Anda di halaman 1dari 15

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PADA PROSES PRODUKSI

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENJADI TEPUNG DI PT BANTIMURUNG


INDAH KABUPATEN MAROS
(Standard Operational Procedure (Sop) To Production Process Flour Seaweed In PT
Bantimurung Indah Kabupaten Maros)
Adnan Engelen
Politeknik Gorontalo
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Jl. Muchlis Rahim, Desa Panggulo Barat, Kecamatan Botupingge,
Kampus Politeknik Gorontalo, Gorontalo
Email: adnanengelen@poligon.ac.id

ABSTRAK

Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan mekanisme penggerak organisasi (lembaga)


agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan
menerapkan SPO yang diperoleh pada setiap tahapan proses pengolahan rumput laut menjadi
tepung di PT Bantimurung Indah Kabupaten Maros. Belum diketahuinya tahapan proses yang
dapat mengganggu penerapan SPO, seperti jika kadar air mengalami penurunan dan pada
proses penjemuran tidak mendapatkan kadar air 13% karena dipengaruhi oleh iklim dan
musim. Penelitian yang bertujuan mempelajari proses pengolahan rumput laut ini dapat
menerapkan standar baku dan tertulis yang dapat digunakan dalam proses pengolahan rumput
laut menjadi tepung sehingga mendapatkan suatu prosedur atau ketetapan kerja terhadap
pembuatan tepung rumput laut (semi refined carragenan) yang baik sehingga memperoleh
hasil yang sesuai dengan selera konsumen. Jika SPO tidak diterapkan maka akan timbulnya
jaminan mutu yang kurang bagus terhadap produk dan juga terjadinya variasi mutu akibat
tidak adanya penerapan SPO. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei
lapangan, pembuatan kusioner, wawancara, pengolahan dan penyajian data. Dari penelitian
ini telah mendapatkan SPO pengolahan rumput laut menjadi tepung pada tahapan-tahapan
seperti pencucian, perebusan, pemotongan, pengeringan, sortasi dan penepungan sehingga
didapatkan mutu hasil pengolahan secara kontinu.

Kata kunci: Rumput laut; pengolahan; tepung; Standar Prosedur Operasional


(SPO)

ABSTRACT

Standard Procedure Operational (SOP) is organizational activator mechanism can walk


effectively and efficient. This research aim to to get and apply obtained SOP in each step
process processing of sea grass become flour. Beautiful PT Bantimurung of Sub-Province of
Maros. Not yet been known by process step him able to bother applying of SOP, like if
natural water rate of degradation and at drier process do not get rate irrigate 13% because
influenced by season and climate. Hence needed by research with aim to study process
processing of grass go out to sea so that can apply standard standard and written able to be
used in course of processing of sea grass become flour so that get procedure or decision of
activity to making of sea grass flour semi of carragenan refined good so that obtain, get result
matching with consumer appetite. If SOP do not be applied by hence will incidence of less
good best quality to product as well as the happening of variation quality of inexistence effect
applying of SOP. Method used at this research is field survey, making of kusioner, interview,

11
processing and presentation of data. From this research have got SOP processing of sea grass
become flour at steps like wash, poaching, amputation, draining, flour and sortasi is so that
got by quality of processing result by kontinu.

Keywords: Seaweed; processing; flour; Standard Procedure Operational (SOP)

PENDAHULUAN rumput laut (semi refined carragenan)


yang baik sehingga memperoleh hasil yang
Standar Prosedur Operasional sesuai dengan selera konsumen.
(SPO) merupakan mekanisme penggerak Dimana, dengan diterapkannya
organisasi (lembaga) agar dapat berjalan SPO dalam industri besar dapat
secara efektif dan efisien. SPO adalah menghasilkan mutu hasil pengolahan
penetapan tertulis mengenai apa yang secara kontinu. Jika SPO tidak diterapkan
harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh maka akan timbulnya jaminan mutu yang
siapa, SPO dibuat untuk menghindari kurang bagus terhadap produk dan juga
terjadinya variasi dalam proses terjadinya variasi mutu akibat tidak adanya
pelaksanaan kegiatan yang akan penerapan SPO.
mengganggu kinerja organisasi secara
keseluruhan. Mungkin, suatu unit kerja METODE PENELITIAN
telah memiliki prosedur kerja, namun
prosedur kerja tersebut berbeda-beda (tidak Prosedur Penelitian
standar), walaupun output akhir yang
dihasilkan sama. Selama ini SPO industri Prosedur kerja penelitian dimulai
rumput laut di Kabupaten Maros masih dengan pengumpulan data dan informasi
terbatas pemanfaatannya terhadap yang meliputi :
pengolahan tepung rumput laut sehingga 1. Survei Lapangan
belum memperoleh hasil tepung rumput
laut yang optimal. Survei lapangan dengan melakukan
Dalam industri besar, penerapan kunjungan secara langsung ke lokasi
SPO sangat penting untuk hasil yang pembuatan tepung rumput laut. Survei
maksimal. Pada industri rumput laut di lapangan ini bertujuan untuk melihat
Kabupaten Maros menerima asal bahan sendiri kenyataan operasional yang terjadi
baku yang berasal dari berbagai daerah di lapangan dan survei ini akan dilakukan
sehingga kadar air dan kadar garam yang oleh peneliti yang akan menjadi
terkandung di dalam bahan baku rumput pendamping bayangan. Peneliti juga akan
laut tidak seragam. Selain itu masalah turun langsung dalam proses pembuatan
belum diketahuinya tahapan proses yang tepung rumput laut sehingga dapat
dapat mengganggu SPO, seperti jika kadar mengetahui prosedur yang diberlakukan
air mengalami penurunan dan pada proses dan yang akan diberlakukan.
penjemuran tidak mendapatkan kadar air 2. Pembuatan Kuisioner
13% karena dipengaruhi oleh iklim dan
musim. Penelitian ini mempelajari proses Kuisioner adalah daftar pertanyaan
pengolahan rumput laut sehingga dapat yang tertulis dan setiap pertanyaan disertai
menerapkan standar baku dan tertulis yang alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh
dapat digunakan dalam proses pengolahan karyawan sehingga tidak membingungkan
rumput laut menjadi tepung maka manfaat responden karena tujuan yang jelas, selain
yang dapat diperoleh dengan dibuatkannya itu disediakan pula beberapa buah item
SPO yang baku dan tertulis adalah untuk pertanyaan terbuka (open question). Item
mendapatkan suatu prosedur atau pertanyaan ini digunakan untuk
ketetapan kerja terhadap pembuatan tepung mengetahui saran atau pendapat karyawan,

12
adapun format kuisioner yang disajikan terhadap data primer maupun data
dapat dilihat pada Lampiran 2. sekunder selesai, yang kemudian dilakukan
analisis kuantitatif terhadap hasil yang
3. Wawancara
didapat, dimana pada setiap tahapan proses
Wawancara langsung kepada pengolahan terdapat 1-2 orang responden
pihak-pihak yang terkait dengan produksi yang memberi jawaban atas pertanyaan-
tepung rumput laut. Wawancara ini pertanyaan yang diberikan sampai jawaban
bertujuan untuk mendapatkan sudut dari responden yang berada pada tahapan-
pandang yang obyektif terhadap obyek tahapan pengolahan menjadi sama.
penelitian, sehingga penelitian ini menjadi Tujuannya adalah membuat kesimpulan
valid. dari hasil yang diperoleh dan menyusun
4. Pengolahan dan Penyajian Data standar prosedur yang baku dan tertulis.
Secara lengkap diagram alir prosedur
Pengolahan dan penyajian data penelitian disajikan pada Gambar 1
dilakukan setelah hasil wawancara

Mulai

- Pelaku Usaha/PT
Pengumpulan Data Bantimurung Indah
dan Informasi - Tela’ah Pustaka
- Seaweed Expert

Data dan Informasi

- Proses Pengolahan Rumput


Laut
- Persyaratan Mutu dan
Diagram Alir
- SPO

Tidak
Verifikasi k

Ya

Selesai

Gambar 1. Diagram Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN seperti Jeneponto, Palopo, Sinjai, Mamuju,


Kendari, Bone, dan Takalar. Jenis dari
A. Proses Pengolahan Rumput Laut rumput laut yang dijadikan bahan baku
Menjadi Tepung adalah golongan dari Rhodophyceae dari
jenis Eucheuma cottoni dan Eucheuma
Bahan baku yang diterima oleh PT.
spinosum, dimana rumput laut tersebut
Bantimurung Indah berasal dari berbagai
dibeli dari petani rumput laut kemudian ke
daerah di Sulawesi maupun luar Sulawesi
para pengumpul rumput laut. Tahapan
13
penyiapan bahan baku ini tidak bisa larutan alkali KOH atau NaOH pada
diputus mengingat jarak yang jauh antara temperatur tinggi ±90°C dengan
produsen rumput laut atau pembudi daya perbandingan jumlah air : larutan alkali :
rumput laut dengan pasar di hilirnya, yaitu rumput laut yaitu ±300 liter : 60 kg : 60 kg.
pabrik atau prosesor dan eksportir. Setiap Selama proses pemasakan dilakukan
tahapan akan memproses lebih lanjut hasil pengadukan agar KOH dan NaOH yang
panen petani rumput laut seperti menjemur ditambahkan tercampur merata dengan
kembali untuk mendapatkan kadar air yang rumput laut, lama pemasakan tergantung
disyaratkan, selain itu, garam dan kotoran jenis rumput lautnya, untuk rumput laut
yang masih menempel pada rumput laut jenis cottoni ±3 jam karena struktur pada
juga dibuang dengan cara mengayak jenis rumput laut cottonii lebih keras
rumput laut malalui kasa kawat, hal ini dibandingkan dengan jenis spinosum yang
dilakukan dengan tujuan untuk hanya memerlukan waktu pemasakan ±1
meningkatkan kualitas supaya bisa jam, setelah dimasak rumput laut dalam
diterima oleh pabrik pengolah rumput laut, keranjang besi diangkat keatas dengan
baik di dalam maupun di luar negeri. menggunakan hoist kemudian dilakukan
Sebelum diolah lebih lanjut terlebih dahulu penyemprotan atau penyiraman. Rumput
dilakukan pengujian kadar air pada laut yang telah dimasak akan menjadi
laboratorium untuk mengetahui standar lunak sehingga akan memudahkan proses
mutu. Jika kadar air tidak sesuai dengan selanjutnya.
standar perusahaan maka tidak akan Bahan penolong merupakan bahan yang
diterima karena kadar air yang diterima digunakan dalam proses pengolahan
oleh perusahaan berkisar antara 30-35%. rumput laut untuk memperlancar proses
Setelah setuju maka pihak perusahaan produksi. Bahan-bahan penolong yang
menerima rumput laut dalam keadaan digunakan antara lain KOH dan NaOH,
setengah kering. bahan tersebut diperoleh dengan
1. Pencucian I (Washing) melakukan pemesanan secara langsung
oleh pihak perusahaan di Jakarta. Dimana
Proses perendaman sekaligus proses ini bertujuan untuk mendapatkan
pencucian pertama dilakukan selama ±20 bahan baku yang lebih baik dan lebih tahan
menit dan di dalam ruangan yang biasa, dalam penyimpanan.
dimana bahan baku dikeluarkan dari
karung dan dimasukkan ke dalam 3. Pencucian II (Washing)
keranjang yang berkapasitas 600 kg. Pencucian II (Washing) dilakukan
Rumput laut yang berada di dalam setelah proses pemasakan berlangsung,
keranjang dimasukkan ke dalam bak pencucian dilakukan sebanyak dua kali
pencucian yang berisi air dari dengan tujuan agar hasil pada proses
sumur serapan yang dialirkan melalui pipa pencucian yang ke dua ini sesuai dengan
ke bak pencucian kemudian yang diinginkan seperti sisa-sisa KOH dan
keranjang tersebut digoyang-goyangkan NaOH pada proses pemasakan dapat
agar kotoran-kotoran yang melekat hilang, dan membersihkan rumput laut dari
pada rumput laut dapat diminimalkan kotoran yang diduga masih melekat pada
sehingga sesuai dengan standar yang proses pencucian awal. Pencucian
diingikan industri. dilakukan pada dua bak yang berlainan
2. Pemasakan (Alkali Treatment) yang telah berisi air bersih yang berasal
Setelah proses pencucian I, rumput dari sumur serapan, pencucian berlangsung
laut dipindahkan ke bak pemasakan atau ±20 menit tiap pencucian sehingga proses
perebusan menggunakan alat pengungkit pencucian menghasilkan rumput laut
(hoist). Proses pemasakan dilakukan sesuai dengan yang diinginkan.
dengan menggunakan air panas atau 4. Pemotongan (Cutting)

14
Rumput laut yang telah dicuci dilakukan dengan menggunakan tangan,
diangkat ke mesin pemotongan (copper). jika rumput laut yang dikeringkan sudah
Pemotongan rumput laut dilakukan untuk mudah dipatahkan maka rumput laut sudah
mengecilkan ukuran rumput laut sampai dianggap kering sedangkan pengujian
dengan ukuran 2-4 cm sehingga tingkat kekeringan dengan menggunakan
memudahkan dalam proses pengolahan alat yaitu dengan pengukuran kadar air, (ka
selanjutnya seperti paroses penjemuran maksimal 13% melalui pengujian
dengan panas matahari bisa dengan merata. laboratorium).
Hasil pemotongan rumput laut dimasukkan
6. Sortasi (Sortation)
ke dalam gerobak dorong untuk diangkut
kelapangan penjemuran, rumput laut yang Rumput laut yang sudah kering
ditampung dalam gerobak setelah disortir kembali untuk membersihkan dari
pemotongan diangkut kelapangan untuk kotoran-kotoran berupa tali, batu-batu
proses penjemuran/pengeringan (draying). kecil, kerikil, pasir dan kotoran lainnya.
Penjemuran rumput laut dilakukan dengan Penyortiran dilakukan secara manual
bantuan cahaya matahari langsung, dimana dengan menempatkan rumput laut yang
rumput laut ditebar di atas tembok/lantai di kering di atas nampan atau ayakan sortir
atas permukaan tanah dengan tebal ±5 cm. sehingga pasir dan kotoran berukuran kecil
tidak lolos saringan. Rumput laut
5. Penjemuran (Drying) dikatakan berkualitas baik bila total garam
Jika kecerahan matahari 90-100% dan kotoran yang melekat tidak lebih dari
maka penjemuran rumput laut dapat 3-5%, sesuai dengan permintaan industri.
dilakukan selama 1-2 hari, hal ini Sortasi dapat dilakukan 1,5 ton sampai
menunjukkan bahwa produk ini sangat dengan 2 ton per hari.
tergantung dengan cuaca. Pengeringan
7. Penggilingan (Milling)
dapat juga dengan menggunakan alat
pengering (Tray Dryer) tapi hanya Proses penggilingan yang
dilakukan sewaktu-waktu jika permintaan dilakukan dalam mengolah produk semi
melimpah dan musim hujan. Penjemuran refined carrageenan menggunakan dua
dilakukan sesering mungkin dengan mesin penggiling yaitu Mesh Machine dan
membolak-balik rumput laut menggunakan Septu Machine. Mesh Machine mengelola
alat berupa pendorong, yang dijalankan menghomogenkan produk ATC (Alkali
secara manual. Pengeringan dilakukan Treat Cottoni)-Chips yang telah disortasi
dengan menyebarkan rumput laut di atas sedangkan Septu Machine mengelola ATC
lantai pengeringan dengan ketebalan ±5 (Alkali Treat Cottoni)-Chips menjadi SRC-
cm, hal ini dilakukan agar rumput laut powder (Semi Refined Cottoni) dengan
kering dengan merata. Penjemuran berbagai ukuran mesh. Umumnya ukuran
dilakukan di atas para-para bambu atau di tersebut adalah 40, 80, 100, 150 mesh.
atas plastik, terpal sehingga tidak Pengelolaan rumput laut secara semi
kontaminasi oleh tanah dan pasir, refined carrageenan dalam bentuk ATC
walaupun di industri ini penjemuran (Alkali Treatment Cottoni), dan SRC (Semi
dilakukan di atas lantai pengering karena Refined Cottoni) dilakukan jika ada
jumlah rumput laut yang begitu banyak permintaan dari negara-negara produsen
sehingga akan lebih efisien dan efektif sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
menggunakan lantai pengering. 8. Pengemasan (Packaging)
Untuk mengetahui tingkat
kekeringan rumput laut yang dijemur PT. Rumput laut yang belum melalui
Bantimurung Indah melakukannya dengan proses pengolahan harganya lebih rendah
cara manual dan penggunaan alat. Uji dibandingkan rumput laut yang telah
tingkat kekeringan dengan cara manual melalui berbagai tahapan pengolahan dan
untuk yang SRC (Semi Refined Cottoni)
15
yang telah dihasilkan kemudian dikemas sehingga menghasilkan 7-10 ton/hari.
dalam satu jenis kemasan yaitu kemasan Pengawasan mutu pertama kali dilakukan
25 kg. Kemasan tersebut dilengkapi oleh perusahaan saat bahan baku tiba
dengan label pabrik, tipe produk, berat diperusahaan. Sampel rumput laut diambil
bersih dan nomor kode. Nomor kode secara acak, dengan sistem pengambilan
berguna untuk mengetahui banyaknya sampel sekali pengambilan setiap
produk yang dihasilkan, serta tanggal kedatangan bahan baku. Dari tiap kantung
pengerjaan. Pencantuman ini bertujuan diambil ±200-300 gram. Kegiatan ini
untuk memberikan jaminan kualitas diawali dengan pengujian kadar air pada
produk ke negara tujuan. Serat karagenan laboratorium.
yang telah kering dihancurkan dengan alat Produk akhir yang dihasilkan oleh
penggiling atau penghancur kemudian PT. Bantimurung Indah dalam bentuk chip
menghasilkan karagenan dalam bentuk dan powder. Chip yang dikeringkan
powder yang dikemas dalam kemasan dilapangan penjemuran diuji kadar airnya,
polyethylene. kadar air yang diingikan 11-13% dan ada
pula yang ditentukan oleh permintaan
9. Penggudangan (Warehouse)
konsumen. Selain pengujian kadar air
Produk yang telah dikemas terlebih dilakukan juga pengujian kekuatan gel,
dahulu disimpan dalam gudang untuk viskositas, dan pH seperti pada Tabel 1.
menunggu pengangkutan, pemenuhan Sedangkan untuk produk yang tidak
jumlah produk yang akan diekspor. Produk memenuhi standar, produk tersebut diolah
yang akan di ekspor biasanya disimpan ±3 kembali dengan artian mutu yang rendah
minggu, jadi selang waktu antara masa diolah dengan rumput laut yang memiliki
akhir proses produksi dan proses mutu standar yang telah ditentukan. Secara
pemasaran, produk berada dalam tahapan teoritis satu ton rumput laut berat basah
penggudangan. Penempatan produk diperoleh 200-250 kg berat kering, dan
dilakukan dengan menyusun karung di atas pada pengolahan semi refined carragenan
bantalan kayu untuk menghindari yang dilakukan di PT. Bantimurng Indah,
terjadinya kontak langsung dengan lantai. satu ton rumput laut berat basah diperoleh
Selama proses penggudangan produk, 250 kg berat kering. Besarnya selisih
dilakukan pengontorolan sesering mungkin antara berat basah dengan berat kering
untuk menjaga kualitas dari produk semi akibat terjadinya penguapan air pada saat
refined carrageenan termasuk agar produk proses pengeringan dan pada saat proses
tidak terkena air tawar. pengolahan serta adanya kotoran-kotoran
10. Uji Mutu seperti pasir, tali rafia, batu dan lainnya.
Euchema cottoni dan spinosum dapat
Rumput laut yang digunakan oleh diolah sebanyak 8-10 ton sehari untuk
PT. Bantimurung Indah menjadi semi proses pemasakan dan untuk sortasi dapat
refined carrageenan adalah rumput laut dilakukan 1,5 ton sampai dengan 2 ton per
jenis Eucheuma cottoni dan spinosum. hari, dan dalam sebulan dilakukan ekspor
Produk ATC yang dihasilkan adalah sebanyak sekali sebulan.
±15% dari hasil pemasakan yang
berlangsung yaitu 12-14 kali pemasakan

16
Penimbangan
Rumput laut

Penyimpanan
Pengeringan
30-35% Sortasi

Pra pencucian
Pengumpul
Pengolahan

Transportasi
Pencucian

Pemotongan
Pemeriksaan
(kotoran dan garam)
Pengeringan

Pencampuran
Penimbangan

Chips sortasi
Uji kadar Air
Maks 35% Pengepakan chips
Pengepakan
Penyimpanan
Rumput laut
siap olah Pengiriman
Gambar 3. Bagan Alir Produksi
Chips
Gambar 2. Bagan alir proses
penyediaan bahan baku rumput B. Persyaratan Mutu dan Diagram
laut ke Alir Pengolahan
industri rumput laut
1. Pencucian I (Washing)
Proses perendaman sekaligus
pencucian pertama dilakukan selama ±20
menit dan di dalam ruangan yang biasa,
dimana bahan baku dikeluarkan dari
karung dan dimasukkan ke dalam
keranjang yang berkapasitas 600 kg.
Rumput laut yang berada di dalam
keranjang dimasukkan ke dalam bak
pencucian yang berisi air dari sumur
serapan yang dialirkan melalui pipa ke bak
pencucian kemudian keranjang tersebut
digoyang-goyangkan agar kotoran-kotoran
yang melekat pada rumput laut dapat

17
diminimalkan sehingga sesuai dengan Glicksman (1983), bahwa karagenan
standar yang diinginkan industri. Hal ini merupakan getah rumput laut yang
sesuai dengan pendapat Anonim (2005b), diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut
bahwa setelah rumput laut dicuci dengan merah dengan menggunakan air panas (hot
air dengan menggunakan keranjang bambu water) atau larutan alkali pada temperature
dengan cara mencelupkan ke dalam air tinggi. Pendapat di atas diperkuat dengan
sambil digoyang-goyangkan agar kotoran- pendapat Towle (1973), bahwa
kotoran yang melekat di rumput laut dapat penggunaan alkali mempunyai dua fungsi,
keluar. yaitu membantu ekstraksi polisakarida
menjadi lebih sempurna dan mempercepat
2. Pemasakan (Alkali Treatment)
eliminasi 6 sulfat dari unit monomer
Setelah proses pencucian I, rumput menjadi 3,6-anhidro-D-galaktosa sehingga
laut dipindahkan ke bak pemasakan atau dapat meningkatkan kekuatan gel dan
perebusan menggunakan alat pengungkit reaktivitas produk terhadap protein. Hal ini
(hoist). Proses pemasakan dilakukan juga sesuai dengan pendapat
dengan menggunakan air panas atau Anggardiredja, dkk., (2006), bahwa proses
larutan alkali KOH atau NaOH pada alkali bertujuan untuk mendapatkan bahan
temperatur tinggi ±90°C dengan baku yang lebih baik dan lebih tahan
perbandingan jumlah air : larutan alkali : dalam penyimpanan.
rumput laut yaitu ± 300 liter : 60 kg : 60
3. Pencucian II (Washing)
kg. Selama proses pemasakan, dilakukan
pengadukan agar KOH atau NaOH yang Pencucian II (Washing) dilakukan
ditambahkan tercampur merata dengan setelah proses pemasakan berlangsung,
rumput laut, lama pemasakan tergantung pencucian dilakukan sebanyak dua kali
jenis rumput lautnya, untuk rumput laut dengan tujuan agar hasil pada proses
jenis cottoni ±3 jam karena struktur pada pencucian yang ke dua ini sesuai dengan
jenis rumput laut cottonii lebih keras yang diinginkan seperti sisa-sisa KOH dan
dibandingkan dengan jenis spinosum yang NaOH pada proses pemasakan dapat
hanya memerlukan waktu pemasakan ±1 hilang, dan membersihkan rumput laut dari
jam, setelah dimasak rumput laut dalam kotoran yang diduga masih melekat pada
keranjang besi diangkat ke atas dengan proses pencucian awal. Pencucian
menggunakan hoist kemudian dilakukan dilakukan pada dua bak yang berlainan
penyemprotan atau penyiraman. Rumput yang telah berisi air bersih yang berasal
laut yang telah dimasak akan menjadi dari sumur serapan, pencucian berlangsung
lunak sehingga akan memudahkan proses ±20 menit tiap pencucian sehingga proses
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pencucian menghasilkan rumput laut
pendapat Anonim (2007), bahwa rumput sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini
laut dibilas dengan menggunakan sesuai dengan pendapat Istini (1998),
keranjang besar (terbuat dari besi) bahwa rumput laut yang sudah bersih dan
kemudian dimasukkan dalam bak kering sebelum diolah perlu dilakukan
pencucian. Selanjutnya dilakukan pencucian lagi. Pencucian dengan air tawar
pemasakan di atas bak (tungku) pemasakan dapat dilakukan dengan drum berputar
selama 2–3 jam dengan suhu 80-90°C yang berlubang dan ke dalamnya
dengan penambahan larutan alkali (KOH). disemprotkan air sehingga kotoran-kotoran
Perbandingan jumlah air : larutan alkali : akan lepas.
rumput laut yaitu 300 liter : 60 kg : 60 kg. 4. Pemotongan (Cutting)
Penambahan larutan alkali
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan Rumput laut yang telah dicuci
gel dan reaktivitas produk terhadap diangkat ke mesin pemotongan (copper).
protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Pemotongan rumput laut dilakukan untuk
mengecilkan ukuran rumput laut sampai
18
dengan ukuran 2-4 cm sehingga menyebarkan rumput laut di atas lantai
memudahkan dalam proses pengolahan pengeringan dengan ketebalan kurang dari
selanjutnya seperti proses penjemuran 5 cm atau dapat pula menggunakan
dengan panas matahari bisa dengan merata. modifikasi alat pengeringan seperti Solar
Hasil pemotongan rumput laut dimasukkan Túnel Dryer (STD). Begitu juga ketika
ke dalam gerobak dorong untuk diangkut hujan dapat digunakan alat semi tradisional
ke lapangan penjemuran, rumput laut yang dan penerapan teknologi cabinet dryer
ditampung dalam gerobak setelah menjadi rancang bangun oven cabinet
pemotongan diangkut kelapangan untuk dryer agar selain lebih menghemat biaya
proses penjemuran/pengeringan (draying). teknologi rancang bangun oven cabinet
Penjemuran rumput laut dilakukan dengan dryer ini juga mendapatkan tepung yang
bantuan cahaya matahari langsung, dimana sesuai dengan standar mutu.
rumput laut ditebar di atas tembok/lantai di Untuk mengetahui tingkat
atas permukaan tanah dengan tebal ±5 cm. kekeringan rumput laut yang dijemur PT.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bantimurung Indah melakukannya dengan
Anggardiredja, dkk., (2006), bahwa salah cara manual dan penggunaan alat. Uji
satu tahapan proses produksi SRC chips tingkat kekeringan dengan cara manual
adalah dengan pemotongan (chopping) dilakukan dengan menggunakan tangan,
pada rumput laut yang sudah netral dengan jika rumput laut yang dikeringkan sudah
ukuran 2-4 cm sehingga dapat mudah dipatahkan maka rumput laut sudah
memudahkan proses selanjutnya. dianggap kering sedangkan pengujian
tingkat kekeringan dengan menggunakan
5. Penjemuran (Drying)
alat yaitu dengan pengukuran kadar air, (ka
Jika kecerahan matahari 90-100% maksimal 13% melalui pengujian
maka penjemuran rumput laut dapat laboratorium). Hal ini sesuai dengan
dilakukan selama 1-2 hari, hal ini pendapat Anggardiredja, dkk., (2006),
menunjukkan bahwa produk ini sangat bahwa rumput laut yang telah bersih
tergantung dengan cuaca. Pengeringan dikeringkan dengan cara dijemur di atas
dapat juga dengan menggunakan alat para-para bambu atau di atas plastik,
pengering (Tray Dryer) tapi hanya terpal, atau jaring sehingga tidak
dilakukan sewaktu-waktu jika permintaan terkontaminasi oleh tanah atau pasir. Pada
melimpah dan musim hujan. Penjemuran kondisi panas matahari baik, rumput laut
dilakukan sesering mungkin dengan akan kering dalam waktu 2-3 hari.
membolak-balik rumput laut menggunakan
alat berupa pendorong, yang dijalankan 6. Sortasi (Sortation)
secara manual. Pengeringan dilakukan Rumput laut yang sudah kering
dengan menyebarkan rumput laut di atas disortir kembali untuk membersihkan dari
lantai pengeringan dengan ketebalan ±5 kotoran-kotoran berupa tali, batu-batu
cm, hal ini dilakukan agar rumput laut kecil, kerikil, pasir dan kotoran lainnya.
kering dengan merata. Penjemuran Penyortiran dilakukan secara manual
dilakukan di atas para-para bambu atau di dengan menempatkan rumput laut yang
atas plastik, terpal sehingga tidak kering di atas nampan atau ayakan sortir
kontaminasi oleh tanah dan pasir, sehingga pasir dan kotoran berukuran kecil
walaupun di industri ini penjemuran tidak lolos saringan. Rumput laut
dilakukan di atas lantai pengering karena dikatakan berkualitas baik bila total garam
jumlah rumput laut yang begitu banyak dan kotoran yang melekat tidak lebih dari
sehingga akan lebih efisien dan efektif 3-5%, sesuai dengan permintaan industri.
menggunakan lantai pengering. Hal ini Hal ini sesuai dengan pendapat
sesuai dengan pendapat Anonim (2007), Anggardiredja dkk., (2006), bahwa pada
bahwa pengeringan dilakukan dengan saat dikeringkan/dijemur, akan terjadi

19
penguapan air laut dari rumput laut yang melalui berbagai tahapan pengolahan dan
membentuk butiran garam yang melekat untuk yang SRC (Semi Refined Cottoni)
dipermukaan thallusnya. Butiran garam yang telah dihasilkan kemudian dikemas
tersebut perlu dibuang dengan cara dalam satu jenis kemasan yaitu kemasan
mengayak atau mengaduk-aduk rumput 25 kg. Kemasan tersebut dilengkapi
laut kering sehingga butiran garam turun. dengan label pabrik, tipe produk, berat
Apabila masih banyak butiran garam bersih dan nomor kode. Nomor kode
melekat maka butiran garam tersebut akan berguna untuk mengetahui banyaknya
kembali menghisap uap air di udara produk yang dihasilkan, serta tanggal
sehingga rumput laut menjadi lembab pengerjaan. Pencantuman ini bertujuan
kembali dan dapat menurunkan kualitas untuk memberikan jaminan kualitas
rumput laut itu sendiri. Selain itu, kotoran produk ke negara tujuan. Serat karagenan
lain, seperti tali rafia atau jenis rumput lain yang telah kering dihancurkan dengan alat
yang melekat harus dibuang. Rumput laut penggiling atau penghancur kemudian
dikatakan berkualitas baik bila total garam menghasilkan karagenan dalam bentuk
dan kotoran yang melekat tidak lebih dari powder yang dikemas dalam kemasan
3-5%, sesuai dengan permintaan industri. polyethylene. Hal ini sesuai dengan
Sortasi dapat dilakukan 1,5 ton sampai pendapat Istini (1998), bahwa serat
dengan 2 ton per hari. karagenan yang sudah kering dihancurkan
dengan alat penghancur (mill) sehingga
7. Penggilingan (Milling)
diperoleh karagenan powder. Karagenan
Proses penggilingan yang powder ini siap untuk dikemas dalam drum
dilakukan dalam mengolah produk semi plastik atau dalam kantong-kantong
refined carrageenan menggunakan dua polyethylene.
mesin penggiling yaitu mesh machine dan
Septu Machine. Mesh Machine mengelola 9. Penggudangan (Warehouse)
menghomogenkan produk ATC (Alkali Produk yang telah dikemas terlebih
Treat Cottoni)-Chips yang telah disortasi dahulu disimpan dalam gudang untuk
sedangkan Septu Machine mengelola ATC menunggu pengangkutan, pemenuhan
(Alkali Treat Cottoni)-Chips menjadi SRC- jumlah produk yang akan diekspor. Produk
powder (Semi Refined Cottoni) dengan yang akan di ekspor biasanya disimpan ±3
berbagai ukuran mesh. Umumnya ukuran minggu, jadi selang waktu antara masa
tersebut adalah 40, 80, 100, 150 mesh. akhir proses produksi dan proses
Pengelolaan rumput laut secara semi pemasaran, produk berada dalam tahapan
refined carrageenan dalam bentuk ATC penggudangan. Penempatan produk
(Alkali Treatment Cottoni), dan SRC (Semi dilakukan dengan menyusun karung di atas
Refined Cottoni) dilakukan jika ada bantalan kayu untuk menghindari
permintaan dari negara-negara produsen terjadinya kontak langsung dengan lantai.
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Selama proses penggudangan produk,
Hal ini sesuai dengan pendapat dilakukan pengontorolan sesering mungkin
Anggardiredja dkk., (2006), bahwa proses untuk menjaga kualitas dari produk semi
SRC flour merupakan kelanjutan produk refined carrageenan termasuk agar produk
SRC chips. Caranya dengan tidak terkena air tawar. Hal ini sesuai
menghancurkan (grinding) produk chips dengan pendapat Anggardiredja dkk.,
menjadi tepung berukuran 40-60 mesh (2006), bahwa dalam penyimpanan atau
disesuaikan dengan permintaan pasar. penggudangan, senantiasa rumput laut
dijaga agar tidak terkena air tawar. Oleh
8. Pengemasan (Packaging)
karena itu, atap gudang tidak boleh bocor
Rumput laut yang belum melalui dan sirkulasi udara dalam gudang harus
proses pengolahan harganya lebih rendah cukup baik. Tumpukan kemasan rumput
dibandingkan rumput laut yang telah
20
laut diberi alas papan dari kayu agar tidak Sedangkan untuk produk yang tidak
lembab. memenuhi standar, produk tersebut diolah
kembali dengan artian mutu yang rendah
10. Uji Mutu
diolah dengan rumput laut yang memiliki
Rumput laut yang digunakan oleh mutu standar yang telah ditentukan. Hal ini
PT. Bantimurung Indah menjadi semi tidak jauh beda dengan yang terdapat pada
refined carrageenan adalah rumput laut Anonim (2005), bahwa kadar air yang
jenis Eucheuma cottoni. Produk ATC yang sesuai dengan standar mutu karagenan
dihasilkan adalah ±15% dari hasil pada Tabel 5 ialah maksimal 12%.
pemasakan yang berlangsung yaitu 12-14 Pendapat di atas diperkuat dengan
kali pemasakan sehingga menghasilkan 7- pendapat Anggardiredja dkk., (2006),
10 ton/hari. Pengawasan mutu pertama kali bahwa proses perlakuan kondisi alkali
dilakukan oleh perusahaan saat bahan baku pada pH 8-9 dengan pemasakan Eucheuma
tiba diperusahaan. Sampel rumput laut sp. dalam larutan alkali panas (KOH untuk
diambil secara acak, dengan sistem Eucheuma cottonii dan NaOH untuk
pengambilan sampel sekali pengambilan Eucheuma spinosum) pada temperatur
setiap kedatangan bahan baku. Dari tiap 850C selama 2-3 jam atau lebih, sambil
kantung diambil ±200-300 gram. Kegiatan sesekali diaduk.
ini diawali dengan pengujian kadar air Secara teoritis satu ton rumput laut
pada laboratorium (Tabel 5). berat basah diperoleh 200-250 kg berat
Tabel 5. Standar mutu semi refined kering, dan pada pengolahan semi refined
carrageenan PT. Bantimurung carragenan yang dilakukan di PT.
Indah, Maros Bantimurung Indah, satu ton rumput laut
Jenis Uji Standar Mutu berat basah diperoleh 250 kg berat kering.
Kadar Air Maksimal 13% Besarnya selisih antara berat basah dengan
pH 8-10 berat kering akibat terjadinya penguapan
Visikositas 100-250 cps air pada saat proses pengeringan dan pada
Kekuatan Gel 600-1000gra,/cm2 saat proses pengolahan serta adanya
kotoran-kotoran seperti pasir, tali rafia,
Produk akhir yang dihasilkan oleh batu dan lainnya. Hal ini sesuai dengan
PT. Bantimurung Indah dalam bentuk chip pendapat Anggardiredja dkk., (2006),
dan powder. Chip yang dikeringkan bahwa rumput laut saat dikeringkan atau
dilapangan penjemuran diuji kadar airnya, dijemur, akan terjadi penguapan air laut.
kadar air yang diingikan 11-13% dan ada Selain itu, kotoran lain seperti tali rafia dan
pula yang ditentukan oleh permintaan lainnya.
konsumen. Selain pengujian kadar air
dilakukan juga pengujian kekuatan gel,
visikositas, dan pH seperti pada Tabel 1.

21
Rumput laut
(Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum)

Pengujian
kadar air

Pencucian I

Pemasakan

NaOH dan KOH


Pencucian II

Pemotongan

Penjemuran

Sortasi

Chip (ATC)

Penggilingan

-SRC Powder
- SRS Powder
Uji mutu

Produk siap dipasaarkan

Gambar 4. Bagan alir proses pengolahan rumput laut jenis eucheuma cottoni menjadi Semi
Refined Carrageenan (Tepung Rumput Laut)

C. Standar Prosedur Operasional menjadi tepung diperoleh SPO yaitu


(SPO) pencucian sebanyak dua kali, pemasakan
atau perebusan dengan penambahan NaOH
Berdasarkan penelitian yang
/ KOH=75 kg/300 liter air, pemotongan 2-
dilakukan di PT. Bantimurung Indah
4 cm, penjemuran maksimal kadar air
Kabupaten Maros dalam mempelajari
13%, penepungan 40-150 mesh,
tahapan proses pengolahan rumput laut

22
pengemasan dengan poliethylen dan inner, 2. Membentuk sistem kerja & aliran
serta penggudangan dengan memberikan kerja yang teratur, sistematis, dan
alas kayu pada tumpukan rumput laut agar dapat dipertanggungjawabkan;
tidak menjadi lembab. menggambarkan bagaimana tujuan
SPO pada proses pengolahan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
rumput laut menjadi tepung di atas, kebijakan dan peraturan yang berlaku.
diharapkan dapat diaplimentasikan dalam Menjelaskan bagaimana proses
industri rumput laut sebagai faktor-faktor pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai
yang dapat mempengaruhi perancangan sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
SPO seperti tolak ukur dalam menilai pengadministrasian pekerjaan harian
efektivitas dan efisiensi kinerja suatu sebagaimana metode yang ditetapkan;
industri dalam melaksanakan program menjamin konsistensi dan proses kerja
kerjanya dan membentuk sistem kerja dan yang sistematik; dan menetapkan
aliran kerja yang teratur, sistematis, dan hubungan timbal balik antar satuan kerja.
dapat dipertanggungjawabkan serta
menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung
khususnya dalam proses pengolahan
rumput laut menjadi tepung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anonim (2008), bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi
perancangan SPO adalah :
1. Sebagai tolak ukur dalam menilai
efektivitas dan efisiensi kinerja suatu
industri dalam melaksanakan program
kerjanya.

Tabel 6. Standar Prosedur Operasional (SPO) pengolahan rumput laut menjadi tepung
PERSYARATAN
TAHAPAN TUJUAN AKTIVITAS
MUTU
Untuk mendapat kualitas Bahan baku berasal dari
rumput laut yang lebih berbagai daerah antara lain
Penyiapan
baik. Jeneponto, Palopo, Sinjai, Kadar air bahan baku
Bahan Baku dan
Mendapatkan bahan Mamuju, Kendari, Bone, dan rumput laut
Bahan
baku yang lebih baik dan Takalar. maksimal 35%
Tambahan
lebih tahan dalam Bahan tambahan seperti
penyimpanan. KOH dan NaoH
Rumput laut yang berada
didalam keranjang Pencucian I
Agar kotoran-kotoran
dimasukkan kedalam bak dilakukan selama
yang melengket
Pencucian I pencucian yang berisi air ±20 menit untuk
dirumput laut dapat
dari sumur serapan dengan meminimalkan
diminimalkan/keluar
disemprot dan digoyang- kotoran
goyangkan.
Proses pemasakan dilakukan
Pemasakan dengan
dengan pengadukan
penambahan larutan Pemasakan dengan
menggunakan air panas atau
alkali bertujuan untuk penambahan
Pemasakan larutan alkali KOH atau
meningkatkan kekuatan NaOH/KOH=75kg
NaOH pada temperatur
gel dan reaktivitas /300 liter air
tinggi ±900C dengan
produk terhadap protein.
perbandingan jumlah air :

23
larutan alkali : rumput laut
yaitu ± 300 liter : 60 kg : 60
kg.
Pencucian II dilakukan pada
Pencucian dilakukan bak yang berlainan yang
Pencucian II
sebanyak dua kali agar telah berisi air bersih dimana
dilakukan selama
sisa-sisa KOH/NaOH keranjang yang berisi
±20 menit untuk
Pencucian II pada proses pemasakan rumput laut setelah
membersihkan sisa-
hilang dan mengeluarkan pemasakan digoyang-goyang
sisa kotoran yang
kotoran-kotoran pada dan disemprot, pencucian
masih melekat
rumput laut. berlangsung ±20 menit tiap
pencucian.
Pemotongan rumput laut
dilakukan untuk Rumput laut yang telah
mengecilkan ukuran dicuci diangkat dengan alat
rumput laut sampai hoist (pengungkit) ke mesin Pemotongan dengan
Pemotongan
dengan ukuran 2-4 cm copper (mesin pemotongan) ukuran 2-4 cm
sehingga memudahkan sehingga ukuran rumput laut
dalam proses pengolahan menjadi kecil.
selanjutnya

Penjemuran dilakukan
dengan kecerahan matahari
90-100% diatas lantai
pengering sehingga
penjemuran rumput laut
dapat dilakukan selama 1-2
hari, karena produk ini
sangat tergantung dengan
Agar rumput laut kering Penjemuran untuk
cuaca maka penjemuran
Penjemuran dan mencapai kadar air mendapat kadar air
dilakukan sesering mungkin
maksimal 13%. maks13%
dengan membolak-balik
rumput laut agar kering
dengan merata. Pengeringan
juga dilakukan dengan alat
pengering (Tray Dryer) tapi
hanya dilakukan sewaktu-
waktu jika permintaan
melimpah dan musim hujan.

Penyortiran dilakukan oleh


Membersihkan dari
±15 orang secara manual
kotoran-kotoran berupa
dengan menempatkan
tali, batu-batu kecil, Membersihkan
rumput laut yang kering
Sortasi kerikil, pasir dan kotoran kotoran-kotoran
diatas nampan atau ayakan
lainnya. rumput laut
sortir sehingga pasir dan
kotoran berukuran kecil
tidak lolos saringan.
Proses penggilingan yang
Menghancurkan rumput
dilakukan dalam mengelolah Penggilingan dengan
laut menjadi tepung
produk semi refined ukuran 40-150 mesh
Penggilingan sehingga permintaan
carrageenan menggunakan sesuai dengan
konsumen dapat
dua mesin penggiling yaitu permintaan.
terpenuhi
Mesh Machine dan Septu

24
Machine.
Kemasan yang digunakan
Untuk mengetahui ialah jenis polyetilen dan
banyaknya produk yang inner. Pengemasan
dihasilkan, tanggal dilakukan dalam satu jenis
Pengemasan dengan
Pengemasan pengerjaan dan untuk kemasan yaitu kemasan 25
polyetilen dan inner
memberikan jaminan kg. Kemasan tersebut
kualitas produk kenegara dilengkapi dengan label
tujuan. pabrik, tipe produk, berat
bersih dan nomor kode.
Menghindari terjadinya
Penempatan produk dalam Menggunakan
kontak langsung dengan
penggudangan dilakukan bantalan kayu agar
Penggudangan lantai sehingga kualitas
dengan menyusun karung rumput laut tidak
produk masih tetap
diatas bantalan kayu lembab
terjaga
Pengujian kualitas rumput
laut dilaboratorium
dilakukan untuk mengetahui
Agar kualitas produk Mencapai kadar air
bahwa kadar air yang
Uji kualitas sesuai dengan sesuai standar
diingikan sudah mencapai
permintaan pasar. industri.
11%-13% dan ada pula yang
ditentukan oleh permintaan
konsumen.

KESIMPULAN Anonim, 2008. Artikel Seaweed “Jenis


Rumput Laut Potensial,
1. Standar Prosedur Operasional (SPO)
seaweed_undip@yahoo.com,
pengolahan rumput laut jenis
Eucheuma menjadi Alkali Treat
Istini, S. dan Suhaimi. 1998, Manfaat dan
Cottoni (ATC-Chips), dan Semi
Pengolahan Rumput Laut,
Refined Carrageenan (SRC-Powder)
Lembaga Oseanologi Nasional,
meliputi pencucian, pemasakan,
Jakarta.
pemotongan, pengeringan, sortasi,
penepungan, dan peyimpanan.
Towle GA. 1973. Carrageenan. Di dalam:
2. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Whistler RL (editor). Industrial
dapat menjadi acuan (patokan) dengan
Gums. Second Edition. New York:
persyaratan secara jelas, dipahami, dan
Academik Press. hlm 83 – 114.
dipraktekkan secara kontinu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Rumput Laut Di Kawasan


Timur Indonesia,
http://images.parapatiah.multiply.
multiplycontent.com/

Anonim. 2007. Situs Jaringan dan Sumber


Daya Informasi dan Teknologi
Rumput Laut Indonesia. http://
www. jasuda. net index_

25

Anda mungkin juga menyukai