Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KESEHATAN MENTAL DAN

PERUBAHAN PERILAKU
Yulianti Siti Jamilah
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh body shaming terhadap kesehatan
mental dan perubahan perilaku seseorang serta untuk mengetahui solusi yang dapat diterapkan
di masyarakat agar body shaming tidak terjadi lagi. Alasan peneliti memilih body shaming
sebagai topik untuk diteliti karena body shaming sering terjadi di kalangan masyarakat
Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah masyarakat Indonesia dengan rentang usia 15-23 tahun
yang dipilih secara inSidental melalui aplikasi sosial media Whatsapp dan Twitter. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada responder.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa body shaming dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang
dan kesehatan mental seseorang. Sebagian besar korban body shaming tidak mengalami
perubahan perilaku dalam kehidupannya.
Kata Kunci : body shaming, mental, perilaku

PENDAHULUAN mengenai fisik suatu individu. Masyarakat


Dewasa ini, fisik selalu menjadi Indonesia beranggapan bahwa seorang
bagian penilaian seseorang terhadap suatu perempuan dikatakan sempurna apabila
individu. Fisik merupakan sebutan terhadap memiliki warna kulit putih, memiliki hidung
suatu wujud yang dapat terlihat dengan kasat mancung, bertubuh ideal, memiliki paras
mata. Kata fisik seringkali digunakan untuk yang rupawan, dan terbebas dari berbagai
menyebut suatu benda yang dapat dilihat macam penyakit kulit seperti jerawat, panu,
secara langsung oleh mata. Selain itu, kata ataupun bekas luka. Standar kecantikan ini
fisik digunakan pula untuk menyebut bagian tidak hanya berlaku bagi perempuan saja,
tubuh manusia yang dapat dilihat oleh indera tetapi berlaku pula bagi laki-laki. Laki-laki
penglihatan (mata). dianggap memiliki fisik yang sempurna
Manusia yang memiliki fisik sesuai apabila berbadan tegap, memiliki tinggi
dengan standar kecantikan di masyarakat badan diatas 170 cm, memiliki alis tebal,
akan dihargai dan akan menjadi seseorang rambut lurus, dan tangan yang berurat.
yang selalu diterima keberadaannya. Standar ini berlaku untuk semua orang
Disamping itu, manusia yang memiliki fisik sehingga timbul permasalahan di
yang tidak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat, yaitu body shaming.
di masyarakat akan cenderung tidak dihargai Body shaming adalah suatu
dan keberadaannya seringkali ditolak. perbuatan yang bersifat merendahkan atau
Standar kecantikan yang ada di mengejek fisik suatu individu baik secara
masyarakat Indonesia ini menjadi akar verbal maupun non verbal. Saat ini, body
permasalahan dari pandangan seseorang shaming menjadi sesuatu yang tidak asing
lagi di masyarakat. Seorang individu dapat METODOLOGI PENELITIAN
dengan mudahnya melontarkan kata-kata Penelitian ini menggunakan metode
yang bersifat mengejek terhadap individu penelitian survey dengan teknik analisis data
yang lainnya. Biasanya, bagian fisik yang
deskriptif. Penelitian survey merupakan
selalu menjadi bahan kritikan adalah wajah,
bentuk tubuh, warna kulit, bentuk rambut, suatu cara yang digunakan untuk
dan tinggi badan. mengumpulkan informasi dari sejumlah
Saat ini, banyak sekali kasus body
besar individu dengan menggunakan
shaming di dunia, termasuk Negara
Indonesia. Dikutip dari halaman web kuesioner, interview, atau melalui pos (by
news.detik.com terdapat salah satu kasus mail) maupun telepon (Yusuf, A.M, 2016).
