Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP MENTAL DAN


KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DI SMAN 1 CIBUNGBULANG
TAHUN 2022

ANNISA AGNIANISA

2011070110812

PROGRAM STUDI KESEHATAN


MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Proposan Penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Proposan Peelitian untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, 8 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses perkembangan individu manusia melalui beberapa fase yang
secara kronologis dapat diperhitungkan batas waktunya. Banyak fase
kehidupan yang dilalui, remaja menjadi fase yang sangat menarik, karena
pada masa ini terjadi banyak perubahan baik secara psikis maupun
fisiknya. Perubahan perubahan yang terjadi terkadang dianggap aneh dan
seringkali menimbulkan kebingungan sehingga menimbulkan gejolak emosi
dan tekanan jiwa yang dengan demikian akan menjadikannya mudah
menyimpang dari aturan dan norma yang berlaku ditengah masyarakat.

Dalam acara-acara di televisi pasti juga terdapat beberapa macam


iklan, Salah satu contoh dari beberapa iklan tersebut adalah putih cerah
merona bagai sakura, buktikan sekarang dan sarapan minuman yang
membuat slim setiap hari, agar tetap langsing berhari-hari. Perempuan
yang cantik tidak hanya dilihat dari wajah, tetapi juga dilihat dari kulit yang
putih, mulus dan kencang, juga lekukan tubuh yang menonjol, seperti dada
dan pinggul, bibir, dan apapun yang berkaitan dengan organ tubuh
perempuan (Kasiyan, 2008).

Kata-kata tersebut membuat masyarakat menjadi berpikir bahwa


perempuan yang cantik memiliki tubuh yang langsing, dan kulit yang putih
cerah. Kelebihan iklan dapat membentuk dan merubah pola pikir
seseorang, hal ini menjadi alasan bahwa iklan dapat dikatakan menjadi
bagian dari kebiasaan keadaan saat ini. Pemikiran yang sudah terbentuk di
dalam masyarakat ini akan dijadikan sebagai penilaian terhadap tubuh yang
dianggap ideal atau standart ideal di lingkungan masyarakat dan membuat
seorang perempuan yang tidak masuk kedalam kriteria tersebut cenderung
akan mendapatkan body shaming. (Danesi, 2010).

Body shaming dapat dikatakan sebagai perbuatan mengkritik pada


bentuk, ukuran, dan penampilan orang lain (Chaplin, 2005). Body shaming
adalah perilaku yang menyinggung berat badan, ukuran tubuh dan
penampilan diri sendiri ataupun orang lain (Gilbert, 2007). Ciri ciri dari
perilaku body shaming 1) Mengkritik pada penampilan diri sendiri, dengan
membandingkan dengan penampilan orang lain 2) memberi kritikan
terhadap orang lain secara langsung di depan orang tersebut 3)
memberikan kritikan pada orang lain tanpa sepengetahuan orang yang
bersangkutan (Vargas dalam Chairani, 2018). Contoh kata-kata body
shaming adalah 1) wah kamu makin langsing ya (sementara seseorang
yang dibilang makin langsing memiliki badan yang cukup gemuk) 2) eh
kamu keliatan kurus sekarang 3) itu perut atau karung bro 4) jerawat kamu
lo makin banyak 5) kok sekarang kamu iteman sih (IDNtimes, 2019).

Body shaming terjadi sejak pada jaman dahulu, sejak era Dinasti Sui
(581618) sampai Dinasti Song (960-1279) perempuan di China akan
berusaha untuk membebat kaki hingga berukuran kecil, karena mereka
menganggap jika kaki perempuan semakin kecil, maka perempuan tersebut
semakin dianggap memiliki badan yang ideal dan yang tidak memiliki

bentuk seperti itu akan mendapatkan ejekan bahwa dirinya tidak memiliki
tubuh yang ideal (Tempo.co, 2018).

Menurut Detik (2018) ada 966 kasus penghinaan fisik atau body
shaming yang ditangani polisi dari seluruh Indonesia sepanjang 2018. Pada
tahun 2019 telah dilakukan survey dengan melibatkan 2000 orang, dan
56% mengatakan pernah mengalami body shaming (Liputan6, 2019).
Seseorang yang mengalami body shaming atau komentar negatif terhadap
bentuk tubuhnya dalam jangka waktu yang lama cenderung akan
menganggap dirinya tidak sempurna atau imperfect. Remaja menjadi
sasaran body shaming karena mengalami perubahan yang terlihat secara
fisik (akibat pubertas) dan psikologis (Widiasti, 2016).

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia


bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Rendahnya kepercayaan diri pada remaja disebabkan oleh beberapa
faktor. Selanjutnya Santrock (dalam Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017)
menjelaskan bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan
diri adalah penampilan fisik. Perubahan fisik menimbulkan dampak
psikologis yang tidak diinginkan”. mayoritas anak muda lebih
memperhatikan penampilan mereka dibanding aspek lain dalam diri
mereka, banyak diantara mereka yang tidak suka melihat apa yang mereka
lihat di cermin. Anak perempuan memiliki perasaan tidak suka yang lebih
tinggi dibandingkan anak laki-laki, hal ini mencerminkan penekanan kultur
yang lebih besar terhadap atribut fisik wanita”. Papalia, Old, & Feldman
(dalam Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017).
Hasil survey lapangan yang sudah dilakukan,body shaming juga
berdampak terhadap kesehatan mental dan dampak buruk yang berkaitan
seperti kehilangan kepercayaan diri dan korban dapat menjadi sangat
depresi (Angraeni,Prayanama n Sutanto 2018). Pengertian kesehatan
mental itu sendiri jika menurut UU No.18 tahun 2014 mengenai kesehatan
jiwa,kesehatan mental dapat didefinisikan sebagai keadaan seseorang
mampu berkembang secara mental,spritual,fisik dan sosial sehingga
mampu menyadari kemampuan yang ada pada dirinya untuk
mengendalikan tekanan ,mampu produktif dalam bekerja dan dapat
berkontribusi dalam lingkungannya. (Wijaya,2019).

Jika seseorang mempunyai masalah mental karna


bodyshaming,seseorang tersebut akan mengalami gangguan suasana
hati,gangguan berpikir,dan pengendalian perasaan yang nantinya akan
mengaruh pada perbuatan buruk. Kesehatan mental menjadi masalah yang
sangat penting dan harus diperhatikan karna kondisi kestabilan kesehatan
mental mempengaruhi kesehatan fisik. Dengan demikian, untuk
mengetahui bagaimana dampak body shaming terhadap kepercayaan diri
remaja putri khususnya, maka penelitian ini penulis beri judul ‘PENGARUH
BODY SHAMING TERHADAP MENTAL DAN KEPERCAYAAN DIRI
REMAJA”.

Berdasarkan survei awal, didapatkan data bahwa remaja kisaran usia


16-19 tahun yang mengalami body shaming di SMAN 1 Cibungbulang yaitu
sebanyak orang 30 orang.Maka penelitian yang ingin dilakukan adalah
tentang Pengaruh body shaming terhadap mental dan kepercayaan diri
remaja.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh


body shaming terhadap mental dan kepercayaan diri remaja?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui


bagaimana pengaruh shaming terhadap mental dan kepercayaan diri
remaja.

2.Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengaruh body shaming terhadap mental dan
kepercayaan diri dari remaja.

2. Manfaat Penelitian

Temuan dari penelitian ini diharapkan nantinya memberikan manfaat


baik pada masyarakat,peneliti dan institusi.

a.Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada bidang


keilmuan dan agar masyarakat paham seberapa berdampaknya body
shaming terhadap kelangsungan hidup remaja.

b.Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh body shaming


terhadap mental dan kesehatan remaja.

c.Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan


mahasiswa dan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan dapat
digunakan sebagai referensi pengembangan ilmu pengetahuan body
shaming khususnya kuliah keperawatan jiwa.

d.Bagi Remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan dan


panduan remaja terkait body shaming yang pernah dialami.

e.Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan


siswa dan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan dapat
digunakan sebagai referensi pengembangan ilmu pengetahuan body
shaming khususnya remaja-remaja yang pernah mengalami body shaming.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Body shaming
a. Pengertian Body Shaming
Tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan pendapat kepada
seseorang ataupun diri sendiri mengenai tubuh yang dimilikinya. Kritikan
yang diberikan bukanlah kritikan yang bersifat membangun, melainkan
dengan maksud untuk menjatuhkan orang lain atau mempermalukannya
melalui fisik yang dimiliki, Body shaming juga merupakan tindakan
mengomentari diri sendiri sebagai bentuk rendah diri atau kurangnya rasa
syukur yang dimiliki akhirnya membuat korban merasa kurang percaya diri,
merasa tidak pantas dan akhirnya menarik diri dari masyarakat.
Perlakuan body shaming adalah pengalaman yang di alami individu ketika
kekurangan di pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari
bentuk tubuhnya. Perlakuan body shaming termasuk bullying secara verbal
dengan membully badan seseorang tanpa memikirkan perasaan korban
(Dolezal, 2015).

b. Ciri ciri Body Shaming


Tindakan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan body
shaming adalah tindakan:
1) Mengkritik bentuk fisik diri sendiri dan membandingkannya dengan diri
orang lain yang dirasa lebih baik dari diri sendiri seperti “kenapa dia
langsing,beda dengan saya gendut dan jelek”
2) Mengkritik bentuk t ubuh orang lain di depan orang tersebut, baik itu
basabasibercandaatauserius
3) Mengkritik bentuk tubuh orang lain tapi tidak didepan orang tersebut,
atau tanpa diketahui orang yang sedang dikritik. Seperti “eh kamu tau
gak,sekarang dia gendutan loh berjerawat juga beda sama yang dulu”

c. Bentuk Body shaming


1). Fat shaming
Dilakukan dengan mengomentari ukuran tubuh seseorang yang
dianggap tidak sesuai dengan standar citra tubuh yang ideal. Hal ini biasa
dilakukan dengan memanggil orang tersebut dengan menggunakan nama
nama hewan yang memiliki ukuran besar, gajah, badak, panda misalnya.
Hal ini sebagai bentuk mendeskripsikan bahwa seseorang yang dianggap
gemuk masuk ke dalam kategori ini.

2) Skinny shaming
Skinny adalah mengomentari bentuk tubuh seseorang yang kecil, tentu
saja adalah ukuran yang tidak sesuai dengan standar ideal. Misalnya
dengan memanggil dengan kurus, kurang gizi atau lainnya.
3) Warna Kulit dan Kondisi Kulit
Mengkritik seseorang karena pigmen kulit yang dimiliki, misalnya
memanggilnya black karena kulitnya cenderung gelap dan memanggilnya
jorok dan dekil karna memiliki wajah berjerawat dan cenderung kusam.

d.Dampak Body Shaming


Standar kecantikan tradisional dan fenomena body shaming berpotensi
membuat seseorang melakukan self-objectification. Self-objectification
adalah keadaan dimana seseorang memandang dirinya sebagai sebuah
objek atau menilai diri sendiri berdasarkan penampilan. Kecenderungan
untuk melakukan self-objectification ini dapat menimbulkan perasaan malu
atas diri sendiri (shame) atau kecemasan (anxiety) terhadap bentuk atau
ukuran tubuh.
Orang-orang yang tidak dapat menerima perlakuan body shaming akan
cenderung merasa ada yang salah dalam dirinya. Atau merasa tidak
kompeten untuk melakukan sesuatu karena rendahnya kepercayaan
terhadap diri sendiri. Akhirnya memaksakan diri untuk terlihat sempurna
meskipun sebenarnya bukan keinginannya melainkan untuk menghindari
komentar negatif yang kemungkinan akan ditujukan pada dirinya.
Hasil penelitian terdiri dari 114 wanita terkena diagnosis Binge Eating
Disorder (BED) atau gangguan makan .78% peserta menjawab efek dari
rasa malu pada tubuh dapat memberi efek negatif sehingga cenderung
untuk mengikuti apa yang orang lain sampaikan terkait dengan kondisi
tubuh, prilaku makan tidak teratur di pengaruhi oleh sejauh mana
pengalaman rasa malu di alami sehingga menjadikan rasa tidak percaya
diri, tidak menarik, tidak layak dalam kelompok sosial. (Duarte, 2017).

e.Faktor faktor yang Mempengaruhi Body Shaming


 Penilaian atau komentar orang lain, perbandingan dengan orang lain,
peran seseorang, identifikasi terhadap orang lain. Citra diri bisa tertanam
pikiran bawah sadar oleh pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan
pengalaman masa lalu atau sengaja di tanamkan oleh pikiran bawah sadar.
Citra diri ada yang bersifat positif dan ada juga yang bersifat negatif
(Gunarsih, 2013).
 Ketidakpekaan sosial, hal ini berkaitan dengan tindakan-tindakan
menjurus kearah body shaming yang biasa dianggap sebagai lelucon atau
bahan candaan semata. Ketidakpekaan ini meliputi rasa abai bahwa
seseorang mungkin merasa sedih dan sakit hati atas lelucon mengenai
bentuk dan ukuran tubuhnya.
 Bentuk intimidasi dan dominasi, body shaming merupakan salah satu
bentuk intimidasi dan upaya mendominasi seseorang oleh pihak lain yang
memiliki kuasa lebih dengan menjatuhkan mental atau harga diri dengan
merendahkan fisik seseorang.

2.Mental
a.Defenisi mental
Mental, adalah kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang
tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi
dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
mampu memberikan kontribusi.
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan
untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

b.Ciri-ciri Mental Sehat


a.Merasa baik tentang diri sendiri.
b.Tidak diliputi oleh emosi, seperti ketakutan, kemarahan, cinta,
kecemburuan
c.Bersalah, atau kecemasan.
d.Memiliki hubungan pribadi yang langgeng dan memuaskan.
e.Merasa nyaman dengan orang lain.
f.Bisa menertawakan diri sendiri.
c.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Faktor psikologi yang berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu:
pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan (Muhyani, 2012).
Faktor eksternal yang memengaruhi kesehatan mental yaitu sosial budaya,
diantaranya:
a. Stratifikasi Sosial
Holingshead dan Redlich menemukan bahwa terdapat distribusi
gangguan mental secara berbeda antara kelompok masyarakat yang
berada pada strata sosial tinggi dan rendah.
b. Interaksi Sosial Faris dan Dunham mengemukakan bahwa kualitas
interaksi sosial individu sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya.
c. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan mikrosistem yang menentukan
kepribadian dan kesehatan mental anak.
d. Sekolah Sekolah juga merupakan lingkungan yang turut mempengaruhi
terhadap perkembangan kesehatan mental anak (Muhyani, 2012).
Johnson (dalam Videbeck, 2008) menyatakan kesehatan mental
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a. Otonomi dan kemandirian: individu dapat melihat ke dalam dirinya untuk
menemukan nilai dan tujuan hidup. Individu yang otonom dan mandiri dapat
bekerja secara interdependen atau kooperatif dengan orang lain tanpa
kehilangan otonominya.
b. Memaksimalkan potensi diri: individu memiliki orientasi pada
pertumbuhan dan aktualisasi diri.
c. Menoleransi ketidakpastian hidup: individu dapat menghadapi tantangan
hidup sehari-hari dengan harapan dan pandangan positif walaupun tidak
mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
d. Harga diri: individu memiliki kesadaran yang realisitis akan kemampuan
dan keterbatasannya.
e. Menguasai lingkungan: individu dapat menghadapi dan memengaruhi
lingkungan dengan cara yang kreatif, kompeten, dan sesuai kemampuan.
f. Orientasi realitas: individu dapat membedakan dunia dunia nyata dari
dunia impian, fakta dari khayalan, dan bertindak secara tepat.
g. Manajemen stress: individu menoleransi stress kehidupan, merasa
cemas atau berduka sesuai keadaan, dan mengalami kegagalan tanpa
merasa hancur. Ia menggunakan dukungan dari keluarga dan teman untuk
mengatasi krisis karena mengetahui bahwa stress tidak akan berlangsung
selamanya.

3.Kepercayaan diri
a..Defenisi Kepercayaan Diri
Adalah sebuah rasa dalam bentuk keyakinan yang kuat dalam jiwa,
kesepemahan dalam jiwa dan kemampuan menguasai jiwa. Hal pasti
tentang kepercayaan diri bahwa kepercayaan diri tidaklah arogansi, sikap
sombong, membanggakan diri, dan pamer. Anggapan tentang arogansi
adalah bentuk kepercayaan diri sering kali dijadikan argumentasi yang
dianggap layak oleh orang orang yang tidak memiliki kepercayaan diri.
Menurut Lauster bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman
hidup seseorang yang memiliki aspek kepribadian berupa keyakinan
terhadap kemampuan diri sehingga tidak terpengaruh dan dapat bertidak
sesuai kehendak, gembira, optimis, toleras dan bertanggung jawab.
Kepercayaan diri adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh sesorang, baik itu oleh orang tua pun orang anak, baik secara individu
atau kelompok karena dari kepercayaan dirilah seseorang dapat
mengaktulisasikan potensi dirinya.

b.Ciri ciri Kepercayaan Diri


Individu yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan terlihat lebih
tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan
dirinya setiap saat. Menurut Hakim (2002) ciri individu yang memiliki rasa
percaya diri adalah sebagai berikut:
a. Bersikap tenang yaitu tidak cemas atau tidak gugup dalam menghadapi
situasi tertentu.
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi, yaitu melakukan hubungan yang
baik dengan orang lain melalui komunikasi.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi
diri sendiri. d. Berfikir positif, yaitu menyadari dan mengetahui bahwa
dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi rintangan.
c.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Ada banyak unsur yang membentuk dan menghambat perkembangan


rasa tidak percaya diri seseorang. Menurut Iswidharmanjaya (dalam
Yusnita, 2010) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan
kepercayaan diri seseorang antara lain: proses belajar menjadi percaya diri,
konsep diri, efek interaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu adalah sebagai
berikut:
a. Konsep diri
Menurut Anthony (dalam Ghufron, 2012) terbentuknya kepercayaan diri
pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang
diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang
terjadi akan menghasilkan konsep diri.
b. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula.
Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.
c. Pengalaman Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya
diri. Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa
percaya diri seseorang.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan
menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah kekuasaan
orang lain yang lebih pandai darinya.
e. Cacat atau kelainan fisik
Cacat atau kelainan fisik tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau
rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh
orang lain. Dengan sendirinya, seseorang amat merasakan kekurangan
yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Cacat atau
kelainan fisik yang diderita sejak kecil kadang-kadang diperberat oleh
adanya ejekan dari orang lain dan bisa juga disebabkan bentuk tubuh yang
berbeda dari oranglain karna obesitas misalnya.. Jika seseorang tidak bisa
bereaksi secara positif, timbullah rasa rendah diri (minder) yang akan
berkembang menjadi rasa tidak percaya diri (Hakim, 2002).

d. Bentuk Kepercayaan Diri


1) Kepercayaan diri secara lahir Kepercayaan diri yng dapat ditampilkan
atau diperlihatkan kepada lingkungan baik dari penampilan ataupun cara
berperilaku.
2) Kepercayaan diri secara batin Kepercayaan diri yang yang menimbulkan
perasaan kepada diri bahwa diri dalam kondisi baik, mampu dan yakin.
Kedua kepercayaan diri ini saling berkaitan, seseorang yang memiliki
kepercayaan diri secara batin akan tampak secara lahir begitu juga
sebaliknya, apabila tidak memiliki penempilan meyakinkan, maka secara
batin kepercayaan dirinya sedang tidak baik.
Liendenfield menyebutkan bahwa kepercayaan diri secara batin yang baik
adalah dengan adanya :
1) Cinta diri Mampu menghargai kemampuan diri dan dapat menerima
kondisinya secara utuh, sikap cinta diri ini terlihat dari cara seseorang
dalam menjaga dan merawat diri. Individu yang mencintai dirinya akan
berusaha untuk memenuhi kebutahan dengan baik, menjauhkan diri dari
hal hal yang dapat merusak kesehatan baik psikis ataupun fisiknya.
2) Pemahaman diri Memiliki kesadaran diri yang baik, yang mampu
mengakui kesalahan dan memintaa maaf atas keselahan tersebut adalah
bentuk dari pemahaman terhadap diri. Mengapresiasi diri sendiri atas
pencapaian yang telah didapatkan.
3) Pemikiran positif Orang yang memiliki kepercayaan diri yang baik
terbiasa melihat kejadian dari sudut pandang yang baik. Tidak terbiasa
berprasangka buruk sehingga dalam menghadapi kesulitan lebih tenang
karena berpikiran tentang kebaikan dalam kesulitan tersebut.
4) Tujuan yang jelas Berbekal cara berfikir yang jelas dan hidup dengan
beregang teguh ada prinsip, orang orang dengan kepercayaan diri yang
baik mempunyai tujuan hidup yang jelas dan pencapaian yang ditarget
secara jelas juga mempunyai kejelasan dalam proses mencapai target
tersebut.

4.Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Irwanto periode remaja adalah dianggap masa transisi dalam


periode anak-anak ke periode dewasa, periode ini dianggap sebagai masa-
masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang yang khususnya
dalam pembentukan kepribadian individu. Kebanyakan ahli memandang
masa remaja harus dibagi dalam dua periode karena terdapat ciri-ciri yang
cukup banyak berbeda dalam kedua (sub) periode tersebut.
Pembagian ini biasanya menjadi periode remaja akhir, yaitu berkisar
antara umur 17 sampai 18 tahun. Lebih jauh Irwanto,menambahkan bahwa
periode remaja merupakan klimaks dari periodeperiode perkembangan
sebelumnya, dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya
individu telah mempunyai suatu pola peribadi yang lebih mantap. Menurut
Santrock ( 2013 ) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah Adolescence
seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

WHO memberikan definisi tentang remaja, dalam definisi tersebut


dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari


kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh


kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, dalam Sarwono,
2015).

b. Tugas Tugas Perkembangan pada Remaja

William Kay menyebutkan bahwa tugas utama perkembangan pada


masa remaja yaitu memperoleh kematangan system moral yang gunanya
untuk membimbing remaja dalam berperilaku. Willian Kay juga mengatakan
bahwa tugas tugas perkembangan sebagai berikut.

1) Menerima fisik sendiri berikut keragaman kualitas.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure yang


mempunyai otoritas.

3) Mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal dan belajar


bergaul dengan teman sebaya baik itu secara individu atau kelompok

4) Menemukan figure yang yang dapat dijadikan model untuk membentuk


identitas

5) Menerima dan memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri


6) Memperkuat self control atas dasar skala nilai, prinsip dan falsafah
hidup

7) Mampu meninggalkan reaksi dan masa anak anak.

c. Ciri ciri remaja

1) Pertumbuhan fisik

Anak perempuan mengalami pertumbuhan yang pesat dimulai pada 10-


15 tahun, sedangkan laki laki pada 12 sampai 16 tahun dan akan
mencapai tinggi yang optimal pada usia 18 tahun. Pertumbuhan anak laki
laki dan perempuan tentu saja berbeda, anal laki laki secara keseluruha
menjadi lebih besar, bahu menjadi lebih besar, tungkai yang lebih panjang
dibanding tubuh. Sedangkan anak perempuan mengalami panggul yang
lebih lebar serta munculnya lapisan lemak dibawah kulit sehingga
penampilannya lebih bulat.

Mata juga turut tumbuh lebih cepat sehingga meningkatkan rabun pada
remaja, masalah yang memengaruhi sekitar seperempat remaja usia 12
sampai 17 tahun. Pertumbuhan pertumbuhan yang dialami pada masa
remaja akan didapatkan sesuai dengan waktunya masing masing, sehingga
untuk beberapa saat, bagian bagian tubuh dapat menjadi tidak proporsional
beberapa waktu. Perubahan perubahan fisik yang dramatis memiliki efek
psikologis bagi remaja dibandingkan dengan aspek lain yang ada pada
dirinya, sehingga menaruh perhatian lebih terhadap penampilannya
khususnya pada perempuan. Bahkan mereka cenderung sering tidak
menyukai apa yang mereka lihat didalam cermin dibandingkan dengan
anak laki laki

2) Perkembangan seksual

Tidak dapat dielakkan bahwa menyukai lawan jenis dapat saja dimulai
sejak masa anak anak. Akan tetapi seksualitas akan menjadi masalah yang
nyata pada saat memasuki masa remaja hal ini berdasarkan pada sebuah
hasil survey yang menunjukkan tingginya persentase untuk remaja di salah
satu SMU yang pernah melakukan hubungan seks

3) Cara berpikir

Pada masa remasa kemampuan berpikir mulai sempurna, hal ini terjadi
pada rentang usia 12- 16 tahun. Selaras dengan yang dikemukan Alfret
Binet, pelopor mental tes kebangsaan prancis menyebutkan bahwa pada
usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak baru
sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi
abstrak dimulai 14 tahun.

Akibat dari perkembangan berpikir ini yaitu remaja mulai suka menolak hal
hal yang dianggap tidak masuk akal baginya hingga mau tidak mau
mengakibatkan sering terjadinya keteganggan antara remaja dengan orang
tua atau guru atau orang dewasa lainnya jika dipaksa menerima tanpa alas
an rasional.

4) Emosi yang meluap luap

Emosi yang dimiliki remaja masih labil disebabkan oleh kondisi hormon.
Remaja dengan emosi yang demikian sangat mudah terpancing emosinya,
pada sekolah menengah misalnya terdapat fenomena tauran antar sekolah.
Pun banyak sekali fenomen putus cinta yang begitu membuat remaja
sangat sedih. Membuktikan bahwa emosi yang dimiliki oleh remaja lebih
kuat untuk menguasai mereka dari pada pikiran yang realistis.

5) Menarik perhatian lingkungan

Pada masa remaja individ mulai mencari perhatian dari lingkungannya,


hal ini adalah bentuk usaha remaja untuk mendapatkan status ataupun
peranan dalam masyarakat.37 6) Membentuk lingkungan social teman
sebaya Sebagai lingkungan social, kelompok teman sebaya bagi remaja
memiliki peranan yang penting bagi perkembanga kepribadiannya. Hal ini
menjadi tambah penting lagi saat terjadi perubahan dalam struktur
masyarakat pada beberapa dekade belakangan seperti perubahan dalam
struktur keluara, dari keluarga besar menjadi keluarga kecil, kesenjangan
antara generasi tua dan muda, ekspansi jaringan komunikasi diantra
kawula muda dan panjangnya masa penundaan bagi remaja untuk
memasuki masyarakat orang dewasa. Bagi seorang remaja apabila tidak
memiliki lingkungan pertemanan maka mereka bukanlah siapa siapa, hal ini
kadang menjadi pemicu depresi atau bahkan bunuh diri. Hal ini dikarenakan
teman sebaya memiliki pengaruh lebih terhadap diri individu.
A.KERANGKA TEORI

Bentuk body
shaming: a.Fat
shaming
b.skinny shaming
c.warna kulit

Pengaruh body shaming Mental


1.self objectification
2.rendahnya kepercayaan diri Ciri ciri mental sehat: a.Merasa baik
3.Mengalami eating disorder
tentang diri sendiri b.merasa
Faktor penyebab bodyshaming nyaman dengan orang
1.ketidakpekaan sosial lain
2.bentuk intimidasi dan
dominasi

Kepercayaan diri

a.Dapat bergaul secara fleksibel


b.Toleransi terhadap perbedaan

Remaja
Gambar 1: Kerangka Teori (Nurany,Mulyana,&Taftazani,2016)

B.KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah karangan konsep penelitian suatu uraian dan


visualiasi pengaruh atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
lainnya serta variable-variabel yang akan di ukur (Notoatmodji, 2018).
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan mengetahui adakah
“Pengaruh body shaming terhadap mental dan kepercayaan diri remaja”
yang menjadi karangan penelilitian yaitu :

Variabel
Independent

body shaming

Variabel Dependent

Mental dan
kepercayaan diri
remaja

Gambar 2.Kerangka konsep (Notoatmodji, 2018).

C. DEFINISI OPERASIONAL

varia Defeni Cara Alat Hasil S


bel si Ukur Uku ka
r la
Varia Tindak Lem Kue Peng int
bel an bar sion ukura er
indep seseor perta er n va
ende ang nyaa penge l
n: yang n tahua
body membi terdir n
sham caraka i menur
ing n atas ut
bentuk 24 Arikun
fisik perta to
seseor nyaa (2006
ang n ) Baik:
secara deng jika
negatif an pertan
menj yaan
awa dijawa
b b
ya/ti benar
dak sejum
lah ≥
16
(76%
-
100%
) dari
seluru
h
pertan
yaan
yang
ada.
yang
ada.

Keada Skala Kue Setiap O


ment an Likert sion pertan rd
al seseor digun er yaan in
dan ang akan diberi
keper yang untuk penilai Al
cayaa dapat meng an
n diri tumbu ungka antara
h p STS,S
secara sikap, S,R,T
mental pend S
sehing apat,
ga dan
mamp prese
u psi
menya seseo
dari rang
ketera atau
mpilan sekel
dalam ompo
dirinya k
dan orang
mamp tenta
u ng
menin feno
gkatka mena
n sosial
keperc .
ayaan Dala
diri m
dan Skala
mensy Likert,
ukuri variab
bentuk el
tubuh gaya
yang belaja
sudah r dan
ada. penye
suaia
n diri
yang
akan
diukur
dijaba
rkan
menja
di
indika
tor
variab
el

D.Hipotesis
Dalam konsep dan praktik keperawatan dijelaskan bahwa hipotesis
artinya pendapat kebenaran yang masih bersifat dugaan dan perlu
dilakukan uji atau perlu diperlukan bukti kebenarannya.
Hipotesis yang dpat dimunculkan dalam penelitian ini adalah:
Ha:Ada Pengaruh Bodyshaming Terhadap Mental dan Kepercayaan Diri
Remaja di SMAN 1 Siborongborong.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
empiris dengan metode penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian dalam
penelitian ini disusun agar dapat memperkirakan hal-hal apa yang
dilakukan selama penelitian. Dalam buku Pedoman Pembimbingan dan
Penulisan Karya Ilmiah dijelaskan “rancangan dalam suatu penelitian akan
sangat ditentukan oleh jenis kegiatan penelitian yang akan dilakukan
peneliti” (IKIP Mataram, 2011).

Apabila di penelitian ini objek yang diteliti menggunakan informasi yang


dikumpulkan dari responden menggunakan angket atau kuesioner yang
didistribusikan secara langsung atau melalui perantara seperti telepon atau
media online, maka jenis penelitian ini adalah survei. “Metode penelitian
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2015). Pada penelitian ini metode
atau cara yang akan digunakan adalah dengan metode survei. Disebabkan
gejala yang akan diteliti menggunkan informasi yang dikumpulkan dari
responden menggunakan angket atau kuesioner yang didistribusikan
secara langsung atau melalui perantara seperti telepon atau media online.
Pengaruh adalah daya/akibat yang timbul dari pengaruh dua variable yaitu
body shaming (variable bebas) terhadap kepercyaan diri (variable terikat),
yang mana rancangan penelitian menggunakan angket atau kuesioner.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Cibungbulang Penelitian ini dimulai


pada bulan Januari 2022.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah korban dari perilaku body shaming
yang diambil dari salah satu siswa SMAN 1 Cibungbulang yang mewakili
untuk dijadikan sampel. Alasan peneliti menggunakan subjek dari SMAN 1
Cibungbulang karena didukung oleh hasil survey data dari peneliti yang
secara garis besar bahwasanya di SMAN1 Cibungbulang tersebut ada
fenomena body shaming yang dari beberapa siswa pernah mengalami
tindakan body shaming tersebut. peneliti memperoleh perwakilan kuota
subjek dari sekolah tersebut sebanyak 30 jumlah responden.

2. Sampel

Sampel penelitian meliputi sejumlah (responden) yang lebih besar dari


persyaratan minimal 30 banyaknya responden. Menurut (Supranto, 2006),
dimana semakin besar n sampel (makin besar nilai n = banyaknya elemen
sampel) akan memberikan hasil yang akurat. (Supranto, 2006). jumlah darii
sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung
pada pada keterwakilan karakter dari sampel. Peneliti mengetahui
bagaimana subjek tersebut adalah korban body shaming dengan cara
menyiapkan 2 pertanyaan yakni jawaban tersebut mengarah pada
pernahnya di perlakukan terkait body shaming.

Sampel dari penelitian ini adalah 30 siswa-siswa yang mewakili dari


beberapa sekolah SMA N 1 Cibungbulang yang pernah diperlakukan terkait
body shaming. Sampel tersebut adalah kuota dari penentuan peneliti sendiri
karena peneliti tidak mengunakan rumus. Sebab kuota sampel di pilih
karena besar populasinya tidak bisa diketahui secara pasti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a.Pelajar remaja perempuan dan laki laki di SMAN 1 Cibungbulang


b.Bersedia ikut serta dalam penelitian
c.Pelajar remaja perempuan yang pernah mengalami bodyshaming tingkat
rendah maupun tinggi

Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

a.Jenis Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu dengan menggunakan alat ukur kuesioner, yang berisi
pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai pengaruh bodyshaming
terhadap mental dan kesehatan remaja.

Sebelum responden mengisi kuesioner, responden diminta kesediaannya


untuk menyatakan persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini dan
peneliti akan menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti oleh responden.
Setelah semua pertanyaan terjawab, peneliti mengumpulkan kembali
kuesioner dan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi
responden.

b.Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner,sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal hal yang
diketahui (Arikunto, 2002)
a. Kuesioner A
Kuesioner ini terkait dengan identitas responden, yang terdiri dari item
yang meliputi: inisial nama, umur, pendidikan dan pekerjaan
b. KuesionerB
Kuesioner ini terkait dengan terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan
tentang apa yang responden rasakan ketika responden menghadapi suatu
situasi pada saat responden tengah membandingkan keadaan diri saudara
dengan orang lain
pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak atau benar dan salah. Skala Guttman
dapat dibuat dalam bentuk ceklis.
c. Kuesioner C
Kuesioner ini berisi tentang seberapa besar tingkat kepercayaan diri
reponden tentang bentuk tubuh yang ia miliki. Kuesioner tingkat
kepercayaan diri remaja terdiri dari 24 pertanyaan yang terdiri atas 24
kelompok tentang tingkat kepercayaan diri pada tubuh yang sudah dimiliki.
Dengan memberikan berilah tanda silang [ X ] pada (STS) Bila anda sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut.(TS) Bila anda tidak setuju dengan
pernyataan tersebut (R) Bila anda antara setuju dan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut (S): Bila anda setuju dengan pernyataan tersebut (SS):
Bila anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut
instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C sebagai
alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur seberapa besar
pengaruh body shaming terhadap mrntal dan kepercayaan diri remaja.
Untuk mendapatkan data yang valid dan realibel maka kuesioner tersebut
harus dilakukan uji validitas dan reabilitas. Agar diperoleh distribusi nilai
hasil pengukuran normal maka peneliti melakukan uji coba kepada 30
responden yang memiliki kriteria yang sama dengan calon responden
peneliti (Soekidjo, 2005).
2.Uji Validitas
Validitas ialah ukuran valid untuk mengukur apa yang hendak diukur
ketepatan (Sugiyono, 2018). Validitas yaitu pengukuran instrument,
instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data ( mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur yang
kurang valid menunjukkan validitas rendah sehingga menghasilkan data
yang sulit dipercaya. Sebaliknya alat ukur yang valid menunjukkan validitas
yang tinggi, sehingga data yang diperoleh lebih dapat dipercaya. Untuk
menguji alat ukur dapat dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical
Product and Service Solution).
Dalam aplikasi SPSS untuk melakukan uji validitas memiliki beberapa
cara. Salah satu metode yang menggunakan metode correlate bivariate
yaitu melakukan korelasi antara item dengan total item setiap 39 variabel
dengan memerhatikan skala yang dipakai yaitu apakah skalanya berbentuk
ordinal, interval, atau rating. Jika signifikan item tersebut valid mengukur
variabel (Machali, 2017). Sebuah instrument dapat dikatakan valid dan tidak
valid apabila :
Valid : Jika nilai hitung lebih besar dari nilai rtabel atau nilai rhitung > nilai
rtabel Tidak Valid : Jika nilai rhitung lebih kecil dari nilai rtabel
atau nilai rhitung < nilai rtabel

2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002). Teknik yang digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen adalah teknik belah dua (split half)
dengan rumus “Spearman Brown” sebagai berikut :

r11 = 2.rb
1 + rb

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas internal seluruh item


rb : Korelasi Product moment antara belahan

C. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut
a. Editing, yaitu tindakan pengecekan data yang telah diperoleh
untukmenghindari kekeliruan kemudian mengalokasikan data-data tersebut
dalam bentuk kategori-kategori yang telah ditentukan.
b. Coding, yaitu pemberian kode sangat diperlukan terutama dalam rangka
pengelolaan data-data secara manual menggunakan kalkulator maupun
dengan komputer.
c. Tabulating, yaitu hasil pengelompokan data kemudian ditampilkan secara
deskriptif dalam bentuk tabel sebagai bahan informasi. Data yang
terkumpul di analisa dalam bentuk statistik deskriptif. Analisa data dalam
penelitian ini meliputi distribusi frekuensi persentase sehingga dapat
diketahui frekuensi atau modus (terbanyak). Statistik deskriptif merupakan
suatu metode untuk memaparkan hasil-hasil yang telah dilakukan dalam
bentuk statistik yang sederhana sehingga setiap orang dapat lebih mudah
mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian.
2. Analisa Data
Analisis data akan diproses secara deskriptif dengan melihat jumlah dan
persentase data yang telah terkumpul menghasilkan proporsi dan tiap-tiap
variabel yang diukur dengan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pada
setiap variabel yang akan diteliti (Notoadmojo, 2012). Analisis univariat
pada penelitian ini berupa data kategorik dan numerik. Data numerik terdiri
dari usia sedangkan untuk data kategorik meliputi jenis kelamin dari
responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui


hubungan antara 2 variabel atau lebih. Analisis bivariat dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi Kendall Tau yang berfungsi untuk mencari
hubungan dan menguji hipotesis diantara 2 variabel atau lebih bila datanya
berbentuk ordinal atau rangking (Sugiyono, 2005). Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut :

∑A-∑B

ꞃ= N(N-1)

Keterangan :

ꞃ= Koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)

∑A = Jumlah rangking atas

∑B = Jumlah rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel

Sugiyono (2005) menyatakan bahwa untuk menguji koefisien korelasi


(tingkatan hubungan) antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan didasarkan pada tabel koefisien kontingensi

3. analisis multivariate

Manova adalah uji statistik yang digunakan untuk mengukur pengaruh


variabel independen yang berskala kategorik terhadap beberapa variabel
dependen sekaligus yang berskala data kuantitatif. Analisis ini dsiebut juga
dengan istilah multivariat anova. Multivariat anova merupakan singkatan
dari multivariate analysis of variance, artinya merupakan bentuk multivariate
dari analysis of variance (ANOVA). Bentuk multivariate maksudnya adalah
terdapat lebih dari satu variabel terikat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA N 1 Cibungbulang merupakan sekolah menengah yang terletak di


Cibungbulang,Kabuatn Bogor provinsi Jawa Barat.SMA N 1 Cibungbulang terdiri
dari 3 tingkatan kelas dan 30 orang diantaranya pernah mengalami body shaming.

B.Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian terhadap siswa/i SMA N 1


Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yaitu mengetahui bagaimana
pengaruh body shaming terhadap mental dan kepercayaan diri remaja.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner yang dibagikan langsung
terhadap siswa/i.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pada siswa/i
SMAN 1 Cibungbulang didapatkan hasil sebagai berikut:
a.analisis univariat

Distribusi Frekuensi Umur Siswa/i SMAN 1 Cibungbulang Kecamatan


Cibungbulang Kabupaten Bogor
Umur N %
15tahun 7
16 Tahun 23,3
8
26,7
17 Tahun 9
30,0
18 Tahun 6
20,0 B
Jumlah 30 erdas
100,0 arkan
tabel diperoleh bahwa distribusi frekuensi umur siswa/i SMAN 1Cibungbulang
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, berumur 15 sebanyak 7 orang
(23,3%) 16 sebanyak 8 orang (26,7%),17 sebanyak 9 orang(30,0) dan 18 tahun
sebanyak 6orang (20,0%).

Distribusi Frekuensi jenis kelamin Siswa/i SMAN 1 Cibungbulang


Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

j.kelamin N %
Perempuan 18
laki laki 60,0
12
40,0
Jumlah 30
100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden seluruhnya adalah 30
siswa.
Dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (60,0%), dan laki laki
(40,0%) Berdasarkan karakteristik jenis kelamin lebih banyak (60,0%) responden
perempuan.
b.analisis bivariat

Distribusi Frekuensi hubungan body shaming dengan mental


Siswa/i SMAN 1 Cibungbulang Kecamatan
Cibugbulang Kabupaten Bogor

Mental
baik buru Total
body Buruk 6 k 17 23
shamin 26.1% 73.9% 100.0% P:0,324
g Baik 2 4 6 r :0,06
33.3% 66.7% 100.0%
Total 8 21 29
27.6% 72.4% 100.0%

Berdasarkan tabel silang body shaming yang digambarkan dalam tabel


menunjukkan hasil analisis menggunakan uji Chi-square, pada variabel mental
didapatkan p-value sebesar 0,0324 dimana perolehan tersebut lebih kecil dari
ketentuan 0,05 (5%) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara body
shaming dengan mental remaja.

Distribusi Frekuensi hubungan body shaming dengan kepercayaan diri


Siswa/i SMAN 1 Cibungbulang Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor

Crosstab
kepercayaan diri
baik buru Total
body Buruk 3 k 20 23
shamin 13.0% 87.0% 100.0%
g Baik 3 3 6
P:0,047
50.0% 50.0% 100.0%
r:0,370
Total 6 23 29
20.7% 79.3% 100.0%

Berdasarkan ta0bel silang body shaming dengan kepercayaan diri yang


digambarkan dalam tabel menunjukkan hasil analisis menggunakan uji Chi-
square, pada variabel kepercayaan diri didapatkan p-value sebesar 0,004 dimana
perolehan tersebut lebih kecil dari ketentuan 0,05 (5%) sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan body shaming.

multivariat

Distribusi Frekuensi pengaruh body shaming dengan mental dan


kepercayaan diri Siswa/i SMAN 1 Cibungbulang Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor

95% C.I.for
EXP(B)
Batas Batas
Sig. Exp(B) atas bwah
Step 1 a
Mental .812 .776 .096 6.297
kepercayaan_di
.067 .152 .020 1.138
ri
Constant .351 10.037
Step 2 a
kepercayaan_di
.064 .150 .020 1.118
ri
Constant .277 6.667
Hasil uji analisis multivariat diketahui bahwa variabel peran mental memiliki p-
value=0,812 kepercayaan diri memiliki p- 0,150,. Kepercayaan diri ini merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku body shaming. Hasil
pengujian multivariat variabel kepercayaan diri berhubungan terhadap
perilakubody shaming,secara statistik kepercayaan diri merupakan yang paling
berpengaruh terhadap perilaku body shaming.

B. Pembahasan
1. Univariat
a. Usia
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 responden terdapat respondon dengan
usia 15 tahun sebanyak 7 responden (23,3%), berusia 16 tahun sebanyak
8responden (26,7%), berusia 17 tahun sebanyak 9 responden (30,0%), dan
berusia 18 tahun sebanyak 6 responden (20,0%). Dari hasil tersebut terdapat
bahwa mayoritas responden berusia 17 tahun.
b.jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 responden Dari hasil tersebut mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan jenis kelamin perempuan sebanyak 18
responden (60,0%). sejalan dengan penelitian Devra dan imanuel (2020) yang
mengatakan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 33 siswa (64,7%).

1. Hubungan body shaming dengan mental remaja


Berdasarkan hasil uji chi-square hasil menunjukkan responden dengan yang
memiliki snilai baik sejumlah 8 responden atau sebesar 27,6%, sedangkan yang
memiliki nilai buruk sejumlah 21 responden atau sebesar 72,4%.
Didapatkan hasil dengan nilai;P=0,0424 r=0,06 Terdapat hubungan antara mental
dengan body saming. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriani
Azmatun Azizah,2020 Didapatkan hasil uji statistik berdasarkan rank spearman
untuk pen 0,019 (p<0,05)
yang berarti adanya pengaruh body shaming terhadap kesehatan mental remaja.
Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa body shaming memiliki pengaruh
terhadap kesehatan mental pada remaja di SMA Negeri 11 Semarang (Azizah,
2020).

2.Hubungan body shaming dengan kepercayaan diri


Dari data yang telah diolah menggunakan chic square diperoleh bahwa terdapat
hubungan body shaming terhadap mental dan kepercayaan diri. Ternyata 0,05 ˃
0.04, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara body
shaming terhadap self confidence dan mental. Temuan pada penelitian ini yang
dilakukan pada siswa SMAN1 Cibungbulang diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan antara body shaming terhadap kepercayaan diri. Body shaming
berdampak negatif terhadap korbannya yaitu dapat mempengaruhi kondisi mental
karena komentar negatif yang diterima mengenai bentuk tubuhnya membuat
korban memiliki penilaian yang buruk terhadap dirinya sendiri dan hal ini
mengganggu kepercayaan dirinya dalam beradaptasi dengan lingkungan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Charles dan Kerr (dalam Grogan, 2008)
yang menemukan bahwa kebanyakan wanita tidak puas dengan tubuhnya,
berdasarkan hasil penelitian tersebut dari 200 wanita yang diwawancarai, 177
wanita peduli dengan berat badan mereka dan dan 153 diantaranya cukup prihatin
dengan pola makan, sedangkan 23 sisanya belum pernah melakukan diet atau
khawatir tentang berat badan mereka. ketidakpuasan terhadap tubuh inilah yang
memicu wanita untuk memperbaiki penampilan mereka. Hasil penelitian oleh
Prima dan Puspitasari (2013) pada remaja putri menyimpulkan ada hubungan
yang positif antara body shaming dengan ppercaya diri, dengan nilai r = 0,456 (p <
0,05).

c.analisis multivariat
Pada hasil analisis multivariat tersebut Hasil analisis variabel body shaming
dengan mental menunjukkan bahwa Exp B : 10,037, p : 0,03, p > 0,05 dan body
shaming dengan kepercayaan diri menunjukkan menunjukkan bahwa Exp B :
6.667, p : 0,02, p > 0,00 pengaruh bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat dengan menggunakan analisis binary logistik dengan metode
enter. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriani Azmatun Azizah,2020
Didapatkan hasil uji statistik berdasarkan rank spearman untuk pen 0,019 (p<0,05)
yang berarti adanya pengaruh body shaming terhadap kesehatan mental remaja.
Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa body shaming memiliki pengaruh
terhadap kesehatan mental pada remaja di SMA Negeri 11 Semarang (Azizah,
2020). Dan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febrianti,2020 Hasil
analisis uji multivariate menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara perlakuan body shaming terhadap kepercayaan diri pada remaja di SMA
Negeri 1 Babat Supat dengan pvalue 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa body shamingmempunyai hubungan yang positif terhadap harga diri pada
remaja yang berarti semakin rendah kesadaran tubuh seseorang maka semakin
rendah juga kepercayaan diri seseorang tersebut (Febrianti, 2020)
Dalam penelitian ini pengaruh mental terhadap body shaming sangat signifikan
Efek yang ditimbulkan dari body shaming tentu tidak main-main khususnya
terhadap mental korban., yaitu
Korban menjadi insecure dan tidak percaya diri
Kata-kata yang mengarah kepada fisik walaupun tidak di maksudkan mengejek
seperti "gendutan", ternyata bisa menjadi kata-kata yang menyakitkan bagi
seseorang, walaupun dengan maksud bercanda. Korban menjadi tidak percaya
diri dan takut untuk menerima bentuk tubuhnya sendiri.
Korban menjadi tertutup kepada orang lain Menghambat perkembangan korban
Motivasi menjadi faktor penting dalam perkembangan seseorang menuju yang
lebih baik. Tanpa motivasi sangat sulit tubuh tergerakan untuk berkembang.
Dengan adanya body shaming motivasi dapat terhambat karena perkataan
menjelekan atau negative dari orang lain membuat kita tidak percaya diri dan takut
untuk bergaul dengan sesama.
Memperbaiki bentuk fisik dengan hal ekstrim
Operasi plastik menjadi tren dikalangan masyarakat khususnya perempuan.
Wajah ideal yang diidam-idamkan oleh semuanya menjadi faktor utama orang
nekat mengoperasi wajahPerilaku menyakiti diri sendiri bahkan sampai bunuh diri
Gangguan mental dapat terjadi karena tekanan tentang tubuh ideal. Jiwa yang
ditekan sebagaimana mestinya dapat rusak. Kepercayaan diri juga berpengaruh
terhadap bodyshaming.

BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN

A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat diberikan beberapa kesimpulan setelah dilakukan analisis bivariate terdapat
hubungan antara kepercayaan diri dengan body shaming dan terdapat juga
hubungan antara mental dengan body shaming kedua variable memiliki value 0,25
bisa dimasukkan dalam analisis multivariate mental dengan body shaming
memiliki pengaruh yang signifikan dan kepercayaan diri juga memeiliki pengaruh
signifikan terhadap body shaming.

B.SARAN
Remaja di SMAN 1 Cibungbulang diharapkan selalu meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya untuk mengetahui dampak buruk dari body
shaming dan cara menerima keadaan diri sendiri bagaimana pun bentuknya agar
memliki wawasan yang baik.dan diharapkan kepada pihak sekolah untuk
mensosialisasikan edukasi tentang bodyshaming agar tidak ada lagi remaja yang
mendapat body shaming.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, F.T & Rahmiaji, L.R. 2019. Memahami Pengalaman Body Shaming Pada
Remaja Perempuan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Diponegoro: Semarang. Fitriana, S. A. 2019. Dampak Body Shaming


Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah:
Jakarta. Hapasari, A & Prismastuti, E. 2014. Kepercayaan Diri Mahasiswa Papua
Ditinjau Dari Dukungan Teman Sebaya. Jurnal Psikodimensia. Vol. 13, No. 1,
Januari-Juni 2014.

Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body image. London: The Guilford Press.
Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan makan kaian meta-analisis.

Buletin Psikologi. 26(1): 12-27 Chaplin, J. P. (2005). Kamus lengkap psikologi.


Jakarta: Rajawali press Cresswell, J.W. (1998).

Qualitative inquiry and research design: choosing among five tradition. London:
Sage Publications Danesi, M. (2010). Pesan Tanda dan Makna : Buku Teks
Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi.
Yogyakarta: Jalasutra Detik. (2018, 28 November). Polisi Tangani 966 Kasus
Body Shaming Selama 2018. Diakses pada 12 Februari, dari
https://news.detik.com/ berita/d-4321990/polisi-tangani-966kasus- body-shaming-
selama-2018 Dolezal. (2015).

The Body and Shame. Phenomenology, Feminism, and The Socially Shape Body.
The United State of Amerika: Lexington Book Febrianti, Y. & Fitria, K. (2020).

Widjast, E. P. (2011). Hubungan Antara Self-Criticism Dengan Distres Pada Siswa


Sma Negeri 3 Surakarta. Wijastuti, W. (2013). Gambaran Kecenderungan Shame
dan Kecenderungan Guilt pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran. Zuama, H. . S. N. (2011). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan
Strategi Coping Pada Mahasiswa Angkatan 2009 Program Studi PG PAUD FKIP
Universitas Tadulako. 41–51.

Anda mungkin juga menyukai