Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Perubahan
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun
organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide
atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
2. Citra Tubuh
Merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi seseorang
tentang tubuhnya baik secara internal maupus eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan
sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry,
2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak
sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang
ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
3. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak
dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya.
Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial
sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan
emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas,
mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa
ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra
tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting
lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

B. Komponen Citra Tubuh

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah satunya
adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh, yaitu :
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai
keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan
atau tidak memuaskan.
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan
dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan
dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu
terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah
(pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk,
kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola
makan.
e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan penilaian
individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat
badan.

Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari, 2001) mengatakan
citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya yaitu mengukur
tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh seperti tinggi atau
pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap
bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan keseluruhan tubuh
yang meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik

C. Manifestasi Klinis Citra Tubuh


Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:
1.  Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2.  Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.  Menolak penjelasan perubahan tubuh
4.  Persepsi negatif pada tubuh
5.  Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6.  Mengungkapkan keputusasaan
7.  Mengungkapkan ketakutan

D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan
yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu,
sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih
merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh
kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan
aspek lain dari konsep diri.
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body image) adalah:
(a)      Jenis kelamin.
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam
perkembangan citra tubuh (body image) seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat
bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan
menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh (body image) dibandingkan pria
(Cash & Brown, 1989: Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham &
Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). Pria ingin
bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan
mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus
menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan
pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang
memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk
menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat
artikel promosi tentang penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).

(b)     Usia.
Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting (Papalia &
Olds, 2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat
badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Remaja putri
mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang
penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating
disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan
usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan
tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).
(c)      Media Massa .
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat
mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky, 2002) juga
menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-
anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi
media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan
bahwa standart kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan
level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-
orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan
memiliki tubuh yang berotot.
(d)     Keluarga.
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam
proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling,
feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan
bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik
terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua
menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya
dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan
yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua sama seperti
harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash dan
Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga
mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara
konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan
pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
(e)      Hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan
orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi
bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa
cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya.
Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap
penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat
mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee
(dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang
mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut
dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses
pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai
tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh
berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga
berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan
merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase,
2001).

E. Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh


·         Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
·         Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infuse.
·         Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di
dalam tubuh.
·         Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
·         Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
·         Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

F. Respon Klien terhadap Ganggua Citra Tubuh

Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam
kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1.      Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)

2.      Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan
bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara
tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:


1.      Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat
keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,
menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.

2.      Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap yang
lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:

1.      Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima
tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.

2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat


kedangkalankepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam,
malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

G. Negatif dan Positif Citra Tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu,
perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa
hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda
kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya.
Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu,
individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai
badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya
berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk
mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman
dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Subjektif :
a. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
c. Pasien mengatakan merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
d.
Objektif :
a. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
b. Menolak melihat bagian tubuh
c. Menolak menyentuh bagian tubuh
d. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri
b. Isolasi social
c. Deficit perawatan diri
3. Intervensi
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan
pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping
dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan
integritas diri.
No. Diagnose Tujuan Intervensi
1. Gangguan SP Pasien  Diskusikan
citra tubuh Tujuan Umum : persepsi pasien
—  Kepercayaan diri klien tentang citra
kembali normal tubuhnya yang
Tujuan khusus : dulu dan saat ini,
—  Pasien dapat perasaan dan
mengidentifikasi citra harapan yang dulu
tubuhnya . dan saat ini
—  Pasien dapat terhadap citra
mengidentifikasi potensi tubuhnya.
(aspek positif).  Diskusikan
—  Pasien dapat melakukan potensi bagian
cara untuk meningkatkan citra tubuh yang lain.
tubuh.  Bantu pasien
—  Pasien dapat berinteraksi untuk
dengan orang lain. meningkatkan
fungsi bagian
tubuh yang
terganggu.
 Ajarkan
untuk meningkatk
an citra tubuh.
 Gunakan protese,
wig,Gunakan
protese,
wig,kosmetik atau
yg lainnya
sesegera
mungkin,gunakan
pakaian yang baru.
 Motivasi pasien
untuk melihat
bagian yang hilang
secara bertahap.
 Bantu pasien
menyentuh bagian
tersebut.
 Motivasi pasien
untuk melakukan
aktifitas yang
mengarah kepada
pembentukan
tubuh yang ideal.
 Lakukan interaksi
secara bertahap
 Susun jadual
kegiatan sehari-
hari.
 Dorong
melakukan
aktifitas sehari dan
terlibat
dalamkeluarga dan
sosial.keluarga
dan sosial.
 Dorong untuk
mengunjungi
teman atau orang
lain yang
berarti/mempunyai
peran penting
baginya.

Sp keluarga  Beri pujian thd


Tujuan umum : keberhasilan
•      Kluarga dapat membantu dalam pasien melakukan
meningkatkan kepercayaan diri klien interaksi
Tujuan khusus :
—  Keluarga dapat mengenal masalah  Jelaskan dengan
gangguan. keluarga ttg ggn

—  Keluarga dapat mengenal masalah citra tubuh yang

gangguancitra tubuhcitra tubuh. tjd pada pasien.

—  Keluarga mengetahui cara  Jelaskan kepada


keluarga cara
mengatasi.
mengatasi
—  Keluarga mengetahui cara
gangguan citra
mengatasimasalah gangguan citra
tubuh.
tubuhmasalah gangguan citra tubu.
 Ajarkan kepada
—  Keluarga mampu merawat pasien
keluarga cara
gangguancitra tubuhcitra tubuh.
merawat pasien.
—  Keluarga mampu mengevaluasi
 Menyediakan
kemampuanKeluarga mampu
fasilitas untuk 
mengevaluasi kemampuanpasien dan
memenuhi
memberikan pujian ataspasien dan kebutuhan pasien
memberikan pujian dirumah.
ataskeberhasilannya.keberhasilannya.  Menfasilitasi
interaksi dirumah.
 Melaksanakan
kegiatan dirumah
dan sosial.
 Memberikan
pujian atas
keberhasilan
pasien
4. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memeberikan intervensi keperawatan langsung terhadap
klien mealui rencana keperawatan yang telah disususn pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi
Evaluasi Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien
dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya,
termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian,
mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan
kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang
berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi
dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan peruba han yang terjadi, mampu
mendiskusikan rekonstruksi

Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut: Syok
psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi
pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma
telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas.
Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan
perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti
mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.2)Menarik
diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak
mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.3)Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan
kenyataan manka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai
melakuka n reintegrasi dengan citra tubuh yang baru. 4)Integrasi merupakan proses yang
panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan
perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan
perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan obyek.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh.

B. Saran
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan ketidak sempurnaan. Oleh
karena itu, saran dari para pembaca sangat diharapkan demi membangun
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi semua pembaca makalah kami pada umumnya.
Bagi tenaga kesehatan disarankan sangatlah berperan penting dalam memberikan
pengobatan dan memberikan motivasi agar pasien yang mengalami gangguan citra
tubuh memiliki koping diri yang positif.

Anda mungkin juga menyukai