Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ARTIKEL PENGARUH GADGET TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK KARYA MILANA ABDILLAH


SUBARKAH

Yulianti Siti Jamilah

NIM 2000411

Program Studi Pendidikan Multimedia (1A)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tahun Akademik 2020/2021


A. Pendahuluan

Kemajuan teknologi di abad ke-20 ini sangat pesat. Teknologi ini hadir
untuk memberikan kemudahan kepada manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Salah satu bentuk dari teknologi adalah gadget. Di zaman yang
modern ini, gadget sudah menjadi salah satu benda yang sangat penting dan
memiliki ukuran yang kecil sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.
Gadget memiliki fungsi yang sangat banyak, diantaranya adalah sebagai
media untuk mencari informasi, berkomunikasi, berbisnis, belajar, hiburan,
dan sebagainya. Awalnya gadget hanya digunakan oleh orang dewasa saja,
tetapi di jaman ini gadget sudah dapat digunakan oleh anak-anak.

Usia anak merupakan usia pertumbuhan. Bagi anak-anak generasi Z,


gadget sudah tidak asing lagi karena sejak lahir mereka sudah difasilitasi
dengan teknologi yang sudah maju sehingga mereka sangat bergantung
dengan gadget. Mereka menggunakan gadget dengan waktu yang cukup lama
dalam sehari. Biasanya, mereka menggunakan gadget sebagai media untuk
bermain game atau menonton video. Jika anak menggunakan gadget secara
berlebihan, maka dapat mengganggu kesehatan mata dan perkembangan dari
anak. Sinar biru dari layar gadget dapat menyebabkan mata menjadi mudah
lelah, memerah, kering, terasa nyeri, dan bisa menyebabkan mata minus.
Anak-anak yang dalam kesehariannya selalu bermain gadget akan kesulitan
bersosialisasi dengan oranglain karena ia dibiasakan hanya berinteraksi
dengan benda mati. Selain itu, anak juga akan malas dalam belajar sehingga
memiliki prestasi akademik yang buruk.

Permasalahan diatas harus segera diselesaikan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan membaca suatu artikel. Penulis telah menemukan
artikel yang sesuai dengan permasalahan diatas, yaitu artikel “Pengaruh
Gadget terhadap Perkembangan Anak” karya Milana Abdillah Subarkah yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengatasi permasalahan diatas.
Artikel “Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak” merupakan
artikel karya Milana Abdillah Subarkah (Dosen Fakultas Agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Tangerang) yang diterbitkan pada tahun 2019.
Artikel ini terdiri dari 15 halaman yang berisi tentang perkembangan anak,
pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak, dan pengaruh
gadget terhadap perkembangan anak. Walaupun memiliki beberapa
kekurangan, artikel ini memiliki banyak manfaat bagi pembaca dalam
memahami perkembangan anak. Selain itu, dituliskan pula tentang pola asuh
orang tua yang dapat berpengaruh bagi masa depan anak.

Sejalan dengan hal diatas, artikel “Pengaruh Gadget Terhadap


Perkembangan Anak” karya Milana Abdillah Subarkah merupakan salah satu
artikel penting yang dapat dikaji dan sesuai dengan permasalahan di
masyarakat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji isi dari artikel
tersebut yang hasilnya dilaporkan dalam bentuk laporan artikel.

B. Ringkasan Isi Artikel

Artikel “Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak” karya Milana


Abdillah Subarkah memiliki 15 halaman yang terdiri dari 2 halaman
pendahuluan, 10 halaman pembahasan, dan 1 halaman kesimpulan. Penulis
akan menjelaskan isi dari artikel tersebut secara rinci sebagai berikut.

Gadget berasal dari bahasa Inggris, yaitu suatu perangkat elektronik


berukuran kecil yang memiliki fungsi khusus. Milana menyimpulkan bahwa
gadget itu merupakan suatu perangkat elektronik yang memiliki berbagai
macam fitur dan aplikasi yang dapat memberikan kemudahan kepada manusia
dan memiliki fungsi khusus.

