Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

GAMBARAN SELF-ESTEEM REMAJA PEREMPUAN YANG MERASA


IMPERFECT AKIBAT BODY SHAMING

Priscilla Angelina1
angelinapriscilaa19@gmail.com

F. Dessi Christanti2
dessi@ukwms.ac.id

Happy Cahaya Mulya3


happycahaya@ukwms.ac.id

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Abstrak
Self-esteem adalah persepsi masing-masing orang mengenai bagaimana individu menilai atau
menghargai dirinya, penilaian seseorang terhadap diri sendiri dapat bersifat positif atau negatif.
Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman dalam kehidupannya, salah satu yang dapat
mempengaruhi self-esteem adalah perilaku body shaming. Body shaming adalah fenomena
bullying atau mengomentari bentuk tubuh seseorang, hal ini sedang marak atau banyak terjadi
hingga saat ini. Bentuk body shaming bukan hanya gemuk ataupun kurus, tetapi juga bisa
karena warna kulit, bentuk hidung, bentuk gigi ataupun bentuk tubuh yang lainnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui self-esteem remaja perempuan yang merasa tidak sempurna
akibat body shaming. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe
fenomenologis. Penelitian ini menggunakan teknik analisis induktif. Informan dalam penelitian
ini adalah dua remaja yang mengalami body shaming hingga membuat penilaian diri yang
negatif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa informan yang mendapatkan perilaku body
shaming memiliki self-esteem atau penilaian diri yang negatif. Informan juga mengalami
berbagai dampak negatif akibat self-esteem yang negatif seperti merasa tidak percaya diri, stres
hingga membuat nilai di sekolah menurun

Kata kunci: Self-esteem, Body shaming, remaja perempuan

Abstract

Self-esteem is the perception of each person regarding how an individual assesses or respect
her/himself, a person's assessment of her/himself can be positive or negative. This is influenced
by the experiences in her/him life, one of them body shaming. Body shaming is a phenomenon
of bullying or commenting on a person's body shape, that is happening a lot. Body shaming is
not onlyin the form of sayingsomeone is fat or thin, but can also mention one’s skin color, nose
shape, teeth shape or other body shapes. This study aimeds to determine the self- esteem of
adolescent girls who feelt imperfect due to body shaming. The method used in this research was
a qualitative, phenomencological type. This research used an inductive analysis technique. The
informants in this study were two adolescents who experienced body shaming that made
negative self-evaluation. The result of this study illustrates that informants who experienced
body shaming had negative self-esteem or judgments. Informants also experienced various
negtive impacts from this body shaming for example is felling insecure, stress to make
decreasing scores in school.

Keywords: self-esteem, body shaming, adolescent girls

94
Priscilla Angelina, Fransisca Dessi Christanti, Happy Cahaya Mulya : Gambaran Self-esteem...
Hal. 94-103

Pendahuluan keliatan kurus sekarang 3) itu perut atau


Dalam acara-acara di televisi pasti karung bro 4) jerawat kamu lo makin
juga terdapat beberapa macam iklan, Salah banyak 5) kok sekarang kamu iteman sih
satu contoh dari beberapa tagline iklan (IDNtimes, 2019).
tersebut adalah putih cerah merona bagai Body shaming sudah terjadi pada
sakura, buktikan sekarang dan sarapan jaman dahulu, sejak era Dinasti Sui (581-
minuman yang membuat slim setiap hari, 618) sampai Dinasti Song (960-1279)
agar tetap langsing berhari-hari. Perempuan perempuan di China akan berusaha untuk
yang cantik tidak hanya dilihat dari wajah, membebat kaki hingga berukuran kecil,
tetapi juga dilihat dari kulit yang putih, karena mereka menganggap jika kaki
mulus dan kencang, juga lekukan tubuh perempuan semakin kecil, maka perempuan
yang menonjol, seperti dada dan pinggul, tersebut semakin dianggap memiliki badan
bibir, dan apapun yang berkaitan dengan yang ideal dan yang tidak memiliki bentuk
organ tubuh perempuan (Kasiyan, 2008). seperti itu akan mendapatkan ejekan bahwa
Kata-kata tersebut menggiring masyarakat dirinya tidak memiliki tubuh yang ideal
menjadi berpikir bahwa perempuan yang (Tempo.co, 2018). Menurut Detik (2018)
cantik memiliki tubuh yang slim, dan kulit ada 966 kasus penghinaan fisik atau body
yang putih cerah. shaming yang ditangani polisi dari seluruh
Kelebihan iklan adalah dapat Indonesia sepanjang 2018. Pada tahun 2019
membentuk dan merubah pola pikir telah dilakukan survey dengan melibatkan
seseorang, hal ini menjadi alasan bahwa 2000 orang, dan 56% mengatakan pernah
iklan dapat dikatakan menjadi bagian dari mengalami body shaming (Liputan6, 2019).
kebiasaan keadaan saat ini (Danesi, 2010). Seseorang yang mengalami body shaming
Pola pikir yang sudah terbentuk di dalam atau komentar negatif terhadap bentuk
masyarakat ini akan dijadikan sebagai tubuhnya dalam jangka waktu yang lama
penilaian terhadap tubuh yang dianggap cenderung akan menganggap dirinya tidak
ideal atau standart ideal di lingkungan sempurna atau imperfect.
masyarakat dan membuat seorang Remaja menjadi sasaran body
perempuan yang tidak masuk kedalam shaming karena mengalami perubahan yang
kriteria tersebut cenderung akan terlihat secara fisik (akibat pubertas) dan
mendapatkan body shaming. psikologis (Widiasti, 2016). Remaja adalah
Body shaming dapat dikatakan masa transisi dari anak-anak menjadi
sebagai perbuatan mengkritik pada bentuk, dewasa, transisi tersebut diawali pada usia
ukuran, dan penampilan orang lain 12 tahun dan berakhir pada usia awal 20-an
(Chaplin, 2005). Body shaming adalah tahun (Papalia dan Olds, 2014). Sangat
perilaku yang menyinggung berat badan, penting untuk memberikan pengertian akan
ukuran tubuh dan penampilan diri sendiri perubahan fisik yang terjadi pada masa
ataupun orang lain (Gilbert, 2007). Ciri ciri remaja, karena perubahan tersebut adalah
dari perilaku body shaming 1) Mengkritik masa stressful bagi remaja (Herwati,
pada penampilan diri sendiri, dengan Wijoyo & Catur 2017). Pubertas dianggap
membandingkan dengan penampilan orang remaja sebagai periode yang cukup sulit,
lain 2) memberi kritikan terhadap orang lain pubertas dapat mempengaruhi keadaan fisik
secara langsung di depan orang tersebut 3) dan psikologis remaja pada masa
memberikan kritikan pada orang lain tanpa selanjutnya (Yunalia, 2017).
sepengetahuan orang yang bersangkutan Body shaming berdampak pada
(Vargas dalam Chairani, 2018). Contoh perempuan karena perempuan akan lebih
kata-kata body shaming adalah 1) wah kamu sering memastikan penampilannya sudah
makin langsing ya (sementara seseorang baik dengan berkaca di depan cermin dan
yang dibilang makin langsing memiliki akan lebih khawatir dengan make up dan
badan yang cukup gemuk) 2) eh kamu lo baju yang akan digunakan (Dolezal, 2015).

95
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

Body shaming berdampak bagi tujuan yaitu mengetahui bagaimana


kehidupan sehari-hari yang membuat self- gambaran self-esteem perempuan yang
esteem menurun sehingga mulai tidak merasa dirinya tidak sesuai dengan patokan
percaya diri dihadapan orang lain (Brennan, cantik di masyarakat akibat body shaming.
Lalonde & Bain, 2010)Self-esteem Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu
seseorang dapat menjadi negatif ketika penelitian ini diharapkan dapat memberikan
menerima komentar negatif seperti body sumbangan ilmu kepada psikologi klinis,
shaming. Peristiwa negatif dalam hidup dan abnormal, khusunya mengenai self-
dapat membuat self-esteem yang esteem dan body shaming pada remaja
dimilikinya menjadi negatif (Baron & perempuan.
Byrne, 2003). Gleason, Alexander, & Selain itu juga manfaat-manfaat
Somers (dalam Baron & Byrne, 2003) praktis dari penelitian ini adalah untuk
mengatakan hal utama yang dapat membantu informan mengenali harga diri
memunculkan dampak tidak baik adalah nya saat ini akibat terkena body shaming,
ketika seringkali mengalami ejekan, yang membantu masyarakat menyadari bahwa
membuat self-esteem menjadi lebih buruk. perilaku body shaming berdampak negatif
Menurut James (dalam Baron & Byrne, bagi harga diri seseorang yang
2003) Self-esteem merupakan evaluasi mengalaminya, keluarga dapat lebih
terhadap diri sendiri. mengerti apa pentingnya peran keluarga
Self-esteem adalah sikap seseorang dalam kehidupan anak, dan sekolah juga
sesuai dengan persepsi masing-masing dapat berperan untuk lebih memperhatikan
mengenai bagaimana ia menilai dan juga setiap murid.
menghargai dirinya secara keseluruhan,
penilaian tersebut dapat berupa sikap positif Metode Penelitian
atau negatif terhadap dirinya sendiri Penelitian ini berjudul “Gambaran
(Rosernberg, 1965)Self-esteem juga dapat self-esteem pada remaja perempuan yang
diartikan sebagai suatu evaluatif secara merasa imperfect akibat body shaming”
menyeluruh terhadap diri sendiri secara menggunakan metode kualitatif karena
positif atau negatif (Santrok, 2003). peneliti ingin mengetahui dan
Menurut Rahmawati (dalam Yusuf, 2012) mengeksplorasi bagaimana gambaran self-
self-esteem juga biasa disebut dengan istilah esteem seseorang yang mengalami body
gambaran diri. Harga diri akan meningkat shaming. Penelitian kualitatif ini
pada masa remaja awal sampai remaja menjelaskan mengenai kejadian yang
akhir, kemudian pada suatu saat harga diri dialami oleh subjek misalnya perilaku dan
akan menurun. Salah satu faktor yang tindakannya, yang dijelaskan secara
mempengaruhi perkembangan self-esteem deskriptif dalam bentuk kata-kata pada
adalah interaksi dengan manusia lain, suatu konteks alamiah dengan
sekolah, pola asuh, keanggotaan kelompok, memanfaatkan metode alamiah (Moleong,
kepercayaan dan nilai yang dianut individu, 2010). Metode kualitatif menjelaskan
kematangan dan hereditas (Frey dan carlock fenomena yang sedang terjadi lebih rinci,
dalam Hidayat & Bashori, 2016). dengan tujuan untuk mencari tahu makna
Rosenberg (dalam Hidayat & Bashori, dan nilai dari pengalaman – pengalaman
2016) menyebutkan bahwa aspek harga diri yang dialami individu (Strauss dan corbin,
terdiri dari penerimaan dan penghormatan 2009). Poerwandari (2007) berpendapat
diri yang memiliki lima dimensi yaitu bahwa metode kualitatif adalah penellitian
dimensi akademik, sosial, emosional, yang dilakukan dengan cara mengolah data
keluarga dan fisik. secara deskriptif seperti transkripsi
Berdasarkan latar belakang wawancara, catatan lapangan, gambar,
permasalahan diatas maka penulis merasa rekaman dan lain – lain. Oleh sebab itu
tertarik untuk melakukan penelitian dengan peneliti menggunkan metode kualitatif,

96
Priscilla Angelina, Fransisca Dessi Christanti, Happy Cahaya Mulya : Gambaran Self-esteem...
Hal. 94-103

karena ingin mengetahui bagaimana secara langsung antara pewawancara dan


individu memaknai hidupnya dari responden agar dapat menggali atau
pengalaman- pengalaman yang didapatkan, mengungkap data lebih mendalam dan
dan mengelolah data secara deskriptif. personal (Patton dalam Poerwandari, 2007).
Pada penelitian ini tipe penelitian Wawancara ini dapat berjalan sesuai
yang digunakan yaitu fenomenologi. dengan yang diharapkan maka akan
Fenomenologi menggambarkan arti sebuah menggunakan pedoman atau guideline.
pengalaman dari sebuah fenomena Pedoman digunakan agar dalam proses
(Creswell, 1998). Fenomenologi adalah wawancara selalu ingat pada aspek-aspek
ketika peneliti berusaha memahami yang akan dibahas dalam penelitian (Patton
kejadian yang terjadi pada subjek untuk dalam Poerwandari, 2007).
diteliti dengan memasuki dunia subjek Teknik analisis data yang digunakan
sehingga mengerti peristiwa yang oleh peneliti dalam melakukan penelitian
dialaminya (Moleong, 2000). Dari ini adalah inductive thematic analysis
karakteristik fenomenologi di atas, maka karena peneliti melakukan penelitian
tipe penelitian ini dipandang sesuai untuk berdasarkan kejadian keseluruhan yang
mencari penjelasan mengenai self-esteem sedang terjadi. Menurut Poerwandari
pada perempuan yang merasa dirinya tidak (2007) analisis induktif adalah ketika
sempurna akibat body shaming peneliti mencoba mengerti situasi yang ada
Karakteristik informan yang tanpa dibuat-buat sehingga dapat sesuai
dilibatkan di dalam penelitian ini telah dengan situasi sebenarnya
ditentukan berdasarkan kriteria yang telah
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Hasil Penelitian dan Diskusi
Informan yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah 2 orang dengan kriteria informan Hasil
yaitu seorang perempuan yang mengalami Kedua informan memiliki kesamaan
body shaming, perempuan tersebut yaitu mendapatkan perilaku body shaming
menganggap dirinya tidak sempurna atau dari teman. Bentuk body shaming yang
imperfect akibat body shaming. Penelitian dialamai yaitu secara verbal dan
ini mencari informan perempuan karena perbandingan sosial. Informan
perempuan dianggap lebih memperhatikan mengeluarkan reaksi negatif yaitu jengkel
penampilannya. Umur kedua informan pada dan marah. Kedua informan memaknai
usia ini adalah 16 tahun. Pada masa remaja memiliki self-esteem negatif karena mereka
dianggap masa yang membuat individu mengatakan bahwa merasa tidak percaya
mengalami banyak perubahan baik yang diri, minder, insecure. Kedua informan
terlihat secara fisik ataupun psikologis. memaknai bahwa akibat dari perilaku body
Metode pengumpulan data dalam shaming membuat informan memiliki belief
penelitian ini menggunakan teknik negatif, hal tersebut didukung dengan
wawancara mendalam. Banister, dkk perkataan informan yang mengatakan
(dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa perkataan negatif orang lain
wawancara adalah percakapan dan tanya membuat informan merefleksikan dirinya,
jawab yang diarahkan untuk mencapai dan membuat penilaian yang negatif
tujuan tertentu. Wawancara mendalam terhadap dirinya sendiri.
adalah proses tatap muka yang dilakukan

97
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

Menyebabkan
Saling mempengaruhi

Self-esteem individu
Pengalaman body
yang mengalami body
shaming
shaming

Pembentukan self-
Lokasi Pelaku esteem

Perubahan self-esteem

Bentuk body shaming


-Verbal
Dampak self-esteem
- Perbandingan sosial negatif: minder

Reaksi Individu
- Emosi negatif
- Perilaku
- Mencari dukungan sosial
- Keinginan merubah diri

Dampak negatif
- Imperfect
- belief negatif
- Perubahan relasi sosial
- Stress

Diskusi Saniya (2019) dengan judul Dampak


Berdasarkan temuan dalam penelitian perilaku bullying terhadap harga diri (self-
ini dapat disimpulkan bahwa kedua esteem) remaja di Pekanbaru menunjukkan
informan terdapat beberapa kesamaan bahwa ada hubungan yang erat antara
antara lain self-esteem yang dimilikinya perilaku agresif (bullying) terhadap self-
berubah setelah mendapatkan body esteem, yang menjelaskan bahwa ketika
shaming. Kedua informan merasa jumlah korban bullying rendah maka self-
diremehkan atau direndahkan sehingga esteem akan tinggi atau positif, tapi
membuat informan memiliki gambaran diri sebaliknya ketika korban bullying tinggi
yang negatif dan menjadi tidak percaya diri, maka self-esteem akan rendah atau negatif.
takut untuk bersosialisai. Perkataan negatif Melalui penelitian tersebut maka peneliti
yang dapat mempengaruhi self-esteem ini dapat melihat bahwa perkataan negatif dari
didukung oleh penelitian yang dilakukan orang lain dapat mempengaruhi harga diri

98
Priscilla Angelina, Fransisca Dessi Christanti, Happy Cahaya Mulya : Gambaran Self-esteem...
Hal. 94-103

(self-esteem) seseorang yang dikatakan dalam penelitian yang yang


mengalaminya. Sehingga hal ini perlu dilakukan oleh Serni, Hermin dan Amin
ditinjau kembali, apa saja perubahan yang (2020) yaitu seseorang yang mengalami
terjadi pada harga diri seseorang yang body shaming akan memiliki gangguan
merasa dirinya tidak sempurna (imperfect) pada perilaku komunikasi, kesulitan dan
akibat body shaming. bergaul atau bermain dengan teman-
Body shaming ini membuat temannya. Kedua informan juga menjadi
gambaran self-esteem informan berubah merasa rendah diri, hal ini didukung oleh
dari yang sebelumnya informan adalah wawancara Hidayat, Malfasari dan
pribadi yang terbuka, menyapa kesemua Herniyanti (2019) dengan judul Hubungan
orang, mudah bergaul, ceria karena harga perlakuan body shaming dengan citra diri
diri yang masih positif. Kemudian menjadi mahasiswa yang menunjukan bahwa ada
tidak berani dengan orang lain atau tidak sepuluh mahasiswa yang memberi jawaban,
percaya diri, kemudian membuat penilaian ketika ada orang yang melakukan perilaku
yang negatif terhadap dirinya sendiri atau body shaming efeknya kepada korban
menganggap dirinya tidak sempurna adalah bisa merasa rendah diri, korban
sehingga peristiwa body shaming membuat merasa banyak kekurangan di dalam
informan memiliki harga diri yang negatif, dirinya, merasa malu, dan juga menjadi
hal ini didukung oleh Baron & Byrne, kurang percaya diri. Dan lima mahasiswa
(2003) bahwa peristiwa negatif dalam hidup lagi menjawab biasa-biasa saja. Sehingga
dapat membuat self-esteem yang informan juga berusaha untuk mencari
dimilikinya menjadi negatif. Dari dukungan sosial disekitarnya. Kedua
penjelasan tersebut maka terlihat bahwa informan mendapatkan dukungan sosial
self-esteem seseorang yang mengalami dari keluarga dan juga dari beberapa teman
body shaming mengalami perubahan dari dekatnya. Informan merasa senang jika
positif ke negatif. mendapatkan dukungan dari orang
Dari penelitian yang didapat disekitarnya, karena dukungan sosial
dampak dari self-esteem negatif ini juga terlebih dukungan dari keluarga itu sangat
membuat informan menjadi memiliki penting bagi korban body shaming.
kepribadian yang negatif, dan informan Dukungan dari orang tua, dan kedekatan
menjelaskan terjadi perubahan rasa percaya antara orang tua dan anak dapat membuat
diri, dan informan menjadi insecure. Hal ini rasa harga diri yang tinggi, pencapaian yang
didukung oleh Fuhrmann (1990) bahwa baik dalam bidang akademis dan
harga diri yang positif adalah faktor yang perkembangan moral yang baik (Gunarsa,
paling mempengaruhi dalam perkembangan 2004)
kepribadian seseorang. Informan J juga Pada gambaran pengalaman body
mengalami dampak yang lain, yaitu ada rasa shaming terlihat bahwa yang diterima oleh
kecemasan tidak diterima di lingkungan. kedua informan yaitu, lingkungan keduanya
Hal ini sejalan dengan penelitian yang memiliki patokan dan persepsi mengenai
dilakukan Khoirunnisa, Maulana dan body shaming dan hal ini yang membuat
Arwen (2018) yang menyatakan sebagian kedua informan menjadi merasa tidak puas
informannya yang mendapatkan bullying dengan bentuk tubuhnya. Hal ini didukung
mengalami kecemasan ringan. oleh Hasmalawati (2017) menunjukkan
Dampak negatif yang lain adalah, ketika patokan atau standar yang ada susah
Informan pertama merasa bahwa dirinya untuk individu capai maka akan muncul
dekil dan jelek, sedangkan informan kedua dalam diri rasa tidak puas terhadap keadaan
merasa dirinya gemuk. Muncul juga dirinya sendiri. Sa’diyah (2015) juga
berbagai belief negatif. Kedua informan mengatakan bahwa cara berpikir ini akan
juga mengalami perubahan sosial atau terus individu bawa, dan hal tersebut
dalam kehidupan pertemanan, hal ini juga membuat timbul persepsi atau penilaian

99
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

yang negatif pada citra tubuh, hal ini yang ada di lingkungan itu sangat penting.
kemungkinan besar terbentuk jika individu Selain itu kedua informan juga meyakini
tidak memiliki tubuh yang ideal atau tidak bahwa perkataan negatif yang orang lain
sesuai dengan standar yang diinginkan. katakan mengenai dirinya itu benar,
Namun kedua informan memiliki sehingga perkataan negatif tersebut
perbedaan dalam permasalahan ini, membuat kedua informan memiliki
Informan pertama mendapatkan body penilaian diri yang negatif. Kedua informan
shaming karena tubuh yang terlalu kurus, sama-sama ingin menjadi cantik agar tidak
kulit gelap, berjerawat dan gigi yang tidak mendapatkan perilaku body shaming.
rata, sedangkan informan kedua dampak yang kedua informan dapatkan ini
mendapatkan body shaming karena bentuk juga mempengaruhi prestasi akademik,
tubuh yang gemuk setelah mengalami karena kedua informan tidak berkonsentrasi
menstruasi. dan membuat nilai menjadi turun. Namun
Peneliti mendapatkan tiga bentuk ada hal yang membedakan, karena informan
body shaming dari kedua informan yaitu pertama tidak sampai mengalami gangguan
verbal, perbandingan sosial, dan penolakan. makan hingga dilarikan kerumah sakit,
Saat mendapatkan perilaku body shaming, Berbeda dengan informan kedua yang
informan menjadi mempunyai makna pernah dilarikan kerumah sakit karena
negatif akan fenomena ini karena dapat mengalami stress, dan tidak mau makan
memunculkan berbagai reaksi negatif sehingga kondisi tubuh yang menurun dan
antara lain emosi negatif yaitu marah, sakit harus dilarikan kerumah sakit. Informan
hati namun perilaku yang ditunjukkan kedua tidak hanya sekali dilarikan ke rumah
hanya bisa diam. Hal ini didukung oleh sakit, namun informan kedua beberapakali
hasil penelitian yang dilakukan Febrianti dilarikan ke rumah sakit karena kondisi
dan Fitria (2020) menjelaskan bahwa yang semakin lemah. Hal tersebut didukung
individu yang mengalami perilaku body oleh penelitan Lestari (2018) yang
shaming akan menunjukan berbagai menunjukan bahwa beberapa gangguan
perasaan seperti tertekan, malu, jengkel dan yang muncul akibat adanya perilaku body
marah, sakit hati dan terbebani. Namun, shaming adalah mengalami gangguan
terlihat banyak korban perilaku body makan, dan beberapa gangguan lain.
shaming justru cenderung memilih untuk Sehingga semakin terlihat bahwa body
diam, dan memendam apa yang dirasakan shaming ini memang dapat membuat self-
sehingga korban body shaming ini menjadi esteem seseorang yang mengalaminya
lebih sensitif dan mudah tersinggung. menjadi negatif sehingga muncul beberapa
Kedua informan juga melakukan dampak yang negatif juga, hal ini didukung
berbagai usaha agar tidak mendapatkan oleh Lestari (2018) bahwa body shaming
perilaku body shaming dari orang lain. dapat membuat individu memiliki body
Kedua informan ingin merubah diri agar image yang negatif, dan menurut Cashdan
sesuai dengan standart yang ada dalam Pruzinsky (2002) body image yang dibuat
lingkungannya. Informan pertama mencoba individu akan mengeluarkan dampak-
memakai skincare dan memakai behel agar dampak, antara lain cemas, malu, tidak
memiliki tubuh yang glowing dan gigi yang percaya diri, marah, dan pastinya harga diri
rata. Informan kedua berusaha untuk rendah.
mengurangi makan dan berolahraga agar
memiliki tubuh yang kurus. Kesimpulan dan Saran
Melalui hasil analisis pada penelitian Berdasarkan pembahasan yang sudah
ini, peneliti menemukan bahwa ada dijabarkan diatas, berikut beberapa
perbedaan dan persamaan pada kedua kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
informan. Kedua informan sama-sama penelitian “Gambaran Self-esteem Remaja
menganggap bahwa standard kecantikan Perempuan yang Merasa Imperfect akibat

100
Priscilla Angelina, Fransisca Dessi Christanti, Happy Cahaya Mulya : Gambaran Self-esteem...
Hal. 94-103

Body Shaming” yaitu, informan setelah Journal of Undergraduate Research.


mengalami body shaming mengalami 15(3): 130-138
perubahan harga diri ke arah negatif, Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body
memiliki penilaian yang negatif, image. London: The Guilford Press.
mengalami stress dan mempengaruhi aspek Chairani, L. (2018). Body Shame dan
kehidupannya. Informan menjadi tidak Gangguan makan kaian meta-analisis.
mensyukuri bentuk tubuhnya sehingga Buletin Psikologi. 26(1): 12-27
berusaha merubah diri agar sesuai dengan Chaplin, J. P. (2005). Kamus lengkap
standar kecantikan yang ada pada psikologi. Jakarta: Rajawali press
lingkungannya. Cresswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry
Berdasarkan penelitian yang telah and research design: choosing among
dilakukan, maka peneliti memberikan five tradition. London: Sage
beberapa saran yang berkaitan dengan Publications
penelitian ini yaitu, Bagi infoman, peneliti Danesi, M. (2010). Pesan Tanda dan
mengharapkan informan untuk mulai dapat Makna : Buku Teks Dasar Mengenai
menerima, mensyukuri dan mencintai Semiotika dan Teori Komunikasi.
keadaan diri sendiri, agar tidak membuat Yogyakarta: Jalasutra
penilaian yang negatif tentang diri sendiri, Detik. (2018, 28 November). Polisi
tetap semangat, dan dapat menjadikan Tangani 966 Kasus Body Shaming
perkataan negatif dari orang lain sebagai Selama 2018. Diakses pada 12
motivasi. Masyarakat diharapkan untuk Februari, dari https://news.detik.com/
saling mensyukuri bentuk tubuh yang berita/d-4321990/polisi-tangani-966-
dimilikinya, dengan tidak membandingkan kasus- body-shaming-selama-2018
fisik diri sendiri atau orang lain dengan Dolezal. (2015). The Body and Shame.
perempuan lain. penelitian ini diharapkan Phenomenology, Feminism, and The
dapat menjadi sumber referensi bagi Socially Shape Body. The United
penelitian selanjutnya terkait dengan self- State of Amerika: Lexington Book
esteem pada remaja perempuan yang Febrianti, Y. & Fitria, K. (2020).
mengalami body shaming agar kedepannya Pemaknaan dan sikap perilaku body
penelitian yang seperti ini bisa semakin shaming di media sosial (sebuah studi
kompleks dengan menggunakan variabel etnografi digital di instagram).
psikologi yang lainnya misalnya stress dan, Diakom: Jurnal Media dan
depresi sebagai akibat dari body shaming. Komunikasi. 3(1): 12-25
Keluarga diharapkan juga memahami Fuhrmann, B.S. (1990). Adolesences.
bahwa dukungan dari keluarga tersebut England: A Division of Scott.
penting dalam mempertahankan self-esteem Foresman and Company
anak agar tetap memiliki self-esteem yang Gilbert, P. (2007). The evaluation of shame
positif. Sekolah dapat lebih memperhatikan as a marker for relationship security:
penyebab siswa mengalami penurunan a biopsyhosocial approach. In. J.L.
nilai, atau perubahan perilaku agar masalah Tracy, R.W. Robins & J.P. Tanggney
seperti body shaming ini tidak terjadi. (Eds), The Self Conscious Emotions:
Theory and Research (pp. 228-309).
Daftar Pustaka New York, US: Guilford
Baron, R.A. & Byrne, D. (2003). Psikologi Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi Praktis
Sosial edisi sepuluh. Airlangga: Anak, Remaja dan Keluarga,
Jakarta Cetakan. 7. Jakarta: PT. Gunung
Brennan, M.A., Lanonde, C.E & Bain, J.L. Mulia
(2010). Body image perceptions: do Hasmalawati, N. (2017). Pengaruh citra
gender different exist. Psi Chi tubuh dan perilaku makan terhadap

101
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

penerimaan diri pada wanita. Jurnal Moleong, L.J. (2010). Metode Penelitian
Psikoislamedia. 2(2):107-115. Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Herwati, I., Wiyono, J & Catur, R. (2017). Rosda Karya
Hubungan pengetahuan remaja putri Papalia, E.D. dan Feldman, R.T (2014).
tentang perubahan fisik pada masa Menyelami Perkembangan Manusia:
pubertas dengan tingkat stres. Experience Human Development.
Nursing News. 2(2): 583-594 Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayat, Komarudin. & Khoiruddin, B. Poerwandari, E.K. (2007). Pendekatan
(2016). Psikologi Sosial. Aku, Kami, Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
dan Kita. Yogyakarrta: Penerbit Manusia. Jakarta: LPSP3 Universitas
Erlangga Indonesia
Hidayat, R., Malfasari, E & Herniyanti, R. Rosenberg, M. (1965). Society and the
(2019). Hubungan perlakuan body adolescent self-image. Princeton, NJ:
shaming dengan citra diri mahasiswa. Princeton University Press
Jurnal Keperawatan Jiwa,7(1): 79-86 Sa'diyah, H. (2015). Pengaruh Citra Tubuh
IDNtimes. (2019, 09 September). Hati-hati Terhadap Penyesuaian Diri Siswa-
5 Contoh Perkataan Ini Termasuk Siswi Kelas VII-VIII SMP NU
Body Shaming Lho. Di akses pada 12 Syamsuddin Malang. Tesis, UIN
Februari, dari https:// Maulana Malik Ibrahim, Malang.
www.idntimes.com/life/inspiration/ri Saniya. (2019). Dampak perilaku bullying
smayanti/hati-hati-5-contoh terhadap harga diri (self-esteem)
perkataan-ini-termasuk-body- remaja di pekanbaru. Jurnal
shaming-lho-c1c2/2 Keperawatan Abdurrab. 3(1): 9-16
Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Santrock. J.W. (2007). Remaja (edisi 11
Dehumanisasi Perempuan dalam jilid 2). Jakarta: Erlangga
Iklan. Yogyakarta: Ombak Serni., Harmin, S. & Amin, H. (2020).
Khoirunnisa, M.L., Maula, L.H. & Arwen, Dampak body shaming siswa SMPN
D. (2018). Hubungan tindakan 17 kendari terhadap perilaku
bullying dengan tingkat kecemasan komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi
pada pelajar sekolah menengah UHO: Jurnal Penelitian Kajian Ilmu
kejuruan (smk) pgri 1 tangerang. Komunikasi dan Informasi. 5(2): 132-
Jurnal JKFT:Universitas 140
Muhammadiyah Tangerang. 3: 59-69 Strauss, A. & Corbin, J. (2009). Dasar-
Lestari, S. (2019). Bullying or body dasar Penelitian Kualitatif.
shaming? young women in patient Yogyakarta: Pustaka Pelajar
body dysmorphic disorder. Tempo.co. (2018, 14 September). Kendall
Philanthrophy Journal of Jenner Dibully, Apa Sejarah Ada
Psychology. 3(1): 1-174 Body Shaming?. Diakses pada 12
Liputan6. (2019, 06 November). Hampir Februari, dari https://
Setengah Jumlah Orang Dewasa www.google.com/amp/s/gaya.tempo.
Pernah Jadi Korban Body Shaming. co/amp/1126440/kendall-jenner-
Diakses pada 12 Februari, dari dibully-apa-sejarah-ada-body-
https://m.liputan6.com/health/read/41 shaming
03769/hampir-setengah-jumlah- Widiasti, N. (2016). Profil Citra Tubuh
orang-dewasa-pernah-jadi-korban- (Body Image) Pada Remaja dan
body-shaming Implikasinya bagi Bimbingan dan
Moleong, L.J. (2000). Metode Penelitian Konseling. Skripsi, Departemen
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Rosdayakarya FIP Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

102
Priscilla Angelina, Fransisca Dessi Christanti, Happy Cahaya Mulya : Gambaran Self-esteem...
Hal. 94-103

Yunalia, E.M. (2017). Hubungan antara


konsep diri dengan penerimaan
perubahan fisik remaja putri pada
masa pubertas. Nursing Sciences
Journal, 1(1), 30–36
Yusuf, S. (2012). Psikologi perkembangan
anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya

103

Anda mungkin juga menyukai