Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PSIKOLOGI

Pengertian Konsep Diri


Semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yg diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dlm berhubungan dengan
orang lain.
Konsep diri terdiri atas 5 komponen :
1.
2.
3.
4.
5.

Citra Diri (Body image)


Ideal Diri
Harga Diri
Peran
Identitas Diri
Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat
hidup tanpa orang lain. Menurut Walgito (2001) dorongan
atau motif sosial pada manusia, mendorong manusia
mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau
interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara
manusia satu dengan manusia yang lain. Penerimaan diri
yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan
bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga
remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan
(Willis,

2005).

Dalam

masa

remaja,

seseorang

mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Pada masa


remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada
dalam kondisi kritis atau critical period.
Dalam

perkembangan

sosial,

pandangan

remaja

terhadap masyarakat dan kehidupan bersama dalam


masyarakat banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya
pribadi, citra diri dan rasa percaya diri. Hal ini terlihat pada
banyaknya kasus yang terjadi, diantaranya banyak
remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri, baik
dalam diri sendiri maupun lingkungan masyarakat.

Percaya diri sebenarnya merupakan keberhasilan dari


pengamatan harga diri yang dimiliki secara bertahap
dalam proses Penerimaan diri dengan lingkungan. Masa
remaja merupakan suatu proses yang terus berkembang,
proses Penerimaan diri pun terjadi secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Proses Penerimaan diri dapat
dikatakan berhasil bila seseorang dapat memenuhi
tuntutan lingkungan, dan diterima oleh orang-orang di
sekitar sebagai bagian dari masyarakat. Bila seorang
remaja merasa gagal menyesuaikan diri dan merasa
ditolak oleh lingkungan, maka akan menjadi regresif atau
mengalami kemunduran. Lalu secara tidak sadar akan
menjadi kekanak-kanakan (Suryanto, 2003).
Dengan demikian remaja pun memperlihatkan dengan
memberikan 2 perhatian yang lebih terhadap masalah
kulit, berat tubuh, tinggi badan yang ideal dan tentu saja
ingin memiliki bentuk tubuh yang ideal seperti bentuk
tubuh

yang

profesional,

kekar.Untuk

merubah

penampilannya itu remaja rela menghabiskan waktu


berjam-jam untuk mengubah penampilannya, hanya
untuk merubah bentuk tubuhnya supaya dilihat menjadi
lebih menarik, baik dari sudut pandang remaja sendiri
atau personal maupun dari sudut pandang orang lain atau
sosial. Menurut Conger dan Petersen (dalam Caspersen,
2000),

masa

remaja

(masa

adolecence)

dianggap

sebagai masa perpindahan atau masa transisi dari kanakkanak yang tidak matang menuju ke masa dewasa yang
lebih matang.Dibawah ini ada salah satu kasus seorang
remaja yaitu:
Seorang remaja bernama S tampak selalu murung
datang ke sekolah. Dia merasa malu dengan teman
temannya karena tubuhnya yang pendek dan gemuk

walaupun banyak ada temannya yang bilang kalau


wajahnya cantik dan mengggemaskan.

Masalah

apakah yang dialami oleh remaja S ini?


Masalah yang dihadapi remaja diatas adalah berhubungan dengan body
image.
Body Image
Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman baru setiap
individu (Stuart and Sundeen, dalam Kelliat 1992).
Body image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang diri
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang
realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh akan memberi rasa
aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat,
1992).
Aspek-aspek Body Image
Komponen Body Image Thompson dan Altabe (1990) mengatakan bahwa body
image memiliki keterkaitan dengan tiga komponen lainnya, yaitu:
1. Komponen Persepsi Komponen ini memperlihatkan sejauh mana
ketepatan individu dalam memperkirakan keseluruhan tubuhnya.
2. Komponen Sikap Komponen sikap ini berhubungan dengan kepuasan
individu terhadap tubuhnya, perhatian individu terhadap tubuhnya,
kognisinya, evaluasi serta kecemasan individu terhadap penampilan
tubuhnya.
3. Komponen Tingkah Laku Komponen tingkah laku ini menitik beratkan
pada penghindaran individu dari situasi yang menyebabkan individu
mengalami ketidak nyamannan yang berhubungan dengan penampilan
fisiknya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga komponen yang dimiliki Body
Image adalah komponen persepsi atau sejauh mana ketepatan individu dalam
memperkirakan keseluruhan tubuhnya, kemudian komponen sikap yaitu perhatian

serta kecemasan individu terhadap penampilan tubuhnya, serta komponen tingkah


laku yaitu cara individu menghindari situasi yang tidak nyaman yang timbul karena
penampilan fisiknya
Hubungan antara Penerimaan diri dan Body Image Pada Usia Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dari kanakkanak ke dewasa (Willis, 1994) yang
dialami sebelumnya akan mempengaruhi masa yang akan datang. Bila beralih dari
masa kanakkanak ke remaja, harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak
kanakan dan mengubah pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan pola
perilaku dan sikap lama. Beralihnya masa maka terjadi pula banyak perubahan
seperti perubahan fisik, pola emosi, sosial, minat, moral, dan kepribadian. Pada
masa ini terjadi pula Penerimaan diri terhadap lingkungan sosialnya. Remaja
cenderung berkelompok dengan teman sebaya. Pada penyesuaian ini remaja akan
mencari identitas diri tentang siapakah dirinya dan bagaimana peranannya dalam
masyarakat.
Persepsi dan evaluasi remaja terhadap Body Image dipengaruhi oleh serangkaian
masalah yang kompleks, di antaranya yang pertama adalah adanya perubahan
fungsi-fungsi kognitif pada remaja yang membuat ramaja mampu mengkonstruksi
dan melakukan interpretasi kembali teoriteori mereka mengenai tubuh dengan cara
baru yang berbeda. kedua, perubahan-perubahan fisik dan kognisi yang terjadi
sering dengan meningkatnya isu konformitas terhadap teman-teman sebaya.
Menurut Botta (Amalia, 2007) komparasi sosial yang dilakukan oleh remaja
perempuan dan laki-laki tentang apa yang disebut body image yang indah, yaitu
memperhatikan dengan seksama citra tubuh dalam diri di lingkungan maupun
masyarakat, serta media informasi yang sesungguhnya. Mempelajari, serta mencari
tahu apa itu citra tubuh yang indah, kemudian memutuskan seperti apa mereka
harus berpenampilan yang baik, serta membandingkan penampilan mereka dengan
apa yang disebut cantik dan indah oleh masyarakat, yang menjadikan sumber
informasi bagi remaja, dan terakhir memotifasi diri mereka untuk dapat mengubah
penampilan serta menyesuaikan dengan citra tubuh yang mereka lihat, sehingga
remaja dengan mudah membentuk pemahaman-pemahaman realistis yang
menimbulkan penerimaan diri yang baik pada remaja.

Penerimaan diri banyak dipengaruhi oleh body image berupa budaya dan
standarisasi masyarakat mengenai penampilan dan kecantikan, meliputi konsep
kurus, gemuk, indah dan menawan ketika dilihat. Sehingga body image menjadi isu
yang meluas dikalangan remaja. Penerimaan diri juga dipengaruhi oleh penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian
positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri
dalam menjalani kehidupan, yang sewaktu-waktu bisa menjadi pengaruh yang
sangat kuat pada diri remaja.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh)
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body image)
adalah:
(a)

Jenis kelamin
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting

dalam perkembangan citra tubuh (body image) seseorang. Deacey & Kenny (2001)
juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa
penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif
memandang citra tubuh (body image) dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989:
Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham & Greaves, 1994:,
Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). Pria ingin
bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan temantemannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin
memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian
pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot
dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan model pria yang
kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan
disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel promosi
tentang penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).
(b)

Usia
Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting

(Papalia & Olds, 2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja

untuk mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari
pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa
pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat
menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder).
Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga
pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga
semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).

(c)

Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang

muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan


laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam
Cash &purzinsky, 2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh
yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak
menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi
dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa
standart kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti
dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa
mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran
ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
(d)

Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting

dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya


melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash &
Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana
orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan
bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi
tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya
dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi
lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh
orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda
and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar

yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar
dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan diet
dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan
kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
(e)

Hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri

dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk
mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang
sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika
orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash
& Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan
kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat
mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut
Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai
penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana
orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka
melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan
dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh
bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran
tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran
individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka,
bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat
mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).
Faktor Lainnya :

Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah


gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan
lainlain.

Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan


depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering
berkaitan dengan fungsi saraf.

Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi
pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh
sangat berbeda dengan kenyataan.

Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi
sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan
penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.

Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana
seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya
usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak
ideal.

Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang
tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang
berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari
budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti
adanya perasaan minder.
Tanda-tanda yang menunjukkan gangguan pada body image

Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.


Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan body image


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.


Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
Mengungkapkan keputusasaan.
Mengungkapkan ketakutan ditolak.
Depersonalisasi.
Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

Cara Membangun Body Image Positif


Cintai dan Hargai Diri Anda
Semua orang memiliki kekurangan. Apakah itu kekurangan di tubuh,
kebiasaan maupun sikap. Kini saatnya menerima semua itu, terutama
kekurangan pada tubuh. Seorang perempuan bertubuh kurus pun kadang
berharap memiliki tubuh yang berlekuk dan berisi.
Hilangkan Keinginan Memiliki Tubuh Model
Diet memang boleh dilakukan, namun tidak diajurkan untuk melakukan diet
hingga rela kelaparan. Tubuh seperti model memang terlihat sempurna,
namun jangan lupa campur tangan software komputer yang membuat tubuh
mereka indah. Toh, para model maupun artis ini juga tidak mengenakan
makeup terus-terusan, terutama saat bersantai di rumah.
Belanja Sesuai Kondisi Diri
Trend berpakaian terus berubah. Tidak berarti Anda harus mengikutinya dan
berpakaian ala ora lain. Lebih baik membeli baju yang sesuai dengan pribadi
Anda dan nyaman dikenakan.
Berolahraga
Melakukan olahraga tak semata berhubungan dengan penurunan berat
badan atau kegemukan. Jadikan olahraga sebagai rutinitas harian karena
akan memberikan efek positif pada tubuh dan pikiran Anda.
Memanjakan Diri
Sebatang coklat atau sekantong kripik tidak akan membunuh Anda. Manjakan
diri Anda sejenak dengan kudapan favorit, disusul melakukan hobi favorit
seperti membaca, traveling, menggambar atau menonton televisi.
PENUTUP

KESIMPULAN
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart
and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,
menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan
mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).
Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten
terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
SARAN
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi Body Image diantaranya faktor jenis
kelamin,usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu
penulis menyarankan agar kita dapat membangun Body Image kearah yang positif
dengan cara mencintai dan menghargai diri sendiri, menghilangkan keinginan untuk
memiliki tubuh seperti model, belanja sesuai kebutuhan diri, berolahraga,dan
memanjakan diri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.g-excess.com/28225/gambaran-diri-body-image-sebagai-salah-satu-darikonsep-diri/
http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2012/07/03/cara-membangun-bodyimage-positif
.
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2183437-definisi-citra-tubuh-bodyimage/#ixzz28u1mmQSe

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/diet-and-exercise/2183448-dimensi-bodyimage-citra-tubuh/#ixzz28u24Ushr

Anda mungkin juga menyukai