Anda di halaman 1dari 8

RENCANA KONSELING PADA KONSELI DENGAN MASALAH INSECURITIES

MENGGUNAKAN PENDEKATAN REBT

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Mikro Konseling

Disusun Oleh : Meutia Syafira

NIM : 19102020025

Kelas : Mikro Konseling VII

Supervisor : Bapak Anggi Jatmiko, M.A

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UINVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
A. Identifikasi Masalah
Pada perencanaan konseling agar proses konseling berjalan dengantepat dan
lancer maka diperlukan pendeskripsian kasus serta identifikasi gejala. Sebagai
berikut :
1. Deskripsi kasus
Konseli merupakan seorang remaja laki-laki berinisial WWJ yang berumur
21 tahun. WWJ merupakan anak tunggal yang sekarang bertempat tinggal
bukan dengan kedua orangtuanya melainkan dengan kakek dan neneknya,
dikarenakan WWJ sejak berumur 5 tahun mengalami suatu masalah yang
menimpa kepada kedua orangtuanya yang mengakibatkan kedua
orangtuanya harus berpisah atau bercerai, maka dari itu WWJ di titipkan
kepada nenek dan kakeknya sampai saat ini.
Kondisi WWJ saat ini sama seperti remaja pada umumnya yang
mengalami perkembangan dengan baik, dengan fisik yang normal tidak
mengalami kendala ataupun kesusahan dalam melakukan suatu aktifitas.
Tahun 2019 ia telah menyelesaikan pendidikan dibangku sekolah tamatan
SMK, dan sejak itu sebenernya WWJ berkeinginan untuk melanjutkan ke
jenjang perkuliahan, namun WWJ juga menyadari factor keluarga yang tidak
mendukung yang mengharuskan WWJ terpaksa tidak melanjutkan ke jenjang
perkuliahan, akhirnya WWJ memutuskan untuk mencari pekerjaan . akhirnya
selang beberapa bulan dari kelulusannya WWJ diterima di suatu pekerjaan
Retail (Alfamart) dan ia bekerja hanya sampai 6 bulan saja dikarenakan ada
factor yang mengharuskan ia berpindah lokasi ke yang lebih jauh sehingga ia
memutuskan untuk resign . dan sejak itu ia mencari lagi pekerjaan lain.
Dan suatu ketika WWJ hari demi hari sering memikirkan tentang nasib
nya diri sendiri karena ia adalah korban broken home. Dan ia sering gelisah
ketika melihat teman-temannya yang bahagia dengan keluarga yang utuh,
dan seiring berjalannya waktu hari demi hari WWJ mengalami rasa takut
yang mengancam dan ketidak percaannya pada diri sendiri karena benar-
benar tidak ada yang meng-support dari keluarganya, semua hal tersebut
menjadikan WWJ merasa insecure.
Saat ini WWJ mencoba untuk bangkit dengan kembali semangat mencari
pekerjaan, namun pekerjaan itu tak kunjung ia dapatkan sehingga
mengakibatkan dirinya patah semangat dan tidak ada rasa percaya diri pada
dirinya. Ditengah-tengah perjalanan ia berkenalan dengan seorang
perempuan yang berinisial MS yang akhirnya menjadi kekasihnya. Diketahui
MS adalah tipikal orang yang men-support dirinya dalam segala hal , akhirnya
mereka berdua mempunyai pandangan untuk usaha yaitu dengan mendirikan
sebuah toko online yang menjual pakaian bekas (yang sekarang di kenal
dengan thrifting) seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit usahanya
mulai berkembang dan masih tetap berjalan sampai saat ini.
Saat memasuki usianya yang lebih dewasa WWJ tengah memikirkan
masa depan karena ia juga memiliki keinginan untuk menikah , namun WWJ
selalu merasa bingung dan gelisah karena belum memiliki pekerjaan yang
tetap. Hal tersebut membuatnya sangat insecure karena melihat teman-
temannya yang sudah mapan, sedangkan WWJ belum, WWJ juga tidak bias
mengandalkan apapun dari bapak ataupun ibunya, ia harus berjuang sendiri.

2. Gejala Muncul
Gejala pada WWJ dikategorikan menjadi tiga kelompok, sebagai berikut :

a. Aspek Perilaku
1). Sering menyendiri
2). Merasa tidak nyaman dengan keramaian
3). Sering melamun dan tidak focus

b. Aspek Emosi
1). WWJ merasa cemas dan gelisah
2). WWJ kerasa khawatir
3). WWJ tidak percaya diri

c. Aspek kognitif
1). WWJ menyadari bahwa dirinya tidak dapat bergantung kepad orang
lain bahkan orangtuanya yang sudah bercerai
2). WWJ masih merasa bingung harus mencari pekerjaan dimana, karena
sampai saat ini ia mencoba melamar pekerjaan tapi belum ada yang
menerima.
3). WWJ sadar harus kembali bangkit, karena tidak mungkin ia terus
dalam keadaan seperti ini
B. Diagnosis
Dalam menentukan diagnose dengan menggunakan pendekatan REBT
yaitu dengan teori ABC. Terapi REBT ini berfokus pada pemecahan masalah
yang mencangkup aspek berfikir, menilai, memutuskan dan direktif. ABC yang
dimaksud adalah A (Aktivating Experience) yang berarti pengalaman individu.
Kemudian B (Belief System) yang berarti keyakinan individu dan C
(Consequence) yang berarti reaksi individu.
A : Konseli yang saat ini menjalani kehidupannya dengan tidak adanya
keluarga yang men-supportnya , lalu kebingungan konseli harus mencari
pekerjaan dimana dan juga rasa insecure karena melihat teman sebayanya
mempunyai kehidupan yang stabil.
B : Kekasih dari konseli yang selalu mendukung dalam keadaan apapun
juga sedikit berpengaruh untuk konseli tetap ingin berjuang untuk masa
depannya
C : Emosi yang dirasakan oleh konseli yakni
kecemasan,sedih,kekhawatiran. Tidak percaya diri dan insecure. Perilaku yang
ditimbulkan oleh konseli yaitu sering menyendiri, sering melamun, sering tidak
focus dan tidak nyaman jika berada dalam keramaian. Dari analisis diatas diduga
konseli memiliki masalah dari pikiran dan keyakinan irrasional yang berakibat
pada timbulnya emosi negatif dan berdampak pada perilaku dan diri konseli.
Menurut Ellis, Lynn, & David (2010) mengemukakan keyakinan irasional
merupakan pikiran-pikiran evaluative yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungannya yang bersifat tidak logis, tidak berdasarkan realitas,
sehingga menghambat seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ellis
(2007) mengungkapkan keyakinan irasional adalah

pikiran, emosi atau perilaku yang menyebabkan konsekuensi yang


mampu merusak diri serta menggangu kelangsungan hidup dan
kebahagiaannya. David (2019) dari keyakinan irasional menyebabkan
disfungsional/maladaptive pada perilaku, emosi, dan kognitif. Sasmita (2015)
keyakinan irasional merupakan keyakinan tidak logis yang dipercayai dan
ditanamkan ke dalam diri secara terus menerus. Menurut Purwati (2019) bahwa
seseorang yang memiliki keyakinan irasional rendah maka individu tersebut akan
memiliki penerimaan diri yang baik. Jones (2011) mengemukakan bawa
penyebab seseorang memilliki pemikiran irasional diantaranya karena menolak
resiko dan usaha yang terlibat jika mengambil tindakan, seseorang tidak
memahami dengan jelas apa yang dilakukan, tidak memiliki keterampilan, serta
minim rasa kepercayaan diri. Komalasari, dkk (2011) mengemukakan bahwa
individu dengan pemikiran rasional mampu mengarahkan dirinya berbahagia,
mencintai, tumbuh dan mengaktualisasikan diri dengan baik.
Pada WWJ kondisi yang ditandai dengan seringnya menyendiri, sering
melamun dan tidak focus, dan ketidaknyamanan WWJ saat berada di dalam
keramaian. Dimana hal ini merupakan hasil dari keyakinan irrasional yang ada
dalam dirinya, lalu perilaku dan emosi tersebut dapat mengganggu
kelangsungan hidupnya.
C. Prognosa
Dari permasalahan yang konseli alami, pendekatan REBT dianggap
sesuai dengan diagnosa masalah. Dalam Dellla Kuspita (2018) Tujuan dari
REBT bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir,
keyakinan serta pandangan irrasional menjadi rasional, sehingga konseli dapat
mengembangkan diri dan mampu mencapai aktialisasi diri yang optimal.
Menghilangkan gangguan emosional yang muncul akibat keyakinan/pikiran
irasional dan melatih konseli agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara
rasional, membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri.
Konsep dasar dari REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis (dalam Nusuki)
mengemukakan bahwa pemikiran manusia sebagai penyebab dasar adanya
gangguan emosional, reaksi emosional yang sehat maupun tidak, yang
bersumber dari pemikiran tersebut.
Selain itu disebutkan pula bahwa pemikiran tidak logis/irasional dapat
dikembalikan kepada pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi. Dalam
Yurita Tiro (2018) penelitian ini menunjukan keberhasilan atau pengaruh yang
signifikan untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan pendekatan REBT. Ellis
(2006) mengemukakkan penggunaan REBT lebih efektif untuk meningkatkan
penerimaan diri karena berkaitan dengan modifikasi proses berpikir dalam
memaknai dan mengevaluasi suatu situsasi. Pendekatan REBT juga cenderung
menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan saat ini dan bersifat lebih
spesifik. Maka, dari hasil diagnose dan analaisis gejala, WWJ akan di konseling
menggunakan pendekatan REBT.
D. Treatment
Adapun pada kasus MAP ini akan menggunakan tahapan konseling
dengan pendekatan REBT menurut George dan Cristiani adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama, pada tahap ini merupakan proses lanjutan setelah dilakukan
assesmen sebanyak dua kali terhadap konseli untuk menunjukan dan
menyadarkan konseli mengenai pikiran/keyakinan irasional yang ada pada diri
konseli
2. Tahap kedua, pada tahap ini konseli dibantu untuk meyakini bahwa pikiran
dan keyakinan irasional serta perasaan negative itu dapat di tantang dan diubah.
Konselor memberikan pertanyaan untuk menantang dan mendebat pikiran
irasional konseli.
3. Tahap ketiga, pada tahap akhir ini konselor secara terus menerus membantu
mengembangkan pikiran rasional dan mengembangkan filosofi hidup yang
rasional sehingga konseli tidak terjebak kembali pada masalah yang disebabkan
oleh pemikiran irasional dan ketakutan-ketakutan yang dihadapi, selanjutnya
kembali refleksi mengenai proses konseling yang dilakukan, insight yang didapat
konseli, serta keputusan konseli kedepannya mengenai kehidupan kedepannya.
E. Tindak Lanjut
1. Rencana Tindakan
Berdasarkan diagnose dan prognosa konseling ini diperkirakan berjalan
dalam 4 sesi. Dimana pada sesi pertama dan kedua akan dilakukan penggalian
informasi dan permasalahan yang dialami konseli hingga menemukan
permasalahan konseli yang sesungguhnya. Setiap sesi berlangsung kurang lebih
45-60 menit. Dengan jangka waktu 5 hari untuk pertemuan selanjutnya. Sesi
konseling berakhir pada awal Juni .
2. Evaluasi
Setelah dilakukan treatment untuk mengetahui keberhasilan konseling,
konselor melakukan beberapa hal:
a. Konsleor bersama konseli menyimpulkan bersama hasil dari proses konseling
setiap sesi hingga sesi terakhir konseling.
b. Menyusun rencana tindakan untuk sesi konseling selanjutnya.
c. Pada akhir sesi konselor meminta konseli menyampaikan insight dan hal-hal
apa saja yang didapatkan selama proses konseling berlangsung, sekaligus
perubahan yang dirasakan sebelum dan sesudah konseling, bersama membuka
pandangan mengenai plan atau keputusan konseli selanjutnya.
F. Sumber Pustaka

Carnegie, Dale. (2007). Mengatasi Rasa Cemas dan Depresi Guna Meraih Motivasi
Kuat dalam Memulai Hidup. Yogyakarta: Penerbit THINK.

Della Kuspita. (2018). Efektivitas Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan


Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Peserta Didik Kelas XI MA Masyariqul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2018/2019 [Skripsi, UIN Raden Intan].

Yurita Tiro. (2018). Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan Menggunakan


Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Melalui Layanan Konseling
Individual Pada Siswa Kelas X SMK BM Budisatrya Medan Tahun Ajaran 2018/2019
[Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan].

Anda mungkin juga menyukai