Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH JUMAT

Setidaknya, ada tiga perasaan yang sedang menggelayut dalam kalbu kita; rasa
bahagia, rasa sedih, dan rasa tersayat hati bercampur menjadi satu. Pertama, rasa bahagia
karena kita telah menuntaskan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Merasakan
kebahagiaan karena memanen pahala yang berlipat, rahmat, dan ampunan dari Allah
subhanahu wa ta’ala, semoga kita berhasil mencapai tujuan disyariatkannya puasa, yaitu
menjadi hamba Allah yang bertakwa. Dan kebahagiaan hakiki dan teragung adalah,
manakala kita bertemu dengan Allah subhanahu wa ta’ala dengan membawa pahala puasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘ahnu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka
puasa, dan kebahagiaan ketika bertemu Rabb-nya (dengan membawa pahala puasanya).” (HR.
Muslim dan Ahmad).

Kedua, kita merasa sedih karena berpisah dengan Ramadhan. Di Ramadhan kita
terkondisikan giat beribadah, keimanan terasa mencapai puncaknya di bulan suci ini. Kita
sedih karena kehilangan kesempatan beribadah dengan pahala yang berlipat. Kita sedih karena
merasa belum maksimal menjalankan ketaatan kepada Allah selama Ramadhan. Kalau di
Ramadhan saja kita serapuh ini dalam mencari posisi terdekat di sisi Allah, bagaimana di luar
Ramadhan? Kalau di Ramadhan saja kita tidak bisa mengkhatamkan Al-Quran, bagaimana di
luar Ramadhan? Tahun depan, belum tentu kita bertemu lagi dengan bulan Ramadhan.

Maka harapan terbesar kita adalah, semoga seluruh amal ibadah kita diterima
Allah subhanahu wa ta’ala, mendapatkan ampunan dan surga-Nya. Serta tidak termasuk
diantara orang-orang yang merugi, seperti yang didoakan oleh Malaikat Jibril ‘aaihissalam
dan diaminkan oleh baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Dari Jabir radliyallahu ‘anhu berkata: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
naik ke atas mimbar mengatakan: amin, amin, amin. Rasulullah menjelaskan: Jibril alaihissalam
mendatangiku dan berkata: Wahai Muhammad! Siapa yang bertemu dengan bulan Ramadhan

1
kemudian meninggal tapi tidak diampuni, kemudian dia masuk neraka kemudian, dan dia
dijauhkan oleh Allah, katakan amin, kemudian aku berkata amin.”

Perasaan ketiga yang sama-sama kita rasakan hari ini adalah, hati yang tersayat
dan kepiluan yang mendalam. Karena Masjid Suci kita, Masjid Al-Aqsha ke sekian kalinya
dinistakan oleh bangsa yang dimurka oleh Allah (Al-Maghdluubi ‘alaihim). Mereka
menumpahkan darah saudara kita yang sedang iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan.
Mereka menembaki saudara kita yang sedang shalat di tempat suci ini. Ratusan jamaah
iktikaf terluka. Puluhan jamaah ditangkap, termasuk diantaranya jamaah wanita dan
anak-anak. Kerusakan berat pun tak terhindarkan akibat kejahatan yang dilakukan oleh
tentara Zionis Israel.

Serangan Zionis Israel dilakukan sejak malam 10 Ramadan di Pintu Gerbang Al-Amud
kota Al-Quds, malam 26 Ramadhan di dalam Masjid Al-Aqsha, dan penyerangan sejak pagi
tanggal 28 Ramadhan hingga malam 29 Ramadhan. Bahkan hingga saat ini, Zionis Israel dan
Ekstrimis Kanan Yahudi terus mencari kesempatan untuk mengambil alih Masjid Al-Aqsha.
Karena ambisi mereka ingin merebut Al-Aqsha, menghancurkannya, dan menggantinya
dengan bangunan baru yang mereka klaim sebagai Sinagog Sulaiman.

Belum usai kebrutalan Israel di Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds. Israel juga
membombardir Gaza dengan pesawat tempur. Seketika 27 orang syahid dan ratusan
terluka. Gedung-gedung hancur akibat serangan Zionis Israel. Semua ini terjadi di akhir
bulan Ramadhan. Ketika umat Muslim sedang pucak ibadah di 10 akhir Ramadhan. Tapi
ketenangan ibadah saudara kita diusik dan dirusak oleh Zionis Israel.

Merusak rumah Allah adalah puncak kezaliman. Marusak rumah Allah di manapun di
atas muka bumi ini. Bagaimana dengan merusak rumah Allah yang mempunyai kedudukan
khusus. Masjid yang namanya langsung dari Allah, Al-Masjidul Al-Aqsha. Masjid yang dipilih
Allah sebagai tempat berkumpulnya manusia-manusia terbaik, para nabi dan rasul untuk
melakukan shalat berjamaah. Shalat jamaah terbaik sepanjang sejarah manusia, Imamnya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan makmumnya seluruh nabi dan rasul.
Allah berfirman dalam Al- Quran:
‫أ ول‬
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menghalangi menyebut nama Allah
dalam masjid-masjid-Nya dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya
masuk ke dalam-Nya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia
mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. Al-Baqarah: 114).

Mereka tidak sepatutnya masuk ke dalam masjid ini kata Allah. Tetapi yang
dilakukan Zionis Israel tidak sekedar masuk, tapi mereka menginjak-injakkan kaki kotornya
di dalam Masjid Al-Aqsha. Di tempat itu dulu menjadi tempat sujudnya para nabi dan rasul.
Pembakaran telah mereka lakukan, pembunuhan orang-orang tidak berdosa mereka
lakukan di dalam tempat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ini. Pembantaian orang-orang yang
sedang ibadah pun telah mereka pertontonkan di hadapan mata dunia.

‫ وهلل‬... ‫ هلال أ?ك? رب‬... ‫هلال أ?ك? رب‬.. ‫أ?ك? رب‬


‫الحمد هلال‬
Jamaah Idul Fitri umat Nabi Muhammad rahimakumullah…

Apa yang hendak akan kita jawab di hadapan baginda Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam. Kita yang mengaku umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
seandainya hari ini Baginda Nabi mendatangi kita dan bertanya? Apa yang telah kalian
lakukan untuk mempertahankan tempat Isra’ dan Mi’rajku? Apa yang telah kalian berikan
demi menjaga tempat aku dimuliakan Allah?

Saudara-saudara kita di Palestina telah menunaikan kewajibannya. Mereka


memberikan darahnya, mereka mempersembahkan nyawanya, mereka merelakan
seluruh harta dan keluarganya demi menjaga dan mempertahankan kemulian Masjid Al-
Aqsha. Lebih dari 90.000 Muslim Palestina iktikaf 10 hari terakhir Ramadhan tahun ini; laki-
laki, perempuan, orang tua, pemuda, dan anak-anak. Mereka semua datang demi menjaga
Masjid Suci yang setiap malam dirindukan oleh Baginda Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.

Pantaskah kita memohon setiap malam, setelah shalat tarawih agar mendapatkan
telaga Rasulullah. Sementara kita membiarkan telaga Rasulullah dirusak, dikotori,
dibakar, dan dihancurkan oleh bangsa yang berkali-kali mencoba membunuh Rasulullah?
Dimanakah telaga Rasulullah itu? Telaga Rasulullah itu terbentang antara Masjidil Haram
dan Masjid Al-Aqsha. Tidakkah kita malu kepada Rasulullah Saw. meminta telaganya
sementara kita melalaikan tempat dimana diletakkan telaga Rasulullah Saw
Dari Abu Sa’id al-Khudri berkata, bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Aku
mempunyai telaga antara Ka’bah dan Baitul Maqdis, putih seperti susu, wadahnya sebanyak
bilangan bintang. Dan aku nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. Ibnu
Majah).
Kaum Muslimin rahimakumullah…

Secara bertahap, ada 5 hal yang bisa kita lakukan untuk menunaikan kewajiban
kita terhadap kiblat pertama Masjid Al-Aqsha; Pertama, doa. Doa adalah senjata orang
mukmin. Hal yang paling mudah kita lakukan. Selipkan doa untuk saudara-saudara kita yang
mewakili kita menjaga Masjid Al-Aqsha. Kedua, sebarkan informasi yang sesungguhnya
terjadi. Seluruh media yang kita miliki gunakan untuk mengabarkan keadaan Masjid Al-
Aqsha yang sesungguhnya terjadi. Kezaliman telah terjadi di sana. Kebiadaan dan
kebrutalan Zionis Israel berulang kali terjadi.

Ketiga, ajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai Al-Aqsha, sebagaimana


kita menanamkan kepada mereka mencintai Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Profesi
yang kita tekuni gunakan untuk membela Masjid Suci Al-Aqsha. Sebagai guru ajarkan
kepada murid-murid memahami kemuliaan Al-Aqsha. Menjadi penulis, tulislah tentang
kemuliaan dan keberkahan tempat suci ini. Dan berbagai profesi lainnya.

Keempat, yang bisa kita lakukan adalah dengan menysihkan sebagian harta kita
untuk membantu saudara-saudara kita yang menjaga Masjid Al-Aqsha. Mereka
meninggalkan pekerjaan demi menjaga Al-Aqsha. Mereka diembargo Israel sehingga berada
dalam kemiskinan. Ekonomi dikuasai Israel sehingga mereka banyak pengangguran. Mereka
banyak yatim dan dlu’afa’ karena banyak diantara mereka yang syahid. Salurkan melalui
lembaga-lembaga yang khusus menangani penyaluran ke sana.

Kelima, ikuti gerakan dukungan dan pembelaan untuk Masjid Al-Aqsha. Berbagai
arahan ulama dunia untuk melakukan gerakan secara masif, menolak kejahatan yang
dilakukan oleh zionis Israel. Semoga ini menjadi jawaban kita, pertanggung jawaban kita di
hadapan Allah dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Anda mungkin juga menyukai