body shaming yang terjadi di Batam yang
Metode deskriptif merupakan metode
menyebabkan seorang remaja berusia 15
tahun meninggal dunia. Kejadian ini terjadi analisis data yang memaparkan data-data
pada bulan Agustus 2020. Berdasarkan yang telah didapat dari kuesioner yang telah
kasus tersebut, maka dapat dilihat bahwa diisi oleh responder dalam bentuk naratif
body shaming ini sangat berbahaya dan bisa
menyebabkan korbannya menjadi kurang dan berisi fakta. Subjek dari penelitian ini
percaya diri, depresi, stress, bahkan bisa adalah masyarakat Indonesia dengan rentang
menyebabkan kematian. Namun, banyak usia 15-23 tahun berjenis kelamin laki-laki
pula korban body shaming yang tidak peduli
dan perempuan yang dipilih secara
terhadap kritik orang-orang mengenai
bentuk tubuhnya. insidental melalui aplikasi sosial media
Peneliti beranggapan bahwa body Whatsapp dan Twitter.
shaming ini tidak hanya memiliki dampak
negatif saja bagi korbannya. Namun, dapat HASIL PENELITIAN
dilihat pula dampak positif dari body Hasil penelitian yang didapatkan dari
shaming ini. Selain itu, peneliti juga 100 responder mengenai usia dan jenis
beranggapan bahwa body shaming ini dapat kelamin, yaitu sebagai berikut :
diatasi sehingga kasus yang telah telah
terjadi tidak akan terjadi lagi di masa yang
akan datang.
Berdasarkan permasalahan yang
telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai body
shaming di masyarakat. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dampak dari
body shaming terhadap kesehatan mental
Diagram 1.1 usia
dan perubahan perilaku masyarakat yang
menjadi korban dari body shaming.
Berdasarkan data yang ditampilkan shaming pada bagian bentuk tubuh dan
pada diagram 1.1 dapat dilihat bahwa wajah.
sebanyak 65% responder berusia 18-20
tahun yang merupakan usia remaja akhir.
Selanjutnya, responder dengan rentang usia
21-23 tahun termasuk ke dalam usia dewasa
awal. Kemudian, responder dengan rentang
usia 15-17 tahun termasuk ke dalam usia
remaja awal. Diagram 1.4 respon responder ketika
mengalami body shaming

Berdasarkan data pada diagram 1.4,


dapat diketahui bahwa sebanyak 69% orang-
orang tidak memberi respon apapun ketika
mengalami body shaming, 6% marah, 6%
menangis, 4% memberi teguran, 1%
Diagram 1.2 tempat kejadian melontarkan kata-kata yang buruk, dan 14%
Berdasarkan data pada diagram 1.2 lainnya berupa memberikan senyum palsu
dapat diketahui bahwa sebanyak 46% orang- kepada pelaku dan merasakan tidak enak
orang mengalami body shaming di sekolah, hati. Maka dapat disimpulkan bahwa
35% di rumah, 12% di kampus, 5% di sebagian besar korban lebih memilih untuk
tempat kerja, dan 2% di sosial media. Maka membiarkannya saja.
dapat disimpulkan bahwa rata-rata
masyarakat Indonesia mengalami body
shaming di sekolah dan rumah.

