Anda di halaman 1dari 17

PERSEPSI BODY IMAGE PEMICU KESEHATAN MENTAL

REMAJA DINI

OLEH :

RAIHAN ARSYANDA

SALSABILA ANDRIANI

XII IPA 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia modern yang semakin pesat menuntut masyarakat untuk hidup sesuai
dengan perubahan zaman. Salah satu tuntutan zaman modern tersebut adalah dari segi
penampilan fisik. Penampilan fisik seseorang menjadi pengaruh dan prioritas utama
seseorang. Khusunya pada wanita, penampilan fisik adalah faktor yang cukup penting
dalam merepresentasi penampilan. Kecenderungan lain adalah wanita lebih terpengaruh
oleh bayangan atau body image ideal yang diajarkan oleh kebudayaan atau lingkungan
mereka (Rice, 1990). Body image dimaknai dengan persepsi seseorang dalam memberi
penilaian terhadap bentuk tubuh sendiri. Padangan wanita terhadap body image dapat
berupa negatif positif yang dapat memengaruhi pikiran serta emosi. Sehingga wanita
memandang perlu untuk memberi perhatian terhadapa body image nya ini. Body image
tersebut merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun aspek-aspek
lain dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik mereka (Altabe & Thompson,
1993).

Body image ini juga sangat mempengaruhi para remaja yang sedang
menanjak tumbuh dewasa. Banyak remaja dibuat merasa tidak nyaman dengan tubuhnya
sehingga rasa percaya ikut berkurang. Persepsi body image negatif menyebabkan remaja
tumbuh berkembang dalam kondisi mental yang kurang baik. Hal tersebut membuat
seseorang menjadi malu, cemas, dan sadar diri tentang tubuhnya. Kecemasan yang terus
menerus akan memicu stress dan gangguan pada kesehatan mental. Akibat dari gangguan
kesehatan mental akan berdampak buruk bagi jiwa seseoorang kedepan. Dengan kata
lain, persepsi-persepsi negatif yang setiap saat timbul cenderungan berpikir atau ingin
melakukan percobaan bunuh diri.
1.2 Rumusan masalah

1) Bagaimanakah faktor lingkungan mempengaruhi body image pada remaja


dini ?
2) Bagaimanakah tanda dan gejala menunjukkan gangguan body image pada
remaja dini ?
3) Bagaimanakah mengatasi pandangan body image negatif pada remaja dini ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor lingkungan yang


mempengaruhi body image pada remaja dini
2) Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala menunjukkan gangguan
body image pada remaja dini
3) Untuk mengetahui bagaimana mengatasi pandangan body image pada
remaja dini

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan


pencegahan untuk diri sendiri dan orang sekitarnya dengan lebih memberi
penilaian positif terhadap bentuk tubuh sendiri.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penulisan karya ilmiah bagi remaja yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi remaja yang membaca karya tulis ini supaya
mengetahui dan lebih mendalami bagaimana cara mengatasi persepsi body image
negative yang memepengaruhi kesehatan mental.
1.5 Metode

Metode yang digunakan dalam pengumpilan data adalah metode studi pustaka,
metode deskriptif dalam menganalisi data, dan metode informal (naratif) dalam penyajian
data.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Body image

2.1.1 Pengertian Body Image

Body image seseorang merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat


badan ataupun aspek-aspek lainnya dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan
fisik (Thompson, 2000). Gardner (dalam Faucher, 2003) mendefinisikan citra tubuh
sebagai gambaran yang dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan
(misalnya ukuran dan bentuk) tubuhnya, serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap
karakteristik-karakteristik dari tubuhnya. Pengertian body image menurut Arthur (dalam
Ridha, 2012) adalah merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang
tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik
tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Berdasarkan penjelasan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa body image merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh,
berat badan ataupun aspek-aspek lain yang berhubungan dengan penampilan fisik seperti,
wajah, hidung, telinga, lengan, paha, betis, dan punggung.

2.1.2 Aspek-Aspek Body Image

Thompson, (2000) menjelaskan aspek-aspek dalam body image yaitu:


a. Aspek persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara
keseluruhan.

Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karena dalam
hal tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri.
Selanjutnya bentuk tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan
perasaan senang atau tidak senang terhadap bentuk tubuhnya sendiri.

b. Aspek perbandingan dengan orang lain

Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain,
sehingga menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya ke orang lain, hal-hal yang
menjadi perbandingan individu ialah ketika harus menilai penampilan dirinya
dengan penampilan fisik orang lain.

c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain)

Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang itu
menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju halhal yang baik
untuk menilai dirinya.

Aspek mengenai body image juga dikemukakan oleh McCabe (dalam


Chairah, 2012) yaitu :

a. Physical attractiveness

Penilaian seseorang mengenai tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki,
bahu, dan lain-lain) apakah menaik atau tidak.

b. Body image satisfaction

Perasaan puas atau tidaknya seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan
berat badan.

c. Body image importance


Penilaian seseorang mengenai penting atau tidaknya body image dibandingkan
hal lain dalam hidup seseorang.

d. Body Concealment

Usaha seseorang untuk menutupi bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu,
dan lain-lain) yang kurang menarik dari pandangan orang lain dan menghindari
diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurrang menarik.

e. Body improvemen

Usaha seseorang untuk meningkatkan atau memperbaiki bentuk, ukuran, dan


berat badannya sekarang.

f. Social physique anxiety

Perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian
tubuhnya yang kurang menarik jika berada di tempat umum.

g. Appearance comparison

Perbandingan yang dilakukan seseorang akan berat badan, ukuran tubuh, dan
bentuk badannya dengan berat badan, ukuran tubuh dan bentuk tubuh orang lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari body


image menurut Thompson (2000) meliputi persepsi terhadap bagianbagian tubuh
dan penampilan secara keseluruhan, perbandingan dengan orang lain dan sosial
budaya (reaksi terhadap orang lain). Sedangkan aspek body image menurut
McCabe (dalam Chairah, 2012) adalah physical attractiveness, body image
satisfaction, body image importance, body concealment, dan body improvement.
Adapun aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini aspek body image yang
di kemukakan oleh Thomson (2000) yaitu, persepsi terhadap bagian-bagian tubuh
dan penampilan secara keseluruhan, dan perbandingan dengan orang lain dan
sosial budaya (reaksi terhadap orang lain), karena aspek tersebut dapat
memberikan penjelasan yang lebih terperinci pada setiap aspeknya.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Body Image

Body image pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
menurut Cash & Pruzinsky (2002) yaitu:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor paling penting dalam perkembangan body image
seseorang. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi pada wanita daripada
laki-laki. Wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh iklan-
iklan dalam berbagai media yang menstandarkan bahwa wanita kurus, berkulit
putih, dan berambut panjang adalah idola dan disukai lawan jenis.

b. Media Masa

Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur


perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi body image seseorang. Figur
ini biasanya disebut dengan idola. Remaja mengikuti setiap bentuk dan tindakan
yang dilakukan oleh idolanya tersebut, terutama penampilan. Mereka percaya
dengan mengikuti dan berpenampilan seperti idolanya, mereka akan menjadi
percaya diri dan disukai oleh orang-orang. Tiggeman (Cash & Pruzinsky, 2002)
menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial.
Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton
televisi. Isi tayangan media massa sering menggambarkan bahwa standar
kecantikan perempuan adalah dengan memiliki tubuh yang kurus. Media juga
menggambarkan bahwa standar tubuh ideal bagi lakilaki adalah dengan memiliki
tubuh yang berotot dan perut yang rata.

Diantara alat-alat komunikasi media masa yang ada, televisi boleh dikatakan telah
mendominasi dalam kehidupan masyarakat (Hafied, 2012). Tayangan di televisi
meliputi, film, telenovela, berita atau informasi dan iklan (Bungin, 2008).
Menonton televisi sering kali memuncak pada remaja akhir sebagai respon
terhadap persaingan media dan permintaan terhadap aktivitas sekolah dan sosial
(Roberts, Henriksen, & Foehr dalam Santrock, 2011). Salah satu tayangan yang
sering dilihat remja di televisi adalah iklan.

Iklan televisi merupakan salah satu faktor yang membetuk kriteria tubuh yang
ideal di masyarakat. Gencarnya iklan televisi yang menonjolkan bentuk tubuh
ideal mengakibatkan para remaja cenderung mengukur dirinya dengan kriteria
bentuk tubuh idel yang ditampilkan iklan televisi (Dewi, 2016). Secara tidak sadar
remaja yang menyaksikan tayangan iklan membentuk persepsi terhadap citra
tubuh mereka.

c. Hubungan Interpersonal

Hubungan Interpersonal, manusia sebagai mahluk sosial selalu berinteraksi dengan


orang lain. Agar dapat diterima oleh orang lain, ia akan memperhatikan pendapat
atau reaksi yang dikemukakan oleh orang lain termasuk pendapat mengenai
fisiknya. Pendapat terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan
keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana
pandangan dan perasaan mengenai tubuh.

d. Keluarga

Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting
dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya
melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash
& Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana
orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan
bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi
tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya
dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi
lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi
oleh orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh.
Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa
komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang
besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan
melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan
memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah
sesuatu yang normal.

Menurut Thompson (2002) faktor-faktor pembentuk citra tubuh pada diri


individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/kurus

Keinginan-keinginan untuk menjadikan berat badan tetap optimal dengan menjaga


pola makan yang teratur, sehingga persepsi terhadap citra tubuh yang baik akan
sesuai dengan diinginanya.

b. Budaya

Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana cara budaya


mengkomunikasikan norma-norma tentang penampilan fisik, dan ukuran tubuh
yang menarik.

c. Siklus hidup

Pada dasar Individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh seperti
masa lalu.

d. Masa kehamilan

Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam
kandungan, tanpa ada peristiwa-peristiwa pada masa kehamilan.
e. Sosialisasi

Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut terpengaruh
didalamnya.

f. Konsep diri

Gambaran Individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan penilaian
sosial.

g. Peran gender

Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu, sehingga
menjadikan individu lebih cepat terpengaruh.

h. Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu

Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya yang
dapat diikuti oleh sikap yang buruk.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi body
image menurut Cash & Pruzinsky (2002) adalah jenis kelamin, media massa, dan
hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Thompson (januar, 2007) faktor yang dapat
mempengaruhi body image adalah pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/ kurus,
budaya, siklus 23 hidup, masa kehamilan, sosialisasi, konsep diri, peran gender, dan
pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu. Sedangkan faktor yang digunakan
sebagai variabel bebas adalah faktor media massa dari Cash dan Pruzinsky (2002) yang
didalamnya terdapat iklan televisi sebagai objek persepsi.

2.1.4 Tanda-Tanda Gangguan Body Image

 Sering bercermin dan menilai diri sendiri memiliki kekurangan fisik yang
berlebihan.
 Selalu mengambil hati atau terlalu memikirkan komentar orang lain soal
penampilan atau tubuhnya.
 Sering membandingkan tubuhnya dengan orang lain dan merasa tubuh orang lain
menarik. Sementara tubuhnya merupakan sebuah bentuk kegagalan.
 Merasa tidak nyaman dan canggung terhadap tubuhnya.
 Merasa malu dan cemas dengan tubuhnya.
 Rela diet ketat atau melakukan cara-cara ekstrem lainnya untuk “memperbaiki”
penampilan.

2.1.5 Gejala Body Image Negatif

a) Depresi
Remaja yang memiliki citra diri negatif lebih mungkin mengalami depresi,
gangguan kecemasan, dan kecenderungan pemikiran dan/atau percobaan bunuh
diri. peneliti menyimpulkan bahwa gangguan pola makan, kekhawatiran akan citra
tubuh untuk menjadi langsing, dan gangguan mental memang merupakan hasil
dari terlibat dalam komentar “gendut”, bukan hanya dari mendengarkan saja.
b) Body Dysmorphia Disorder (BDD)
Body dysmorphia (BDD) klasik adalah obsesi citra tubuh yang ditandai
dengan kekhawatiran terus menerus hingga taraf mengganggu tentang ‘cacat’ fisik
dan penampilan yang dibayangkan, atau perhatian yang sangat berlebihan tentang
kekurangan tubuh yang sangat minimal. BDD yang terkait dengan berat badan
diklasifikasikan sebagai obsesi yang merusak terhadap berat dan bentuk badannya.
c) Anoreksia Nevorsa
Anoreksia adalah gangguan jiwa yang paling mematikan, membawa
peningkatan risiko kematian hingga enam kali lipat – empat kali risiko kematian
akibat depresi berat. Gejala emosional anoreksia termasuk cepat marah, menarik
diri dari situasi sosial, kurangnya mood atau emosi, tidak mampu memahami
keseriusan dari situasi yang ia idap, takut makan di di depan publik dan obsesi
dengan makanan dan olahraga.
d) Bulimia Nevorsa
bulimia menunjukkan kehilangan kontrol saat makan dalam porsi besar di
waktu singkat, kemudian mengerahkan segala kemampuan diri untuk membuang
asupan kalori dengan memaksakan muntah, olahraga mati-matian, atau
penyalahgunaan obat pencahar.

2.2 Gambaran Body Image Remaja

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para
remaja. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika
individu mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan Sarafino
(1998) juga mengatakan bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebih
dalam bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk obesitas
terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang serius,
seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit pernapasan. Dampak
lain yang sering diabaikan adalah perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari
kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah
psikologis. Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat
erat antara psikologis dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi.
Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk
mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala psikologis
merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologis yang paling umum
didapatkan adalah cemas, ganggguan makan.

Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara


keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi
terjadi sebagai akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan
cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas). Bagi
remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah
kepercayaan diri yang rendah dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja
putra yang lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal
(Dewi, 2004). Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan
penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai hal yang lucu yang dapat
membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini dapat
membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat berbeda dan aneh dibandingkan
dengan orang lain. Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik, tetapi tubuh yang
gemuk dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue, Petersor dan Kelly,
1986).

2.2.1 Mengatasi Pandangan Body Image yang Negatif

a) lawan “fatisme”
Belajarlah untuk menerima semua orang tanpa dipengaruhi bentuk ataupun
besar badannya. Hal ini akan membantu anda untuk lebih mengapresiasi badan
anda sendiri.
b) Lawan kegagalan Diet
Kebanyakan orang yang diet mengalami kegagalan dalam program dietnya.
Orang yang melakukan diet juga dapat terbawa program dietnya dan mengalami
gangguan makan akibatnya. Diet dapat menyebabkan seseorang mengalami mood
swing, kehilangan energy, dan perasaan tidak berdaya saat gagal menurunkan
berat badan. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan
intuitive eating. Pendekatan ini menekankan pada mengaur jumlah makan yang
sedikit pada setiap jenis makanan tanpa menghitung kalori.
c) Menerima Genetika
Ada banyak aspek pada badan yang tidak bisa kita ubah. namun kita bisa
merubah atau memodifikasi kepercayaan dan sikap kita tentang perasaan kita pada
diri kita sendiri. Perubahan itu dapat dimulai dengan membentuk respect dan sikap
positif mengenai diri kita sendiri.
d) Belajar Mengidentifikasi Masalah dan Perasaan
Mencoba mencari tahu emosi dan perasaan yang mendasari body image
negatif yang anda alami. Saat anda tidak tahu cara mengatasi masalah atau
perasaan anda, anda akan mengalihkannya pada badan anda. Belajarlah untuk
mengenali perasaan anda dan sadar bahwa fokus pada badan anda hanyalah bentuk
pengalihan dari masalah yang menganggu anda.
e) Sadari Pengaruh Body Misperseption
Wanita umumnya lebih rentan memiliki perasaan negatif pada badannya
dibandingkan laki-laki. Hampir 25% self esteem wanita dipengaruhi oleh body
imagenya. wanita dengan gangguan makan memiliki persepsi yang salah dalam
menilai tubuhnya. Belajarlah untuk sadar bahwa anda masih memiliki persepsi
yang salah dan mulailah memperbaikinya dengan mendengarkan pendapat orang
yang dapat dipercaya sampai anda merasa bahwa persepsi anda sudah mulai
membaik.

f) Bertemanlah Dengan Badan


Berhenti menilai diri secara kejam dan lebih menghargai diri sendiri.
Mulailah sadari bahwa anda tidak pernah harus membandingkan diri sendiri
dengan orang lain. Lawanlah image yang disajikan oleh media, dan sadarilah nilai
diri anda tidak bergantung pada seberapa dekat badan anda dengan image
“sempurna”.
Pada buku Margo Maine “Body Wars”, ia mengajarkan cara agar seseorang
mencintai badannya, yaitu:
1. Tegaskan bahwa badan anda sempurna seperti adanya.
2. Pikirkan bahwa badan anda adalah suatu alat, lalu buatlah list tentang hal
yang bisa dilakukan oleh badan anda.
3. Sadarilah bahwa harga diri anda tidak dipengaruhi oleh ukuran, namun oleh
nilai anda sebagai manusia.
4. Membuat list orang yang anda kagumi bukan dari penampilan.
5. Jangan membatasi diri anda dalam melakukan aktivitas yang anda sukai
karena badan anda.
6. Gantikan waktu yang anda sisihkan untuk mengkritisi diri sendiri dengan
hal yang lebih positif atau tujuan untuk dikejar.
7. Ingatlah saat di mana anda puas dan senang dengan tubuh anda.
8. Sadarilah bahwa kecantikan tidak hanya sedalam kulit, namun sebagai
refleksi dari diri kita secara utuh.

BAB III

3.1 Simpulan

Body image yang negatif adalah masalah serius pada remaja yang dapat
mengakibatkan kerusakan mental remaja pada saat itu. Kerusakan yang terjadi bisa
meliputi depresi maupun gangguan makan yang berpengaruh pada kesehatan remaja
tersebut. Selain mengakitbatkan gangguan mental juga dapat menimbulkan efek traumatis
sehingga membuat remaja menutup diri dari lingkungan sosial dan berdampak buruk bagi
masa depan remaja.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan kepada hal tersebut adalah dengan cara
mengubah hal tersebut dimulai dari diri sendiri, menghargai dan mencintai diri sendiri
dapat menghentikan penilaian buruk pada diri kita, sehingga efek negatif yang terjadi
oleh hal tersebut tidak mengganggu kesehatan mental dan menutup relasi pertemanan.

Selain berusaha dari diri sendiri kita juga bisa kita juga bisa meminta bantuan
kepada orang yang lebih profesional seperti orang tua, psikolog dan teman atau orang
yang kita percayai, sehingga dapat mengurangi beban yang kita pikirkan dan
mendapatkan masukan dari orang lain yang dapat membantu kita untuk mengatasi
masalah tersebut. Pada dasarnya body image yang negatif dapat hilang dari diri kita
ketika kita tidak pernah memikirkan omongan orang dan mencintai diri sendiri karena
body image negatif tidak akan tumbuh jika kita telah memahami dan menerima diri kita
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3162/3/BAB%202.pdf

http://mikeauliaputri.blogspot.com/2012/11/makalah-body-image.html

https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-mental-remaja/gangguan-citra-tubuh/

https://student.binus.ac.id/2018/05/negative-or-distorted-body-image/

Anda mungkin juga menyukai