Anak merupakan sebuah anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Usia anak
dibawah 5 tahun merupakan usia yang memiliki keingintahuan yang sangat
tinggi dan selalu meniru sesuatu yang dilihatnya. Pada usia ini, otak anak
masih dalam tahap perkembangan dan memiliki ingatan yang sangat kuat. Jika
anak pada usia ini sudah menggunakan gadget secara terus menerus, maka
akan berakibat pada perkembangannya. Anak akan lebih fokus pada gadget
dan kurang berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Milana, pada tahun pertama anak harus mengembangkan suatu


kepercayaan dasar, tahun kedua anak diarahkan untuk mengetahui identitas
dirinya, dan tahun ketiga anak diajarkan berbagai macam hal untuk melatih
psikomotoriknya. Pada usia 3-5 tahun, anak sudah bisa mandiri yang ditandai
dengan bisa makan sendiri, mandi sendiri, dan memakai baju tanpa bantuan.
Masa-masa ini merupakan masa golden age yang dimana anak sedang
mengalami perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan
sosial secara cepat. Jika masa ini terlewati begitu saja, maka perkembangan
anak tidak akan berjalan dengan baik.

Berkenaan dengan masa golden age, Milana mengutip dari Carneige Ask
Force yang merupakan seorang ahli pendidikan yang menyebutkan bahwa :

1. Perkembangan otak anak lebih cepat pada usia sebelum 1 tahun.


2. Perkembangan otak anak dipengaruhi oleh lingkungan.
3. Pengaruh lingkungan berdampak lama terhadap perkembangan otak.
4. Perkembangan otak dapat dilakukan dengan memberikan latihan sensorik.
5. Stress pada usia dini dapat merusak fungsi otak.

Berkaitan dengan hal diatas, maka usaha yang dapat dilakukan oleh orang
tua dalam menghadapi masa golden age adalah sebagai berikut :

1. Memberikan ASI
Pemberian ASI pada anak usia 0-2 tahun dapat berpengaruh pada
tingkat kecerdasan anak dan pertumbuhannya. Selain itu, ASI juga dapat
menguatkan hubungan antara ibu dan anak.
2. Mengembangkan kepribadian anak
Masa ini berlangsung pada usia 2-4 tahun. Pada masa ini, anak mulai
mengenali lingkungannya sehingga peranan orang tua sangat penting. Anak
harus sudah mulai diberitahu tentang hal yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan. Pada usia 5 tahun, aktivitas yang anak lakukan adalah
bermain. Bermain difantasikan sebagai bekerja sehingga anak melakukan
sesuatu yang dikerjakan oleh orang dewasa seperti dokter-dokteran, masak-
masakan, mobil-mobilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua harus
mulai mengenalkan jenis kelamin dan peran-peran yang diharapkan akan
berkembang pada diri anak melalui mainan yang dibelikan.

Dalam hal ini, peranan orang tua sangat penting bagi perkembangan anak.
Anak yang berkelanjutan bermain gadget tidak akan memiliki perkembangan
fisik dan psikomotorik yang baik disebabkan oleh masa golden age yang
berlalu begitu saja tanpa adanya bimbingan dan latihan untuk perkembangan
psikomotiknya.

Milana menyebutkan bahwa pendidikan yang baik untuk anak adalah


pendidikan yang berpusat pada anak sehingga anak usia dini memiliki rasa
tanggung jawab. Pendidikan ini berfungsi untuk mengoptimalkan
perkembangan kecerdasan pada anak. Pembelajaran yang membosankan dan
lingkungan kelas yang buruk akan berdampak pada tingkat prestasi anak.
Teknologi yang sangat pesat juga akan berpengaruh pada ketertarikan anak
dalam belajar, anak akan lebih tertarik untuk bermain gadget dibandingan
dengan belajar. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan dengan
menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar dan berkembang sesuai
dengan yang diharapkan.

Selain pendidikan yang dilakukan di sekolah, pendidikan di rumah juga


sangat penting dalam perkembangan anak. Pola asuh yang benar akan sangat
berpengaruh pada karakter dan tingkat kecerdasan anak. Milana menyebutkan
bahwa pola asuh anak dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu sebagai berikut.

1. Gaya pelatihan emosional


a. Gaya pelatihan emosi (coaching)
Pola asuh ini mengajarkan anak dalam menangani emosi
negatifnya dan sebagai kesempatan orang tua untuk lebih dekat dengan
anak.
b. Gaya pengabai emosi (dimissing parenting style)
Pola asuh ini tidak memberikan penanganan terhadap emosi negatif
anak dan menganggap bahwa emosi tersebut merupakan cerminan dari
buruknya pengasuhan.
2. Gaya pendisiplinan
a. Pola asuh demokrasi
Pola asuh ini lebih mementingkan kepentingan anak yang bersikap
rasional. Ciri-ciri dari pola asuh ini adalah sebagai berikut :
1) Anak diberikan kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan
kontrol internal.
2) Anak diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan.
3) Memprioritaskan anak, tetapi tidak ragu dalam mengendalikan
anak.
4) Bersikap realistis dan tidak berharap lebih terhadap kemampuan
anak.

Dengan menggunakan pola asuh ini, anak akan menjadi pribadi


yang percaya diri, sopan, bersahabat, mau bekerja sama, dan memiliki
rasa keingintahuan yang tinggi.

b. Pola asuh otoriter


Pola asuh ini menekankan anak agar menuruti apa yang dikatakan
oleh orang tua, biasanya terdapat ancaman yang diberikan kepada anak.
Ciri-ciri dari pola asuh ini adalah sebagai berikut :
1) Anak harus mematuhi perintah orang tua.
2) Anak dikendalikan oleh orang tua.
3) Anak tidak pernah diberikan pujian.
4) Orang tua tidak mau menerima pendapat anak dan mengambil
keputusan secara sepihak.
Dengan menggunakan pola asuh ini, anak akan menjadi pribadi
yang pemurung, penakut, stress, mudah tersinggung, merasa tidak
bahagia, tidak memiliki arah masa depan yang jelas, dan tidak
bersahabat.

c. Pola asuh permisif


Pola asuh ini memiliki pengawasan yang longgar dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup dari orang tua. Ciri-ciri dari pola asuh ini adalah sebagai
berikut :
1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya dalam
pengambilan keputusan dan dalam melakukan sesuatu tetapi masih
diawasi dengan pengawasan yang longgar.
2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
keinginannya.
3) Orang tua tidak pernah menghukum anaknya.

Dengan melakukan pengawasan ini, anak akan menjadi pribadi


yang memiliki rasa percaya diri yang rendah, suka memberontak, suka
mendominasi, dan tidak jelas arah hidupnya.

Lingkungan keluarga sangat penting bagi perkembangan fisik dan


psikomotorik anak. Pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh bagi karakter
anak. Jika anak dibiasakan hanya berinteraksi dengan benda mati maka akan
sangat berpengaruh bagi kehidupannya di masa yang akan mendatang.
Penggunaan gadget akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
Dalam artikel ini, Milana telah menyebutkan beberapa dampak negatif dari
gadget bagi perkembangan anak, yaitu sebagai berikut.

