Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Body shaming saat ini menjadi trend dan menjadi pembahasan

yang serius mengingat banyak perilaku yang di lontarkan kepada korban

atau orang yang terkena perundungan mengenai anggota badannya. Body

shaming adalah tindakan mempermalukan seseorang dengan mengkritik

bentuk atau ukuran tubuh, dengan kata lain body shaming adalah

perbuatan mencela orang lain atau diri sendiri sebab penampilan fisiknya,

seperti mengejek karena kegendutan (fat shaming), mencelanya karena

terlalu kurus (skinny shaming), ataupun menghinanya karena jelek (ugly

shaming), dan masih banyak contoh lain lagi. Istilah body shaming kadang

kala digunakan untuk mencela seseorang, dan bahkan dianggap menjadi

guyonan untuk bahan tertawaan bagi siswa-siswi ataupun remaja milenial

sekarang ini (Serni, dkk., 2020:134).

Tubuh ideal sering dikaitkan dengan kondisi fisik yang dimiliki

oleh remaja saat ini. Seseorang dianggap memiliki tubuh yang ideal ketika

kondisi fisik yang baik serta menarik menurut dirinya maupun menurut

pandangan orang lain. Memiliki badan yang kurus, tinggi dan putih adalah

salah satu point terpenting dari penilaian seseorang yang sangat diidamkan

oleh banyak orang. Tetapi, ada satu hal yang harus diingat bahwa tidak

semua manusia terlahir dengan kondisi fisik yang ideal atau sama dengan

1
2

manusia yang lain. Oleh karena itu, perbedaan dari kondisi tubuh yang

dimiliki oleh seeorang tidak seharusnya menjadi suatu masalah.

Hal ini dapat dipandang rumit dikarenakan teman sebaya seringkali

menyinggung perkara fisik dalam menjalin pertemanan meski tidak melulu

sifatnya negatif. Fenomenanya, banyak dari teman dekat dalam usia

remaja seringkali menjadikan fisik sebagai bahan ketawaan, pun tidak

jarang memanggil temannya sendiri dengan kondisi fisik yang paling

menonjol yang temannya miliki. Disadari ataupun tidak pada hakikatnya

kondisi ini termasuk kedalam body shaming. Bukti yang menunjukkan

pengalaman memalukan yang terjadi menjadi identitas diri dan di jadikan

sebagai kenangan traumatis terkait dengan perasaan malu di masa depan

serta meningkatkan kerentanan terhadap traumatis, traumatis termasuk

salah satu efek dari perlakuan body shaming tersebut (Matos, 2013:78).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa. Pada masa remaja ini memiliki kematangan emosi yang sangat

labil. Dalam kehidupan sosial remaja akan menghadapi berbagai

permasalahan dalam pergaulan di lingkungan sekitar baik di sekolah

maupun keluarga, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai

tingkat kesulitan permasalahannya sehingga mengetahui tugas-tugas

tersebut dan dapat mencegah konflik yang nantinya akan ditimbulkan oleh

remaja tersebut dalam masyarakat. Remaja juga dituntut untuk

menentukan dan membedakan mana yang baik dan buruk dalam

kehidupannya.
3

Remaja, masa dimana hidup penuh dengan hal-hal baru mulai

mengenal lawan jenis sampai fase mencari jati diri. Individu yang bisa

dikatakan remaja jika ia memasuki umur belasan tahun seperti yang

dikemukakan oleh Wirawan (Mulyatiningsih, 2017: 3) Batasan remaja di

Indonesia, yaitu mulai dari usia 11-24 tahun dan belum menikah. Bagi

mereka yang berusia 11-24 tahun tetapi sudah menikah, mereka tidak

disebut remaja. Sementara mereka yang berusia 24 tahun ke atas tetapi

belum menikah dan masih bergantung hidupnya kepada orang tua, masih

disebut remaja. Seseorang yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah

Pertama (SMP) masih dikatakan remaja karena memiliki usia 11 hingga 24

tahun. Awal masa remaja biasanya disebut usia belasan sampai ia

mencapai usia dua puluh tahun.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan

emosi, cara berpikir dan perubahan pada fisiknya. Salah satu perubahan

yang dialami remaja yang tampak sangat signifikan adalah perubahan pada

fisiknya, perubahan ini jelas sekali sangat terlihat. Pada remaja putra akan

tumbuh jakun dilehernya seiring dengan suara yang mulai pecah atau

berat, atau mulai tumbuh rambut-rambut halus di bagian bagian tertentu

pada tubuhnya, pertumbuhan tinggi yang drastis biasanya turut terjadi.

Lain lagi dengan perubahan fisik pada remaja putri, memasuki masa

remaja, remaja putri mengalami apa yang dinamakan dengan mestruasi,

kondisi dimana keadaan rahim telah siap dibuahi namun tidak segera di

buahi kemudian akan menjadi luruh berbentuk darah atau gumpalan darah

kecil. Bagaimana menyeramkannya keadaan ini apabila dirasa oleh


4

seseorang yang minim informasi dan dalam keadaan baru saja

meninggalkan masa anak anak yang tidak mengenal kondisi ini itulah

sebabnya membekali remaja putri dengan informasi seputar masa masa

yang akan di laluinya senjadi sangat penting.

Perubahan fisik lainnya adalah mulai tumbuhnya payudara,

rambut-rambut halus diketiak dan sekitar kemaluan pun mulai kelihatan.

Lalu postur tubuh pun secara cepat memperlihatkan perubahan. Tungkai

yang mulai menampakkan pertumbuhannya, pinggul pun mulai berlemak

dan akan kelihatan lebih lebar dari masa sebelumnya. Perubahan fisik yang

terjadi dengan cepat ini tentu saja memiliki tantangan tersendiri bagi

remaja sebab tidak semua orang beruntung memiliki fisik yang rupawan.

Tidak sedikit orang yang memiliki hidung pesek, pun banyak orang yang

jauh dari kata langsing. Banyak orang yang tingginya tidak sesuai dengan

kebanyakan, pun warna kulit tak banyak yang mendapatkan warna yang

menyenangkan. Perubahan perubahan tidak lepas dari garis keturunanan

yang orang tua atau keluarga wariskan.

Di Indonesia tingkat body shaming meningkat di Tahun 2018

sekitar 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming yang ditangani

polisi dari seluruh Indonesia sebanyak 347 kasus di antaranya selesai, baik

melalui penegakan hukum maupun pendekatan mediasi antara korban dan

pelaku, setiap tahunnya peningkatan kasus tentang body shaming selalu

meningkat dari tahun sebelumnya, dan salah satu tempat yang kadang-kala

digunakan sebagai tempat untuk body shaming adalah sekolah.


5

Hal ini pun terjadi di SMP Negeri 17 Kendari kasus body shaming

atau bullying verbal yang pada tahun 2017 mengalami peningkatan di

tahun 2018 hingga Juni tahun 2019 ini, yang dilaporkan oleh siswa-siswi

SMP Negeri 17 Kendari dan ditanggani oleh guru bk. Body shaming

memiliki dampak negatif yang berkepanjangan. Salah satu dampak negatif

yang fatal adalah seorang remaja Texas bernama Brandy Vela yang terjadi

Pada bulan November 2016 melakukan tindakan bunuh diri setelah

mengalami body shaming karena bentuk tubuhnya. Dapat kita bayangkan

bagaimana body shaming memiliki dampak yang sangat buruk bagi orang

lain.

Dari fenomena di lapangan peneliti menemukan adanya perilaku

body shaming pada siswi dengan hasil wawancara dengan guru bk pada

hari selasa tanggal 2 November 2020 pukul 08 : 45 di ruang bk. Guru bk

mengatakan bahwa memang di sekolah ini ada banyak yang mendapatkan

perilaku body shaming, karena merasa memiliki postur tubuh yang gemuk,

kurus, hitam dan gigi yang tidak rata dan lain-lain. Awalnya memang

seperti bercanda tetapi candaan itu sudah termasuk dalam perundingan

penghinaan terhadap fisik. Pelaku mengatakan kepada korban tersebut “eh

gendut lewat” “hai cungkring” itu yang membuat salah satu siswi takut

dan tidak percaya diri dan selalu bertanya apa salahnya, apa aku pernah

salah sama dia dan lain-lain.

Berdasarkan peristiwa atau kejadian di atas peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang body shaming serta terhadap korban

remaja putri. Karena belum banyak penelitian yang meneliti tentang hal ini
6

dan juga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu

orang orang dalam mengatasi body shaming. Maka dari itu peneliti tertarik

mengangkat judul tentang “Dampak Body Shaming di Kalangan Remaja

Putri SMP Negeri 26 Muaro Jambi”.

B. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dipaparkan dalam penelitian

ini adalah :

1. Body shaming dalam penelitian ini merujuk kepada Lestari 2019 yaitu

percaya diri rendah, merasa malu, marah dan mudah tersinggung,

mengalami stres.

2. Tempat penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi

dengan subjek penelitian berasal dari siswi kelas VIII.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Berapa frekuensi dampak body shaming terhadap percaya diri di

kalangan remaja putri?

2. Berapa frekuensi dampak body shaming terhadap malu di kalangan

remaja putri?

3. Berapa frekuensi dampak body shaming terhadap marah di kalangan

remaja putri?

4. Berapa frekuensi dampak body shaming terhadap tersinggung di

kalangan remaja putri?


7

5. Berapa frekuensi dampak body shaming terhadap stres di kalangan

remaja putri?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui berapa frekuensi dampak body shaming terhadap

percaya diri di kalangan remaja putri?

2. Untuk mengetahui berapa frekuensi dampak body shaming terhadap

malu di kalangan remaja putri?

3. Untuk mengetahui berapa frekuensi dampak body shaming terhadap

marah di kalangan remaja putri?

4. Untuk mengetahui berapa frekuensi dampak body shaming terhadap

tersinggung di kalangan remaja putri?

5. Untuk mengetahui berapa frekuensi dampak body shaming terhadap

stres di kalangan remaja putri?

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Peneliti diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran

pengetahuan, informasi, dan sekaligus referensi yang berupa

bacaan ilmiah khususnya dalam hal identifikasi body shaming.

b. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pandangan bagi

pembaca tentang body shaming di kalangan siswa.


8

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, mampu memahami kaidah yang benar dalam

penelitian kuantitatif khususnya dengan teknik deskriptif

b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan informasi dan acuan

ilmu tentang identifikasi body shaming karena penelitian ini

masih tergolong baru.

c. Guru bimbingan konseling, dapat memberikan masukan bagi guru

bk mengenai dampak body shaming serta dapat segera melakukan

tindak lanjut mengenai kasus yang telah ada.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan prinsip, kepercayaan, sikap atau

predisposisi yang digunakan peneliti untuk membangun hipotesis atau

pertanyaan penelitian (Sutja dkk, 2017: 47). Adapun anggapan dasar

dalam penelitian ini adalah:

1. Menghargai perbedaan fisik dari setiap orang.

2. Menyadari batasan ucapan yang di lontarkan kepada teman sebaya.

G. Pertanyaan Penelitian

1. Pada frekuensi manakah dampak body shaming terhadap percaya diri

di kalangan remaja putri?

2. Pada frekuensi manakah dampak body shaming terhadap malu di

kalangan remaja putri?


9

3. Pada frekuensi manakah dampak body shaming terhadap marah di

kalangan remaja putri?

4. Pada frekuensi manakah dampak body shaming terhadap tersinggung

di kalangan remaja putri?

5. Pada frekuensi manakah dampak body shaming terhadap stres di

kalangan remaja putri?

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman pembaca maka dibawah ini

dijelaskan berbagai istilah yang ada pada judul “Dampak Body Shaming di

Kalangan Remaja Putri SMP Negeri 26 Muaro Jambi”, oleh karena itu

disini peneliti memberikan penegasan terhadap istilah yang dianggap perlu

yaitu:

1. Body Shaming adalah kritikan terhadap diri sendiri ataupun orang lain

secara terus menerus yang akan mendapatkan dampak terhadap

lingkungan sekitar yang dianggap tidak menerima keberadaannya

karena kondisi fisik yang dimiliki tidak sesuai dengan citra tubuh ideal

yang terbentuk di tengah masyarakat (Evans dalam Sumi Lestari

2019:1).

2. Remaja merupakan periode perkembangan fisik dan mental dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa serta merupakan masa-masa

transisi antara usia ketergantungan terhadap orang tua menuju usia

kemandirian (Sekarelawati 2019:2).


10

I. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Dampak Body Shaming

(menghina, mengkritik, mengomentari,


menjudge bentuk fisik)

Percaya
Malu Marah Tersinggung Stres
Diri

1.1 Kerangka konseptual ini diambil menurut teori Fathi dalam

Lestari (2019)

Anda mungkin juga menyukai