ُمهُ قَا َل َأت َُح‬َّ ‫َو َح‬
َ‫ُك َّل ش َْي ٍء ِع ْل ًما َأفَال تَتَ َذ َّكرُون‬
Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak
membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi
petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku
menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya) ia mendapat sanggahan dari kaumnya
mengnai agama yang di peluknya itu, lalu mereka mengancam dan menakut-
nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa jika ia tidak menyembah
berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan kejeekan.(dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf
nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya,
yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut
Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu
menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah telah
memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah  yang telah memmberiku
petunjuk kepada keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu
persekutukan) dia (dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala
tersebut; mereka tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka
tidak memiliki kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku
menghendaki sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan
malapetaka kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?)  dari
padanya kemudian kamu mau beriman.8
ُّ ‫ي ا ْلفَ ِريقَ ْي ِن َأ َح‬
‫ق‬ ُّ ‫س ْلطَانًا فََأ‬ ْ ‫ش َر ْكتُ ْم َوال ت ََخافُونَ َأنَّ ُك ْم َأ‬
ُ ‫ش َر ْكتُ ْم بِاهَّلل ِ َما لَ ْم يُنَ ِّز ْل ِب ِه َعلَ ْي ُك ْم‬ ْ ‫َو َكيْفَ َأ َخافُ َما َأ‬
َ‫بِاأل ْم ِن ِإنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah),
padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan
sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah

8
Ibid, hlm. 121

8
dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari
malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu
persekutukan) dengan Allah sedangkan mereka sama sekali tidak dapat
mendatangkan malapetaka dan tidak pula kemanfaatan, (padahal kamu tidak
takut) kepada Allah ( bahwasannya kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam
ibadah kamu (dengan sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan
tentangnya) dalam hal menyembahnya ( atas kamu suatu hujjahpun) untuk
mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan bukti padahal Allah itu maha kuasa
atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak
mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika kamu
mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan
darimalapetaka itu?  Yang dimaksud dengan kami adalah Nabi Ibrahim, maka
dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah berfirman:9
َ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم ُأولَِئكَ لَ ُه ُم األ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬
ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan
mereka mendapat petunjuk.
5.    Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat dipetik dari penafsiran beberapa ayat
diatas adalah :
1.      Media atau alat yang diberikan Allah untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada
dalam dunia pendidikan (jika kita lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan
berhala sebagai sesembahannya. Maka sesungguhnya Allah telah memberikan
beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar supaya manusia itu lebih memikirkan)
dimana pendidik dan peserta didik saling berkolaborasi, agar materi yang
dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada peserta didik dan mudah dianalisa,
jika adanya instrumen yang mendukung dalam pemberian penjelasan ketika
belajar.

9
Ibid, hlm. 122

9
2.      Di dunia dan akhirat, seperti kepada Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena
dengan ilmu Allah meninggikan hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang
berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya, maka Allah menjadikannya sebagai
imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana perbuatannya akan diperhatikan,
jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk menyinari, dan dengan ilmunya
seseorang berjalan di kegelapan.
3.      Oleh karenanya Dia tidak meletakkan ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang
layak, dan Dia mengetahui siapakah yang berhak menerima dan memperolehnya.

B. Tafsir QS. Ar-Ra’ad ayat 2


ِّ َ‫س ّمًىيُ َدبِّ ُراَأْل ْم َريُف‬
َ‫صاُل آْل ي‬ َ ‫س َوا ْلقَ َم َر ُكلٌّيَ ْج ِريَأِل َجلٍ ُم‬ َّ ‫س َّخ َرال‬
َ ‫ش ْم‬ ْ ‫س َما َواتِبِ َغ ْي ِر َع َم ٍدتَ َر ْونَ َهاثُ َّما‬
ِ ‫ستَ َوى َعلَىا ْل َع ْر‬
َ ‫ش َو‬ َّ ‫اللَّ ُهالَّ ِذي َرفَ َعال‬
َ‫اتِلَ َعلَّ ُك ْمبِلِقَا ِء َربِّ ُك ْمتُوقِنُون‬
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.10
1.    Kosa Kata
 ‫ َع َم ٍد‬              :  Jamak dari  ‫عمود‬  yang berarti tiang

ِ ‫اآْل يَا‬            : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan, matahari


  ‫ت‬

2.    Kolerasi (Munasabah)

Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah swt bersemayam di
atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan. Dia
menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini
berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan
dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).

