Anda di halaman 1dari 10

Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator

HUBUNGAN ANTARA BODY SHAMING DAN HAPPINESS DENGAN KONSEP DIRI SEBAGAI
VARIABEL MEDIATOR

Anugrahani Sabillia Noor Pratama


Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email : anugrahanipratama16010664075@mhs.unesa.ac.id

Diana Rahmasari
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email : Dianarahmasari@unesa.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body shaming dan happiness dengan konsep
diri sebagai variabel mediator. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 154 siswi SMK. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala body
shaming, happiness dan konsep diri. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi sederhana untuk mengetahui hubungan antar ketiga variable. Sedangkan untuk
memperkuat peran konsep diri sebagai mediator digunakan sobel test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa body shaming dan happiness memiliki hubungan kuat dengan konsep diri sebagai mediator. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa konsep diri merupakan mediator yang kuat antara body shaming dan
Happiness. Hal ini berarti jika individu memiliki konsep diri yang kuat, maka individu tetap merasa
happiness walaupun mendapatkan body shaming.
Kata kunci : Body shaming, Happiness, Konsep diri, dan Siswi.

ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between body shaming and happiness with self-concept as a
mediator variable. The research method in this study uses a quantitative approach with a total sample of
154 vocational school students. The sampling technique in this study uses simple random sampling. The
instruments in this study used a scale of body shaming, happiness and self-concept. Data analysis
technique used in this study is a simple regression analysis to determine the relationship between the
three variables. Meanwhile, to strengthen the role of self-concept as a mediator, the sobel test was used.
The results showed that body shaming and happiness had a strong relationship with self-concept as a
mediator. The results also showed that self-concept is a strong mediator between body shaming and
happiness. This means that if an individual has a strong self-concept, then the individual still feels
happiness despite getting body shaming.
Keywords: Body shaming, Happiness, self-concept, and students.

PENDAHULUAN

85
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Kasus body shaming setiap tahunnya terus risiko korban melakukan bunuh diri meningkat 21
mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut kali. Adapun risiko percobaan bunuh diri sebesar
Bisnis.com (2019) pada tahun 2015 jumlah kasus 12%. Menurut Dalley selain resiko bunuh diri,
body shaming sebanyak 206 kemudian terus wanita yang telah mengalami body shaming juga
meningkat menjadi 966 kasus pada tahun 2018. memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi
Detik.com (2019) sepanjang tahun 2018 polisi dibandingkan wanita yang tidak mengalami body
dapat menyelesaikan kasus body shaming sebanyak shaming. Menurut Adhichandra (2019)
374 kasus dari 966 kasus yang ada, sisanya hingga menguatkan pendapat diatas bahwa mengalami
saat ini kasus tersebut belum dapat terselesaikan. body shaming akan menyebabkan individu
KPAI mencatat berdasarkan hasil survey yang mengalami depresi. Hal ini karena body shaming
dilakukan pada tahun 2019 sebanyak 68% kasus dapat membuat individu menjadi insecure
body shaming dilakukan oleh siswa SMK di sehingga menjadi depresi. Individu yang telah
Indonesia (kumparan.com, 2019). Penelitian yang mendapatkan body shaming akan mengalami
dilakukan Muhammad (2009) juga menjelaskan depresi, ketika seorang telah mengalami depresi
bahwa bullying secara verbal terjadi lebih banyak secara otomatis kebahagiaannya ikut menurun
di SMK daripada di SMA. pula.
Body shaming tanpa disadari sering dilakukan Namun terdapat fenomena yang berbeda dari
oleh orang-orang di sekitar kita. Meskipun tidak penjelasan hasil penelitian diatas. Berdasarkan
dilakukan secara kontak fisik yang merugikan, hasil wawancara yang dilakukan di SMKN Y,
namun body shaming termasuk jenis bullying menurut penjelasan salah satu guru BK, tercatat
secara verbal. Bahkan, dalam komunikasi sehari- sejumlah kasus body shaming yang dialami siswa.
hari secara sadar atau tidak candaan dapat berujung Namun siswa yang mengalami body shaming
pada body shaming. Body shaming sendiri memiliki karena bentuk tubuhnya tidak menunjukkan gejala
pengertian sebagai mempermalukan keadaan tubuh depresi. Siswa tetap mengikuti kegiatan sekolah,
atau penampilan seseorang dengan kritikan dan tetap menunjukkan keceriaan. Berdasarkan hasil
komentar negatif. Terdapat beberapa bentuk dari wawancara peneliti terhadap 10 siswa perempuan
body shaming seperti : mengomentari secara kelas 10 yang mengalami body shaming,
negatif fisik, penampilan, berat badan, bentuk menunjukkan bahwa 5 dari 10 siswa yang telah
tubuh, warna kulit, dan tinggi badan seseorang. mengalami body shaming tetap merasa bahagia.
Tindakan dari body shaming tanpa disadari dapat Ke- 5 siswa tersebut tetap nyaman beraktivitas
memberikan pengaruh negatif bagi para dan mengikuti berbagai kegiatan di sekolah tanpa
penerimanya. Body shaming tidak hanya merasa tertekan. Para siswa tersebut tidak merasa
meninggalkan luka secara fisik, tetapi juga dapat malu dengan bentuk tubuhnya dan tetap menyukai
memicu tekanan mental dan gangguan psikologi dirinya sendiri. Para siswa tetap menyukai bentuk
(Damanik, 2018). tubuhnya meskipun mengalami body shaming.
Menurut penelitian Lamont (2018) body Padahal jika ditinjau dari perspektif
shaming dapat menyebabkan seseorang lebih perkembangan, masa remaja pada usia usia 15-17
sering mengalami infeksi serta mengalami gejala tahun merupakan masa yang labil secara emosi
penyakit yang lebih banyak, selain itu sering sehingga mendapatkan stressor mudah membuat
mengalami sakit diare dan sakit kepala. Rasa malu remaja tertekan (Hurlock, 2012).
yang menyebabkan kesehatan fisik menjadi Menjadi hal yang menarik untuk di teliti,
menurun. Penelitian tentang dampak body mengacu pada fenomena tersebut. Mengalami
shaming oleh Lamont dilakukan dengan memberi body shaming namun para siswa tersebut tidak
survey pada 300 perempuan. Hasil yang merasa tertekan, tidak merasa malu, tetap nyaman
didapatkan sebanyak 80% korban memiliki beraktivitas bahkan merasa bahagia. Secara
kondisi fisik yang semakin menurun, 10% teoritis, peran konsep diri yang kuat dipandang
mengalami depresi, dan sisanya tidak memiliki berpengaruh terhadap kebahagiaan sekalipun
efek yang signifikan. Penelitian lain yang mengalami body shaming. Berdasarkan hasil
dilakukan oleh Dalley (2019), penelitian yang penelitian Fitriana (2019) korban body shaming
melibatkan 237 wanita gemuk korban fat shaming, yang tetap bahagia memiliki caranya sendiri untuk
menemukan hubungan antara body shaming dan tetap bisa mempertahankan kebahagiaanya
ide bunuh diri. Penelitian tersebut mengungkap walaupun mengalami body shaming. Sebanyak 5

86
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator

dari 8 subjek penelitian yang dilakukan oleh maka biasanya ia telah dapat menggambarkan
Fitriana mengatakan tetap bahagia walaupun telah kebahagiaan dalam dirinya.
mendapatkan body shaming. Menurut Hurlock Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
(2012) salah satu faktor yang dapat menyebabkan terdahulu dalam mencermati fenomena yang
individu merasa bahagia salah satunya adalah muncul di lapangan bahwa menjadi menarik untuk
konsep diri. diteliti sekalipun mengalami body shaming namun
Pada umumnya pembentukan konsep diri remaja di SMK tetap menunjukkan rasa bahagia
terjadi pada usia remaja (Hurlock, 2012). Pada dan tidak menunjukkan depresi. Oleh karenanya
masa remaja merupakan masa pembentukan peneliti ingin mengetahui hubungan antara body
konsep diri atau jati diri. Menurut Erikson (dalam shaming dan happiness dengan konsep diri sebagai
Alwisol, 2014) Tugas pada masa remaja adalah mediator.
memecahkan identitas versus krisis identitas.
Masa remaja juga merupakan masa dimana METODE
seseorang menjadi mudah terpengaruh. Berdasarkan judul penelitian “Hubungan
Lingkungan menjadi salah satu pengaruh terbesar antara Body Shaming dan Happiness dengan
dalam pembentukan konsep diri seseorang Konsep Diri sebagai variabel meditor”, maka
(Hurlock,2012). Perkataan dan ucapan yang rancangan penelilitian menggunakan metode
diberikan lingkungan juga menjadi salah satu kuantitatif non-eksperimen. Penelitian kuantitatif
pengaruh terbentuknya konsep diri (Hurlock, adalah penelitian yang data penelitiannya
2012). menggunakan angka (Sugiono, 2011). Penelitian
Konsep diri merupakan gambaran diri kuantitatif variabel yang digunakan harus jelas dan
seseorang tentang bagaimana dirinya. Cooley dapat terukur. Penelitian kuantitatif merupakan
(dalam Claudia, 2016) berpendapat konsep diri penelitian yang terstruktur dan dituntut untuk
seseorang secara signifikan ditentukan oleh apa menggunakan angka (Anshori, 2009).
yang dipikirkan dan dipersepsi orang lain Rancangan penelitian ini dengan
mengenai dirinya. menyebarkan link kuisioner berupa google form
Menurut Calhoun (dalam Fadesti, 2015) kepada siswi kelas X di SMKN Y. Populasi dari
Konsep diri terdapat dua jenis yaitu konsep diri penelitian ini adalah siswi kelas X SMKN Y.
positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif Jumlah seluruh populasi yang akan peneliti teliti
pada dasarnya adalah adanya penerimaan diri. adalah 154 siswi yang terdiri dari sembilan jurusan
Konsep diri positif ini terbentuk akibat dari di SMKN Y. Cara yang digunakan untuk
penerimaan diri terhadap kenyataan. Menurut mendapatkan sampel dari penelitian ini
Hurlock (2012) Orang yang memiliki konsep diri menggunakan simple random sampling. Simple
positif akan menyusun tujuan-tujuan sesuai random sampling adalah teknik pengambilan
kemampuan yang dimilikinya dan dapat sample yang dilakukan secara acak tanpa
menyesuaikan dengan kenyataan yang ada. memperhatikan strata yang ada dalam populasi
Menurut Rogers (Feist & Feist, 2016) (Anshori, 2009). Penelitian ini menggunakan
manusia yang telah membentuk konsep dirinya, sampel dari keseluruhan populasi yang ada.
maka akan menemukan kesulitan dalam Adapun kriteria dari subjek yang dapat mengikuti
melakukan perubahan. Artinya ketika seseorang penelitian ini yaitu : a. Perempuan, b. Berusia 15-
telah memiliki konsep diri yang terbentuk secara 17 tahun, c. Siswi kelas 10, dan d. Pernah
kuat maka orang tersebut akan memiliki pendirian mendapatkan body shaming mengenai bentuk
yang kuat tentang bagaimana keadaan dirinya. tubuh. Uji validitas dan reliabilitas dengan
Ketika konsep diri seseorang telah terbentuk menggunakan alat uji statistik SPSS versi 24.0 for
dengan kuat biasanya individu tersebut tidak akan windows. Analisis data pada penelitian ini
memperdulikan omongan orang lain tentang menggunakan analisis regresi linier sederhana,
dirinya. Dia akan percaya pada dirinya sendiri. yang dimana untuk mencari kuatnya hubungan
Seseorang yang percaya diri memiliki tingkat antara variabel yang diuji (Sugiyono, 2011).
kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan orang Dengan diterapkannya uji asumsi seperti uji
yang memiliki percaya diri yang rendah. Dapat normalitas dan lineritas. Serta, untuk menguji
disimpulkan dari pernyataan diatas apabila hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi
seseorang telah memiliki konsep diri yang baik

87
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

linear sederhana dan sobel test untuk dapat (Sugiyono,2011). Hasil uji normalitas
membuktikan dan menganalisis variabel mediator. menggunakan kolmogrov-smirnov dengan bantuan
Variabel Sig Keterangan SPSS 24.0 for windows didapatkan hasil sebagai
Happiness 0,200 Distribusi data normal berikut:
Body Shaming 0,200 Distribusi data normal
Konsep diri 0,200 Distribusi data normal Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

HASIL PENELITIAN b. Uji Linearitas


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Uji liniearitas bertujuan menguji linearitas
di SMKN 1 Surabaya dengan subyek sebanyak 154 dari variabel yang akan diteliti. Sugiyono (2011)
orang didapatkan hasil yaitu sebagai berikut : suatu data bisa dikatakan linear jika nilai liniearitas
memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05
(p<0,05). Hasil uji lineritas dengan menggunakan
Tabel 1. Hasil statistik deskriptif
Descriptive Statistics bantuan SPSS 24.0 for windows didapatkan hasil
yaitu sebagai berikut
N Min Max Mean Std.
Devi
ation Tabel 3. Hasil Uji Linearitas
Body Variabel 154 51Sig 143, Keterangan
104,36 17,5
Shaming
Body Shaming* 0,000 00 Linear 36 1034 3. Uji Hipotesis
Happiness
Happiness 154 66 130, 104,18 12,1
00 83 0292
Uji hipotesis dalam penelitian ini
Body Shaming* 0,000 Linear menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Uji
Konsep 154 62 123, 97,409 12,7
diri Happiness* 00 1 4056 hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan
ValidKonsepN diri 154 SPSS 24.0 for windows. Uji hipotesis pada
(listwise)
penelitian ini dilakukan tiga kali analisis regresi
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata- lalu menggunakan analisis mediasi menggunakan
rata dari variabel body shaming yaitu 104,36 sobel tes. Sobel tes digunakan untuk mengetahui
dengan nilai terendah yaitu 51 dan nilai tertinggi besaran nilai mediator. Hasil pengujian uji
yaitu 143. Sedangkan, standar deviation dari hipotesis dalam peneliatian ini yaitu sebagai
variabel body shaming yaitu 17,51. Nilai rata-rata berikut:
dari variabel happiness yaitu 104,18 dengan nilai Analisis regresi tanpa menggunakan variabel
terendah yaitu 66 dan nilai tertinggi 130. konsep diri
Sedangkan, variabel happiness memiliki standar
deviation yaitu 12,10. Variabel konsep diri Tabel 4. Hasil uji regresi Body Shaming dan
memiliki nilai rata-rata 97,4 dengan nilai terendah Happiness Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
62 dan nilai tertinggi 123. Sedangkan, pada
Coefficients Coefficients
variabel konsep diri memiliki standar deviation
B Std. Error Beta
12,74. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh
1 (Constant) 51,01 4,009 12,7 ,000
tersebut, maka dapat diketahui bahwa data 7 26
penelitian bervariasi karena nilai standar deviasi Body ,509 ,038 ,737 13,4 ,000
lebih dari 1 SD (1 SD=6). Nilai yang besar pada Shaming 48
standar deviasi variabel body shaming, happiness, a. Dependent Variable: Happiness
dan konsep diri berarti data yang diperoleh
memiliki kecenderungan setiap data berbeda satu Pada hasil analisis regresi sederhana pada
sama lain. tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi
1. Hasil Uji Asumsi regresi antara body shaming dan happiness sebesar
a. Uji Normalitas 0,737 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05).
Tujuan dilakukan uji normalitas yaitu untuk Koefisien korelasi dengan nilai positif berarti
mengetahui hasil data pengujian berdistribusi menunnjukan bahwa arah hubungan dari kedua
normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi variabel tersebut positif. Tingkat signifikan sebesar
normal jika memiliki nilai signifikan >0,05. 0,000 berarti pada kedua variabel tersebut memiliki
Apabila data memiliki nilai signifikan <0,05 maka hubungan yang signifikan. Persamaan garis regresi
distribusi data dikatakan tidak normal linear berdasarkan tabel diatas yaitu Y = 51,017 +

88
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator

0,509X. Hasil koefisien determinan (R2) didapatkan Konsep ,406 ,066 ,428 6,14 ,000
sebesar 0,543 yang berarti sebesar 54,3% body diri 2
a. Dependent Variable: Happiness
shaming berpengaruh terhadap happiness,
sedangkan sisanya 45,7% dipengaruhi oleh faktor
Pada hasil analisis regresi sederhana pada
lain. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan
tabel diatas dapat dijelaskan bahwa besar nilai
bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan
hubungan antara body shaming dan happiness
demikian, terdapat hubungan antara body shaming
sebesar 0,862 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05).
dan happiness.
Koefisien korelasi dengan nilai positif berarti
menunnjukan bahwa arah hubungan dari kedua
Tabel 5. Hasil uji regresi body shaming
variabel tersebut positif. Tingkat signifikan sebesar
dengan konsep diri
Coefficientsa 0,000 berarti pada kedua variabel tersebut memiliki
Model Unstandardiz Standardiz t Sig. hubungan yang signifikan. Persamaan garis regresi
ed ed linear berdasarkan tabel diatas yaitu Y2 = 33,279 +
Coefficients Coefficients 0,300Y1 + 0,406X. Hasil koefisien determinan (R2)
B Std. Beta didapatkan sebesar 0,635 yang berarti sebesar
Erro 63,5% konsep diri berpengaruh terhadap body
r shaming dan happiness, sedangkan sisanya 36,5%
1 (Constant 43,645 4,41 9,89 ,000
dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan hasil
) 0 7
tersebut dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Hiii
Body ,515 ,042 ,708 12,3 ,000
shaming 61
diterima, sehingga terdapat hubungan antara body
a. Dependent Variable: Konsep diri shaming dan happiness dengan konsep diri.

