Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNAY DISEASE (CKD)

Disusun Oleh :

Shallu Annisa

183210308

3A

Dosen Pembimbing :

Tintin Sumarni S. Kep M. Kep

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

T.A 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Chronic Kidnay Disease (Gagal Ginjal Kronik) (CKD) ini telah dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapakan demi perbaikan di
masa yang akan datang.

Solok, 23 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ...................................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang....................................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian..........................................................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................................................
C. Patofisiologi………………………………………………………………………………
D. Manifestasi Klinis .............................................................................................................
E. Discharge Planning ...........................................................................................................
F. WOC..................................................................................................................................
G. Penatalaksanaan………………………………………………………………………….
H. Komplikasi………………………………………………………………………………
I. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………….
J. Asuhan keperawatan teoritis ............................................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renl yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tumbuh tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer, 2002 : 1448).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagaluntuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah [ CITATION Nua17 \l 1033 ].
Dinegara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika
Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun.
Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus. Gagal ginjal kronik dan pada tahun 2000 menjadi
370.000 kasus. Pada taun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus. Selain
diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami gagal
ginjal kronik tahap awal (Santoso , 2008)
Di Indonesia pasien gagal ginjal kronik yang menjalani haemodialisa mengalami
peningkatan, yaitu : pada tahun 2009 tercatat sebanyak 5.450 penderita, tahun 2010
sebanyak 8.034 penderita dan tahun 2010 sebanyak 12.804 penderita (Indonesia Renal
Registry : 2012).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan laporan pendahuluan tentang Chronic Kidnay
Disease (Gagal Ginjal Kronik) (CKD), diharapkan penulis mampu memahami
tentang penyakit Chronic Kidnay Disease (Gagal Ginjal Kronik) (CKD).
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan laporan pndahuluan tentang Chronic Kidnay
Disease (Gagal Ginjal Kronik) (CKD), penulis mampu mengetahui tentang BPH
Chronic Kidnay Disease (Gagal Ginjal Kronik) (CKD).

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian CKD
2. Untuk Mengetahui Etiologi CKD
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi CKD
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis CKD
5. Untuk Mengetahui Discharge Planning CKD
6. Untuk Mengetahui WOC CKD
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan CKD
8. Untuk Mengetahui Komplikasi CKD
9. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan CKD
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversible di mana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Nurarif : 2015).
Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease: CKD) merupakan suatu keadaan
saat ginjal mengalami percepatan kehilangan fungsi eksresi, endokrim, dan sifatnya tidak
bisa dikembalikan. [ CITATION Rit16 \l 1033 ].
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elekrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolic (toksik uremik) di dalam darah
(Muttaqin: 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin : 2010). CKD atau gagal ginjal kronik didefiniskan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversible, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Jadi, CKD atau gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal
mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme
lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Etiologi
CKD dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. DM
2. Glomerulonefrititis konis
3. Pielonefritis
4. Agen toksis
5. Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Obstruksi traktus urinalisis
7. Gangguan vaskuler
8. Infeksi

Klasifikasi penyebab Gagal Ginjal Kronik [ CITATION Nua15 \l 1033 ]

Klasifikasi Penyakit Penyakit

infeksi Pielonefritis kronik

Penyakit peradangan Glomerulonefritis

Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna

Nefrosklerosis maligna

Stenosis arteri renalis

Gangguan jaringan penyambung Lupus eritematosus sistemik

Poliarteritis nodus

Skelrosis sistemik progresif

Gangguan congenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik

Asidosis tubulus ginjal

Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout

Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic

Nefropati timbale

Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma


fibrosis retroperitoneal

Saluran kemih bawah : hipertropi prostat,


striktur uretra, anomaly congenital pada
leher kemih dan uretra

C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi gagal ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat dieresis
osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatini clearance turun sampai 15 ml/menit atau ebih rendah itu (Barbara,
1996:368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejal uremia membaik setelah dianalisis (Brunner, 2001:1448)
Untuk menilai GFR (Glomelular filtration rate) / CCT (clearance creatinin test)
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin (ml/menit) = (140 – umur) x BB (kg)
72 x creatinin serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

Perjalanan umum CKD melalui 3 stadium:

1. Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal


• Kreatinin serum dan kdar BUN normal
• Asimptomatik
• Tes beban kerja pada ginjal : Penekanan kemih, tes GFR
2. Stadium 2 : Insufisiensi ginjal
• Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
• Kadar kreatinin serum meningkat
• Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal :
a) Ringan
40%-80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b) Sedang
15%-40% fungsi ginjal normal
c) Kondisi berat
2%-20% funsi ginjal normal
3. Stadium 3 : Gagal ginjal stadium akhir atau uremia
• Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
• Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis dan elektrolit
• Air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1, 010
4. Patofisiologi umum gagal ginjal kronis
Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitya akan hancur, namun sisa nefron
yang masih utuh tetap bekeja normal”
D. Manifestasi Klinis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik (Nurarif & Kusuma, 2015) :
1. Menurutnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga
25% dari normal
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia, GFR
10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan BUN sedikit meningkat
diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, latergi, anoreksia,
mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic
frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditadai dengan GFR kurang
dari 5-10 ml/ menit, kadar serum karatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah


jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida) (Nurarif & Kusuma, 2015).

E. Discharge Planning
Discharge planning dari gagal ginjal kronis yaitu [ CITATION Nua15 \l 1033 ]:
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
3. Kontrol hipertensi
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
6. Dialisis (cuci darah)
7. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
8. Transplantasi ginjal
F. WOC

infeksi Vaskuler (hipertensi, Zat toksik Obstruksi saluran kemih


DM)
Reaksi antigen Refluks
Tertimbun dalam ginjal
antibodi
Arteri sklerosis
Hidronefrosis Vaskuler ginjal

Suplai darah ke ginjal


Pe ↑ an tekanan Iskemik ginjal

CFR menurun Nefron rusak

CKD

P↓ fungsi eksresi
ginjal Tidak mampu Retensi Na & P Sekresi kalium Sekresi eritropoitin
mengekresikan asam H2O↑
(H)
Hiperkalemia
Sindrom uremia CES ↑ Produksi Hb ↓

Asidosis
Gg. Hantaran
Tekanan kapiler ↑
listrik jantung Oksihemoglobin ↓ Ekresi ↓ mineral
Pruritus Gg.
air
keseimbangan hiperventilasi
asam basa Vol. intertersial ↑
Disaritmia
Kerusakan Gg. Perfusi jaringaan
integritas Pola napas tidak
kulit efektif Edema
RAA
Produksi asam ↑ HIPERVOLEMIA Pe ↑ preload

As. Lambung ↑ ↓ COP

Nausea, vomitus
Suplai O2 ke
jaringan ↓

DEFISIT
NUTRISI INTOLERANSI
Kelelahan
otot AKTIVITAS
G. Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor risiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. Pengelolaan
dapat meliputi [ CITATION Nua15 \l 1033 ]:
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda
uremia

Menurut Mansjoer (1999 : 533), penatalaksanaan medis pada gagal ginjal


kronik adalah :
1. Tentukan dan tatalaksanapenyebab
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan dan cairan dan garam,
3. Diit tinggi kalori dan rendah protein (20-40 g/hari) menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia,
4. Kontrol Hipertensi.
5. Kontrol ketidakseimbanganelektrolit
6. Mencegah dan tatalaksana tulangginjal
7. Deteksi dini dan terapiinfeksi
8. Modifikasi terapi obat dan fungsiginjal
9. Deteksi dan terapikomplikasi
10. Persiapan dialisis dan programtransplantasi
H. Komlikasi
Komplikasi CKD menurut [ CITATION Nua15 \l 1033 ] :
1. Hiperkalemia : Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diit berlebih
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi : Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin-aldosteron
4. Anemia : Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah,
metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang
terjadi
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginja oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem proviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya: usia lanjut, DM, dan Nefropati asam urat
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal prenkim ginjal, kepadatan
prenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, prenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial
7. Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks
jari), klasifiasi metastasik
8. Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung, yang terakhir ini
dianggap sebagai bendungan
9. Pemeriksaan pielografi retrograde bila dicurigai obstruksi yangreversibel
10. EKG untuk melihat kemungkinan : Hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsy ginjal
12. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan
adanya suatu gagal ginjal kronik :
• Laju endapan darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia
• Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah
• Ureum dan karatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan karatinin ± 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurng : Ureum lebih kecil dari karatinin, pada diet
rendah protein, dan tes klirens kreatinin yang menurun
• Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan
• Hiperkalemia : Biasanya terjadi ada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya dieresis
• Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sistesi
1,24 (OH)2 vit D3 pada CKD
• Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang
• Hipoalbuminemis dan hipokolesterolemia : Umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein
• Peninggian gula darah,akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
• Hipertriliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hormone insulin, hormone somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase
• Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

J. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan (Zaidi, 1999 : 73).
Yang perlu dikaji dalam sistem perkemihan meliputi riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik dan prosedur diagnostic yang merupakan data yang menunjang
keadaan klinis dari pasien.

a. RiwayatKesehatan
1) Data Demografi:
a) Umur

b) Jenis kelamin
2) Riwayat Kesehatan Klien:
a) Riwayat masalah ginjal (sistemperkemihan)
b) Klien serta telah berobat kemana dan jenis obat yang
dikonsumsi
c) Riwayat penyakit kronis
d) Riwayat adanyatrauma/injuri
3) Riwayat KesehatanKeluarga
a) Adakah keluarga yang menderita penyakit ginjal sepertipolycistis
b) Penyakit kronik yang lain
4) RiwayatDiit
a) Kebiasaan minum : jumlah, jenis airminum
b) Kebiasaan makan : makanan segar/diawetkan, susu, protein,
kalsium
5) Status SosialEkonomi
6) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi,
7) Riwayat kesehatan sekarang adanya dalam perubahan:
a) Karakteristikurine
b) Pola BAK
c) Kemampuan untuk mengontrolBAK
d) Perubahan frekuensi
e) Merasanyeri
f) Distensi bladder, spasme

g) Tanda dan gejala yang


8) PenampilanUmum
a) Kulit : pucat, kemerahan, kuningkelabu
b) Edema
c) Tanda-tanda vital:
d) Tingkat kesadaran:
e) Konsentrasi
f) Kemampuan bicara: stress, perasaan tidakberdaya.
g) Gaya jalan: adanya kesemutan dan kram pada otot ekstremitas bawah
mempengaruhi gaya berjalan klien dengan gagal ginjal kronik.
h) Koordinasi anggota gerak

b. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan meliputi inspeksi, akultasi,
palpasi dan perkusi.
1) Mata
Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih, edema preorbial.
2) Muka
Apakah ada muka tampak sembab atau tidak. Muka sembab disebabkan
karena udem .
3) Leher
Sering terjadi peningkatan vena jugularis sebagai akibat dari
peningkatan tekanan pengisian pada atrium kanan pada kondisi gagal
jantung kanan.
4) Pemeriksaan Ginjal
Kaji daerah abdomen pada garis midklavikula kiri dan kanan atau daerah
costovertebral angle (CVA), normal keadaan abdomen simetris, tidak
tampak masa dan tidak ada pulsasi, bila tampak ada masa pulsasi
kemungkinan ada polikistik, hidronefrosis ataupun nefroma. Apakah
adanya bunyi vaskuler aorta maupun arteri renalis, bila ada bunyi
desiran kemungkinan adanya RAS (Renal Arteri Stenosis), nefro
scelerotic. Bila terdengar desiran, jangan melakukan palpasi, cedera
pada suatu aneurisme di bawah kulit terjadi sebagai akibatnya tes CVA
bila adanya nyeri tekan di duga adanya implamasi akut.
Keadaan normal, ginjal tidak teraba. Apabila teraba membesar
dan kenyal, kemungkinan adanya polikistik maupun hidroneprosis. Bila
dilakukan penekanan pasien mengeluh sakit, hal ini tanda kemungkinan
adanya peradangan.
5) Pemeriksaan Kandung Kemih
Di daerah supra pubis dipalpasi apakah ada distensi. Normalnya
kandung kemih terletak di bawah sympisis pubis, tetapi setelah
membesar organ ini dapat terlihat distensi pada supra pubis, pada
kondisi normal yang berarti urine dapat dikeluarkan secara lengkap dari
bendung kemih, kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstuksi di bawah
dan prodiksi urine normal maka urine tidak dapat dikeluarkan, hal ini
mengakibatkan distensi kandung kemih.
6) Pemeriksaan MeatusUretra
Inspeksi pada meatus uretra apakah ada kelainan sekitar labia,
untuk warna dan apakah ada kelainan pada orifisium uretra pada laki-
laki dan juga lihat cairan yang keluar.
7) Pemeriksaan Prostat MelaluiAnus
Mengidentifikasi pembesaran kelenjar prostat bagi laki-laki yang
mempunyai keluhan mengarah kepada hypertropu prostat. Akibat
pembesaran prostat, berdampak penyumbatan partial atau sepenuhnya
kepada saluran kemih bagian bawah normalnya prostat dapat teraba
dengan diameter sekitar 4 cm dan tidak ada nyeri tekan.

c. Laboratorium dan ProsedurDiagnostik


1) Urine
a) Volume
b) Warna
c) Masa jenis
d) Osmolaritas
e) Kreatinin cleraence
f) Sodium
g) Protein
2) Darah
a) BUN/Kreatinin

b) CBC (Complet Blood Count = Hitung darah lengkap) Hematokrit


c) Analisa gas darah
d) Serum Sodium
e) Potassium
f) Gagal ginjal tahap lanjut
g) Magnesium,meningkat
h) Fosfor,meningkat
i) Protein,
j) KUB (abdomen)

k) Retrograde pyelogram
l) Renal arteriogram
m) Voiding cystrouetgram
n) Renal ultrasound
o) EKG
p) X-Ray kaki, tulang tengkorak, columna spinalis dan tangan
2. Diagnosis Keperawatan
1) Hipervolemia b. d gangguan mekanisme regulasi (CKD)
2) Intolerasi aktivitas b.d ketidak seimbangan antera suplai dan kebutuhan
oksigen
3) Defisit nutrisi b. d kurangnya asupan makanan

3. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosis : Hipervolemia
Intervensi utama : Pemantauan Cairan
Tindakan
Obsrvasi
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor waktu pengisian kapiler
f) Monitor elastisitas atau tugor kulit
g) Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
h) Monitor kadar albumin dan protein total
i) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium, BUN)
j) Monitor intake dan output cairan
k) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urin meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
l) Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. Dispnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, reflex hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
m) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesia, obstuksi
intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjer, disfungsi
intestinal)

Terapeutik

a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


b) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Luaran utama : Keseimbangan Cairan

Ekspektasi : Meningkat

Kriteria hasil

a) Asupan cairan Meningkat


b) Haluaran cairan Meningkat
c) Keseimbangan membrane mukosa Meningkat
d) Asupan makanan Meningkat
e) Edema Menurun
f) Dehidrasi Menurun
g) Tekanan darah Membaik
h) Denyut nadi radial Membaik
i) Tekanan arteri rata-rata Membaik
j) Membrane mukosa Membaik
k) Mata cekung Membaik
l) Tugor kulit Membaik
m) Berat badan Membaik
2) Diagnosis Keperawatan :Intoleransi Aktivitas
Intervensi Utama : Manajemen Energi
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

Luaran Keperawatan : Intoleransi Aktivitas


Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil
a) Frekuensi nadi Meningkat
b) Saturasi Oksigen Meningkat
c) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Meningkat
d) Kekuatan tubuh bagian atas Meningkat
e) Kekuatan tubuh bagian bawah Meningkat
f) Keluhan lelah Menurun
g) Dispnea saat aktivitas Menurun
h) Dispnea setelah aktivitas Menurun
i) Warna kulit Membaik
j) Tekanan darah Membaik
k) Frekuensi napas Membaik
l) EKG iskemia Membaik

3) Diagnosis Keperawatan : Defisit Nutrisi


Intervensi Utama : Manajemen Nutrisi
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan labor
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
c) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
d) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
e) Berikan suplemen makanan, jika pelu
f) hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
a) anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) kolaborasi pembeian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
b) kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Luaran Keperawatan : Status Nutrsi

Ekspektasi Membaik

Kriteria Hasil

a) Porsi makan yang dihabiskan Meningkat


b) Perasaan cepat kenyang Menurun
c) Nyeri abdomen Menurun
d) Sariawan Menurun
e) Berat badan Membaik
f) Indeks masa tubuh Membaik
g) Frekuensi makan Membaik
h) Nafsu makan Membaik
i) Bising usus Mmembaik
j) Membrane mukosa Membaik

4. Implementasi Keperawatan
1) Diagnosis : Hipervolemia
Intervensi utama : Pemantauan Cairan
Tindakan
Obsrvasi
a) Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Memonitor frekuensi napas
c) Memonitor tekanan darah
d) Memonitor berat badan
e) Memonitor waktu pengisian kapiler
f) Memonitor elastisitas atau tugor kulit
g) Memonitor jumlah, warna dan berat jenis urine
h) Memonitor kadar albumin dan protein total
i) Memonitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium, BUN)
j) Memonitor intake dan output cairan
k) Mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urin
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
l) Mengidentifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. Dispnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, reflex
hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
m) Mengidentifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesia,
obstuksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjer,
disfungsi intestinal)

Terapeutik

a) Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


b) Mendokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


b) Menginformasikan hasil pemantauan, jika perlu
2) Diagnosis Keperawatan :Intoleransi Aktivitas
Intervensi Utama : Manajemen Energi
Tindakan
Observasi
a) Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Memonitor kelelahan fisik dan emosional
c) Memonitor pola dan jam tidur
d) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
a) Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
b) Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Memberikan aktivitas distraksi yang menenagkan
d) Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
a) Menganjurkan tirah baring
b) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

3) Diagnosis Keperawatan : Defisit Nutrisi


Intervensi Utama : Manajemen Nutrisi
Tindakan
Observasi
a) Mengidentifikasi status nutrisi
b) Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Mengidentifikasi makanan yang disukai
d) Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e) Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
f) Memonitor asupan makanan
g) Memonitor berat badan
h) Memonitor hasil pemeriksaan labor
Terapeutik
a) Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Menyajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
c) Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
d) Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
e) Memberikan suplemen makanan, jika pelu
f) Menghentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
a) Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Mengkolaborasi pembeian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
b) Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversible di mana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Nurarif : 2015).
Jadi, CKD atau gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal
mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme
lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca agar lebih menjaga
kesehatannya segera ke Pelayanan Kesehatan atau Rumah Sakit jika merasakan tanda
gejala awal seperti di laporan pendahuluan ini agar dapat segera diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nuararif, A. H., & Hardi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction

Ramayulis, R. (2016). Diet Untuk Penyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Plus

Muttaqin, Arif & Kumala, Sari, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai