ANNISA AGNIANISA
2011070110812
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Proposan Penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Proposan Peelitian untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perkembangan individu manusia melalui beberapa fase yang
secara kronologis dapat diperhitungkan batas waktunya. Banyak fase
kehidupan yang dilalui, remaja menjadi fase yang sangat menarik, karena
pada masa ini terjadi banyak perubahan baik secara psikis maupun
fisiknya. Perubahan perubahan yang terjadi terkadang dianggap aneh dan
seringkali menimbulkan kebingungan sehingga menimbulkan gejolak emosi
dan tekanan jiwa yang dengan demikian akan menjadikannya mudah
menyimpang dari aturan dan norma yang berlaku ditengah masyarakat.
Body shaming terjadi sejak pada jaman dahulu, sejak era Dinasti Sui
(581618) sampai Dinasti Song (960-1279) perempuan di China akan
berusaha untuk membebat kaki hingga berukuran kecil, karena mereka
menganggap jika kaki perempuan semakin kecil, maka perempuan tersebut
semakin dianggap memiliki badan yang ideal dan yang tidak memiliki
bentuk seperti itu akan mendapatkan ejekan bahwa dirinya tidak memiliki
tubuh yang ideal (Tempo.co, 2018).
Menurut Detik (2018) ada 966 kasus penghinaan fisik atau body
shaming yang ditangani polisi dari seluruh Indonesia sepanjang 2018. Pada
tahun 2019 telah dilakukan survey dengan melibatkan 2000 orang, dan
56% mengatakan pernah mengalami body shaming (Liputan6, 2019).
Seseorang yang mengalami body shaming atau komentar negatif terhadap
bentuk tubuhnya dalam jangka waktu yang lama cenderung akan
menganggap dirinya tidak sempurna atau imperfect. Remaja menjadi
sasaran body shaming karena mengalami perubahan yang terlihat secara
fisik (akibat pubertas) dan psikologis (Widiasti, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2.Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengaruh body shaming terhadap mental dan
kepercayaan diri dari remaja.
2. Manfaat Penelitian
a.Bagi Masyarakat
b.Bagi Peneliti
c.Bagi Institusi
d.Bagi Remaja
e.Bagi Sekolah
1. Body shaming
a. Pengertian Body Shaming
Tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan pendapat kepada
seseorang ataupun diri sendiri mengenai tubuh yang dimilikinya. Kritikan
yang diberikan bukanlah kritikan yang bersifat membangun, melainkan
dengan maksud untuk menjatuhkan orang lain atau mempermalukannya
melalui fisik yang dimiliki, Body shaming juga merupakan tindakan
mengomentari diri sendiri sebagai bentuk rendah diri atau kurangnya rasa
syukur yang dimiliki akhirnya membuat korban merasa kurang percaya diri,
merasa tidak pantas dan akhirnya menarik diri dari masyarakat.
Perlakuan body shaming adalah pengalaman yang di alami individu ketika
kekurangan di pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari
bentuk tubuhnya. Perlakuan body shaming termasuk bullying secara verbal
dengan membully badan seseorang tanpa memikirkan perasaan korban
(Dolezal, 2015).
2) Skinny shaming
Skinny adalah mengomentari bentuk tubuh seseorang yang kecil, tentu
saja adalah ukuran yang tidak sesuai dengan standar ideal. Misalnya
dengan memanggil dengan kurus, kurang gizi atau lainnya.
3) Warna Kulit dan Kondisi Kulit
Mengkritik seseorang karena pigmen kulit yang dimiliki, misalnya
memanggilnya black karena kulitnya cenderung gelap dan memanggilnya
jorok dan dekil karna memiliki wajah berjerawat dan cenderung kusam.
2.Mental
a.Defenisi mental
Mental, adalah kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang
tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi
dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
mampu memberikan kontribusi.
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan
untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
3.Kepercayaan diri
a..Defenisi Kepercayaan Diri
Adalah sebuah rasa dalam bentuk keyakinan yang kuat dalam jiwa,
kesepemahan dalam jiwa dan kemampuan menguasai jiwa. Hal pasti
tentang kepercayaan diri bahwa kepercayaan diri tidaklah arogansi, sikap
sombong, membanggakan diri, dan pamer. Anggapan tentang arogansi
adalah bentuk kepercayaan diri sering kali dijadikan argumentasi yang
dianggap layak oleh orang orang yang tidak memiliki kepercayaan diri.
Menurut Lauster bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman
hidup seseorang yang memiliki aspek kepribadian berupa keyakinan
terhadap kemampuan diri sehingga tidak terpengaruh dan dapat bertidak
sesuai kehendak, gembira, optimis, toleras dan bertanggung jawab.
Kepercayaan diri adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh sesorang, baik itu oleh orang tua pun orang anak, baik secara individu
atau kelompok karena dari kepercayaan dirilah seseorang dapat
mengaktulisasikan potensi dirinya.
4.Remaja
1. Pengertian Remaja
1) Pertumbuhan fisik
Mata juga turut tumbuh lebih cepat sehingga meningkatkan rabun pada
remaja, masalah yang memengaruhi sekitar seperempat remaja usia 12
sampai 17 tahun. Pertumbuhan pertumbuhan yang dialami pada masa
remaja akan didapatkan sesuai dengan waktunya masing masing, sehingga
untuk beberapa saat, bagian bagian tubuh dapat menjadi tidak proporsional
beberapa waktu. Perubahan perubahan fisik yang dramatis memiliki efek
psikologis bagi remaja dibandingkan dengan aspek lain yang ada pada
dirinya, sehingga menaruh perhatian lebih terhadap penampilannya
khususnya pada perempuan. Bahkan mereka cenderung sering tidak
menyukai apa yang mereka lihat didalam cermin dibandingkan dengan
anak laki laki
2) Perkembangan seksual
Tidak dapat dielakkan bahwa menyukai lawan jenis dapat saja dimulai
sejak masa anak anak. Akan tetapi seksualitas akan menjadi masalah yang
nyata pada saat memasuki masa remaja hal ini berdasarkan pada sebuah
hasil survey yang menunjukkan tingginya persentase untuk remaja di salah
satu SMU yang pernah melakukan hubungan seks
3) Cara berpikir
Pada masa remasa kemampuan berpikir mulai sempurna, hal ini terjadi
pada rentang usia 12- 16 tahun. Selaras dengan yang dikemukan Alfret
Binet, pelopor mental tes kebangsaan prancis menyebutkan bahwa pada
usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak baru
sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi
abstrak dimulai 14 tahun.
Akibat dari perkembangan berpikir ini yaitu remaja mulai suka menolak hal
hal yang dianggap tidak masuk akal baginya hingga mau tidak mau
mengakibatkan sering terjadinya keteganggan antara remaja dengan orang
tua atau guru atau orang dewasa lainnya jika dipaksa menerima tanpa alas
an rasional.
Emosi yang dimiliki remaja masih labil disebabkan oleh kondisi hormon.
Remaja dengan emosi yang demikian sangat mudah terpancing emosinya,
pada sekolah menengah misalnya terdapat fenomena tauran antar sekolah.
Pun banyak sekali fenomen putus cinta yang begitu membuat remaja
sangat sedih. Membuktikan bahwa emosi yang dimiliki oleh remaja lebih
kuat untuk menguasai mereka dari pada pikiran yang realistis.
Bentuk body
shaming: a.Fat
shaming
b.skinny shaming
c.warna kulit
Kepercayaan diri
Remaja
Gambar 1: Kerangka Teori (Nurany,Mulyana,&Taftazani,2016)
B.KERANGKA KONSEP
Variabel
Independent
body shaming
Variabel Dependent
Mental dan
kepercayaan diri
remaja
C. DEFINISI OPERASIONAL
D.Hipotesis
Dalam konsep dan praktik keperawatan dijelaskan bahwa hipotesis
artinya pendapat kebenaran yang masih bersifat dugaan dan perlu
dilakukan uji atau perlu diperlukan bukti kebenarannya.
Hipotesis yang dpat dimunculkan dalam penelitian ini adalah:
Ha:Ada Pengaruh Bodyshaming Terhadap Mental dan Kepercayaan Diri
Remaja di SMAN 1 Siborongborong.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah korban dari perilaku body shaming
yang diambil dari salah satu siswa SMAN 1 Cibungbulang yang mewakili
untuk dijadikan sampel. Alasan peneliti menggunakan subjek dari SMAN 1
Cibungbulang karena didukung oleh hasil survey data dari peneliti yang
secara garis besar bahwasanya di SMAN1 Cibungbulang tersebut ada
fenomena body shaming yang dari beberapa siswa pernah mengalami
tindakan body shaming tersebut. peneliti memperoleh perwakilan kuota
subjek dari sekolah tersebut sebanyak 30 jumlah responden.
2. Sampel
a.Jenis Data
Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu dengan menggunakan alat ukur kuesioner, yang berisi
pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai pengaruh bodyshaming
terhadap mental dan kesehatan remaja.
2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002). Teknik yang digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen adalah teknik belah dua (split half)
dengan rumus “Spearman Brown” sebagai berikut :
r11 = 2.rb
1 + rb
Keterangan:
2. Analisis bivariat
∑A-∑B
ꞃ= N(N-1)
Keterangan :
3. analisis multivariate
B.Hasil Penelitian
j.kelamin N %
Perempuan 18
laki laki 60,0
12
40,0
Jumlah 30
100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden seluruhnya adalah 30
siswa.
Dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (60,0%), dan laki laki
(40,0%) Berdasarkan karakteristik jenis kelamin lebih banyak (60,0%) responden
perempuan.
b.analisis bivariat
Mental
baik buru Total
body Buruk 6 k 17 23
shamin 26.1% 73.9% 100.0% P:0,324
g Baik 2 4 6 r :0,06
33.3% 66.7% 100.0%
Total 8 21 29
27.6% 72.4% 100.0%
Crosstab
kepercayaan diri
baik buru Total
body Buruk 3 k 20 23
shamin 13.0% 87.0% 100.0%
g Baik 3 3 6
P:0,047
50.0% 50.0% 100.0%
r:0,370
Total 6 23 29
20.7% 79.3% 100.0%
multivariat
95% C.I.for
EXP(B)
Batas Batas
Sig. Exp(B) atas bwah
Step 1 a
Mental .812 .776 .096 6.297
kepercayaan_di
.067 .152 .020 1.138
ri
Constant .351 10.037
Step 2 a
kepercayaan_di
.064 .150 .020 1.118
ri
Constant .277 6.667
Hasil uji analisis multivariat diketahui bahwa variabel peran mental memiliki p-
value=0,812 kepercayaan diri memiliki p- 0,150,. Kepercayaan diri ini merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku body shaming. Hasil
pengujian multivariat variabel kepercayaan diri berhubungan terhadap
perilakubody shaming,secara statistik kepercayaan diri merupakan yang paling
berpengaruh terhadap perilaku body shaming.
B. Pembahasan
1. Univariat
a. Usia
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 responden terdapat respondon dengan
usia 15 tahun sebanyak 7 responden (23,3%), berusia 16 tahun sebanyak
8responden (26,7%), berusia 17 tahun sebanyak 9 responden (30,0%), dan
berusia 18 tahun sebanyak 6 responden (20,0%). Dari hasil tersebut terdapat
bahwa mayoritas responden berusia 17 tahun.
b.jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 responden Dari hasil tersebut mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan jenis kelamin perempuan sebanyak 18
responden (60,0%). sejalan dengan penelitian Devra dan imanuel (2020) yang
mengatakan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 33 siswa (64,7%).
c.analisis multivariat
Pada hasil analisis multivariat tersebut Hasil analisis variabel body shaming
dengan mental menunjukkan bahwa Exp B : 10,037, p : 0,03, p > 0,05 dan body
shaming dengan kepercayaan diri menunjukkan menunjukkan bahwa Exp B :
6.667, p : 0,02, p > 0,00 pengaruh bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat dengan menggunakan analisis binary logistik dengan metode
enter. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriani Azmatun Azizah,2020
Didapatkan hasil uji statistik berdasarkan rank spearman untuk pen 0,019 (p<0,05)
yang berarti adanya pengaruh body shaming terhadap kesehatan mental remaja.
Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa body shaming memiliki pengaruh
terhadap kesehatan mental pada remaja di SMA Negeri 11 Semarang (Azizah,
2020). Dan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febrianti,2020 Hasil
analisis uji multivariate menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara perlakuan body shaming terhadap kepercayaan diri pada remaja di SMA
Negeri 1 Babat Supat dengan pvalue 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa body shamingmempunyai hubungan yang positif terhadap harga diri pada
remaja yang berarti semakin rendah kesadaran tubuh seseorang maka semakin
rendah juga kepercayaan diri seseorang tersebut (Febrianti, 2020)
Dalam penelitian ini pengaruh mental terhadap body shaming sangat signifikan
Efek yang ditimbulkan dari body shaming tentu tidak main-main khususnya
terhadap mental korban., yaitu
Korban menjadi insecure dan tidak percaya diri
Kata-kata yang mengarah kepada fisik walaupun tidak di maksudkan mengejek
seperti "gendutan", ternyata bisa menjadi kata-kata yang menyakitkan bagi
seseorang, walaupun dengan maksud bercanda. Korban menjadi tidak percaya
diri dan takut untuk menerima bentuk tubuhnya sendiri.
Korban menjadi tertutup kepada orang lain Menghambat perkembangan korban
Motivasi menjadi faktor penting dalam perkembangan seseorang menuju yang
lebih baik. Tanpa motivasi sangat sulit tubuh tergerakan untuk berkembang.
Dengan adanya body shaming motivasi dapat terhambat karena perkataan
menjelekan atau negative dari orang lain membuat kita tidak percaya diri dan takut
untuk bergaul dengan sesama.
Memperbaiki bentuk fisik dengan hal ekstrim
Operasi plastik menjadi tren dikalangan masyarakat khususnya perempuan.
Wajah ideal yang diidam-idamkan oleh semuanya menjadi faktor utama orang
nekat mengoperasi wajahPerilaku menyakiti diri sendiri bahkan sampai bunuh diri
Gangguan mental dapat terjadi karena tekanan tentang tubuh ideal. Jiwa yang
ditekan sebagaimana mestinya dapat rusak. Kepercayaan diri juga berpengaruh
terhadap bodyshaming.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat diberikan beberapa kesimpulan setelah dilakukan analisis bivariate terdapat
hubungan antara kepercayaan diri dengan body shaming dan terdapat juga
hubungan antara mental dengan body shaming kedua variable memiliki value 0,25
bisa dimasukkan dalam analisis multivariate mental dengan body shaming
memiliki pengaruh yang signifikan dan kepercayaan diri juga memeiliki pengaruh
signifikan terhadap body shaming.
B.SARAN
Remaja di SMAN 1 Cibungbulang diharapkan selalu meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya untuk mengetahui dampak buruk dari body
shaming dan cara menerima keadaan diri sendiri bagaimana pun bentuknya agar
memliki wawasan yang baik.dan diharapkan kepada pihak sekolah untuk
mensosialisasikan edukasi tentang bodyshaming agar tidak ada lagi remaja yang
mendapat body shaming.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzia, F.T & Rahmiaji, L.R. 2019. Memahami Pengalaman Body Shaming Pada
Remaja Perempuan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah:
Jakarta. Hapasari, A & Prismastuti, E. 2014. Kepercayaan Diri Mahasiswa Papua
Ditinjau Dari Dukungan Teman Sebaya. Jurnal Psikodimensia. Vol. 13, No. 1,
Januari-Juni 2014.
Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body image. London: The Guilford Press.
Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan makan kaian meta-analisis.
Qualitative inquiry and research design: choosing among five tradition. London:
Sage Publications Danesi, M. (2010). Pesan Tanda dan Makna : Buku Teks
Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi.
Yogyakarta: Jalasutra Detik. (2018, 28 November). Polisi Tangani 966 Kasus
Body Shaming Selama 2018. Diakses pada 12 Februari, dari
https://news.detik.com/ berita/d-4321990/polisi-tangani-966kasus- body-shaming-
selama-2018 Dolezal. (2015).
The Body and Shame. Phenomenology, Feminism, and The Socially Shape Body.
The United State of Amerika: Lexington Book Febrianti, Y. & Fitria, K. (2020).