Pada hasil analisis regresi sederhana pada


tabel diatas dapat dijelaskan bahwa besar nilai
hubungan antara body shaming dan happiness Tabel 7. Hasil nilai signifikan uji
sebesar 0,708 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). regresi
Koefisien korelasi dengan nilai positif berarti Sig Keteranagan
menunnjukan bahwa arah hubungan dari kedua Analisis regresi 0.000 Signifikan
variabel tersebut positif. Tingkat signifikan sebesar I
0,000 berarti pada kedua variabel tersebut memiliki Analisis regresi 0.000 Signifikan
hubungan yang signifikan. Persamaan garis regresi II
linear berdasarkan tabel diatas yaitu Y = 43,645 + Analisis regresi 0.000 Signifikan
III
0,515X. Hasil koefisien determinan (R2)
didapatkan sebesar 0,501 yang berarti sebesar
50,1% konsep diri berpengaruh terhadap body Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
shaming, sedangkan sisanya 49,9% dipengaruhi bahwa ketiga hasil analisis regresi signifikan. Hal
oleh faktor lain. Berdasarkan hasil tersebut dapat tersebut bermakna bahwa konsep diri dapat
diartikan bahwa Ho ditolak dan Hii diterima. menjadi mediasi antara body shaming dan
Sehingga, terdapat hubungan antara body shaming happiness. Variabel dapat menjadi mediator jika
dan konsep diri. persamaan I, persamaan II, dan persamaan III
memiliki hasil yang signifikan (Baron & Kenny,
Tabel 6. Hasil uji regresi body shaming
dan happiness dengan konsep 1986). Untuk memperkuat peran konsep diri
diri sebagai variabel mediator sebagai variabel mediasi dapat dilakukan
Coefficientsa menggunakan pengujian sobel tes.
Model Unstandardiz Standardized t Sig.
ed Coefficients Gambar 1. Hasil Sobel test
Coefficients
B Std. Beta
Erro
r
1 (Constant 33,279 4,61 7,21 ,000
) 4 3
Body ,300 ,048 ,434 6,23 ,000
Shaming 3

89
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

besar nilai hubungan sebesar 0,708 dengan


signifikansi 0,000 (p<0,05). Koefisien korelasi
dengan nilai positif berarti menunnjukan bahwa
arah hubungan dari kedua variabel tersebut positif.
Tingkat signifikan sebesar 0,000 berarti pada kedua
A: 0.509
variabel tersebut memiliki hubungan yang
signifikan. Persamaan garis regresi linear
B: 0.406
berdasarkan tabel diatas yaitu Y = 43,645 +
0,515X. Hasil koefisien determinan (R2) didapatkan
SEA : 0.038
sebesar 0,501 yang berarti sebesar 50,1% konsep
SEB : diri berpengaruh terhadap body shaming,
0.066
sedangkan sisanya 49,9% dipengaruhi oleh faktor
Calculate lain.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H3)
Sobel test statistic : 5.59018631 hubungan antara body shaming dan happiness
One tailed probability : 0.00000001 dengan konsep diri sebagai variabel mediator
Two tailed probability : 0.00000002 didapatkan besar nilai hubungan sebesar 0,862
dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Koefisien
korelasi dengan nilai positif berarti menunnjukan
Berdasarkan hasil pengujian Sobel test
bahwa arah hubungan dari kedua variabel tersebut
didapatkan nilai z sebesar 5.59>1,96 dan nilai
positif. Tingkat signifikan sebesar 0,000 berarti
signifikan 0.000<0,05. Dewi (2016) menjelaskan
pada kedua variabel tersebut memiliki hubungan
variabel dikatakan dapat memediasi jika memiliki
yang signifikan. Persamaan garis regresi linear
nila z > 1,96 dan sig < 0.05. Maka dapat
berdasarkan tabel diatas yaitu Y2 = 33,279 +
disimpulkan bahwa variabel konsep diri dapat
0,300Y1 + 0,406X. Hasil koefisien determinan (R2)
memediasi antara variabel happiness dan body
didapatkan sebesar 0,635 yang berarti sebesar
shaming.
63,5% konsep diri berpengaruh terhadap body
shaming dan happiness, sedangkan sisanya 36,5%
PEMBAHASAN
dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat
hubungan antara body shaming dan happiness
disimpulkan bahwaa konsep diri dapat memediasi
dengan konsep diri sebagai variabel mediator.
antara body shaming dan happiness. Variabel dapat
Pengujian dari ketiga variabel tersebut
menjadi mediator jika persamaan I, persamaan II,
menggunakan regresi linear sederhana dan dibantu
dan persamaan III memiliki hasil yang signifikan
dengan SPSS 24.0 for windows.
(Baron & Kenny, 1986). Untuk memperkuat peran
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H1)
konsep diri sebagai variabel mediasi dapat
hubungan antara body shaming dan happiness
dilakukan menggunakan pengujian sobel tes. Hasil
didapatkan hasil besar nilai hubungan antara body
dari penelitian lanjutan menggunakan sobel
shaming dan happiness sebesar 0,737 dengan
didapatkan nilai z sebesar 5.59 dan nilai signifikan
signifikansi 0,000 (p<0,05). Koefisien korelasi
sebesar 0.000. Dewi (2016) menjelaskan variabel
dengan nilai positif berarti menunnjukan bahwa
dikatakan dapat memediasi jika memiliki nila z>
arah hubungan dari kedua variabel tersebut positif.
1,96 dan sig< 0.05.
Tingkat signifikan sebesar 0,000 berarti pada kedua
Body shaming merupakan perasaan malu
variabel tersebut memiliki hubungan yang
yang didapatkan akibat komentar negatif tentang
signifikan. Persamaan garis regresi linear
bentuk tubuh atau penampilan seseorang. Ciri-ciri
berdasarkan tabel diatas yaitu Y = 51,017 +
orang yang telah mendapatkan body shaming
0,509X. Hasil koefisien determinan (R2) didapatkan
yaitu menilai diri secara rendah, merasa orang lain
sebesar 0,543 yang berarti sebesar 54,3% body
lebih memiliki segalanya, perasaan cemas, dan
shaming berpengaruh terhadap happiness,
berpikir negatif. Body shaming pada dasarnya
sedangkan sisanya 45,7% dipengaruhi oleh faktor
terjadi karena seseorang dianggap tidak normal
lain.
pada lingkungan tertentu.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H2)
antara body shaming dan konsep diri didapatkan

90
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator

Pada umumnya individu yang telah remaja telah memiliki konsep diri yang matang.
mengalami body shaming akan merasa depresi Pada penelitian Chui (2015) juga menjelaskan
namun selain depresi ternyata body shaming juga remaja yang memiliki konsep diri positif dapat
memiliki efek yang berbeda pada orang yang lebih bahagia dan puas terhadap kehidupannya
berbeda pula. Terkadang orang akan tetap merasa dibandingkan dengan remaja yang memiliki konsep
bahagia walaupun telah mendapatkan body diri negatif.
shaming. Berdasarkan hasil penelitian yang Menurut Calhoun (dalam Fadesti, 2015)
dilakukan oleh peneliti sebesar 54.3% body Konsep diri terdapat dua jenis yaitu konsep diri
shaming dapat mempengaruhi kebahagiaan positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif
seseorang. hasil penelitian didapatkan sebanyak pada dasarnya adalah adanya penerimaan diri.
108 responden merasa tetap bahagia walaupun Konsep diri positif ini terbentuk akibat dari
telah mengalami body shaming. Hal tersebut penerimaan diri terhadap kenyataan. Seseorang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriana yang memiliki konsep diri positif maka akan
(2019) menjelaskan terdapat 5 dari 8 subjek dapat memaknai kelemahan yang ia miliki dengan
penelitiannya merasa tetap bahagia walaupun positif. Artinya kelemahan yang ia miliki tidak
mereka telah menjadi korban body shaming. digunakan sebagai sebuah penyesalan diri tetapi
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan digunakan sebagai motivasi untuk dapat
dengan ke-5 subjeknya faktor yang mempengaruhi mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal
kebahagiaan berbeda-beda. Menurut subjek tersebut yang dapat membuat penilian positif pada
penelitiannya faktor yang dapat mempengaruhi dirinya. Semua hal yang ada pada hidupnya akan
kebahagiaan individu setelah mendapatkan body dimaknai secara positif sehingga akan membuat
shaming yaitu penerimaan diri, kepercayaan diri, mereka mampu menerima keadaan dirinya,
berpikir positif, dan konsep diri. Menurut Hurlock menghargai dirinya, dan membuat dirinya menjadi
(2012) terdapat beberapa faktor yang dapat percaya diri (Mazaya, 2011). Konsep diri positif
mempengaruhi kebahagiaan seseorang yaitu dapat membuat orang menjadi tidak peduli dengan
kesehatan, daya tarik fisik, keseimbangan harapan komentar negatif orang lain. Orang yang memiliki
dan kenyataan, komunikasi interpersonal, kondisi konsep diri positif akan menyusun tujuan-tujuan
kehidupan, dan konsep diri. Berdasarkan dari sesuai kemampuan yang dimilikinya dan dapat
pernyataan diatas salah satu faktor penting yang menyesuaikan dengan kenyataan yang ada
dapat mempengaruhi kebahagiaan yaitu konsep (Hurlock,2012).
diri. Karakteristik orang yang memiliki konsep
Konsep diri merupakan gambaran tentang diri positif yaitu individu dapat menerima keadaan
diri sendiri. Menurut Fitts (dalam Muawanah, dirinya, percaya dengan apa yang ia miliki, selalu
2014) Konsep diri merupakan salah satu aspek berpikir positif, dan dapat menghargai dirinya
terpenting dalam diri seseorang. Konsep diri sendiri maupun orang lain (Rochmawati, 2014).
merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi Menerima keadaan dirinya dapat membuat
dengan orang lain. pernyataan tersebut dapat seseorang menjadi percaya diri (Fitriana, 2019).
dijelaskan ketika individu mempersepsikan Individu dikatakan menerima keadaan dirinya
tentang dirinya berarti individu tersebut dapat dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut
memberikan arti dan penilaian abstraksi tentang memaknai kelemahan yang ia miliki. Apabila
dirinya. Individu tersebut dapat menunjukkan atau individu dapat memaknai kelemahannya sebagai
mempresentasikan yang ada dalam dirinya motivasi untuk mengembangkan potensi yang
terhadap dunia luar atau orang lain. Menurut dimiliki berarti individu tersebut dapat menerima
Hurlock (2012) Konsep diri merupakan salah dan memaknai dirinya secara positif. Sebaliknya,
faktor yang dapat membuat seseorang bahagia. apabila individu memaknai kelemahannya sebagai
Hal tersebut dapat dibuktikan oleh penelitian yang sebuah hal yang dapat menghambat
dilakukan Chui (2015) Hasil dari penelitian keberlangsungan hidup maka individu tersebut
tersebut menujukkan kebahagiaan dan kepuasan memaknai dirinya secara negatif sehingga dapat
hidup pada dasarnya berbeda dan berbeda secara dikatakan ia memiliki konsep diri negatif
individual. Konsep diri yang ada pada diri remaja (Rochmawati, 2014). Konsep diri positif atau
adalah salah satu penentu kebahagiaan. Perbedaan negatif dapat terbentuk dari beberapa faktor.
gender dapat berpengaruh apabila pada masa