Diagram 1.5 perasaan responder

Berdasarkan tabel 1.5 dapat diketahui


sebanyak 63% orang-orang yang telah
Diagram 1.3 target fisik yang dijadikan body mengalami body shaming merasa bahwa
shaming kepercayaan dirinya berkurang, 15% merasa
biasa saja, 8% menjadi murung, 6% merasa
Sebanyak 68% orang-orang mengalami stress, 2% merasa depresi, dan 6% lainnya
body shaming pada bentuk tubuh, 41% pada merasa tidak peduli. Maka dapat
wajah, 21% pada tinggi badan, 20% pada disimpulkan bahwa perasaan yang dirasakan
warna kulit, dan 4% pada bentuk rambut. oleh responder adalah menurunnya tingkat
Maka dapat diketahui bahwa rata-rata kepercayaan diri. Turunnya kepercayaan diri
masyarakat Indonesia mengalami body
ini dominan dialami oleh remaja akhir dan kalangan, mulai dari usia remaja awal (15-
dewasa awal. 17 tahun), remaja akhir (18-20 tahun), dan
dewasa awal (21-23 tahun). Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tri Fajariani Fauzia dan Lintang Ratri
Rahmiaji (2019) yang menjelaskan bahwa
body shaming sering dialami oleh
perempuan di semua kalangan, mulai dari
remaja hingga dewasa terutama yang
memiliki bentuk tubuh berbeda dengan
Diagram 1.6 perubahan perilaku orang lain atau tidak ideal. Hal ini dijelaskan
dalam teori objektifikasi yang menyebutkan
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pengalaman hidup yang dialami oleh
bahwa 44% orang-orang mengalami wanita dan sosialisasi peran gender dari
perubahan perilaku dan 56% tidak objektifikasi seksual akan mendorong
mengalami perubahan. Perubahan perilaku seseorang untuk melihat dirinya sendiri
yang dialami oleh responder diantaranya sebagai objek dan meningkatkan penilaian
adalah menjadi seseorang yang lebih terhadap dirinya sendiri (Shabrina, 2019 :
tertutup, tidak mencintai dirinya sendiri, Moradi dan Huang, 2008). Teori ini lebih
menyalahkan dirinya, dan menghindari mempengaruhi perempuan dibandingan
keramaian. Selain itu, ada pula perubahan dengan laki-laki (Shabrina, 2019 : Grade, et
positif yang dialami oleh responder seperti al, 2007).
memperbaiki penampilan, menjaga pola
makan, dan rajin olahraga. Menurut Dr. Devie Rahmawati
(Shabrina, 2019) yang merupakan seorang
PEMBAHASAN pengamat sosial dan Ketua Program Studi
Body shaming adalah perasaan malu Vokasi Komunikasi UI, menyebutkan
terhadap bentuk tubuh diri sendiri bahwa ada beberapa faktor yang
berdasarkan hasil penilaian orang lain menyebabkan seseorang melakukan body
terhadap dirinya dan penilaian diri sendiri shaming terhadap orang lain, yaitu sebagai
mengenai bentuk tubuhnya yang tidak sesuai berikut.
dengan standar bentuk tubuh yang ideal
1. Kultur Patron Klien adalah seseorang
(Shabrina, 2019 : Nol dan Frederickson,
yang memiliki kekuasaan tinggi,
1998).
memiliki harta yang berlimpah, dan bisa
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
melakukan apapun yang dia inginkan.
diketahui bahwa body shaming cenderung Hal ini dapat menyebabkan seseorang
dialami oleh perempuan dibandingkan
menjadi tidak menghargai orang lain dan
dengan laki laki. Sebanyak 91,9% body
akan seenaknya.
shaming dialami oleh perempuan,
2. Patriaki, hal ini terjadi ketika sekelompok
sedangkan laki-laki hanya 8,1% saja. Body
atau seseorang memberikan bercandaan
shaming pada perempuan terjadi di semua
yang mengarah pada fisik seseorang, Seharusnya, rumah menjadi tempat yang
seperti hidung pesek, jerawatan, gendut, nyaman bagi orang-orang, tetapi sebanyak
pendek, kulit hitam, kurus, kurang gizi, 35% orang-orang mengalami body shaming
dan sebagainya. di rumahnya sehingga membuat orang-orang
3. Kurangnya pemahaman bahwa body yang mengalaminya menjadi tidak nyaman.
shaming merupakan suatu perbuatan Kedekatan yang begitu erat menyebabkan
buruk dan jika dilakukan, pelakunya akan body shaming kerap terjadi di rumah, orang-
terjerat hukum apabila korban membuat orang yang melakukannya adalah keluarga
laporan mengenai hal tersebut. dengan alasan bercanda.
4. Post kolonial yang merupakan faktor
dimana masyarakat Indonesia mengikuti Target fisik utama body shaming
kebudayaan yang mengarah ke barat adalah bentuk tubuh. Sebanyak 68% orang-
seperti hidung mancung, kulit putih, orang mengalami body shaming pada bentuk
tubuhnya. Pada usia 15-17 tahun, didapatkan
tinggi, memiliki wajah yang tampan dan
10 dari 15 orang yang mengalami body
cantik, dan memiliki bentuk tubuh ideal.
shaming pada bentuk tubuh. Kemudian pada
5. Budaya Indonesia yang membentuk
usia 18-20 tahun, didapatkan 40 dari 65
kelompok-kelompok kecil yang selalu
bersama-sama setiap harinya akan orang mengalami body shaming pada bentuk
menganggap bahwa body shaming yang tubuh. Selanjutnya pada usia 21-23 tahun,
dilakukannya sebagai bercandaan saja didapatkan sebanyak 16 dari 20 orang
dan lumrah terjadi. mengalami body shaming. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kasus body shaming
Berdasarkan hasil penelitian yang terhadap bentuk tubuh terjadi di semua
telah dipaparkan diatas, dapat diketahui kalangan usia. Faktor pembentuk dari kasus
bahwa body shaming sering terjadi di ini adalah adanya standar bentuk tubuh yang
lingkungan sekolah. Faktor utama dari ideal. Saat ini, bentuk tubuh yang ideal
terjadinya body shaming di sekolah adalah adalah tubuh yang memiliki bentuk
karena usia anak sekolah termasuk ke dalam proporsional, berat badan yang tidak
usia remaja. Pada usia remaja, seseorang berlebihan, dan memiliki tubuh tinggi
memiliki pemikiran yang belum matang, (Puspasari, 2019).
belum mampu mengontrol emosi, dan belum
mampu mengendalikan perilakunya Menurut Tri Fajariani Fauzia dan
(Fajarini & Khaerani, 2014). Maka dapat Lintang Ratri Rahmiaji (2019) menjelaskan
diketahui bahwa body shaming ini terjadi bahwa body shaming terhadap bentuk tubuh
dibagi menjadi dua, yaitu :
karena remaja belum bisa mengatur cara
bicara dan cenderung akan menyampaikan 1. Fat shaming, merupakan body shaming
sesuatu dengan seenaknya tanpa dipikirkan yang paling populer dan ditujukan pada
terlebih dahulu. orang-orang yang memiliki tubuh gemuk.
2. Skinny/thin shamming, merupakan
Selain itu, body shaming sering
kebalikan dari fat shamming. Thin
terjadi juga di lingkungan rumah.
shamming ini ditujukan kepada orang-
orang yang memiliki bentuk tubuh yang responder merasakan kepercayaan dirinya
kurus. menurun. Faktor utama yang menyebabkan
turunnya kepercayaan diri responder adalah
Kemudian sebanyak 41% orang- perkataan yang dilontarkan oleh pelaku body
orang mengalami body shaming pada bagian shaming kepada responder yang bersifat
wajah. Pada rentang usia 15-17 tahun, mengejek dan merendahkan.
sebanyak 8 dari 15 orang mengalami body
shaming pada wajah. Pada rentang usia 18- Kepercayaan diri remaja (15-20
20 tahun, sebanyak 27 dari 65 orang tahun) termasuk ke dalam kategori sedang
mengalami body shaming pada wajah. Pada (Fitri et al., 2018). Selain itu, remaja juga
rentang usia 21-23 tahun, sebanyak 6 dari 20 belum mampu mengontrol emosi yang ada
orang mengalami body shaming pada wajah. di dalam dirinya sehingga apabila remaja
Faktor yang mempengaruhinya adalah mengalami body shaming akan
adanya standar di masyarakat seperti wajah menyebabkan turunnya rasa percaya diri.
mulus, hidung mancung, bibir tebal, alis Bahkan, ada pula sebagian kecil remaja
tebal, dan sebagainya. perempuan yang stress, depresi, dan murung
ketika mengalami body shaming.
Ketika responder menerima
perkataan-perkataan buruk mengenai Pada usia dewasa awal (21-23
tubuhnya, responder tidak memberikan tahun), seseorang sedang mengalami masa
respon apapun terhadap hal tersebut. Mereka transisi dari remaja menuju dewasa
lebih memilih untuk memendamnya sendiri, (Maulida, 2020). Pada usia ini juga,
bersikap seolah baik-baik saja, dan seseorang sedang mengalami masa
memberikan senyuman yang palsu kepada ketegangan emosional dan mengalami
pelakunya. Hal ini terjadi karena responder kebigungan serta keresahan emosional
tidak ingin meluapkan emosinya kepada (Sukirman, 2014). Maka dapat diketahui
orang lain. Selain itu, mereka merasa takut bahwa orang dewasa juga mengalami
perlakuan body shaming akan semakin penurunan kepercayaan diri ketika
memburuk jika langsung meluapkan mengalami body shaming. Hal ini
emosinya. Jadi mereka lebih memilih untuk disebabkan karena ejekan yang diterima dari
diam agar perlakuan body shaming terhadap orang lain terhadap dirinya yang
dirinya tidak semakin memburuk. Namun, mengakibatkan seseorang memandang
ada pula responder yang memberikan respon dirinya rendah. Body shaming yang dialami
seperti menangis, marah, kesal, dan oleh orang dewasa awal tidak menyebabkan
memberi teguran kepada pelaku body stress dan depresi.
shaming. Hal ini terjadi karena setiap orang
memiliki kepribadian unik dan berbeda- Berdasarkan pemaparan tersebut,
beda. maka dapat diketahui bahwa body shaming
dapat memberikan dampak negatif terhadap
Meskipun responder tidak kesehatan mental seseorang. Body shaming
memberikan respon apapun terhadap pelaku yang dilakukan secara terus menerus akan
body shaming, tetapi sebagian besar mengganggu kesehatan mental korbannya
dan dapat membuat seseorang menjadi Sebagian kecil korban body shaming
depresi (Shabrina, 2019). Meskipun hanya memilih untuk memperbaiki
sebagian kecil (2%) yang mengalami depresi penampilannya mengikuti standar di
dan 6% mengalami stress, tetapi jika masyarakat agar tidak mengalami body
dilakukan dengan terus menerus maka akan shaming lagi. Hal ini disebabkan karena
membuat korban yang lainnya menjadi adanya anggapan bawa seseorang yang
depresi dan stress juga. memiliki penampilan menarik akan
dihargai oleh orang disekitarnya. Selain
Menurut DR. Namora Lumongga itu, korban juga ingin membuktikan
dalam bukunya “Depresi : Tinjauan bahwa dirinya tidak seburuk apa yang
Psikologis” menyebutkan bahwa depresi dikatakan oleh pelaku.
adalah suatu gangguan mental yang 2. Rajin berolahraga
diakibatkan oleh pengalaman yang Perubahan perilaku ini dialami oleh
menyakitkan dan juga merupakan suatu orang yang mengalami fat shaming.
perasaan kehilangan harapan. Biasanya, Memiliki tubuh yang ideal merupakan
depresi ditandai dengan hilangnya gairah dambaan semua orang sehingga korban
dalam hidup dan diikuti dengan gejala lain akan berusaha agar dirinya memiliki
seperti mengalami kesulitan untuk tidur dan tubuh ideal.
selera makan yang menurun. Depresi
berbeda dengan stress. Stress memiliki Perubahan negatif
tingkatan lebih rendah daripada depresi.
Stress merupakan awal dari depresi, jika 1. Menjadi introvert
seseorang tidak mampu mengatasi stress Sebagian besar korban body shaming
yang dialami maka dia akan memasuki fase menjadi seseorang yang pendiam dan
depresi. Jika seseorang mengalami depresi, malas untuk bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Hal ini disebabkan oleh
maka dia memerlukan seseorang yang ahli
perlakuan orang-orang terhadap dirinya
di bidang psikologi untuk membantu
mengobati depresinya. sehingga seseorang lebih memilih untuk
menghindari keramaian.
Dari hasil penelitian dapat diketahui 2. Membenci diri sendiri
bahwa sebanyak 56% korban body shaming Perkataan orang-orang mengenai
tidak mengalami perubahan perilaku dalam bentuk tubuh seseorang akan
kehidupannya dan sebanyak 46% menyebabkan seseorang membenci
mengalami perubahan perilaku. Terdapat dirinya sendiri. Hal ini disebabkan karena
perubahan positif dan negatif yang dialami korban membenarkan perkataan yang
oleh korban, diantaranya adalah sebagai diucapkan oleh pelaku kepada dirinya.
berikut. 3. Minder
Hal ini disebabkan karena seseorang
Perubahan positif
menganggap bahwa dirinya seburuk apa
1. Memperbaiki penampilan yang dikatakan oleh pelaku terhadap
dirinya sehingga ketika korban bertemu
dengan orang lain, maka ia akan merasa Fajarini, F., & Khaerani, N. M. (2014).
minder. Kelekatan aman, religiusitas, dan
4. Murung kematangan emosi pada remaja. Jurnal
Faktor yang menjadi penyebab seseorang
Psikologi Integratif, 2(1), 22–29.
menjadi murung adalah adanya kesedihan
yang mendalam di dalam dirinya https://media.neliti.com/media/publications
sehingga seseorang akan menjadi orang /126264-ID-kelekatan-aman-religiusitas-
yang pemurung, kehilangan semangat, dan-kematang.pdf
dan cenderung menutup diri dari orang-
orang. Fitri, E., Zola, N., & Ifdil, I. (2018). Profil
Kepercayaan Diri Remaja serta Faktor-
SIMPULAN
Faktor yang Mempengaruhi. JPPI (Jurnal
Body shaming adalah perbuatan yang Penelitian Pendidikan Indonesia), 4(1), 1.
bersifat merendahkan orang lain. Body
https://doi.org/10.29210/02017182
shaming sering dialami oleh perempuan di
semua kalangan mulai dari remaja hingga Lumongga, D. N. (2016). Depresi: tinjauan
dewasa. Faktor yang mempengaruhi body
psikologis. Kencana.
shaming adalah kultur patron klien, patriaki,
kurangnya pemahaman mengenai body Maulida, F. (2020). Hubungan Antara Body
shaming, post kolonial, dan adanya
Image Dengan Kepercayaan Diri Pada
kelompok kecil di masyarakat. Body
shaming sering dialami di sekolah dan Mahasiswa.
rumah. Targat fisik yang menjadi sasarannya
Puspasari, L. (2019). Body Image dan Bentuk
adalah bentuk tubuh dan wajah. Body
shaming dapat menurunkan tingkat Tubuh Ideal, Antara Persepsi dan Realitas.
kepercayaan diri seseorang dan dapat Buletin Jagaddhita, 1(3), 1–4.
mengganggu kesehatan mental seseorang. https://buletin.jagaddhita.org/id/publication
Kemudian, sebanyak 46% korban body s/277812/body-image-dan-bentuk-tubuh-
shaming mengalami perubahan perilaku
ideal-antara-persepsi-dan-realitas
dalam dirinya dan sebanyak 54% tidak
mengalaminya. Perubahan ini ada yang Shabrina, N. H. (2019). Perancangan
positif dan negatif. Perubahan positif yang
Multimedia Dalam Kampanye Sosial
dialami oleh korban diantaranya adalah
memperbaiki penampilan dan rajin Pencegahan “Body Shaming.” 2008, 8–28.
berolahraga. Perubahan negatif yang dialami
Sukirman, R. P. (2014). Perbedaan Kematangan
korban adalah menjadi seseorang yang
introvert, membenci diri sendiri, minder, Emosi Ditinjau Dari Jenis Kelamin Pada
dan murung. Komunitas MCL (MALANG CAT
LOVERS). 49–60.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai