Anda di halaman 1dari 9

INTEGRASI ASKEP PSIKOSOSIAL DENGAN PROGRAM PERKESMAS

ANALISIS JURNAL GANGGUAN CITRA TUBUH

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Novi Herawati, S. Kep, M. Kep. Sp. Kep. J.

DISUSUN OLEH

Shallu Annisa

183210308

3A

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

2020

ANALISIS JURNAL GANGGUAN CITRA TUBUH


Citra tubuh (body image) merupakan gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan
ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang
dia rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang
lain terhadap dirinya. Gangguan citra tubuh merupakan persepsi negatif tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang
sering berhubungan dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh sangat rentan terjadi pada lansia yang berkaitan dengan perubahan
persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Faktor yang terkait dengan
gangguan citra tubuh atau gambaran diri adalah perubahan fisik yang berhubungan dengan usia
pada umumnya meliputi: rambut beruban, kulit keriput, gigi mulai ompong, mudah lelah,
gerakan menjadi lamban, penurunan rasa dan penciuman, penglihatan mulai kabur dan
pandangan berkurang.
Gangguan citra tubuh (body image) adalah perubahan persepsi tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek seseorang.
Gangguan ini biasa terjadi kapan saja seperti penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak
diinginkan, berubahan bentuk tubuh, kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika
seseorang mengalami gangguan citra tubuh dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan yang telah terjadi
atau yang akan terjadi, menolak menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh,
mengungkapkan keputusan, dan mengungkapkan ketakutan. Citra tubuh dibagi menjadi dua
yaitu citra tubuh positif dan citra tubuh negative (Ahmad, Rizal. 2017)

Pasien kusta yang mengalami gangguan citra tubuh mengatakan dalam menghadapi
masalah yang ada pada diri mereka merasa malu dengan bentuk tubuhnya dan merasa canggung
dan khawatir terhadap keadaan tubuhnya seta mengalami masalah psikologi yang serius,
sehingga mereka sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya. Hal ini menunjukkan
gangguan citra tubuh (body image) pada beberapa pasien kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri,
sehingga merasa tidak percaya diri, malu dan khawatir akan tubuhnya sehingga dapat diambil
suatu permasalahan yaitu masih tingginya gangguan citra tubuh (body image) pada penderita
kusta (Endang,Yunalia. 2017)
Berdasarkan data pada pasien Ny.Y maka ditegakkan masalah keperawatan gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (pembedahan). Intervensi yang dapat
dirumuskan untuk meningkatkan citra tubuh yaitu NOC citra tubuh meliputi: penyesuaian
terhadap perubahan perubahan tampilan fisik, penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh,
penyesuaian terhadap perubahan tubuh akibat p embedahan, sikap terhadap penggunaan strategi
untuk meningkatkan penampilan dan NIC : bina hubungan saling percaya, Eksplorasi bersama
pasien mengenai metode sebelumnya pada saat menghadapi masalah kehidupan, bantu pasien
untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif, dukung penggunaan mekanisme
defensif yang tepat.
Peningkatan koping dapat digunakan sebagai upaya peningkatan citra tubuh pada pasien
dengan kanker payudara. Bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pelayanan kesehatan kepada pasien selain kebutuhan fisik juga harus bisa memenuhi kebutuhan
psikososial pasien selama di rumah sakit (Warti, Ningsih. 2018)
Kecantikan merupakan tolok ukur yang paling sering digunakan dalam berbagai
kebudayaan untuk menilai perempuan. Di sisi lain, terdapat relatifitas kecantikan dalam
masyarakat yang dinilai secara berbeda-beda antar budaya dan antar waktu. Salah satu ukuran
kecantikan yang banyak mendapatkan perhatian adalah citra mengenai bentuk tubuh. Di negara-
negara non-Barat, seperti di Afrika, tubuh yang gemuk diinterpretasikan sebagai suatu simbol
kematangan seksual, kesuburan, kemakmuran, kekuatan, dan kebijaksanaan (Sheinin, dalam
Rice, 1995). Sebaliknya, negara-negara maju dan berkembang (termasuk Indonesia), tubuh yang
dianggap cantik bagi kaum perempuan adalah keserasian antara tubuh dan tinggi badan.
Kepercayaan tersebut tentu menjadi racikan yang lezat bagi budaya populer saat ini untuk
mempromosikan kebencian dan ketakutan terhadap kegemukan secara besar-besaran (Bedah
Obesitas Bikin Risiko Bunuh Diri Meningkat, 2010). Budaya populer ini memiliki ciri-ciri
bersifat „instant‟, memberikan pemuasan sesaat, cenderung dangkal, dan sangat terkait dengan
sistem kapitalisme sebagai suatu komoditi (Suryakusuma, 2000; Tomagola, 2000).

Berdasarkan keterangan di atas, peneliti melihat pentingnya pengembangan model


pelatihan berpikir positif untuk meningkatkan penilaian terhadap citra tubuh. Pada penelitian ini,
digunakan model berpikir positif Elfiky (2008) yang dikolaborasikan dengan beberapa
pendekatan psikologi lainnya. Elfiky (2008) menyebutkan saat seseorang berpikir, informasi
yang dipikirkannya akan dimaknai dan pada akhirnya memanifestasikan perasaan tertentu. Oleh
sebab itu, berpikir positif pada hakikatnya juga berkaitan erat dengan emosi. Berdasarkan uraian
di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis terdapat pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap
penurunan tingkat ketidakpuasan terhadap citra tubuh (body image dissatisfaction).

Citra tubuh mulai terbentuk pada saat anak-anak prasekolah menginternalisasikan pesan-
pesan dan standar-standar kecantikan dari masyarakat dan kemudian menilai diri mereka sendiri
berdasarkan standar-standar tersebut (Cash, 1998). Dengan cara ini, anak-anak mengembangkan
konsepsi tentang apa yang baik (how one should look) dan apa yang buruk (how one should not
look) dengan melihat tinggi badan, berat badan, kondisi otot, warna rambut, dan gaya atau merek
pakaian mereka.
Citra tubuh bukanlah suatu konsep yang statis, melainkan berkembang melalui interaksi dengan
orang lain dan lingkungan sosial, serta mengalami perubahan sepanjang rentang kehidupan
sebagai tanggapan terhadap umpan balik dari lingkungan (Freedman, 1986; Rice, 1995; dan
Cash, 1998).
Citra tubuh dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi: (a) penilaian atau komentar dari orang lain;
(b) pelecehan seksual dan rasial; (c) stigmatisasi; (d) nilai-nilai sosial yang berlaku; (e)
perubahan-perubahan fisik selama masa pubertas, menopause, dan kehamilan; (f) sosialisasi; (g)
bagaimana perasaan seseorang tentang dirinya sendiri; (h) kekerasan, baik verbal, fisik, maupun
seksual; dan (i) kondisi-kondisi aktual dari tubuh, seperti penyakit atau disabilitas.

Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan,
makna, dan objek yang kontak secara terus menerus, baik masalalu maupun sekarang. Citra
tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan
lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap
individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk ataut idak dan sebagainya adalah menunjukan adanya gangguan citra
tubuh (Nihayati, 2015, hlm.56).
Dampak dari gangguan citra tubuh menurut Soegih dan Wiramiharja (2009, ¶ 9) yaitu
harga diri rendah, isolasi sosial, keputuasaan, dan risiko bunuh diri. Jika seseorang mengalami
gangguan citra tubuh dan tidak diatasi atau dibiarkan saja, akan berdampak buruk bagi diri
seseorang tersebut. Beberapa cara untuk mengatasi dampak tersebut yaitu dengan berpikir
positif, sesuai yang diungkapkan Mukhlis (2013, ¶7) pada hasil penelitiannya berpikir positif
memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat ketidakpuasan terhadap citra tubuh remaja
perempuan.
Perubahan citra tubuh yang dialami klien pasca stroke memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap kehidupannya dimana terjadi penurunan yang signifikan terhadap semua
tindakan dan perilakunya yang juga berdampak besar pada harga dirinya (Keppel dan Crowe,
2000). Perubahan citra tubuh pada penderita stroke dengan berbagai respon yang ditimbulkannya
akan berimbas pada terjadinya gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh adalah distorsi
persepsi, perilaku dan kognitif yang berhubungan dengan perubahan ukuran atau bentuk tubuh
yang terjadi pada diri seseorang (Pimenta, et al, 2009). Gangguan citra tubuh merupakan salah
satu masalah psikososial yang dapat menjadi patologis pada individu dengan stroke bila tidak
ditangani dengan tepat. Salah satunya adalah depresi yang sering terjadi pada pasien stroke
(Alspach, 2013; Waluyo, 2009). Untuk itu perlu perhatian dan tindakan preventif guna mencegah
terjadinya gangguan jiwa (Ahmad, Mukhlis. 2013)
Perubahan fisik yang terjadi pada seseorang khususnya yang mengalami obesitas sangat
berpengaruh terhadap perkembangan psikologis mereka, serta akan membawa dampak sangat
besar pada citra tubuhnya. Citra tubuh mempunyai pengaruh terhadap bagaimana cara seseorang
melihat dirinya (Potter & Perry, 2009). Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang
tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dipengaruhi oleh
pandangan peribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan
orang lain.
Citra tubuh merupakan penampilan fisik individu merasakan bangga dan menerima
bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat
badan, dan kalori (Dewi, 2009) Melihat pentingnya masalah yang timbul. Citra tubuh merupakan
bagian dari citra diri, yang memiliki pengaruh terhadap bagaimana seseorang melihat dirinya.
Selanjutnya juga akan menentukan cara seseorang melihat dirinya, positif atau negatif. Kalau
seseorang menilai dirinya positif, maka seseorang itu juga yakin akan kemampuan dirinya
(Sloan, 2005). Jenis kelamin adalah faktor yang paling penting dalam perkembangan citra tubuh
seseorang, hal ini dikarenakan wanita lebih negatif memandang citra tubuh dibanding pria, pria
ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman – temannya
dan mengikuti trend yang sedang berlangsung.
Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus dan ideal yang digunakan untuk menarik
perhatian orang lain (Satria, 2008). Citra tubuh merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya
baik disadari atau tidak, menyangkut persepsi sekarang dan masa lalu. Persepsi seseorang
terhadap bagaimana seharusnya ia bersikap yang dilandaskan pada target yang hendak dicapai,
keinginan keberhasilan, dan penilaian (Carpenito, 2009). Citra tubuh adalah persepsi seseorang
tentang tubuh, baik internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh (Perry dan Potter, 2005). Citra tubuh adalah bahwa citra tubuh merupakan
evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap karakteristik dirinya, bisa dikatakan bahwa
investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang (Cash, 2000
dalam Nur 2010).
Perempuan dan kecantikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam diri
perempuan meyakini bahwa kecantikan itu penting, sehingga banyak timbul permasalahan bagi
perempuan ketika mereka berusaha untuk menjadi cantik yang menyebabkan perempuan banyak
mengalami ketidak puasan terhadap tubuhnya. Paraperempuan dalam permasalahan fisiknya
bukan lagi masalah baru, bahkan bisa dikatakan problem klasik perempuan.

Salah satu yang dinilai makin banyak terjadi, permasalahan psikologis pada perempuan
adalah sindrom kelainan dismorphic tubuh (bodydy smorphic disorder). Gangguan tersebut
semakin sering terjadi, terutama dikalangan remaja putri. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar
50-88% dari remaja putrid merasa negative tentang bentuk tubuh mereka atau ukuran bentuk
tubuhnya (Croll,2005).

Individu yang merasa tidak puas akan bentuk tubuhnya selalu mengalami beberapa gejala
seperti benci dengan diri sendiri, selalu merasa jelek atau sering iri dengan kesempurnaan fisik
orang lain yang membuat individu melakukan hal yang mengkhawatirkan, walau berkali-kali
memperbaiki atau merawat diri mereka individu selalu merasa diri mereka buruk. Sehingga
individu harus menyadari bahwa peilakunya mengarah kepada hal yang negative yang dapat
merugikan diri individu tersebut.
Remaja putrid lebih terpengaruh oleh bayangan atau citra tubuh ideal yang diajarkan oleh
kebudayaan atau lingkungan mereka (Rice,1990). Remaja putrid banyak menunjukkan ketidak
puasan mereka terhadap tubuh, khususnya remaja putrid yang lebih banyak mengembangkan
citra tubuh negative (Jones,2004). Oleh karena itu penampilan fisik mempunyai pengaruh yang
cukup besar bagi remaja putrid terhadap bagaimana mereka dalam menilai dirinya (bodyi mage).
Santrock (2008) mengatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat
terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun laki-
laki. Citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian
positif dan negative (Cash&Pruzinsky, 2002). Citra tubuh terbentuk ketika memasuki
perkembangan remaja. Decay dan Kenny (2004) mengemukakan bahwa persepsi negative
remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal
dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain (Merlina, Nourmalita.
2016)
Cara pandang individu terhadap tubuhnya sendiri dikenal dengan citra tubuh. Orang yang
memiliki citra tubuh positif mencerminkan tingginya peneri-maan jati diri, rasa percaya diri dan
kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatan. Kepuasan dan ketidak-puasan citra tubuh
pada diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu berat badan dan persepsi derajat kege-
mukan serta kekurusan, budaya, siklus hidup, masa kehamilan, sosialisasi, kon-sep diri, peran
gender dan distorsi citra tubuh (Thompson, 1996). Menurut Honigam dan Castle (2004), citra
tubuh adalah gambaran mental seseorang terha-dap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagai-mana
seseorang mempersepsi dan mem-berikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan
terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya.
Sebenarnya, apa yang dipikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar mempresentasikan kea-
daan yang aktual, namun lebih meru-pakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif.
Dengan demikian da-pat disimpulkan bahwa ketidakpuasan terhadap citra tubuh
merupakan keya-kinan individu mengenai penampilannya yang tidak memenuhi standar
pribadinya, sehingga ia menilai rendah tubuhnya. Power dan Erickson (1989) mende-finisikan
distorsi atau gangguan citra tubuh sebagai pikiran, perasaan dan persepsi individu yang bersifat
negatif terhadap tubuhnya yang dapat diikuti oleh sikap yang buruk. Citra tubuh yang ber-sifat
negatif akan membawa kepada suatu bentuk perilaku destruktif. Perilaku destruktif tersebut bisa
berupa bigorexia atau adonis complex yang ditandai dengan bentuk perilaku, antara lain
melakukan diet dalam waktu lama, mengalami kelainan makan, ketergantungan akan latihan atau
olahraga, dan menyalah-gunakan stereoid yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian
tubuh tertentu (Wili, Januar. 2007)
Citra tubuh memiliki dua konsep pandang-an yang berlawanan yaitu positif dan negatif.
Belgrave (2009) menyebutkan citra tubuh positif dimiliki oleh individu yang merasa puas pada
penampilan fisiknya (body satisfaction), sedangkan citra tubuh negatif dimiliki oleh individu
yang merasa tidak puas pada penam-pilan fisiknya (body dissatisfaction).
Kepuasan atau ketidakpuasan terhadap tubuh dan bagian-bagian tubuh merupakan bagian
dari cara seseorang memaknai anggota tubuhnya sebagai fungsi atau sebagai objek keindahan.
Kenyataannya dewasa ini keindahan penampilan fisik adalah sesuatu yang sangat didambakan
terutama oleh wanita dewasa, sehingga tubuh selalu dilihat dari sudut pandang tampilan luar saja
dan melupakan fokus utamanya yaitu sebagai fungsi. Seorang wanita dewasa, biasanya berpikir
bahwa penampilan fisik yang menarik adalah dengan memiliki wajah yang cantik, serta berat
badan dan bentuk tubuh yang ideal.
Individu dengan citra tubuh negatif cenderung tidak dapat menjalankan kehidupan
dengan baik dibandingkan individu yang memiliki citra tubuh positif. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil penelitian-penelitian sebelum-nya. Salah satunya yaitu penelitian Nurvita dan
Handayani (2015) yang berjudul “Hubungan Antara Self esteem dengan Citra tubuh pada
Remaja Awal yang Mengalami Obesitas.” Penelitian tersebut mengemukakan bahwa ter-dapat
hubungan yang signifikan antara variabel self esteem (harga diri) dengan body image (Dessy ,
Sumanty. 2018)

DAFTAR PUSTAKA
Rizal, Ahmad. 2017. Citra Tubuh dengan Depresi pada Lansia Wanita. Volume 7.
Diakses tanggal 14 januari 2021.
Yunalia, Endang. 2017. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Gangguan Citra
Tubuh terhadap Penderita Kusta. Volume 5. Diakses tanggal 14 januari 2021.
Ningsih, Warti. 2018. Upaya Peningkatan Koping untuk Meningkatkan Citra Tubuh
pada Asuhan Keperawatan Kanker Payudara. Volume 8. Diakses tanggal 14 januari 2021.
Mukhlis, Ahmad. 2013. Berfikir Positif pada Ketidakpuasan terhadap Citra Tubuh.
Volume 10. Diakses tanggal 14 januari 2021.
Jati, Efvi._. Pengaruh Intervensi Generalis Gangguan Citra Tubuh terhadap Citra
Tubuh Siswa Obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen._. Diakses tanggal 14 januari
2021.
Herawati, Novi. 2014. Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh pada
Klien Kelemahan Pasca Stroke di RS DR M Djamil Kota Padang. Diakses tanggal 14 januari
2021.
Permatasari, Ayunda. 2016. Gambaran Citra Tubuh Siswi dengan Obesitas. Volume 9.
Diakses tanggal 14 januari 2021.
Nourmalita, Merlina. 2016. Pengaruh Citra Tubuh terhadap Gejala Body Dismorphic
Disorder yang Dimediasi Harga Diri pada Remaja Putri. Diakses tanggal 14 Januari 2021
Januar, Willi. 2007. Citra Tubuh pada Remaja Putri Menikah dan Memeiliki Anak.
Volume 1. Diakses 14 januari 2021.
Sumanty, Dessy. 2018. Hubungan Religiusitas dengan Citra Tubuh pada Wanita
Dewasa Awal. Volume 1. Diakses tanggal 14 januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai