HUBUNGAN ANTARA BODY SHAMING DAN HAPPINESS DENGAN KONSEP DIRI SEBAGAI
VARIABEL MEDIATOR
Diana Rahmasari
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email : Dianarahmasari@unesa.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body shaming dan happiness dengan konsep
diri sebagai variabel mediator. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 154 siswi SMK. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala body
shaming, happiness dan konsep diri. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi sederhana untuk mengetahui hubungan antar ketiga variable. Sedangkan untuk
memperkuat peran konsep diri sebagai mediator digunakan sobel test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa body shaming dan happiness memiliki hubungan kuat dengan konsep diri sebagai mediator. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa konsep diri merupakan mediator yang kuat antara body shaming dan
Happiness. Hal ini berarti jika individu memiliki konsep diri yang kuat, maka individu tetap merasa
happiness walaupun mendapatkan body shaming.
Kata kunci : Body shaming, Happiness, Konsep diri, dan Siswi.
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between body shaming and happiness with self-concept as a
mediator variable. The research method in this study uses a quantitative approach with a total sample of
154 vocational school students. The sampling technique in this study uses simple random sampling. The
instruments in this study used a scale of body shaming, happiness and self-concept. Data analysis
technique used in this study is a simple regression analysis to determine the relationship between the
three variables. Meanwhile, to strengthen the role of self-concept as a mediator, the sobel test was used.
The results showed that body shaming and happiness had a strong relationship with self-concept as a
mediator. The results also showed that self-concept is a strong mediator between body shaming and
happiness. This means that if an individual has a strong self-concept, then the individual still feels
happiness despite getting body shaming.
Keywords: Body shaming, Happiness, self-concept, and students.
PENDAHULUAN
85
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi
Kasus body shaming setiap tahunnya terus risiko korban melakukan bunuh diri meningkat 21
mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut kali. Adapun risiko percobaan bunuh diri sebesar
Bisnis.com (2019) pada tahun 2015 jumlah kasus 12%. Menurut Dalley selain resiko bunuh diri,
body shaming sebanyak 206 kemudian terus wanita yang telah mengalami body shaming juga
meningkat menjadi 966 kasus pada tahun 2018. memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi
Detik.com (2019) sepanjang tahun 2018 polisi dibandingkan wanita yang tidak mengalami body
dapat menyelesaikan kasus body shaming sebanyak shaming. Menurut Adhichandra (2019)
374 kasus dari 966 kasus yang ada, sisanya hingga menguatkan pendapat diatas bahwa mengalami
saat ini kasus tersebut belum dapat terselesaikan. body shaming akan menyebabkan individu
KPAI mencatat berdasarkan hasil survey yang mengalami depresi. Hal ini karena body shaming
dilakukan pada tahun 2019 sebanyak 68% kasus dapat membuat individu menjadi insecure
body shaming dilakukan oleh siswa SMK di sehingga menjadi depresi. Individu yang telah
Indonesia (kumparan.com, 2019). Penelitian yang mendapatkan body shaming akan mengalami
dilakukan Muhammad (2009) juga menjelaskan depresi, ketika seorang telah mengalami depresi
bahwa bullying secara verbal terjadi lebih banyak secara otomatis kebahagiaannya ikut menurun
di SMK daripada di SMA. pula.
Body shaming tanpa disadari sering dilakukan Namun terdapat fenomena yang berbeda dari
oleh orang-orang di sekitar kita. Meskipun tidak penjelasan hasil penelitian diatas. Berdasarkan
dilakukan secara kontak fisik yang merugikan, hasil wawancara yang dilakukan di SMKN Y,
namun body shaming termasuk jenis bullying menurut penjelasan salah satu guru BK, tercatat
secara verbal. Bahkan, dalam komunikasi sehari- sejumlah kasus body shaming yang dialami siswa.
hari secara sadar atau tidak candaan dapat berujung Namun siswa yang mengalami body shaming
pada body shaming. Body shaming sendiri memiliki karena bentuk tubuhnya tidak menunjukkan gejala
pengertian sebagai mempermalukan keadaan tubuh depresi. Siswa tetap mengikuti kegiatan sekolah,
atau penampilan seseorang dengan kritikan dan tetap menunjukkan keceriaan. Berdasarkan hasil
komentar negatif. Terdapat beberapa bentuk dari wawancara peneliti terhadap 10 siswa perempuan
body shaming seperti : mengomentari secara kelas 10 yang mengalami body shaming,
negatif fisik, penampilan, berat badan, bentuk menunjukkan bahwa 5 dari 10 siswa yang telah
tubuh, warna kulit, dan tinggi badan seseorang. mengalami body shaming tetap merasa bahagia.
Tindakan dari body shaming tanpa disadari dapat Ke- 5 siswa tersebut tetap nyaman beraktivitas
memberikan pengaruh negatif bagi para dan mengikuti berbagai kegiatan di sekolah tanpa
penerimanya. Body shaming tidak hanya merasa tertekan. Para siswa tersebut tidak merasa
meninggalkan luka secara fisik, tetapi juga dapat malu dengan bentuk tubuhnya dan tetap menyukai
memicu tekanan mental dan gangguan psikologi dirinya sendiri. Para siswa tetap menyukai bentuk
(Damanik, 2018). tubuhnya meskipun mengalami body shaming.
Menurut penelitian Lamont (2018) body Padahal jika ditinjau dari perspektif
shaming dapat menyebabkan seseorang lebih perkembangan, masa remaja pada usia usia 15-17
sering mengalami infeksi serta mengalami gejala tahun merupakan masa yang labil secara emosi
penyakit yang lebih banyak, selain itu sering sehingga mendapatkan stressor mudah membuat
mengalami sakit diare dan sakit kepala. Rasa malu remaja tertekan (Hurlock, 2012).
yang menyebabkan kesehatan fisik menjadi Menjadi hal yang menarik untuk di teliti,
menurun. Penelitian tentang dampak body mengacu pada fenomena tersebut. Mengalami
shaming oleh Lamont dilakukan dengan memberi body shaming namun para siswa tersebut tidak
survey pada 300 perempuan. Hasil yang merasa tertekan, tidak merasa malu, tetap nyaman
didapatkan sebanyak 80% korban memiliki beraktivitas bahkan merasa bahagia. Secara
kondisi fisik yang semakin menurun, 10% teoritis, peran konsep diri yang kuat dipandang
mengalami depresi, dan sisanya tidak memiliki berpengaruh terhadap kebahagiaan sekalipun
efek yang signifikan. Penelitian lain yang mengalami body shaming. Berdasarkan hasil
dilakukan oleh Dalley (2019), penelitian yang penelitian Fitriana (2019) korban body shaming
melibatkan 237 wanita gemuk korban fat shaming, yang tetap bahagia memiliki caranya sendiri untuk
menemukan hubungan antara body shaming dan tetap bisa mempertahankan kebahagiaanya
ide bunuh diri. Penelitian tersebut mengungkap walaupun mengalami body shaming. Sebanyak 5
86
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator
dari 8 subjek penelitian yang dilakukan oleh maka biasanya ia telah dapat menggambarkan
Fitriana mengatakan tetap bahagia walaupun telah kebahagiaan dalam dirinya.
mendapatkan body shaming. Menurut Hurlock Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
(2012) salah satu faktor yang dapat menyebabkan terdahulu dalam mencermati fenomena yang
individu merasa bahagia salah satunya adalah muncul di lapangan bahwa menjadi menarik untuk
konsep diri. diteliti sekalipun mengalami body shaming namun
Pada umumnya pembentukan konsep diri remaja di SMK tetap menunjukkan rasa bahagia
terjadi pada usia remaja (Hurlock, 2012). Pada dan tidak menunjukkan depresi. Oleh karenanya
masa remaja merupakan masa pembentukan peneliti ingin mengetahui hubungan antara body
konsep diri atau jati diri. Menurut Erikson (dalam shaming dan happiness dengan konsep diri sebagai
Alwisol, 2014) Tugas pada masa remaja adalah mediator.
memecahkan identitas versus krisis identitas.
Masa remaja juga merupakan masa dimana METODE
seseorang menjadi mudah terpengaruh. Berdasarkan judul penelitian “Hubungan
Lingkungan menjadi salah satu pengaruh terbesar antara Body Shaming dan Happiness dengan
dalam pembentukan konsep diri seseorang Konsep Diri sebagai variabel meditor”, maka
(Hurlock,2012). Perkataan dan ucapan yang rancangan penelilitian menggunakan metode
diberikan lingkungan juga menjadi salah satu kuantitatif non-eksperimen. Penelitian kuantitatif
pengaruh terbentuknya konsep diri (Hurlock, adalah penelitian yang data penelitiannya
2012). menggunakan angka (Sugiono, 2011). Penelitian
Konsep diri merupakan gambaran diri kuantitatif variabel yang digunakan harus jelas dan
seseorang tentang bagaimana dirinya. Cooley dapat terukur. Penelitian kuantitatif merupakan
(dalam Claudia, 2016) berpendapat konsep diri penelitian yang terstruktur dan dituntut untuk
seseorang secara signifikan ditentukan oleh apa menggunakan angka (Anshori, 2009).
yang dipikirkan dan dipersepsi orang lain Rancangan penelitian ini dengan
mengenai dirinya. menyebarkan link kuisioner berupa google form
Menurut Calhoun (dalam Fadesti, 2015) kepada siswi kelas X di SMKN Y. Populasi dari
Konsep diri terdapat dua jenis yaitu konsep diri penelitian ini adalah siswi kelas X SMKN Y.
positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif Jumlah seluruh populasi yang akan peneliti teliti
pada dasarnya adalah adanya penerimaan diri. adalah 154 siswi yang terdiri dari sembilan jurusan
Konsep diri positif ini terbentuk akibat dari di SMKN Y. Cara yang digunakan untuk
penerimaan diri terhadap kenyataan. Menurut mendapatkan sampel dari penelitian ini
Hurlock (2012) Orang yang memiliki konsep diri menggunakan simple random sampling. Simple
positif akan menyusun tujuan-tujuan sesuai random sampling adalah teknik pengambilan
kemampuan yang dimilikinya dan dapat sample yang dilakukan secara acak tanpa
menyesuaikan dengan kenyataan yang ada. memperhatikan strata yang ada dalam populasi
Menurut Rogers (Feist & Feist, 2016) (Anshori, 2009). Penelitian ini menggunakan
manusia yang telah membentuk konsep dirinya, sampel dari keseluruhan populasi yang ada.
maka akan menemukan kesulitan dalam Adapun kriteria dari subjek yang dapat mengikuti
melakukan perubahan. Artinya ketika seseorang penelitian ini yaitu : a. Perempuan, b. Berusia 15-
telah memiliki konsep diri yang terbentuk secara 17 tahun, c. Siswi kelas 10, dan d. Pernah
kuat maka orang tersebut akan memiliki pendirian mendapatkan body shaming mengenai bentuk
yang kuat tentang bagaimana keadaan dirinya. tubuh. Uji validitas dan reliabilitas dengan
Ketika konsep diri seseorang telah terbentuk menggunakan alat uji statistik SPSS versi 24.0 for
dengan kuat biasanya individu tersebut tidak akan windows. Analisis data pada penelitian ini
memperdulikan omongan orang lain tentang menggunakan analisis regresi linier sederhana,
dirinya. Dia akan percaya pada dirinya sendiri. yang dimana untuk mencari kuatnya hubungan
Seseorang yang percaya diri memiliki tingkat antara variabel yang diuji (Sugiyono, 2011).
kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan orang Dengan diterapkannya uji asumsi seperti uji
yang memiliki percaya diri yang rendah. Dapat normalitas dan lineritas. Serta, untuk menguji
disimpulkan dari pernyataan diatas apabila hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi
seseorang telah memiliki konsep diri yang baik
87
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi
linear sederhana dan sobel test untuk dapat (Sugiyono,2011). Hasil uji normalitas
membuktikan dan menganalisis variabel mediator. menggunakan kolmogrov-smirnov dengan bantuan
Variabel Sig Keterangan SPSS 24.0 for windows didapatkan hasil sebagai
Happiness 0,200 Distribusi data normal berikut:
Body Shaming 0,200 Distribusi data normal
Konsep diri 0,200 Distribusi data normal Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
88
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator
0,509X. Hasil koefisien determinan (R2) didapatkan Konsep ,406 ,066 ,428 6,14 ,000
sebesar 0,543 yang berarti sebesar 54,3% body diri 2
a. Dependent Variable: Happiness
shaming berpengaruh terhadap happiness,
sedangkan sisanya 45,7% dipengaruhi oleh faktor
Pada hasil analisis regresi sederhana pada
lain. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan
tabel diatas dapat dijelaskan bahwa besar nilai
bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan
hubungan antara body shaming dan happiness
demikian, terdapat hubungan antara body shaming
sebesar 0,862 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05).
dan happiness.
Koefisien korelasi dengan nilai positif berarti
menunnjukan bahwa arah hubungan dari kedua
Tabel 5. Hasil uji regresi body shaming
variabel tersebut positif. Tingkat signifikan sebesar
dengan konsep diri
Coefficientsa 0,000 berarti pada kedua variabel tersebut memiliki
Model Unstandardiz Standardiz t Sig. hubungan yang signifikan. Persamaan garis regresi
ed ed linear berdasarkan tabel diatas yaitu Y2 = 33,279 +
Coefficients Coefficients 0,300Y1 + 0,406X. Hasil koefisien determinan (R2)
B Std. Beta didapatkan sebesar 0,635 yang berarti sebesar
Erro 63,5% konsep diri berpengaruh terhadap body
r shaming dan happiness, sedangkan sisanya 36,5%
1 (Constant 43,645 4,41 9,89 ,000
dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan hasil
) 0 7
tersebut dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Hiii
Body ,515 ,042 ,708 12,3 ,000
shaming 61
diterima, sehingga terdapat hubungan antara body
a. Dependent Variable: Konsep diri shaming dan happiness dengan konsep diri.
89
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi
90
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator
Pada umumnya individu yang telah remaja telah memiliki konsep diri yang matang.
mengalami body shaming akan merasa depresi Pada penelitian Chui (2015) juga menjelaskan
namun selain depresi ternyata body shaming juga remaja yang memiliki konsep diri positif dapat
memiliki efek yang berbeda pada orang yang lebih bahagia dan puas terhadap kehidupannya
berbeda pula. Terkadang orang akan tetap merasa dibandingkan dengan remaja yang memiliki konsep
bahagia walaupun telah mendapatkan body diri negatif.
shaming. Berdasarkan hasil penelitian yang Menurut Calhoun (dalam Fadesti, 2015)
dilakukan oleh peneliti sebesar 54.3% body Konsep diri terdapat dua jenis yaitu konsep diri
shaming dapat mempengaruhi kebahagiaan positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif
seseorang. hasil penelitian didapatkan sebanyak pada dasarnya adalah adanya penerimaan diri.
108 responden merasa tetap bahagia walaupun Konsep diri positif ini terbentuk akibat dari
telah mengalami body shaming. Hal tersebut penerimaan diri terhadap kenyataan. Seseorang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriana yang memiliki konsep diri positif maka akan
(2019) menjelaskan terdapat 5 dari 8 subjek dapat memaknai kelemahan yang ia miliki dengan
penelitiannya merasa tetap bahagia walaupun positif. Artinya kelemahan yang ia miliki tidak
mereka telah menjadi korban body shaming. digunakan sebagai sebuah penyesalan diri tetapi
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan digunakan sebagai motivasi untuk dapat
dengan ke-5 subjeknya faktor yang mempengaruhi mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal
kebahagiaan berbeda-beda. Menurut subjek tersebut yang dapat membuat penilian positif pada
penelitiannya faktor yang dapat mempengaruhi dirinya. Semua hal yang ada pada hidupnya akan
kebahagiaan individu setelah mendapatkan body dimaknai secara positif sehingga akan membuat
shaming yaitu penerimaan diri, kepercayaan diri, mereka mampu menerima keadaan dirinya,
berpikir positif, dan konsep diri. Menurut Hurlock menghargai dirinya, dan membuat dirinya menjadi
(2012) terdapat beberapa faktor yang dapat percaya diri (Mazaya, 2011). Konsep diri positif
mempengaruhi kebahagiaan seseorang yaitu dapat membuat orang menjadi tidak peduli dengan
kesehatan, daya tarik fisik, keseimbangan harapan komentar negatif orang lain. Orang yang memiliki
dan kenyataan, komunikasi interpersonal, kondisi konsep diri positif akan menyusun tujuan-tujuan
kehidupan, dan konsep diri. Berdasarkan dari sesuai kemampuan yang dimilikinya dan dapat
pernyataan diatas salah satu faktor penting yang menyesuaikan dengan kenyataan yang ada
dapat mempengaruhi kebahagiaan yaitu konsep (Hurlock,2012).
diri. Karakteristik orang yang memiliki konsep
Konsep diri merupakan gambaran tentang diri positif yaitu individu dapat menerima keadaan
diri sendiri. Menurut Fitts (dalam Muawanah, dirinya, percaya dengan apa yang ia miliki, selalu
2014) Konsep diri merupakan salah satu aspek berpikir positif, dan dapat menghargai dirinya
terpenting dalam diri seseorang. Konsep diri sendiri maupun orang lain (Rochmawati, 2014).
merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi Menerima keadaan dirinya dapat membuat
dengan orang lain. pernyataan tersebut dapat seseorang menjadi percaya diri (Fitriana, 2019).
dijelaskan ketika individu mempersepsikan Individu dikatakan menerima keadaan dirinya
tentang dirinya berarti individu tersebut dapat dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut
memberikan arti dan penilaian abstraksi tentang memaknai kelemahan yang ia miliki. Apabila
dirinya. Individu tersebut dapat menunjukkan atau individu dapat memaknai kelemahannya sebagai
mempresentasikan yang ada dalam dirinya motivasi untuk mengembangkan potensi yang
terhadap dunia luar atau orang lain. Menurut dimiliki berarti individu tersebut dapat menerima
Hurlock (2012) Konsep diri merupakan salah dan memaknai dirinya secara positif. Sebaliknya,
faktor yang dapat membuat seseorang bahagia. apabila individu memaknai kelemahannya sebagai
Hal tersebut dapat dibuktikan oleh penelitian yang sebuah hal yang dapat menghambat
dilakukan Chui (2015) Hasil dari penelitian keberlangsungan hidup maka individu tersebut
tersebut menujukkan kebahagiaan dan kepuasan memaknai dirinya secara negatif sehingga dapat
hidup pada dasarnya berbeda dan berbeda secara dikatakan ia memiliki konsep diri negatif
individual. Konsep diri yang ada pada diri remaja (Rochmawati, 2014). Konsep diri positif atau
adalah salah satu penentu kebahagiaan. Perbedaan negatif dapat terbentuk dari beberapa faktor.
gender dapat berpengaruh apabila pada masa
91
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi
Faktor-faktor yang membentuk konsep diri Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika
menurut Saraswatia (2015) yaitu pola asuh individu memiliki konsep diri yang kuat, maka
orangtua, teman sebaya, peranan harga diri, dan individu tetap merasa happiness walaupun
penampilan fisik atau bentuk tubuh. Membentuk mendapatkan body shaming.
konsep diri dapat dilakukan mulai dari diri sendiri
dan perlu adanya dukungan dari orang-orang
disekitarnya. Keluarga, teman, dan sahabat juga Saran
dapat berperan untuk membentuk konsep diri. 1. Bagi Sekolah
Konsep diri merupakan salah satu faktor terpenting
Bagi sekolah diharapkan untuk meningkatkan
dalam pembentukan perilaku seseorang. Seseorang
pengajaran pendidikan karakter. Pendidikan
yang memiliki konsep diri yang kuat sejak masa
karakter tidak hanya berkaitan dengan perilaku
kecil maka ia tidak mudah terpengaruh dengan
yang dilakukan disekolah tetapi praktik
lingkungan sekitarnya. Konsep diri yang sudah
pembentukan karakter untuk dapat siap terjun di
terbangun terjadi akibat adanya penerimaan dari
kalangan masyarakat luas. Membangun konsep diri
diri sendiri dan orang sekitar. Menurut Rogers
pada masing-masing siswanya dapat dilakukan
(dalam Feist&Feist, 2016) Saat manusia sudah
dengan berbagai cara yaitu dengan melakukan
membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan
pelatihan biblioterapi dan pelatihan berpikir positif.
kesulitan dalam menerima perubahan dan
Biblioterapi adalah kegiatan dengan media
pembelajaran yang baru. Apabila konsep diri
bahan bacaan yang bertujuan untuk mengurangi
seseorang telah terbangun dengan kuat maka ia
atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
akan tidak peduli dengan body shaming yang telah
oleh seseorang. Pelatihan ini dapat digunakan
diberikan orang lain sehingga ia akan merasa tetap
untuk mencapai kepuasan, meningkatkan
bahagia.
aktualisasi diri, dan meningkatkan konsep diri. Hal
Sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, mereka
tersebut dilakukan agar siswa mampu percaya akan
menganggap body shaming hanya sebuah
dirinya, meningkatkan percaya diri, dapat
bercandaan. Usia mereka yang sudah hampir
bersyukur apa yang telah dimiliki, dan dapat
memiliki emosi yang stabil sehingga mereka telah
memiliki gambaran tentang dirinya melalui
memiliki konsep diri masing-masing. Mereka akan
wawasan yang ia miliki.
tetap bahagia, percaya diri dan terkadang
mengabaikan body shaming yang telah diberikan 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
teman-teman mereka. Menurut mereka keadaan Penelitian ini dilakukan dengan memiliki
tubuh yang mereka miliki adalah pemberian dari banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada.
Tuhan, mereka berusaha terus merawat dan Bagi peneliti selanjutnya jika melakukan penelitian
mensyukuri apa yang telah diberikan. ini agar dapat meneliti dari perspektif yang berbeda
seperti menggunakan subjek laki-laki, dilakukan
pada siswa smp, atau mencari variabel mediator
PENUTUP
yang lain.
Simpulan Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa body variabel mediator yang lain seperi penerimaan diri,
shaming dan happiness memiliki hubungan kuat aktualisasi diri, dan self confidence.
dengan konsep diri sebagai mediator. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa konsep diri
DAFTAR PUSTAKA
merupakan mediator yang kuat antara body
shaming dan Happiness. Hal tersebut ditunjukkan Adhichandra, R. (2019) Perilaku body shaming
dengan hasil signifikansi dari ketiga uji hipotesis terhadap wanita di kota Bandung
analisis regresi sederhana didapatkan nilai yang (Skripsi). Diunduh dari
signifikan. Berdasarkan hasil pengujian lanjutan http://repository.unpas.ac.id/43904/
menggunakan sobel test didapatkan hasil yang
signifikan pula bahwa konsep diri dapat digunakan Alwisol. (2014). Psikologi kepribadian, edisi
sebagai variabel meditor. revisi. Malang: UMM Press.
92
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator
Anshori, M., Iswati, S. (2009). Buku ajar: Feist, J., Feist G. (2016). Teori kepribadian, Buku
Metodologi penelitian kuantitatif. 2. Jakarta : Salemba Humanika.
Surabaya: Universitas Airlangga press
Fitriana, S. (2019). Dampak body shaming sebagai
Baron, R., Lenny, D. (1986). The moderator- bentuk kekerasan terhadap perempuan
mediator variable distinction in social (Skripsi). Diunduh dari
psychologycal research: Conceptual, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle
strategic, and statistical consideration. /123456789/49344
Journal of personality and social
psychology, 51(6), 1173-1182. Diunduh Hurlock, E. (2012). Psikologi perkembangan:
dari https://psycnet.apa.org/buy/1987- Suatu pendekatan sepanjang rentang
13085-001 kehidupan, Edisi terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Chui, W., Wong, M. (2015). Gender Differences in
Happiness and Life Satisfaction Among Lamont, J., (2018). The relationship of mindfulness
Adolescents in Hong Kong: Relationships to body shame, body responsiveness, and
and Self-Concept. Social Indicator health outcomes. Springer science, 10,
Research, 1035-1051. DOI 639-649. DOI :
10.1007/s11205-015-0867-z https://doi.org/10.1007/s12671-018-1020-
2
Claudia, W. (2016). Konsep diri remaja putri
obesitas. JO Fisip, 3(2), 1-14. Diunduh Mazaya, K., Supradewi, R. (2011). Konsep diri dan
dari kebermaknaan hidup pada remaja panti
https://www.neliti.com/publications/18653 asuhan. Jurnal Proyeksi, 6(2), 103-112.
2/konsep-diri-remaja-putri-obesitas DOI: http://dx.doi.org/10.30659/p.6.2.103
-112
Dalley, S., Bron, G., Hagl I., Heseding, F., Hoppe,
S., Wit, L. (2019). Bulimic symptoms Muawanah, L., Suroso, Pratikto, H. (2012).
in a sample of college women: Kematangan emosi, konsep diri, dan
disentangling the roles of body size, body kenakalan remaja. Jurnal persona, 1(01),
shame and negative urgency. Springer 490-500. Diunduh dari
eating and weight disorder, DOI : http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/arti
https://doi.org/10.1007/s40519-019- cle/view/202
00771-z
Muhammad. (2009). Aspek perlindungan anak
Damanik, T. (2018). Dinamika psikologis dalam tinak kekerasan (bullying) terhadap
perempuan mengalami body shaming siswa korban kekerasan disekolah (Studi
(Skripsi). Diunduh dari kasus di SMK Kabupaten Banyumas).
https://repository.usd.ac.id/30840/ Jurnal Dinamika Hukum, 9(3), 230-236.
DOI :
Dewi, N., Suwandan, I. (2016). Pengaruh kepuasan http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2009.9.3.
kerja terhadap organizational citizenship 234
behavior (ocb) dengan komitmen
organisasional sebagai variabel mediasi. Rochmawati, D. (2014). Hubungan konsep diri dan
Jurnal Manajemen Unud, 5(9), 5643- kemampuan memaknai hidup pada
5670. Diunduh dari narapidana remaja di lembaga
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajeme permasyarakatan kelas 1 Semarang.
n/article/view/22463/15444 Jurnal Keperawatan Soedirman, 9(3),
198-204.
Fadesti, P. (2015). Peran ayah dalam pembentukan DOI: http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.201
konsep diri pada remaja putri, Jurnal 4.9.3.614
psikologi, 1-13. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/38001
93
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi
94