Anda di halaman 1dari 4

Aplikasi Business Model Canvas for Social Enterprise

(BMCSE) pada Organisasi atau Lembaga Sosial

Pada kesempatan lalu, saya sudah menulis tentang Business Model Canvas for Social
Enterprise  (BMCSE) yang merupakan varian BMC untuk digunakan pada organisasi
sosial. Untuk Anda yang ingin membacanya, silakan klik tautan berikut ini.
Sesuai janji saya di akhir artikel tersebut, kali ini saya ingin mencontohkan aplikasi
BMCSE pada organisasi atau lembaga sosial yang riil. Pada artikel kali ini, saya ingin
menggunakan lembaga sosial yang bertugas menyalurkan zakat, infak, dan sedekah
kepada masyarakat sebagai studi kasus. Pengisian ini berdasarkan salah satu
pengalaman yang saya dapatkan saat membantu lembaga sosial ini memetakan
model bisnis mereka ke dalam BMCSE sebelum dilakukan inovasi terhadap model
bisnis tersebut. Hasil isian ini berasal dari pendapat stakeholder  yang telah divalidasi
antar divisi lembaga tersebut.
Berhubung BMCSE memiliki 11 blok yang harus diisi, maka berikut ini adalah hasil
dari pemetaaan model bisnis di lembaga penyaluran ZISWAF tersebut.

Blok #1:  Mission


Misi dari lembaga ZISWAF ini sudah sangat jelas, yaitu: “Memberdayakan masyarakat
untuk berpartisipasi aktif dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui program
Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF).”
Blok #2:  Customer Segments
Lembaga ini memiliki 2 jenis konsumen yang dilayani, yaitu co-
creator  dan beneficiary.  Untuk co-creator  yaitu adalah (1) donatur individu; (2)
donatur perusahaan; (3) donatur organisasi atau kelompok. Sementara untuk
konsumen yang merupakan beneficiary  atau penerima manfaat adalah: (1) Mustahik
zakat; (2) Masyarakat umum yang membutuhkan bantuan.
Blok #3:  Value Propositions
Value propositions  atau nilai tambah yang diberikan lembaga ini terdiri dari 2 jenis,
yaitu nilai tambah yang diberikan untuk co-creator  dan nilai tambah
untuk beneficiary.
Nilai tambah untuk co-creator  antara lain:
1. Kemudahan menunaikan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf
2. Rasa aman dan nyaman karena lebih terjamin sesuai syariat
3. Kepastian dalam penyaluran ZISWAF yang tepat guna
4. Penyaluran ZISWAF yang lebih cepat kepada kelompok yang
membutuhkan
5. Transparansi dalam proses penyaluran dan pihak yang menyalurkan
6. Kemudahan dalam penyaluran ZISWAF sesuai dengan permintaan (by
request)
Sementara nilai tambah untuk beneficiary  antara lain:
1. Kemudahan akses kebutuhan dasar atau pokok, seperti pangan,
sandang, dan papan.
2. Akses pendidikan dasar yang layak
3. Akses kesehatan dasar yang layak
Blok #4:  Channels
Untuk memastikan value proposition  sampai kepada customer segments,  maka kanal
yang dimiliki oleh lembaga ada 3 jenis,
 Kanal untuk membangun awareness:  Membuat campaign  di media
konvensional (TV, radio) dan online social media.
 Kanal untuk menghimpun Ziswaf: kantor pusat, cabang, kas, outlet mitra,
e-commerce,  masjid, menu layanan ATM
 Kanal untuk menyalurkan zakat: Tim distributor lapangan
Blok #5:  Customer relationship
Hubungan pelanggan lebih ditekankan pada co-creator,  khususnya donatur. Hal ini
dikarenakan tanpa adanya donatur atau pembayar zakat, maka misi organisasi
tidak dapat berjalan.
Bentuk customer relationship  untuk co-creator  antara lain: (1) memberikan laporan
konsolidasi donasi; (2) mengadakan event  atau pengajian rutin untuk donatur; (3)
menjenguk dan memberikan bingkisan kepada donatur yang sedang sakit.
Blok #6:  Key Activities
Terdapat 5 aktivitas kunci dari lembaga ini agar dapat menciptakan value
proposition,  yaitu: (1) Promosi; (2) Pembinaan SDM; (3) Penghimpunan ZISWAF; (4)
Penyaluran ZISWAF; (5) Edukasi atau Kampanye ZISWAF
Blok #7:  Key Resources
Terdapat 5 sumber daya utama yang dibutuhkan oleh lembaga ini untuk
memastikan key activities  dapat berjalan. Ketiga sumber daya utama tersebut antara
lain adalah: (1) Aset fisik, berupa kantor dan kendaraan operasional; (2) aset digital,
berupa website dan aplikasi mobile apps;  dan (3) Sumber daya manusia yang unggul
dan profesional.
Blok #8:  Key Partners
Bagian ini merupakan rekanan yang penting bagi lembaga karena dapat
mengefisiensikan proses operasional lembaga dalam menghasilkan value. Key
partners nya terdiri dari beberapa kelompok:
1. Media partner, seperti surat kabar, radio, dan televisi
2. Retailer,  seperti hypermarket, minimarket, dan online e-commerce
3. Individu, seperti influencer,  konsultan, dan pengurus masjid
Blok #9:  Cost Structure
Bagian ini menjelaskan bagaimana struktur biaya yang dikeluarkan lembaga dalam
menciptakan value  dan menyalurkannya kepada masyarakat. Struktur biaya ini
terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), dan biaya
tersembunyi (hidden cost)
Contoh biaya tetap/fixed cost,  antara lain: biaya sewa tempat, kantor, dan sewa
hosting untuk aset virtual
Contoh biaya variabel/variable cost,  antara lain: biaya penyelenggaraan program,
biaya penghimpunan, dan biaya penyaluran.
Blok #10:  Revenue stream
Bagian ini menjelaskan dari mana lembaga mendapatkan pemasukan. Pada bagian
ini pendapatan lembaga berasal dari satu sumber, yaitu hak amil, di mana diambil
proporsi sebesar 10-20% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun untuk biaya
operasional lembaga (sesuai dengan ketentuan syariat dan negara yang berlaku).
Blok #11:  Social Impact and Measurement
Bagian ini menjelaskan dampak sosial yang diberikan oleh lembaga dan bagaimana
cara mengukurnya.

Secara garis besar, ada dua dampak sosial yang diberikan:

1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menunaikan ZISWAF


2. Peningkatan taraf hidup masyarakat dari bidang ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan
Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka pengisian BMCSE untuk lembaga sosial
tersebut adalah sebagai berikut,

Anda mungkin juga menyukai