Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Tafsir Ayat Tentang Puasa

Tafsir Tarbawi
Dosen Pengajar:

Drs. Maharuddin, M.Pd.I

Di Susun Oleh:
Khafidz Nur Ali

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


IBNU KHALDUN
BALIKPAPAN

2018

a
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
a) Latar Belakang ......................................................................... 1
b) Rumusan Masalah .................................................................. 1
c) Tujuan Penulisan .................................................................... 1
d) Manfaat .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
a) Maudh’ui ................................................................................... 3
b) Terjemah .................................................................................... 4
c) Munasabah .............................................................................. 5
d) Azbabun Nuzul ........................................................................ 6
e) Tafsir ........................................................................................ 7

BAB III PENUTUP


a) Kesimpulan .............................................................................. 12
b) Saran ........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iia
Kata Pengantar

‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫واليقين‬
ِ ‫ان‬
ِ ‫اْل ْي َم‬ِ ْ ‫ الَّذِي َحبَانَا ِب‬،‫ق ا ْل ُم ِب ْي ِن‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ ا ْل َم ِل ِك ا ْل َح‬
‫علَى آ ِل ِه‬َ ‫ َو‬،‫س ِلين‬ َ ‫اء َوال ُم ْر‬ ِ َ‫ٍ َخاتَ ِم األَ ْن ِبي‬،‫س ِي ِدنَا ُم َح َّمد‬
َ ‫علَى‬ َ ‫ص ِل‬ َ
‫ان ِإلَى‬ ٍ ‫س‬َ ‫ َو َم ْن تَ ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح‬،‫ص َحا ِب ِه األَ ْخ َي ِار أَ ْج َم ِعين‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫ط ِي ِب ِين‬ َّ ‫ال‬
‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬.‫الد ْي ِن‬
ِ ‫يَ ْو ِم‬
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Balikpapan , Mei 2018

Penyusu

ia
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang
salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat.
Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib
melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak
melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui
manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak
mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan
benar.
Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar
melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang
membatalkan puasa. Hasilnya, pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah
mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi
tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu dalam makalah ini saya akan
membahas tentang apa itu puasa, tujuan, hikmah puasa dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang sholat ,yaitu surah Al Baqarah
Ayat 186 dan 187?
2. Apa saja terjemahan surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187?
3. Apa isi Asbabun Nuzul surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187?
4. Apa isi Penafsiran surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ayat-ayat tentang Puasa?
2. Untuk mengetahui Terjemahan surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187

1
3. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187?
4. Untuk mengetahui isi Penafsiran surah Al Baqarah Ayat 186 dan 187?

D. Manfaat
Dengan ilmu tafsir, seseorang atau kelompok (masyarakat) dapat memahami
dan mengamalkan Al-Qur’an. Pengalaman Al-Qur’an inilah yang akan
menjadikan kehidupan dunia semakin marak oleh nilai-nilai beradab dan
berkedamaian.
Sulit dipungkiri bahwa ilmu tafsir berfungsi sebagai kunci utama untuk
memahami Al-Qur’an dan dan berbagai aspeknya. Tanpa ilmu tafsir, tentu saja,
dalam konteksnya yang sangat luas, mustahil Al-Qur’an bisa dengan mudah,
benar dan baik dapat dipahami oleh manusia. Tanpa ilmu tafsir pula, pemahaman
terhadap Al-Qur’an tidak mungkin bisa dikembangkan dan tanpa ilmu tafsir tidak
akan

2
BAB II
PEMBAHASAN

a) Maudh’ui
Surah Al-Baqarah Ayat 186
ْ َ‫َان َف ْلي‬
‫ستَ ِجيبُوا ِلي َو ْليُؤْ ِمنُوا ِبي لَعَلَّ ُه ْم‬ ُ ‫يب أ ُ ِج‬
ِ ‫يب َدع َْوةَ الدَّاعِ ِإذَا َدع‬ َ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي‬
ٌ ‫عنِي َف ِإنِي َق ِر‬ َ ‫َو ِإذَا‬
َ‫ش ُدون‬
ُ ‫َي ْر‬

Surah Al-Baqarah Ayat 187


َ‫َللاُ أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت َ ْختَانُون‬ ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ِلب‬
َ َّ‫اس لَ ُهن‬
َّ ‫ع ِل َم‬ ُ َ‫الرف‬
َ ‫ث إِلَى ِن‬
ٌ ‫سائِ ُك ْم هُنَّ ِل َب‬ ِ َ‫أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
َّ ‫الصيَ ِام‬
‫َللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوا َواش َْربُوا َحتَّى يَتَبَ َّينَ لَ ُك ُم‬
َّ ‫ب‬ َ َ ‫ش ُروهُنَّ َوا ْبتَغُوا َما َكت‬ ِ ‫ع ْن ُك ْم َفاآلنَ بَا‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم َو‬
َ ‫عفَا‬ َ َ ‫س ُك ْم فَت‬
َ ‫اب‬ َ ُ‫أ َ ْنف‬
‫ش ُروهُنَّ َوأ َ ْنت ُ ْم عَا ِكفُونَ فِي‬ ِ ‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَجْ ِر ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬
ِ ‫الصيَا َم ِإ َلى ال َّل ْي ِل َوال تُبَا‬ ْ ‫ض ِمنَا ْل َخي ِْط األ‬ ُ َ‫ط األ ْبي‬ ُ ‫ا ْل َخ ْي‬
َ‫اس لَ َع َّل ُه ْم َيتَّقُون‬ َّ ُ‫َللاِ فَال تَ ْق َربُو َها َكذَ ِلكَ يُ َب ِين‬
ِ َّ‫َللاُ آ َيا ِت ِه ِللن‬ َّ ‫اج ِد ِت ْلكَ ُح ُدو ُد‬
ِ ‫س‬َ ‫ا ْل َم‬

 Mufradat
Surah Al-Baqarah ayat 186
1) ‫ِعبَادِي‬ : ‘ibadil/hamba-hamba-Ku adalah bentuk jamak dari kata
‘abd. Kata ‘ibad biasa digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada
hamaba-hamba Allah yang taat kepada-Nya atau kalaupun mereka
penuh dosa tetapi sadar akan dosanya serta mengharap pengampunan
dan rahmad-Nya. Kata ini berbeda dengan kata ‘abid yang juga
merupakan bentuk jamak dari ‘abd, tetapi bentuk jamak ini meninjuk
kepada hamba-hamba Allah yang bergelimang dalam dosa. Pemilihan
bentuk kata ‘ibad serta penisbatannya kepada Allah (hamba-hamba-ku)
mengandung isyarat bahwa yang bertanya dan bermohon adalah
hamba-hamba-Nya yang taat lagi menyadari kesalahannya itu1.

1
http://makalahkita.com/contoh-makalah-tafsir-ahkam-tentang-puasa/

3
Surah Al-Baqarah Ayat 187
ُ َ‫الرف‬
1) ‫ث‬ ِ ‫ أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬: dihalalkan bagimu pada malam hari puasa
َّ ‫الص َي ِام‬
berkencan dengan istri-istrinya, maksudnya mencampuri mereka
ٌ ‫اس لَ ُك ْم َوأَ ْنت ُ ْم ِل َب‬
2) َّ‫اس لَ ُهن‬ ٌ َ‫ هُنَّ ِلب‬: mereka itu pakaian bagimu dan kamu pakaian
bagi mereka , sindiran bahwa keduanya saling membutuhkan dan
bergantung2.
3) ‫ َو ُكلُوا َواش َْربُوا‬: makan dan minumlah, sepanjang malam itu.
4) ‫س َو ِد ِمنَ ا ْل َفجْ ِر‬
ْ ‫ض ِمنَا ْل َخي ِْط األ‬ ُ ‫ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي‬: (bagimu benang putih dan benang
ُ ‫ط األ ْب َي‬
hitam berupa fajar shadiq), sebagai penjalasan bagi benang putih,
sedangkan penjelasan bagi benang hitam dibuang yaitu malam hari.
Fajar itu tak ubahnya seperti warna putih bercampur warna hitam yang
memanjang dengan dua buah garis berwarna putih dan hitam3

a) Terjemahan
 Surah Al-Baqarah Ayat 186
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka terjadi sosialisasi dan
publikasi pengamalan Al-Qur’an hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran”4.