10
Muhammad Qurash Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 4, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 142.

10
3.    Penafsiran Ayat

‫ت ِب َغ ْي ِر َع َم ٍد ت ََر ْونَ َها‬


ِ ‫اوا‬ َّ ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َرفَ َع ال‬
َ ‫س َم‬

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu


lihat

Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi dari bumi tanpa tiang,
bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja. Langit itu menjulang
tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui,  kalian melihatnya tanpa tiang
yangmenjadi sandaran dari bawahnya,  dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari
atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah.11
ْ ‫ثُ َّما‬
ِ ‫ست ََوى َعلَىا ْل َع ْر‬
‫ش‬
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini,
kebersemayaman yang sesuai dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan
kerajaan-Nya dengan peraturan yang sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid
an kokoh sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat
sepeti ini telah di uraikan dalam surat Al-A’raf dan Yunus.

َ ‫س َوا ْلقَ َم َر ُكلٌّيَ ْج ِريَأِل َجلٍ ُم‬


‫س ّمًى‬ َّ ‫س َّخ َرال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫َو‬

dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga


waktu yang ditentukan

Dia menundukkan matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat


kepada-Nya untuk memberikan manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing
keduanya berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu,  matahari membelah
orbitnya selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan.
Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah
ditetapkan oleh Allah.12

11
Ibid. hlm. 144
12
Ibid. hlm, 145-147

11
ِّ َ‫يُ َدبِّ ُراَأْل ْم َريُف‬
ِ ‫صاُل آْل يَا‬
‫ت‬

Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda


(kebesaran-Nya)

Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan


danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu
kepada siapapun yang Dia kehendaki  di antara para hamba-Nya. Pengaturannya
terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan
pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa
yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada
urusan yang lain.

Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan yang wujud dengan tatanan
yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu, dan
menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak terpisahka antara
sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga matahari yang terdiri
dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam gerakannya saling
berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik yang tidak pernah
menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang telah ditetapkan Allah
baginya.

َ‫لَ َعلَّ ُك ْمبِلِقَا ِء َربِّ ُك ْمتُوقِنُون‬

supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu

Dengan harapan, kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit


tanpa tiang, serta mengatur urusan dengan rapi dan teratur, kuasa pula untuk
membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali orang-orang mati
dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan atas amal. Jika
amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula; dan jika buruk,
maka balasan itupun akan buruk pula.13
13
Ibid. hlm, 147-148

12
4.    Kesimpulan Ayat

1.      Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk mendirikan bumi dan
hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media nontekstual atau can’t look
with eyes, dimana hanya orang-orang yang berfikirlah yang mampu menganalisa
apa yang telah Allah berikan petunjuk.

2.      Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang berbentuk atau yang
bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa menyentuh hati juga
fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.

C. Tafsir Ayat Ke 18-20 Surat Al-Ghasyiah

ِ ْ‫ َوِإلَى ٱَأْلر‬,‫ت‬
‫ض‬ ِ ‫ُن‬
ْ ‫ص َب‬ ‫ف‬ ِ ‫ َوِإ َلى ْٱل ِج َب‬, ‫ف ُرفِ َع ْت‬Z
َ ‫ال َك ْي‬ َ Z‫َوِإلَى ٱل َّس َمٓا ِء َك ْي‬
ْ ‫ْف ُس ِط َح‬
.‫ت‬ َ ‫َكي‬

Artinya: Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?, Dan gunung-gunung bagaimana


ia ditegakkan?, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

1. Menurut Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

17-20. Apakah orang orang kafir yang mendustakan itu tidak melihat kepada
unta, bagaiman dia diciptakan menajdi makhluk yang menakjubkan? Dan kepada
langit,manakala ia dic iptakan dengan kokohnya? Dan juga kepada gunung-
gunung,bagaimana ia ditancapkan dengan tegak sehingga karenanya bumi
menjadi tenang dan seimbang? Dan kepada bumi, bagaimana ia dibentangkan dan
dihamparkan?

13
2. Menurut Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar
tafsir abad 14 H

17-20. Allah berfirman seraya memberi dorongan pada orang-orang yang


tidak percaya pada Rasulullah dan untuk orang lain agar merenungkan makhluk-
makhluk Allah yang menunjukkan atas keesaanNya, “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan,” artinya, apakah mereka tidak
memperhatikan penciptaannya yang sempurna dan bagaimanakah Allah
menundukannya untuk manusia untuk berbagai kepentingan yang mereka
perlukan. “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan,” dengan bentuk yang
begitu indah yang dengannya bumi bisa tenang dan kokoh tidak berguncang. Di
dalamnya Allah menyimpan begitu banyak manfaat. “Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan,” yaitu dibentangkan secara luas agar manusia merasa tenang berada
di atasnya dan bisa mengolahnya untuk bercocok tanam, membuat bangunan dan
menempuh jalan-jalan di atasnya.

Perlu diketahui, hamparan bumi tidak menafikan wujudnya yang bulat yang
dilingkupi oleh berbagai bintang dari berbagai sisinya sebagaimana ditunjukkan
oleh dalil akal, indera dan kesaksian dan sebagaimana diketahui oleh banyak
orang, khususnya di masa sekarang di mana banyak orang mencapai berbagai
penjuru jauh dengan alat-alat yang dikaruniakan Allah pada mereka yang bisa
mendekatkan jarak yang jauh. Bentuk hamparan hanya menafikan bulatan sesuatu
yang kecil, yang seandainya dibentangkan tidak lagi berbentuk bulat. Lain halnya
dengan bentuk bumi ini yang amat besar dan luas. Sehingga bentuk bumi ini
adalah bulat terhampar. Kedua hal tersebut tidak saling menafikan satu sama lain
sebagaimana hal itu diketahui oleh para ahlinya.

3. Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota
Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

{‫ض‬ِ ْ‫ } َوِإلَى اَأْلر‬Dan kepada bumi { ‫ت‬


ْ ‫ } َك ْيفَ ُس ِط َح‬bagaimana ia di hamparkan dan
diluaskan untuk kemaslahan ummat manusia, Allah ‫ ﷻ‬berfirman : { ‫ض َم َد ْدنَاهَا‬ َ ْ‫َواَأْلر‬
‫يج‬ ٍ ْ‫ ( } َوَأ ْلقَ ْينَا فِيهَا َر َوا ِس َي َوَأ ْنبَ ْتنَا فِيهَا ِم ْن ُك ِّل َزو‬Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami
ٍ ‫ج بَ ِه‬

14
letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya
segala macam tanaman yang indah dipandang mata ) [ Qaf : 7 ] , bumi dijadikan
sebagai tempat tinggal bagi manusia, juga sebagai ladang bagi mereka untuk
bercocok tanam, dibumi ini mereka menanam berbagai macam sayuran dan buah-
buahan serta biji-bijian, dan dibumi pula Allah ‫ ﷻ‬menitipkan kepada manusia
begitu banyak mineral tambang, ada ada yang cair dan ada pula yang padat, semua
itu hanya untuk kemaslahatan ummat manusia, dari bumi ini kita dapat
mengambil berbagai macam pelajaran yang bermanfaat, Allah ‫ ﷻ‬berfirman : {
َ‫ات لِ ْل ُموقِنِين‬ ِ ْ‫ ( } َوفِي اَأْلر‬Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
ٌ َ‫ض آي‬
bagi orang-orang yang yakin ) [ Az Zariyat : 20 ] .

Lalu apakah semua ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan sebelumnya


muncul di alam semesta ini tanpa ada yang menciptakannya, dan tanpa ada yang
mengaturnya ?

Jawabannya adalah : semua yang telah disebutkan dalam surah ini ada yang
menciptakannya, dialah Allah ‫ ﷻ‬yang mewujudkan semua makhluk di alam
semesta ini, dan dia juga lah yang mengaturnya, hal ini mengisyaratkan akan
keagungan dan kekuasaan Allah ‫ﷻ‬, pada ayat-ayat kauniyah itu ada pelajaran
dan nasehat yang sangat bermanfaat bagi manusia .

Dalam surah ini Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan langit, dan menyebutkan bumi,


dan di surah lain Dia ‫ ﷻ‬menyebutkan bintang, matahari, bulan, semua itu
adalah makhluk ciptaan Allah ‫ ﷻ‬.

Para pemandu kebodohan hari ini, para pemerhati alam dan lingkungan,
sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang tidak percaya adanya
langit yang tujuh lapis itu, mereka tidak meyakini adanya ciptaan yang besar
itu, mereka hanya memahami adanya tata surya yang pusatnya adalah
matahari, dan bintang-bintang dan planet-planet berputar mengitarinya, dan
hal ini menyalahi Al-Qur'an, karena sesunguhnya matahari adalah bagian dari
bintang-bintang yang berputar di ruang angkasa, dan bintang-bintang serta

15
planet-planet lainnya berpusat ke bumi dan berputar pada orbitnya masing-
masing, dan bumi adalah pusat tata surya itu yang sesungguhnya, Allah ‫ﷻ‬
menyebut bumi dalam AL-Qur'an, dan juga langit, dan Allah ‫ ﷻ‬juga
menyebut bintang-bintang, semua itu memiliki keostimewaannya masing-
masing, dan itu tertulis dalam Al-Qur'an yang merupakan perkataan sang
pencipta alam semesta ‫ﷻ‬, maka siapakah yang mesti kita percaya ? , apakah
perkataan orang-orang bodoh itu atau perkataan Tuhan pencipta alam semesta
?!

Muncul perkara lain yang dipermasalhkan oleh sebagian orang, mereka


mengatakan : bahwasanya bumi itu bulat, dan bahwasanya bintang-bintang
yang ada di ruang angkas itu berpusat ke bumi, begitupun dengan matahari,
bulan, dan planet-planet lainnya, semuanya berpusat ke bumi, sedangkan di
ayat ini dikatakan : { ‫ت‬ ِ ْ‫ ( } وَِإلَى اَأْلر‬Dan bumi bagaimana ia
ْ ‫ ِط َح‬Z ‫فَ ُس‬ZZ‫ض َك ْي‬
dihamparkan? ) , maka difahami bahwa apa yang mereka katakan tidak sesuai
dengan makna ayat ini, dan kita dapat menyimpulkan bahwa bumi itu datar,
bahkan dengan ukuran bumi ini yang sangat besar dan luas kita tidak dapat
merasakan bahwa bumi ini bulat, semua ini terjadi atas kuasa Allah ‫ ﷻ‬.
Sungguh penciptaan langit dan bumi beserta bintang-bintang yang ada
disekitarnya adalah merupakan bukti dan dalil akan kuasa Allah ‫ ﷻ‬sang
pencipta alam semesta.14

14
Referensi : https://tafsirweb.com/12604-surat-al-ghasyiyah-ayat-20.html

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga


dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.

Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu, diantaranya: ayat ke 74-
83 surat al-An’am, ke 2 surat al-Ra’du, ayat ke 18-20 surat al-Ghasyiyah.

Semua telah diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana
seharusnya kita mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

B. Kritik dan Saran

Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami
perbaiki. Untuk itu kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat
membangun dari para senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam
pembuatan makalah. Yang terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat yang besar terutama bagi penulis dan para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jalaluddin As-Suyutiy,  2002 Asbabu Nuzul. Muassasu Al-Kutub Al-


Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul, Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu dan Pendidikan Islam. Gaya media
Pratama :Bekasi.
Shihab, Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai