Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN TUTORIAL

SKENARIO 2

Aku Tak Secantik Dulu Lagi


BLOK 3.4

Disusun oleh Kelompok 7


Anggota:
1. Rochma Dwi Rahayu

(15237)

2. Rizky Fadhilah

(15240)

3. Ratna Dwi Wijayanti

(15244)

4. Yuninda kurniawati

(15246)

5. Jeki Rahmawati

(15255)

6. Nanang Arif K

(15257)

7. Redita Elva F

(15262)

8. Wahyu Nitari

(15264)

9. Leila Nur Hutami

(15269)

10. Nur Firda Susanti

(15270)

11. Mia Ayu Luvita A

(15271)

12. Ivo Fridina

(15273)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

AGENDA TUTORIAL

Pertemuan I
Hari

: Senin

Tanggal

: 02 Maret 2015

Agenda

: Step 7 (Pencarian Literatur)

Kehadiran

: 12

Tidak hadir

Ketua Diskusi : Redita Elva F


Sekretaris

: Wahyu Nitari

Tutor

: Widyawati, S.Kp., M.Kes

Skenario 2

Aku Tak Secantik Dulu Lagi


Fitria (19th) seorang bintang film remaja yang sedang menjadi idola. Dia mengalami
kecelakaan ketika mengendarai mobil setelah minum alkohol. Fitria mengalami luka pada
wajah dan tangannya, tindakan yang dilakukan adalah operasi. Tim kesehatan menyebutkan
bahwa kalau wajahnya tidak dapat kembali secantik seperti sebelumnya. Akhirnya Fitria
sering murung dan putus asa. Menurut perawat dia mengalamin gangguan gambaran
diri/body image.

Step 1-4
Step 5
LO:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri ?
2. Menjelaskan perilaku yang berhubungan dengan respon gambaran diri faktor
predisposisi, presipitasi, sumber koping dan mekanisme koping pada klien dengan
gangguan gambaran diri ?

Step 6
Belajar Mandiri

Step 7
1.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image


Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
gambaran diri sebagai berikut:
a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.
b. Bentuk tubuh, TB dan BB serta tand-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae,
menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu)
c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
d. Gambaran yang realistic terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan
memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
e. Individu yang stabil, realistic, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat
mendorong sukses dalam kehidupan.

Menurut Thompson (Januar, 2007) faktor-faktor pembentuk citra tubuh pada diri
individu dipengaruhi oleh, antara lain:
a.

Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/ kurus


Keinginan keinginan untuk menjadikan berat badan tetap optimal dengan
menjagapola makan yang teratur, sehinnga persepsi terhadap citra tubuh yang baik
akan sesuai dengandiinginkannya.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Budaya
Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana cara
budayamengkomunikasikan norma norma tentang penampilan fisik dan ukuran
tubuh yang menarik.
Siklus hidup
Pada dasarnya individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh
seperti masalalu.
Masa kehamilan
Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam
kandungan,tanpa ada peristiwa peristiwa pada masa kehamilan.
Sosialisasi
Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut
terpengaruhdidalamnya.
Konsep diri
Gambaran individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan penilaian
sosial.
Peran gender
Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu,
sehinggamenjadikan individu lebih cepat terpengaruh
Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu
Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya yang dapat
diikuti oleh sikap yang buruk.
Berdasarkan uraian yang ada di atas citra tubuh bisa dipengaruhi oleh budaya yang
ada di sekitar individu dan bagaimana cara budaya mengkomunikasikan norma
yang ada terhadap penampilan, ukuran tubuh, bentuk badan, dan daya tarik fisik.
Menurut Atwater (1999), mengatakan bahwa cara seseorang menerima gambaran

diri (self body image) yang ia miliki tergantung pada pengaruh sosial dan budaya, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1.

Kebudayaan
Gambaran diri (self body image) dipengaruhi oleh budaya disekitar individu dan
cara bagaimana budaya mengkomunikasikan norma yang ada tentang berat badan,
ukuran tubuh, bentuk badan dan daya tarik fisik.

2.

Faktor sosial
Faktor sosial diantaranya adalah media massa, bahwa mediamassa telah melakukan
manipulasi dengan memberikan gambaran yang stereotipe yangmenitik beratkan
pada pesona daya tarik tanpa memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang ada.
Hal ini dapat berakibat buruk bagi individu.

Dalam jurnal di sebutkan bahwa responden remaja yang berusia 12-21 tahun, dia
mengidolakan sesosok bintang film yaitu San Cai. Sosok San Cai yang bertato dan para
remaja menginginkan seperti dia. Remaja putri berpendapat bahwa bertato memiliki

alasan yang mendasari yaitu untuk mengekspresikan suatu seni dan terlihat lebih cantik,
keren dan menarik; Tato merupakan daya tarik tubuh dalam menarik lawan jenis; Tato
sebagai alat pertahanan baik dari serangan musuh maupun gangguan makhluk halus;dan
Tato merupakan ungkapan keberanian dan maskulinitas di kalangan laki-laki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri adalah:
a.

Fase pertumbuhan dan perkembangan


gambaran diri bersifat dinamis karena setiap perubahan dalam struktur tubuh atau
fungsi, termasuk perubahan normal pertumbuhan dan perkembangan, dapat
mempengaruhi gambaran diri. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan proses
mengembangkan gambaran

diri. Banyak remaja memiliki

distorsi citra

tubuh/gambaran diri. Kadang remaja berpikir hidung mereka terlalu besar, atau
pinggul mereka terlalu lebar, atau ada bagian tubuh lain yang dirasa kurang
menarik. Dalam fase remaja ini masih dianggap wajar karena umumnya remaja
akan terus mengembangkan persepsinya terhadap perubahan fisik, jika yang
berkembang adalah persepsi positif maka gambaran diri yang dihasilkan juga akan
baik, begitu pula sebaliknya.
b.

Perubahan status kesehatan


Perubahan status kesehatan yang misalkan mengharuskan seseorang melakukan
operasi, dapat mengganggu citra tubuhnya. Hal tersebut Dapat terjadi kemungkinan
karena hilangnya bagian tubuh atau fungsi setelah prosedur bedah

c. Media informasi
Di layar televisi misalnya, banyak suguhan pagelaran busana dengan para model bertubuh
langsing. Tontonan tersebut membuat para gadis ingin memiliki tubuh yang sama sehingga
mereka diet keras yang mengakibatkan gadis tersebut menderita anoreksia
Penelitian oleh Marle & Karin (2014) menunjukkan bahwa media informasi dapat
mempengaruhi kepuasan terhadap bentuk tubuh para remaja perempuan. kebanyakan
remaja putri menginginkan tubuh yang lebih kecil dar yang sebenarnya karena
menganggap apa yang ada adi media itu lebih menarik.

Dilakukan penelitian tentang isu gambaran diri pada populasi LGBTQ dengan
kesimpulan sebagai berikut:

Dari penelitian pada 263 wanita lesbian ditemukan bahwa meskipun secara umum
mereka lebih kritis pada norma-norma social terkait peran wanita, mereka tidak terlalu
kritis terhadap berat badan dan penampilan. 48% dari partisipan melakukan diet dalam

3 bulan terakhir dan hamper setengahnya tidak merasa puas dengan berat badan
mereka, dan selt-esteem rendah tekait dengan body dissatisfaction.

Penelitian yang dilakukan pada komunitas gay ditemukan bahwa pria gay yang lebih
sering diet takut pada kegemukan dan merasa tidak puas pada bentuk tubuhnya. Pria
gay juga cenderung ingin memiliki badan yang ideal dari pada pria normal pada
umumnya.

Peneliti menspekulasikan bahwa transgender memiliki resiko lebih tinggi pada body
dissatisfactions dan eating disorders, berkaitan dengan merasa asing dengan tubuhnya,
dan aspek psikologis berkaitan dengan keinginan untuk melakukan operasi dan suntik
hormone.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan terhadap


citra tubuh, diantaranya adalah pertama pola standar kecantikan dari setiap
budaya yang tidak mungkin dicapai. Kedua adalah keyakinan bahwa kontrol diri
dapat memberikan tubuh yang sempurna. Kenyataan bahwa satu- satunya
bagian tubuh yang memungkinkan untuk diubah adalah berat badan, sehingga
berat badan menjadi

pusat perhatian dalam usaha-usaha peningkatan diri.

Faktor ketiga adalah ketidakpuasan yang mendalam terhadap diri sendiri dan
kehidupan, terutama jika meningkat menjadi

kebencian terhadap tubuh,

merupakan suatu ekspresi dari harga diri yang rendah dan perasan inadekuat.
Keempat adalah kebutuhan akan kontrol di dalam dunia yang terasa tidak
terkontrol. Kemampuan mengontrol tubuhnya sendiri menyebabkan seseorang
merasa

setidak-tidaknya

mempunyai

pengaruh

terhadap

hidupnya

sendiri.Kelima hidup dalam budaya yang menekankan kesan awal (first


impressions).
Body image dapat dipengaruhi oleh kehamilan, penuaan, trauma, penyakit dan
terapinya, kesemuanya itu dapat mengubah penampilan dan fungsi individu. Adanya
mitos yang menyatakan lebih besar lebih baik. Hal ini membuat pandangan wanita
berfokus pada ukuran payudara yang besar dan pria akan cemas dengan ukuran alat
kelaminnya.
Dalam penelitian Angelia Odoms-Young tahun 2008 di Amerika tentang kaum
muslim berkulit hitam didapatkan hasil bahwa:

Religi mempengaruhi cara pandang dan cara berpenampilan seseorang, wanita


muslin cenderung tidak begitu memperhatikan bentuk tubuh serta fashion yang
ada, hal itu dikarenakan bagi mereka apapun keburukan yang ada di tubuh mereka

dapat tertutupi dengan baju yang panjang. Wanita muslin akan lebih fokus kepada
bagaimana agama mengharuskan mereka berpenampilan dan berpakaian.

Usia: Kebanyakan respoden wanita lebih menyukai bentuk tubuhnya yang


dulu/saat masih muda (kebanyakan partisipan merupakan wanita yang sudah
menikah

dan

memiliki

anak).

Sejalan

dengan

waktu,

banyaknya

keluarga/tanggung jawab pekerjaan, serta melahirkan anak dapat memberikan efek


penambahan berat badan.

Ras: dibandingkan dengen kulit putih, ras kulit hitam lebih tidak banyak mengeluh
mengenai berat badan, dan warna kulit. Mereka lebih fokus untuk menjaga
penampilan rambut serta pakaian yang sesuai dengan bentuk tubuhnya.

Pandangan lawan jenis juga berpengaruh terhadap bagaimana seharusnya wanita


berenampilan. Laki-laki seolah menekan wanita untuk dapat mempertahankan
berat badan ideal. Penampilan juga berpengaruh dalam masa pencarian pasangan,
kebanyakan laki-laki memandang tubuh ideal lebih baik.

2.

Faktor predisposisi, presipitasi, sumber koping dan mekanisme koping


a. Faktor predisposisi gambaran diri:
1. Pertumbuhan kognitif dan fisik (penuaan)
2. Cara individu memandang diri sendiri / persepsi diri
3. Bagaimana orang lain,terlebih orang terdekat memandang dirinya
b. Faktor presipitasi:
1. Hilangnya sebagian tubuh, misal karena kecelakaan, cacat penyakit
2. Perubahan penampilan/bentuk tubuh
c. Mekanisme Koping
Koping dapat diartikan sebagai mekanisme pertahanan yang stabil, upaya
kognitif atau perilaku untuk menguasai, mengurangi atau mentoleransi konflik, dan
respon yang muncul diarahkan pada resolusi atau mitigasi dari masalah.
Tiga gaya strategi koping yang dijelaskan oleh Endler dan Parker.
1. Strategi

berorientasi

tugas,

mencoba

untuk

memecahkan

masalah,

reconceptualize dan meminimalkan efek dari masalah


2. Strategi berorientasi pada emosi meliputi tanggapan emosional, perlindungan diri
dan reaksi berfantasi
3. Strategi penghindaran berorientasi menghindari stres dengan mencari orang lain
(pengalihan sosial) atau dengan terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

Strategi koping dapat dilakukaan antara lain:


1. Exercise dan healthy eating: engan olahraga, seseorang bisa merasa tubuh dan
mentalnya lebih baik
2. Changing

appearance or shopping: merubah penampilannya dengan

menggunakan make-up ( seperti lipstik, eye shadow) dan menggunakan pakaian


yang berbeda sesuai dengan styles.
3. Social interaction: berbincang-bincang dengan keluarga ataupun teman untuk
koping diri. Sehingga setelah itu, dia dapat merasa dirinya akan lebih baik.
Contohnya, dia merasa senang ketika dia membuka facebook dan banyak yang
care kepadanya ataupun mengirmkannya pesan.
4. Getting out: keluar rumah merupakan alternatif untuk menghindari diri dari
kebosanan. Seseorang dapat melakukan apapun yang dia sukai di luar rumah
seperti berbekanja baju yang dia sukai bersama teman-temannya.
5. Self-acceptance: dalam jurnal ini disebutkan bahwa dengan metap cermin selama
20 menit dan berbicara di depannya bahwa inilah saya, tidak ada yang berubah.
Inilah saya. Saya suka dengan diri saya. Tanpa saya harus mengkritik, menilai
diri saya sendiri. Inilah diri saya dengan begitu seseorang dapat menerima
dirinya apa adanya.

CBT (Cognitive Behavioral Theraphy)


CBT merupakan salah satu metode psikoterapi yang efektif untuk meningkatkan
ketidakpuasan tubuh. CBT cocok diterapkan pada mereka yang mengalami gangguan
makan, obesitas, Body Dismorphic Disorder, dan mereka yang memiliki
perasaan/pemikiran negatif tentang tubuhnya.
CBT dilakukan dengan panduan sebagai berikut:
1. CBT dilakukan dengan format membentuk grup. Dari total seluruh peserta peserta,
akan dibagi menjadi beberapa kelompok.
2. Proses CBT akan dipandu oleh seorang terapis pada masing-masing kelompok
3. Proses CBT berlangsung selama kurang lebih 30 menit
4. Peserta terapi akan mengkaji diri mereka sendiri. Mereka menuliskan apa yang
mereka rasakan, apa yang mebuatnya selalu berpikiran negatif tentang dirinya, dan
dituntun untuk menuliskan kelebihannya.
5. Setelah itu, peserta diajarkan teknik relaksasi dan metode refleksi diri agar mereka
merasa tenang dan diharapkan harga diri mereka dapat meningkat

Mekanisme Koping dapat juga dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:


1. Mencintai dan menyayangi diri sendiri
Setiap manusia yang telah di ciptakan Tuhan memiliki berbagai macam
kelebihan dan kekurangan. Mencintai dan menyayangi diri sendiri berarti kita
mencintai dan mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Wujud dari
kecintaan terhadap diri sendiri adalah dengan memperlakukan dan menjaga diri
dengan baik dari hal-hal yang bisa merusak diri. Dengan begitu kita akan senantiasa
terdorong untuk melakukan sesuatu hal yang positif dalam hidup.
2. Mengembangkan pikiran positif
Cara berpikir seseorang dapat mempengaruhi sikap, tindakan dalam
kehidupannya. Pikiran positif akan mendorong seseorang untuk tetap optimis,
pantang menyerah, dan berani menghadai resiko dan tantangan.
3. Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita harus senantiasa
meningkatkan kualitas hubungan tersebut. Kualitas pergaulan juga di tentukan
dengan siapa kita bergaul. Dalam memilih pergaulan perlu dilakukan dengan cermat,
karena salah bergaul akan memberikan pengaruh negatif untuk diri sendiri. Maka dari
itu bergaulah dengan orang yang memiliki kecerdasan dan perilaku yang baik. Selain
itu perbaiki juga hubungan dengan orang-orang terdekat dan hindarilah pertentangan.
4. Bersikap proaktif
Proaktif sering di katakan sebagai kemampuan mengambil sebuah inisiatif
tindakan. Proaktif ini meliputi banyak hal seperti proaktif dalam melawan hawa
nafsu, proaktif dalam memberantas kebodohan diri, proktif memupuk motivasi,
proaktif dalam belajar, proaktif dalam menolong orang yang membutuhakan dan lain
sebagainya
5. Menjaga keseimbangan hidup
Untuk mencapai keseimbanga ini, sebaiknya membuat sebuah agenda kegiatan
dan skala proritas sehingga kita dapat melakukan suatu hal sesuai dengan kebutuhan
yang ada, tidak berlebihan dan seimbang.

Respon seserang ketika menghadapi sesuatu yaitu maladaptif dan adaptif,


1. Respon adaptif diantaranya:

a. Syock

psikologis,

merupakan

reaksi

emosional

terhadap

dampak

perubahan. Digunakan sebagai reaksi terhadap kecemasan, mekanisme


kopingnya: mengingkari, menolak, dan proyeksi untuk mempertahankan
diri.
b. Menarik diri, saat pasien sadar dengan kenyataan dan ingin lari dari
kenyataan tapi karena tidak mungkin maka pasien lari atau menghindar
secara emosional. Pasien menjadi pasif, tergantung, tidak ada motivasi dan
keinginan.
c. Penerimaan/pengakuan secara bertahap, saat pasien sadar akan kenyataan
maka pasien akan berespon kehilangan/berduka.

2. Respon maladaptif diantaranya:


a. Menolak untuk melihat/menyentuh bagian yang berubah
b. Tidak menerima perubahan
c. Mengurangi kontak sosial
d. Pesimis
e. Mengungkapkan keputusasaan dan rasa takut untuk ditolak
f. Depersonalisasi
g. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh

Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam maupun dari luar diri individu tersebut.
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu:
Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati
secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
Contoh:
-

Berpikir

Berfantasi

Berangan-angan

Perilaku aktif (respons eksternal)


Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
langsung, berupa tindakan yang nyata.
Contoh:
-

Melakukan perawatan pada tubuhnya sesering mungkin.

Melakukan olahraga.

Mengurangi makan

Daftar Pustaka

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2008. Fundamentals of Nursing: Concepts,
process, and Practice. New Jersey: Pearson Education.
BodyImage. http://www.brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education
/nutrition_&_eating_concerns/body_image.php diakses pada 2 Maret 2015 jam
08.30.
Delaune, S., & Ladner, P. (2011). Fundamentals of Nursing Standards & Practice
(fourth., p. 424). USA: Delmar Cengage Learning.
Elfiky, I. 2009. Terapi Berfikir Positif. Jakarta : Zaman.
Galli, Nick.2015.Signs of Body Image Disturbance, Disordered Eating, and Eating
Disorders in Physically Active Adolescents.University of Utah.Association for
Applied Sport Psychology.
Hasanah, Uswatun. 2013. Pembentukan Identitas Diri dan Gambaran Diri pada Remaja
Putri Bertato di Samarinda. E Journal Psikologi 1 (2): 177-186.
Mahapatro, F dan Parkar,R.S. 2005. A comparative study of coping skills and body
image: Mastectomized vs. lumpectomized patients with breast carcinoma. Indian
journal of psychiatry.
Marle & Karin. 2014. Media Influence and Body Satisfication in Brazilian Female
Undergraduate Students. Mexican Journal of Eating Disorder p.20-28. Brazil
Mukhlis, A. (2013). Berpikir positif pada ketidakpuasan terhadap citra tubuh (body
image dissatisfaction). Jurnal Psikologi Islam, 10 (1).
Odoms-Young, A. 2008. Factors that Influence Body ImageRepresentation of Black
Muslim
Women.
Soc
Sci
Med,
66(12):
2573-2584.
doi:
10.1016/j.soc.scimed.2008.02.008
Potter, P.A., Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

1.

Ridha, M. 2012. Hubungan antara Body Image dengan Penerimaan Diri pada
Mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Empathy Vol.I No.1 Desember 2012.
Smith-jackson, et. al., 2011. Coping with Bad body image days strategies from firsyears young adult college women. Body Image.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Surya, Hendra. 2010. Jadilah pribadi yang unggul.

Anda mungkin juga menyukai