2
http://makalahkita.com/contoh-makalah-tafsir-ahkam-tentang-puasa/
3
http://makalahkita.com/contoh-makalah-tafsir-ahkam-tentang-puasa/
4
Al-Qur’an Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, 1412H

4
 Surah Al-Baqarah Ayat 187
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan
istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam
mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa5”.

c) Munasabah
 Surah Al-Baqarah Ayat 186
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda
Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah
SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu
kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di
antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau
bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan
oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)6

5
Al-Qur’an Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, 1412H
6
http://www.alquran.ga/2016/11/surat-al-baqarah-ayat-183-sampai-188.html

5
 Surah Al-Baqarah Ayat 187
Kata "minal fajri" dalam S. 2: 187 diturunkan berkenaan dengan orang-orang
pada malam hari, mengikat kakinya dengan tali putih dan tali hitam, apabila
hendak puasa. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara
ke dua tali itu, Maka turunlah ayat "minal fajri". Kemudian mereka mengerti
bahwa khaithul abydlu minal khaitil aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Sahl bin Sa'id.)7

d) Asbabun Nuzul
 Surah Al-Baqarah Ayat 186
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi
SAW. yang bertanya :” Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat
munajat/memohon kepadanya, atau jauh, sehingga kami harus menyerunya? “.
Nabi saw. terdiam, hingga turunlah Al-Baqarah : 186 sebagai jawaban terhadap
pertanyaan itu.8

 Surah Al-Baqarah Ayat 187


Ayat ini turun berkenaan dengan ada seorang sahabat Nabi saw tidak makan
dan minum pada malam bulan ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu
berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya
ia berpuasa lagi. Seorang sahabat lainya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan
anshar), ketika tibanya waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada isterinya
yang kebetulan belum tersedia. Ketika isterinya menyediakan makanan, karena
lelahnya pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah makanan tersedia,
isterinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah ia: “wahai celaka kau”. Pada
tengah hari keesokan harinya, Qais bin Shirmah pingsan. Kejadian ini

7
http://www.alquran.ga/2016/11/surat-al-baqarah-ayat-183-sampai-188.html
8
Qamarudin shaleh, Asbabun Nuzul, CV. Diponegoro, Bandung, 1989, hal. 55

6
disampaikan kepada Nabi saw, maka turunlah Al-Baqarah :187, sehingga
berrgembiralah kaum muslimin.9
e) Tafsir
 Surah Al-Baqarah Ayat 186
Firmannya: hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku,
mengisyaratkan bahwa yang pertama dan utama dituntut dari setiap berdo’a
adalah memenuhi segala perintah-Nya. Ini diperingatkan juga oleh Nabi saw.
yang menguraikan keadaan seseorang yang menengadah ke langit sambil berseru,
“tuhan ayat diatas memerintahkan agar percaya kepada-Nya. Ini bukan saja dalam
arti mengakui keesaan-Nya, tetapi juga percaya bahwa Dia akan memilih yang
terbaik untuk sipemohon
Kata jawablah tidak terdapat dalam teks ayat di atas. Itu dicantumkan dalam
terjemahan hanya untuk memudahkan pengertian menyangkut makna ayat. Ulama
Al-Qur’an menguraikan, bahwa kata jawablah ditiadakan disini untuk
mengisyaratkan bahwa setiap orang bergelimang dalam dosa dapat langsung
berdo’a kepadanya tanpa perantara. Ia juga mengisyaratkan bahwa Allah begitu
dekat dengan manusia, dan manusiapun dekat kepada-Nya. Karena pengetahuan
tentang wujud Allah sangat melekat pada fitrah manusia, bukti-bukti wujud dan
keesaan-Nya pun terbentang luas.10
Berbeda dengan pengetahuan tentang hal-hal lain yang dipertanyakan, seperti
mengapa bulan pada mulanya berbentuk sabit, kemudian sedikit demi sedikit
membesar lalu mengecil dan menghilang dari pandangan.
Do’a dapat memberi dampak yang sangat besar mewujudkan harapan
seseorang. Dr.A.Carrel salah satu orang yang ahli bedah dari prancis (1873-1941
M) yang pernah meraih hadiah “Nobel” dalam bidang kedokteran, menulis dalam
bukunya yang bernama “pray”(Doa), tantang pengalaman-pengalamannya dalam
mengobati pasien. Katanya, banyak diantara mereka yang memperoleh
kesembuhan dengan jalan berdoa. Menurutnya doa adalah, segala gejala

9
ibid, hal. 56
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hal.401

7
keagamaan yang paling agung bagi manusia. Karena pada saat itu, jiwa
manusia terbang menuju Tuhannya.

Kehihupan manusia disukai atau tidak yang mengandung penderitaan,


kesedihan, dan kegagalan disamping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan.
Banyak kepedihan yang dapat dicegah melalui usaha yang sungguh-sungguh,
serta ketabahan menanggulanginya Tetapi ada juga seperti misalnya kematian
yang tidak dapat dicegah oleh upaya apapun. Di sinilah semakin akan terasa
kemanfaatannya doa. Harus diingat pula bahwa kalaupun apa yang dimohonkan
tidak sepenuhnya tercapai, namun dengan doa tersebut seseorang telah hidup
dalam suasana optimisme. Harapan dan hal ini tidak lagi mempunyai dampak
yang sangat baik dalam kehidupannya.
Seorang yang beriman menyadari bahwa segala sesuatu berada dalam
kekuasaan Allah. Jika ia bersikap dengan tepat, pasti Allah akan membuka
baginya jalan-jalan lain.meskipun jalan tersebut pada mulanya terlihat mustahil.
Jalan yang kelihatan mustahil inilah yang diperolah melalui ketabahan dan sholat
(doa). Setelah menjelaskan perlunya berdoa, dan menganjurkannya lebih-lebih di
bulan ramadhon.

 Surah Al-Baqarah Ayat 187


(Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa berkencan dengan istri-istrimu)
maksudnya mencampuri mereka. Ayat ini turun menasakhkan hukum yang
berlaku di masa permulaan Islam, berupa pengharaman mencampuri istri, begitu
pula diharamkan makan minum setelah waktu Isyak. (Mereka itu pakaian bagi
kamu dan kamu pakaian bagi mereka) kiasan bahwa mereka berdua saling
bergantung dan saling membutuhkan. (Allah mengetahui bahwa kamu akan
berkhianat pada) atau mengkhianati (dirimu) dengan melakukan jimak atau
hubungan suami istri pada malam hari puasa. Hal itu pernah terjadi atas diri Umar
dan sahabat lainnya, lalu ia segera memberitahukannya kepada Nabi saw., (maka
Allah pun menerima tobatmu) yakni sebelum kamu bertobat . karena telah
dihalalkan bagimu atau carilah .artinya apa yang telah diperbolehkan-Nya seperti

8
bercampur atau mendapatkan anak (dan makan minumlah) sepanjang malam
itu (hingga nyata) atau jelas (bagimu benang putih dari benang hitam berupa fajar
sidik) sebagai penjelasan bagi benang putih, sedangkan penjelasan bagi benang
hitam dibuang, yaitu berupa malam hari.11
Fajar itu tak ubahnya seperti warna putih bercampur warna hitam yang
memanjang dengan dua buah garis berwarna putih dan hitam.
(Kemudian sempurnakanlah puasa itu) dari waktu fajar (sampai malam)
maksudnya masuknya malam dengan terbenamnya matahari (dan janganlah kamu
campuri mereka) maksudnya istri-istri kamu itu (sedang kamu beriktikaf) atau
bermukim dengan niat iktikaf (di dalam mesjid-mesjid) seorang yang beriktikaf
dilarang keluar mesjid untuk mencampuri istrinya lalu kembali lagi. (Itulah) yakni
hukum-hukum yang telah disebutkan tadi (larangan-larangan Allah) yang telah
digariskan-Nya bagi hamba-hamba-Nya agar mereka tidak melanggarnya (maka
janganlah kami mendekatinya). Kalimat itu lebih mengesankan dari kalimat
“janganlah kamu melanggarnya” yang diucapkan pada ayat lain. (Demikianlah
sebagaimana telah dinyatakan-Nya bagi kamu apa yang telah disebutkan itu
(Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi manusia supaya mereka bertakwa)
maksudnya menjauhi larangan-Nya.
Mengapa mereka dimaafkan, sedang mereka Tidak berdosa. Bukankah Allah
sejak semula tidak melarang hubunga seks di malam ramadhan. Benar Allah tidak
melarang, tetapi mereka berdosa ditinjau dari pengetahuan dan kegiatan mereka.
Bukankah mereka menduka bahwa itu terlarang, namun mereka mengerjakannya.
Jika anda menduga bahwa gelas yang disodorkan kepada anda berisi perasan apel,
ternyata kemudian malah minuman keras, maka anda tidak berdosa akan
minumannya. Karena anda melakukannya dengan niat melanggar, tetapi atas
dasar sangkaan bahwa itu minuman halal. Disini anda tidak sengaja berbuat dosa.
Ini sama dengan yang melakukan kegiatan terlarang tanpa mengetahui bahwa itu
terlarang. Sebaliknya jika yang disodorkan kepada anda perasan apel dan
menduganya minuman keras, kemudian anda minum atas dasar itu minuman

11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hal.401

9
keras, maka ketika itu anda berdosa. Walaupun pada kenyataannya itu bukan
minuman terlarang. Di sini yang dinilai adalah niat dan tujuan anda minum12
Setelah menjelaskan bolehnya bercampur dengan pasangan pada malam puasa
dan pemanfaatan yang dianugrahkann-Nya. Ayat ini melanjutkan dengan perintah
tidak bersifat wajib. Perintah dalam arti izin melakukannya atau menurut anjuran
ulama lain. Perintah dimaksud adalah maka sekarang yakni sejak beberapa saat
setelah turunnya ayat ini,dan setelah jelas izin bercampur . Maka makan dan
minumlah di malam hari bulan ramadhan jika kamu menghendaki dan campurilah
mereka, yakni silahkan lakukan hubungan seks serta carilah . Yakni lakukanlah
itu dengan memperhatikan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu
menyangkut hukum dan anjuran yang berkaitan dengan apa yang diizinkan. Baik
yang berkaitan dengan hubungan seks maupun makan dan minum.
Setelah menjelaskan hukum puasa dan di celahnya dijelaskan anjuran berdoa.
Kini diuraikan ibadah lain yang sangat dianjurkan khususnya pada bulan
ramadhan, yaitu beri’tikaf. Yakni berdiam diri beberapa saat atau sebaiknya
beberapa hari untuk merenung didalam masjid. Itu begitu penting dan demikian
banyak yang melaksanakan pada masa turunnya ayat-ayat ini. Sehingga seakan –
akan setiap yang berpuasa melakukannya. Kemudian karena sebelum ini
dijelaskan bolehnya bercampur dengan pasangan pada malam hari ramadhan.
Sedang hal itu tidak dibenarkan bagi yang beri’tikaf. Maka lanjutan ayat ini
menegaskan, janganlah campuri mereka itu, sedang kamu dalam keadaan
beri’tikaf dalam masjid, dan jangan juga campuri walaupun kamu berada diluar
masjid. Penyebutan kata masjid di sini berkaitan dengan i’tikaf. Ibadah ini tidak
sah kecuali bila dilakukan dalam masjid, bahkan harus di masjid jami’ di mana
masjid dilakukannya shalat jum’at menurut sebagian ulama. Kata masjid tidak
berkaitan dengan bercampur. Karena bagi yang beri’tikaf dan harus keluar sejenak
dari masjid untuk satu satu keperluan yang mendesak, i’tikaf-nya dapat ia
lanjutkan. Namun ketika berada di luar masjid ia tetap tidak di benarkan
berhubungan seks.

12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hal.401

10
Akhirnya ayat ini ditutup dengan firman-Nya: Itulah batas-batas Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Karena siapa yang mendekati batas, dia dapat
terjerumus sehingga melanggarnya. Dengan demikian larangan mendekati lebih
tegas dan pasti dari larangan melanggarnya. Penggunaan kata tersebut dalam
konteks puasa amat tepat. Karena puasa menuntut kehati-hatian dan kewara’an
agar yang berpuasa tidak hanya menahan diri dari apa yang secara tegas dilarang
melalui ayat puasa (makan, minum, dan hubungan seks). Tetapi juga menyangkut
hal-hal lain yang berkaitan dengan anggota tubuh lainnya, bahkan dengan nafsu
dan pikiran jahat. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa13

13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hal.401

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari
orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari
orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya
mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah
kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt
yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah
swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk
mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa
indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari
berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan
puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur
dan apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
B. Saran
Saya hanyalah seorang manusia biasa yang tidak pernah sirna dari kekhilafan,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Karena dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka selayaknya saya mengharapkan
kritik ataupun saran yang membangun kepada para Pembaca agar saya bisa
memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya supaya bisa menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, 1412H

Qamarudin shaleh, Asbabun Nuzul, CV. Diponegoro, Bandung, 1989

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002

Muhammad Amin Summa, Tafsir Ahkam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997

ibid, hal. 56

http://www.alquran.ga/2016/11/surat-al-baqarah-ayat-183-sampai-188.html

http://www.alquran.ga/2016/11/surat-al-baqarah-ayat-183-sampai-188.html

http://makalahkita.com/contoh-makalah-tafsir-ahkam-tentang-puasa

13

Anda mungkin juga menyukai