1. Sulit konsentrasi pada dunia nyata


Ketika anak sudah terbiasa bermain dengan gadget, ia akan fokus
terhadap gadget saja dan tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya. Oleh
sebab itu, anak akan kesulitan untuk berinteraksi dan berteman dengan
orang disekelilingnya.
2. Terganggunya fungsi PFC
PFC (Pre Frontal Cortex) adalah bagian di dalam otak yang mengontrol
emosi, kontrol diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan, dan nilai-nilai
lainnya. Anak yang sudah kecanduan gadget, didalam otaknya akan
memproduksi hormon dopamin yang akan menyebabkan fungsi PFC
terganggu.
3. Introvert
Anak-anak yang sudah kecanduan dengan gadget akan menganggap
bahwa gadget itu segalanya dan apabila anak tidak diberi gadget mereka
akan gelisah. Akibatnya, anak tidak akan mempedulikan dunia yang
sebenarnya dan sulit untuk berbaur dengan teman sebayanya.
4. Antisosial
Anak yang dalam kesehariannya hanya bermain gadget akan sangat
kesulitan bersosialisasi dengan orang lain. Akibatnya, anak akan memiliki
relasi yang sempit dan cenderung akan menghindari keramaian.
C. Pembahasan
Di zaman yang modern ini, gadget tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Dengan ukuran yang kecil dan fungsi yang banyak, gadget
sangat praktis untuk digunakan. Namun, gadget kini tidak hanya digunakan
oleh orang dewasa saja tetapi anak usia dini pun sudah dapat menggunakan
gadget dengan sangat mudah. Dalam pembahasan ini, terdapat beberapa
pendapat yang berbeda mengenai pengaruh gadget bagi perkembangan anak.
Ari Kusuma Sulyana (2019) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
pengaruh gadget bagi perkembangan anak memiliki dampak positif. Menurut
Ari, semakin sering anak bermain gadget maka semakin baik juga fisik motorik
halusnya dan semakin jarang anak bermain gadget maka semakin baik
perkembangan fisik motorik kasarnya.
Namun, pendapat ini ditentang oleh Vivi Syofia Sapardi (2018) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa perkembangan motorik halus dan kasar
anak tidak ditentukan oleh sering tidaknya seorang anak bermain gadget.
Akan tetapi, ditentukan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh orangtuanya. Vivi
menyebutkan bahwa anak yang orangtuanya menjadi ibu rumah tangga akan
memiliki motorik halus dan kasar yang baik sedangkan anak yang orangtuanya
memiliki kesibukan di luar rumah akan memiliki motorik halus dan kasar yang
kurang baik.
Selain itu, Puji Asmaul Chusna(2017) menyebutkan bahwa pengaruh
gadget bagi perkembangan anak hanya memiliki dampak negatif saja. Puji
menyebutkan bahwa jika anak terlalu sering bermain gadget maka anak akan
mengalami penurunan daya konsentrasi sehingga tidak bisa melakukan tugas
yang seharusnya dikerjakan. Selain itu, anak yang keseringan bermain gadget
juga akan kehilangan konsetrasi pada dunia nyata, fungsi PFC nya terganggu,
anak menjadi introvert.
Pendapat dari Puji sejalan dengan pendapat Milana. Dalam artikelnya,
Milana menyebutkan pula dampak dari penggunaan gadget bagi perkembangan
anak adalah kehilangan konsentrasi pada dunia nyata, terganggunya fungsi
PFC, anak menjadi introvert, dan anak menjadi antisosial.
Namun, Rizky Nurfaida et al (2020) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa pengaruh gadget bagi perkembangan anak memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya adalah dapat membentuk karakter religius pada
anak, anak menjadi peduli terhadap sosial, disiplin, dan memiliki sikap
tanggung jawab. Dampak negatifnya adalah jam istirahat anak berkurang,
memiliki sifat pemalas, membahayakan kesehatan mata, dan anak lebih suka
menyendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, artikel “Pengaruh Gadget Terhadap
Perkembangan Anak” karya Milana Abdillah Subarkah memiliki beberapa
kelemahan dan keunggulan.
Dalam artikel tersebut, Milana hanya menyebutkan dampak negatif dari
penggunaan gadget terhadap perkembangan anak tanpa menyebutkan dampak
positifnya. Dalam hal ini, seolah-olah gadget tidak memiliki dampak positif
bagi perkembangan anak. Sementara, Ari Kusuma Sulyandari (2019)
menyebutkan bahwa anak yang bermain gadget itu akan memiliki kemampuan
intelektual yang bagus. Dengan demikian, gadget memiliki dampak negatif dan
positif bagi perkembangan anak.
Selain itu, Milana juga tidak menyebutkan solusi yang dapat dilakukan
oleh orang tua dalam mencegah anak supaya tidak berlebihan dalam bermain
gadget. Solusi ini sangat penting karena akan menjadi pedoman bagi orang tua
yang anaknya sudah kecanduan dalam bermain gadget.
Meskipun artikel ini memiliki beberapa kelemahan, artikel “Pengaruh
Gadget terhadap Perkembangan Anak” karya Milana Abdillah Subarkah ini
memiliki keunggulan dari artikel sejenis yang penulis temukan.
Penulis menemukan empat artikel sejenis yang dapat dibandingkan dengan
artikel karya Milana Abdillah Subarkah. Keempat artikel ini hanya membahas
mengenai dampak positif dan negatif dari pengaruh penggunaan gadget bagi
perkembangan anak tanpa menjelaskan tahapan perkembangan anak.
Dalam artikel “Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak” karya
Milana Abdillah Subarkah dibahas mengenai perkembangan anak secara rinci
sehingga pembaca yang sudah membaca artikel ini menjadi tahu
perkembangan apa saja yang anak alami. Kemudian dijelaskan pula tentang
sistem pendidikan yang baik dan memiliki pengaruh besar bagi perkembangan
anak. Selain itu, dijelaskan pula mengenai berbagai macam pola asuh orang tua
yang dapat berpengaruh bagi masa depan anak. Penjelasan mengenai pola asuh
ini sangat penting karena jika orang tua memberikan pola asuh yang salah
kepada anaknya akan berakibat fatal bagi masa depan anak.
Dengan keunggulan yang telah penulis sebutkan diatas, artikel “Pengaruh
Gadget terhadap Perkembangan Anak” karya Milana Abdillah Subarkah ini
menurut penulis dapat bermanfaat bagi pembaca dan lebih unggul dari artikel
sejenis.
D. Penutup
Berdasarkan uraian singkat isi dan pembahasan dari artikel yang dikaji,
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, gadget merupakan
sebuah benda yang memiliki ukuran kecil dan memiliki fungsi yang dapat
memudahkan pekerjaan manusia. Namun, kini gadget digunakan pula oleh
anak-anak. Apabila anak-anak bermain gadget dengan berlebihan dan tanpa
pengawasan orang tua akan berdampak pada perkembangan anak. Dampak
tersebut adalah anak menjadi malas, fungsi PFC anak terganggu, anak menjadi
introvert, kehilangan konsentrasi terhadap dunia nyata, dan anak menjadi orang
yang antisosial. Kelemahan dari artikel ini adalah tidak disebutkan dampak
positif dari penggunaan gadget bagi perkembangan anak dan tidak disebutkan
solusi agar anak tidak berlebihan dalam bermain gadget. Keunggulannya
adalah dijelaskan secara rinci mengenai tahapan perkembangan anak, sistem
pendidikan yang baik, dan macam-macam pola asuh orang tua.
Meskipun terdapat beberapa kelemahan, artikel ini dapat menjadi pedoman
bagi orang tua yang telah memiliki anak. Orang tua yang berharap agar
anaknya memiliki masa depan yang cerah dapat memberikan pola asuh yang
baik dan benar.
Daftar Pustaka

Chusna, P.A. (2017). Pengaruh Gadget pada Perkembangan Karakter Anak,


[Online]. Tersedia: http://ejournal.iain-
tulungagung.ac.id/index.php/dinamika/article/view/842. [6 Oktober 2020].

Nafaida, R. et al. (2020). Dampak Penggunaan Gadget pada Perkembangan


Anak, [Online]. Tersedia:
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/best/article/view/2807. [6 Oktober
2020].

Sapardi, V.S. (2018). Hubungan Penggunaan Gadget dengan Perkembangan


Anak Usia Prasekolah di PAUD/TK Islam Budi Mulia, [Online]. Tersedia:
https://www.jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/634. [6
Oktober 2020].

Subarkah, M.A. (2019). Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak,


[Online]. Tersedia:
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/RausyanFikr/article/view/1374/858. [6
Oktober 2020].

Sulyandari, A.K. (2019). Pengaruh Gadget pada Perkembangan Anak Usia


Dini, [Online]. Tersedia:
http://riset.unisma.ac.id/index.php/thufuli/issue/view/321. [6 Oktober
2020].

Anda mungkin juga menyukai