Anda di halaman 1dari 11

‫‪Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1444 H‬‬

‫‪Mantapkan Ketakwaan, Bangkitkan Kepedulian dan‬‬


‫‪Tingkatkan Komitmen‬‬

‫سﻼَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ ﷲِ َوبَ َر َكاتُهُ‬


‫ال ﱠ‬
‫اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪ ،‬اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪ ،‬اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪ ،‬اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪ ،‬اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪ ،‬اَ ُ أَ ْك َﱪُ‪،‬‬
‫َص ْيﻼً‪َ ،‬ﻻ اِلَ َه اِﱠﻻ ﷲُ َو ْح َدﻩُ‪،‬‬ ‫ﷲ ب ْكرًة وأ ِ‬ ‫ِ‬
‫ﲑا َو ُس ْب َحا َن ُ َ َ‬ ‫ﲑا‪َ ،‬وا ْﳊَ ْم ُد ِﱠِ َكثِ ًْ‬ ‫ِ‬
‫اَ ُ أَ ْك َﱪُ َكب ْ ً‬
‫اب َو ْح َدﻩُ‪َ ،‬ﻻ إِلَ َه اِﻻﱠ ﷲُ َوﷲُ أَ ْك َﱪُ‪،‬‬ ‫َح َﺰ َ‬ ‫َﻋ ﱠﺰ ُﺟﻨْ َدﻩُ َو َﻫ َﺰَم ْاﻷ ْ‬ ‫ﺼ َر َﻋ ْب َدﻩُ َوأ َ‬ ‫ص َد َق َو ْﻋ َدﻩُ َوﻧَ َ‬ ‫َ‬
‫ﱪ َو ِﱠِ ا ْﳊَ ْم ُد‪.‬‬ ‫ﷲُ أَ ْك َُ‬
‫ب اِلَْي ِه َوﻧَـ ُع ْوذُ ِ ِ ِم ْن‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫إِ ﱠن ا ْﳊَ ْم َد ﱠ َو ْح َدﻩُ َْﳓ َم ُدﻩُ َوﻧَ ْستَع ْيـﻨُهُ َوﻧَ ْستَـ ْغف ُرﻩُ َوﻧَ ْستَـ ْهديْه َوﻧَـتُـ ْو ُ‬
‫ﻀﻠِﻠْهُ ﻓَـﻠَ ْن َِﲡ َد لَهُ َولِيا‬ ‫ات أَ ْﻋ َمالِﻨَا َم ْن يَـ ْه ِد ِﻩ ﷲُ ﻓَـ ُه َو ال ُْم ْهتَ ِد َوَم ْن يُ ْ‬ ‫ُﺷروِر أَﻧْـ ُف ِسﻨَا وسيِﺌَ ِ‬
‫َ َّ‬ ‫ُْ‬
‫ِ ِ‬
‫ﻚ لَهُ َو أَ ْﺷ َه ُد أَ ﱠن ُﳏَ ﱠم ًدا َﻋ ْب ُدﻩُ َوَر ُس ْولُهُ‬ ‫ُم ْر ِﺷ ًدا‪ .‬أَ ْﺷ َه ُد أَ ْن َﻻ الَ َه ا ﱠﻻ ﷲُ َو ْح َدﻩُ َﻻ َﺷ ِريْ َ‬
‫ﺼ ِّﻞ َو َسﻠِّ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َحبِْيبِﻨَا‬ ‫ﺼ َﺢ ْاﻷُﱠمﺔَ‪ .‬اَلﻠﱠ ُه ﱠﻢ ﻓَ َ‬ ‫الر َسالَ َﺔ َوأَدﱠى ْاﻷ ََماﻧَ َﺔ َوﻧَ َ‬ ‫الﱠ ِﺬ ْي بَـﻠﱠ َﻎ ِّ‬
‫سﻨﱠتِ ِه َوا ْﻫتَ َدى‬ ‫اس َ ﱠ ِ‬ ‫ﷲ و َﻋﻠَﻰ آلِ ِه و ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ﱳبُ‬ ‫ص ْحبِه َو َم ِن اﺗﱠـبَ َﻊ ُﻫ َداﻩُ َو ْ‬ ‫َ َ‬ ‫ﺼﻄََفﻰ ُﳏَ ﱠمد بْ ِن َﻋ ْبد َ‬ ‫ال ُْم ْ‬
‫اد ِ‬ ‫اد ِﻩ إِ َﱃ يـوِم ال ِّدي ِن‪ .‬أَ ﱠما بـع َدﻩ ﻓَـيا ِ‬ ‫ﷲ ح ﱠﻖ ِﺟه ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْي ُك ْﻢ‬‫ﷲ أُو ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ب‬ ‫ﻋ‬
‫َْ ُ َ َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫اﻫ َد ِﰲ َسبِ ْي ِﻞ َ َ‬ ‫َِ ْديِ ِه َو َﺟ َ‬
‫ال ﷲُ ﺗَـ َع َاﱃ ِﰲ َكتَابِ ِه الْ َك ِرِْﱘ َو ُﻫ َو‬ ‫اﻋتِ ِه ﻓَـ َﻘ ْد ﻓَا َز ال ُْمتﱠـ ُﻘ ْو َن‪ ،‬ﻓَـ َﻘ َ‬
‫ﷲ َوﻃَ َ‬ ‫وﻧَـ ْف ِسﻲ بِتـ ْﻘوى ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬
‫ﱠِ‬ ‫َﻋوذُ ِ ِ ِمن ال ﱠ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َص َد ُق الْ َﻘـائِﻠ ْ َ‬
‫آمﻨُوا اﺗﱠـ ُﻘوا ا ﱠَ َح ﱠﻖ‬ ‫ين َ‬ ‫ش ْيﻄَان ال ﱠرﺟ ْي ِﻢ ‪ َ ﴿:‬أَيﱡـ َها الﺬ َ‬ ‫َ‬ ‫ﲔ أ ُْ‬ ‫أْ‬
‫ﺗُـ َﻘاﺗِِه َوَﻻ َﲤُوﺗُ ﱠن إِ ﱠل َاوأَﻧْـتُ ْﻢ ُم ْسﻠِ ُمو َن﴾‬

‫‪Kaum Muslimin/at Majlis Ied Rahimahullah.‬‬


‫‪Kita baru saja melepas bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh barokah.‬‬
‫‪Hari-hari yang kita puasakan telah kita lewati, malam-malam yang kita ukir‬‬
‫‪dengan zikir telah pergi, ia segera akan menjadi masa lampau yang telah‬‬
‫‪merekam segala sikap dan setiap amal perbuatan kita.‬‬

‫‪1‬‬
Hari ini kita kembali berkumpul dalam suasana lebaran Idul Fitri 1444
H, lebaran di hati, sekaligus lebaran mahabbah antara sesama insan degan
Khaliqnya. Di sini kita menggelar unjuk rasa perhambaan ke hadapan Khaliq
Sang Pencipta, di sini kita melakukan demonstrasi Keilahian dengan
kumandang takbir, tahmid dan tasbih.
Allahu Akbar 2X wa lillahilhamdu.
Hari ini kita merasa dan kita berharap telah kembali dengan kemenangan
setelah mengarungi samudera Ramadhan sebulan lamanya dgn berlabuh di
dermaga Idul Fitri atau Hari fitrah, hari kesucian karena dosa-dosa kita dan
kesalahan yang insya Allah telah terampuni dan termaafkan. Bulan Ramadhan
yang baru kita lewati adalah bulan pendidikan dan latihan rohani. Sebagai bulan
latihan, tujuan puasa bukanlah untuk puasa itu sendiri melainkan sesuatu di luar
ibadah puasa. Jika seseorang dilatih dalam kurun waktu tertentu, maka hasil
latihan tersebut harus dilihat dalam kurun waktu setelah latihan itu berlangsung.
Dengan demikian keberhasilan kita mengisi Ramadhan dan kemenangan yang
kita klaim hari ini akan dapat diamati mulai hari ini dan di hari-hari mendatang.
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Dalam suasana kita menapaki kehidupan yang semakin keras dan menantang
adalah sangat tepat jika kita merenungkan kembali nilai-nilai utama dari ibadah
Ramadhan dan Idul Fitri untuk selanjutnya kita refleksikan dalam perilaku
dalam mengarungi safari kehidupan hari ini dan hari-hari selanjutnya, dengan
cara:
1. Mantapkan Ketaqwaan sebagai buah dari syiamu ramadhan
2. Bangkitkan kepedulian sosial sebagai implementasi dari syariat zakat
3. Tingkatkan komitmen terhadap Al Qur’an sebagai hudan linnas .

2
Jama’ah Idul Fitri Rahimahullah.
Dari surah Al Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa tujuan akhir dari puasa
adalah taqwa. Taqwa identik dengan Islam yang kaffah, yaitu islam yang
sebenar-benarnya.
Indikator islam yang sebenar-benarnya adalah :
a. Aqidahnya mantap
b. Ibadahnya benar
c. Akhlaqnya terpuji
d. Muamalah dunianya bermanfaat dan insya Allah
e. Kematiannya khusnul khatimah
Dari sekian banyak ayat yang menjelaskan tentang taqwa dalam Al
Qur’an dapat disimpulkan bahwa taqwa bukanlah kondisi yang statis, tetapi ia
merupakan kondisi dinamis yang bisa bertambah dan bisa susut. Oleh karena
itu, jika dalam bulan Ramadhan kita sibuk mengasah ketaqwaan kita lewat
amalan-amalan ramadhan, maka di dalam memasuki bulan-bulan selanjutnya
kita harus aktif memelihara, mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai
ketaqwaan itu dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan selalu memantapkan
aqidah, menyempurnakan ibadah, memperbaiki akhlaq dan memperkuat
muamalah dengan kemanfatan kepada sesama.
Akhlaq yang terpuji adalah buah dari aqidah yang mantap dan ibadah
yang benar, yang menjadi tujuan Rasulullah Muhammad SAW diutus ke dunia
ini.
ِ ‫إِنﱠ َما بُ ِعثْتُ ﻻُتَ ِ ّم َم َمك‬
ِ ‫َار َم اﻻَ ْخ َﻼ‬
‫ق‬
Terkait dengan akhlaq ini Sayyidina Ali RA pernah berkata :
“Jika karena fiqh aku harus bermusuhan dengan sesama Islam, maka akan
kutinggalkan fiqh itu dan selanjutnya kuambil akhlaq demi tegaknya
persatuan dan persaudaraan Islam”.

Allahu Akbar 2 X walillahilhamdu.

3
Sidang Id Rahimakullah.
Fenomena hidup bermasyarakat sejak lama ditandai oleh jarak sosial dan
jurang ekonomi yang dalam, antara manusia yang satu dengan manusia lainnya.
Konsep zakat di syariatkan Allah SWT untuk mengatasi masalah tersebut. Zakat
pada hakikatnya bukanlah sekedar ibadah ritual (pengabdian murni) kepada
Allah SWT tetapi juga adalah ibadah sosial yang memiliki makna kolaborasi
keummatan karena sesungguhnya Allah mengundang hamba-Nya memasuki
surga-Nya tidak sendiri-sendiri tetapi secara berombongan atau dengan
berjamaah. Implikasai sederhana dari dimensi zakat seperti ini adalah
kemampuan memahami keluh kesah, rintihan,tangisan dan impian kaum dhuafa,
sehingga kita berusaha masuk dalam hati dan perasaan mereka (empati dan
simpati) untuk memberi bantuan agar bisa berhenti menangis dan sekaligus
mencapai impian mereka, inilah zakat sebagai sanubari yang mampu
menyantuni kaum kecil sekaligus memelihara dan menyelamatkan bumi sebagai
tempat kita tinggal. Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

‫ِب ِبال ِدّي ِْن‬ ْ ‫ْت الﱠذ‬


ُ ّ‫ِي يُ َكذ‬ َ ‫ا َ َر َءي‬
‫ع ْاليَتِي َْم‬ ْ ‫ﻓَ ٰذ ِل َﻚ الﱠ ِذ‬
‫ي يَدُ ﱡ‬
َ ‫ع ٰلي‬
‫ط َع ِام ْال ِم ْس ِك ْي‬ ‫َو َﻻ يَ ُح ﱡ‬
َ ‫ض‬
Tahukah kamu yang mendustakan agama? Ialah mereka yang membiarkan
anak yatim terlantar dan mereka yang tidak memiliki kepekaan terhadap
penderitaan orang miskin (Al-Maun:1-3).
Andaikan amalan zakat terutama zakat harta (zakat mal) sudah
membudaya pada ummat islam dan telah diamalkan oleh setiap pribadi muslim
(muzakki), kemudian dikelola dengan sistem manajemen yang amanah dan
profesional, maka tak akan ada lagi ummat Islam yang tinggal di gubuk-gubuk
reot, tak akan pernah terdengar ada kaum masakin merintih kelaparan dan tak
akan bertebaran anak putus sekolah di mana-mana karena tak punya uang, dan

4
tidak akan ada pasien yang tersandera di rumah sakit lantaran tak sanggup
menebus biaya perawatan serta tak akan pernah ada fakir yang terpaksa
menukar keyakinannya untuk mempertahankan selembar nyawa yang
dimilikinya.
Sidang Id Yang Dirahamati Allah
Islam melalui syariatnya memerintahkan ummatnya untuk mengkaji
kepedulian sosial tidak dengan teori yang muluk-muluk, bukan lewat seminar
yang sarat publikasi tetapi langsung mempraktekkan bagaimana itu lapar,
bagaimana itu dahaga dan bagaimana itu menderita. Dengan berpuasa orang
dapat merasakan bagaimana si miskin merasa lapar, bagaimana si yatim piatu
menelan air liur ketika membau atau melihat makanan lezat namun tak bisa
menikmatinya. Dari sinilah rasa solidaritas bangkit dan hati pun akan berkata
aku rela ya Allah untuk menjadi tanki yang menyimpan air titipanMu untuk aku
bagikan kepada mereka yang berhak memperolehnya lewat syariatMu yang
bernama zakat, sehingga firman Allah akan terpatri di hati. (kepunyaan Allahlah
apa yang dilangit dan di bumi) Manusia tidak punya apa-apa. Rumah yang kita
tempati, kendaraan yang kita pakai, tabungan yang ada di bank hanyalah titipan
Allah. Dia Allah pemegang hak milik dan kita manusia hanya memegang hak
pakai. Jika sang pemilik menginginkan kembali titipannya kapan dan di mana
saja Ia bisa lakukan dan sebagai pemegang hak pakai kita tak akan berdaya
menghalangiNya. Jika demikian maka kita pun akan segera sadar bahwa harta
dalam ajaran islam memiliki fungsi sosial.
Problema zakat saat ini selain masih kurangnya pemahaman umat
terhadap pilar islam yang satu ini juga terkendala pada masalah manajemen
zakat. Ketika kesadaran berzakat dikalangan pribadi muzakki mulai tumbuh
mereka justru dihadapkan pada manajemen zakat yang terkesan belum
professional dan diragukan keamanahannya. Sebagai akibatnya kadang zakat
mereka disalurkan kepada sasaran yang kurang tepat atau tidak fokus
memecahkan masalah keummatan. Di bawah UU No. 8 tahun 2011, kita
5
sungguh sangat merindukan lahirnya Lembaga Amil Zakat yang independen
yang lahir dari aspirasi ummat sendiri dan dikelola dengan manajemen modern
yang transparan, amanah dan professional.

Sidang Id yang dimuliakan Allah


Bulan Ramadhan dikenal dengan Syahrul Qur’an dan Syahrul Furqan,
karena di bulan inilah Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara Malaikat. Kedatangan bulan Ramadhan merupakan moment
yang menegaskan komitmen kita sebagai umat Muhammad terhadap Al Qur’an.
Sebagai Petunjuk bagi manusia atau Hudan Linnas, Al Quran bersifat netral, ia
tidak membedakan apa kita Islam atau bukan. Pokoknya siapa saja yang mau
menggali kandungannya dan mengamalkan makna dalam kehidupannya maka
Al Qur’an akan tetap menjadi hudan baginya dan boleh mendapatkan
kemanfaatannya. Bagi kita ummat Islam kita harus posisikan Al Qur’an bukan
sebagai kata benda tetapi ia adalah kata kerja untuk diimplementasikan atau
diamalkan. Oleh karena itu, kepergian bulan suci Ramadhan menyisakan
beberapa pertanyaan yang mendasar untuk kita jawab:
1. Sudahkah kita semua mampu membaca Al Qur’an? Mudah-mudahan
jawaban dari semua jamaah di sisni adalah sudah. Jika masih ada yang
belum, mari kita programkan untuk mempelajarinya dalam 11 bulan
kedepan, sehingga jika Allah mempertemukan kita kembali dengan
Ramadhan tahun depan insya Allah kita telah dapat membaca Qur’an
dengan tartil dan intensif.
2. Jika kita sudah bisa membaca Al Qur’an dengan tartil, maka pertanyaan
berikutnya adalah Sudahkah kita memahami makna ayat-ayat Al Qur’an
yang kita baca? Jawaban kita mungkin adalah sebagian besar belum
faham makna Al Qur’an, baru bisa sekedar baca.
Persoalannya adalah jika belum faham maknanya bagaimana bisa menjadi
Hudan Linnas? Petunjuk bagi kita ? Ibaratnya kita punya buku petunjuk
6
(manual) dari TV kita, dari HP kita atau Komputer kita, tetapi ditulis dalam
bahasa yang kita tidak faham. Maka jika alat-alat elektronik milik kita tersebut
eror atau macet kita pasti bingung untuk mengatasinya, meski buku petunjuk
ada di tangan kita. Nah begitulah posisi Al Qur’an sebagai petunjuk bagi kita, di
dalam kita menghadapi masalah kehidupan padahal Allah SWT berfirman
dalam surat Taha ayat 124 yang Artinya : “dan Barang siapa membelakangi
petunjukku maka akan mengalami kehidupan yang sulit dan akan aku himpun
mereka di hari kemudian dalam keadaan bermata buta”.
Di saat kita baru saja mengarungi bulan tarbiyah di ramadhan sebulan
penuh, idealnya kita sudah bisa naik kelas dari sekedar pembaca teks menjadi
pemaham makna Al Qur’an. Kita tidak harus Paham makna dari seluruh ayat Al
Qur’an, karena kandungan Al Qur’an begitu luas sebagaimana Surat Al Kahfi
ayat 109 :

“ Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat


Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

Sidang Id yang dimuliakan Allah!


Setelah kita melakukan pensucian jiwa melalui ibadah Ramadhan sebulan
penuh, hari ini kita berhimpun dalam majlis Id yang fitri dan agung,
menghadapkan wajah ke kiblat yang satu dan menundukkan hati kepada zat
yang Maha Tunggal Allah SWT. Di hari yang mulia ini kita wajib saling
memberi maaf dan meminta maaf, agar terbangun kembali rasa persaudaraan
dan persatuan yang hakiki di dalam menapak hari-hari mendatang.
Allah tahu kita dhaif dan tak luput dari dosa, karena itu Allah membukakan
pintu ampunan-Nya (Al-Magfirah) dua kali lebih lebar daripada pintu
pembalasan-Nya (Al Jaz). Allah hanya akan mengampuni dosa yang kita
perbuat terhadapNya sementara Allah meminta kita menyelesaikan dosa/

7
kesalahan yang kita perbuat terhadap sesama, untuk itu Allah mengirimkan Idul
Fitri kepada kita sebagai salah satu media utama untuk ajang silaturrahim,
saling meminta dan memberi maaf. Mari kita manfaatkan media ini, sehingga
dengan taqwa yang kita gapai lewat puasa dan penyucian diri yang kita peroleh
lewat ampunan Allah dan dengan berbarter maaf terhadap sesama, akan
terbangun persaudaraan islam yang kokoh, maka di hari yang fitri ini kita siap
kembali menata bumi sebagai Khalifatan fil Ardhi.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran 103 :


Artinya : dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Allahu Akbar 2 X walillahilhamdu.


Jama’ah Id yang dimuliakan Allah. Mari kita bermunajat dipagi ini,
ketika sajadah masih terhampar di depan kita. Di saat hati merintih pedih,
menatap hari-hari kemarin yang telah pergi, membawa catatan keangkuhan dan
lupa diri.
Ya Allah inilah kami, hambamu yang meradang, mengharap percikan
kasihMu, sungguh tak ada yang bisa menolong kami kecuali ampunanMu. Oleh
karena itu, perkenangkan kami berdo’a padaMu :

8
Ya Allah Tuhan kami, teguhkanlah iman kami, tetapkanlah sikap jiwa
kami untuk menjawab segala tantangan yang berada di sekeliling kami. Berilah
kami ya Allah kesabaran, kemampuan dan kekuatan beramal dan berjihad untuk
membela agama-Mu. Tunjukkanlah kepada kami, bahwa yang benar itu benar
dan berilah kami kekuatan untuk menegakkan kebenaran itu dan tunjukkanlah
pula kepada kami bahwa yang bathil itu bathil dan berilah kami kemampuan
dan kemauan untuk meninggalkannya.
Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Bukakanlah
pintu maaf di antara kami hamba-hamba-Mu sehingga kami bisa saling meminta
dan memberi maaf. Alangkah sedih hidup ini tanpa memperoleh maaf dari
mereka yang telah kami dzalimi, baik kata maupun perbuatan.
Ya Allah muliakan dan ampuni kedua orang tua kami sebagaimana
mereka mengasihi kami di waktu kecil. Kiranya Engkau ya Allah berkenan
meridhai kami dan kedua orang tua kami.
Ya Allah, ya Quwwata! Satu padukan kekuatan kami, limpahkan rasa
persaudaraan dan kesetia kawanan kami, hindarkan kami dari perseteruan dan
perpecahan hanya karena pilihan politik yang berbeda dan orientasi kepentingan
yang tidak sama. Semga Daerah kami Konawe Selatan, tetap damai dan daerah
kami Sulawesi Tenggara bisa sejahtera, dan Negara kami Indonesia selalu
berada di bawa ridhomu yaq Allah. Amin!

9
‫‪Khutbah Ke 2‬‬

‫ﷲ أكبر ﷲ أكبر ﷲ أكبر ﷲ أكبر ﷲ أكبر ﷲ أكبر ﷲ أكبر‬

‫ب اِلَ ْي ِه َونَعُ ْوذُ‬ ‫ست َ ْغ ِف ُرهُ َونَت ُ ْو ُ‬ ‫ب ا ْل َعالَ ِم ْي َن نَ ْح َم ُدهُ َونَ ْ‬


‫ست َ ِع ْينُهُ َونَ ْ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ ّ ِ َر ّ ِ‬
‫ت ا َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ﷲُ فَﻼَ ُم ِض ﱠل لَهُ َو َم ْن‬ ‫سنَا َو َ‬
‫سيِّئَا ِ‬ ‫بِا ِ ِم ْن ش ُُر ْو ِر ا َ ْنفُ ِ‬
‫ش َه ُد اَ ﱠن‬ ‫ش َه ُد ا َ ْن ﻻَ اِلهَ اِﻻﱠ ﷲُ َو ْح َد ُه ﻻَ ش َِر ْيكَ لَهُ َواَ ْ‬ ‫ِي لَهُ‪ .‬ا َ ْ‬ ‫ض ِل ْل فَﻼَ َهاد َ‬ ‫يُ ْ‬
‫علَى َءا ِل ِه‬ ‫علَى َن ِب ِيّنَا ُم َح ﱠم ٍد َو َ‬ ‫سﻼَ ُم َ‬ ‫صﻼَةُ َوال ﱠ‬ ‫س ْولُهُ َوال ﱠ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬‫ُم َح ﱠمدًا َ‬
‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِبعَهُ اِلَى يَ ْو ِم ال ِ ّد ْي ِن‪ .‬ا َ ﱠما بَ ْعدُ‪ :‬فَيَا ِعبَا َد ﷲِ ‪ :‬ا ُ ْو ِص ْي ُك ْم‬ ‫َوا َ ْ‬
‫آن ا ْلك َِر ْي ِم‪:‬‬ ‫عتِ ِه لَ َعلﱠ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‪ .‬قَا َل ﷲُ ت َ َعالَى فِى ا ْلقُ ْر ِ‬ ‫طا َ‬ ‫َونَ ْفسِي بِت َ ْق َو ﷲِ َو َ‬
‫ق تُقَا ِت ِه َوﻻَ ت َ ُم ْوت ُ ﱠن اِﻻﱠ َواَ ْنت ُ ْم ُم ْ‬
‫س ِل ُم ْو َن‬ ‫ﷲ َح ﱠ‬ ‫َيااَ ﱡي َها الﱠ ِذ ْي َن اَ َمنُوا اتﱠقُوا َ‬

‫ت اَﻻَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم‬ ‫اَلل ُه ﱠم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬


‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫عنﱠا اْل َبﻼَ َء َواْ َلوبَا َء‬ ‫ات‪ .‬الل ُه ﱠم ادْﻓَ ْع َ‬ ‫ع َو ْ‬ ‫ْب الدﱠ َ‬ ‫ت ِإنﱠ َﻚ َس ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬
‫ْب ُم ِجي ٌ‬ ‫َواْﻻَ ْم َوا ِ‬
‫ع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيﱠا‬
‫طنَ َ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َما َ‬
‫الزﻻَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو ُ‬ ‫َو ﱠ‬
‫سنَا‬ ‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ ﱠمةً يَا َربﱠ اْلعَالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربﱠنَا َ‬
‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ‬ ‫سائِ ِر اْلبُ ْلدَ ِ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫خآ ﱠ‬
‫س َنةً‬
‫َوا ِْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ﱠَن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ‪َ .‬ربﱠنَا آ ِتنا َ ِﻓى الدﱡ ْن َيا َح َ‬
‫اب النﱠ ِ‬
‫ار‪.‬‬ ‫عذ َ َ‬‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫ﻵخ َرةِ َح َ‬ ‫َوﻓِى اْ ِ‬

‫ع ِن‬ ‫بى َويَ ْن َهى َ‬ ‫ْتآء ذِى اْلقُ ْر َ‬‫ان َو ِإي ِ‬ ‫س ِ‬‫ِعبَادَﷲ‪ ,‬ا ﱠِن ﷲَ يَأ ْ ُم ُر ِباْل َع ْد ِل َواْ ِﻻ ْح َ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلﱠ ُك ْم تَذَ ﱠك ُر ْونَ ‪َ .‬وا ْذ ُك ُروﷲَ اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ‬
‫اْلفَ ْح ِ‬
‫ﷲ اَ ْك َبر‪.‬‬ ‫لى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬
‫َوا ْش ُك ُر ْوهُ َع َ‬

‫‪10‬‬
Mantapkan Ketakwaan,
Bangkitkan Kepedulian dan
Tingkatkan Komitmen

KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
2023

11

Anda mungkin juga menyukai