91
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Faktor-faktor yang membentuk konsep diri Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika
menurut Saraswatia (2015) yaitu pola asuh individu memiliki konsep diri yang kuat, maka
orangtua, teman sebaya, peranan harga diri, dan individu tetap merasa happiness walaupun
penampilan fisik atau bentuk tubuh. Membentuk mendapatkan body shaming.
konsep diri dapat dilakukan mulai dari diri sendiri
dan perlu adanya dukungan dari orang-orang
disekitarnya. Keluarga, teman, dan sahabat juga Saran
dapat berperan untuk membentuk konsep diri. 1. Bagi Sekolah
Konsep diri merupakan salah satu faktor terpenting
Bagi sekolah diharapkan untuk meningkatkan
dalam pembentukan perilaku seseorang. Seseorang
pengajaran pendidikan karakter. Pendidikan
yang memiliki konsep diri yang kuat sejak masa
karakter tidak hanya berkaitan dengan perilaku
kecil maka ia tidak mudah terpengaruh dengan
yang dilakukan disekolah tetapi praktik
lingkungan sekitarnya. Konsep diri yang sudah
pembentukan karakter untuk dapat siap terjun di
terbangun terjadi akibat adanya penerimaan dari
kalangan masyarakat luas. Membangun konsep diri
diri sendiri dan orang sekitar. Menurut Rogers
pada masing-masing siswanya dapat dilakukan
(dalam Feist&Feist, 2016) Saat manusia sudah
dengan berbagai cara yaitu dengan melakukan
membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan
pelatihan biblioterapi dan pelatihan berpikir positif.
kesulitan dalam menerima perubahan dan
Biblioterapi adalah kegiatan dengan media
pembelajaran yang baru. Apabila konsep diri
bahan bacaan yang bertujuan untuk mengurangi
seseorang telah terbangun dengan kuat maka ia
atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
akan tidak peduli dengan body shaming yang telah
oleh seseorang. Pelatihan ini dapat digunakan
diberikan orang lain sehingga ia akan merasa tetap
untuk mencapai kepuasan, meningkatkan
bahagia.
aktualisasi diri, dan meningkatkan konsep diri. Hal
Sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, mereka
tersebut dilakukan agar siswa mampu percaya akan
menganggap body shaming hanya sebuah
dirinya, meningkatkan percaya diri, dapat
bercandaan. Usia mereka yang sudah hampir
bersyukur apa yang telah dimiliki, dan dapat
memiliki emosi yang stabil sehingga mereka telah
memiliki gambaran tentang dirinya melalui
memiliki konsep diri masing-masing. Mereka akan
wawasan yang ia miliki.
tetap bahagia, percaya diri dan terkadang
mengabaikan body shaming yang telah diberikan 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
teman-teman mereka. Menurut mereka keadaan Penelitian ini dilakukan dengan memiliki
tubuh yang mereka miliki adalah pemberian dari banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada.
Tuhan, mereka berusaha terus merawat dan Bagi peneliti selanjutnya jika melakukan penelitian
mensyukuri apa yang telah diberikan. ini agar dapat meneliti dari perspektif yang berbeda
seperti menggunakan subjek laki-laki, dilakukan
pada siswa smp, atau mencari variabel mediator
PENUTUP
yang lain.
Simpulan Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa body variabel mediator yang lain seperi penerimaan diri,
shaming dan happiness memiliki hubungan kuat aktualisasi diri, dan self confidence.
dengan konsep diri sebagai mediator. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa konsep diri
DAFTAR PUSTAKA
merupakan mediator yang kuat antara body
shaming dan Happiness. Hal tersebut ditunjukkan Adhichandra, R. (2019) Perilaku body shaming
dengan hasil signifikansi dari ketiga uji hipotesis terhadap wanita di kota Bandung
analisis regresi sederhana didapatkan nilai yang (Skripsi). Diunduh dari
signifikan. Berdasarkan hasil pengujian lanjutan http://repository.unpas.ac.id/43904/
menggunakan sobel test didapatkan hasil yang
signifikan pula bahwa konsep diri dapat digunakan Alwisol. (2014). Psikologi kepribadian, edisi
sebagai variabel meditor. revisi. Malang: UMM Press.

92
Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator

Anshori, M., Iswati, S. (2009). Buku ajar: Feist, J., Feist G. (2016). Teori kepribadian, Buku
Metodologi penelitian kuantitatif. 2. Jakarta : Salemba Humanika.
Surabaya: Universitas Airlangga press
Fitriana, S. (2019). Dampak body shaming sebagai
Baron, R., Lenny, D. (1986). The moderator- bentuk kekerasan terhadap perempuan
mediator variable distinction in social (Skripsi). Diunduh dari
psychologycal research: Conceptual, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle
strategic, and statistical consideration. /123456789/49344
Journal of personality and social
psychology, 51(6), 1173-1182. Diunduh Hurlock, E. (2012). Psikologi perkembangan:
dari https://psycnet.apa.org/buy/1987- Suatu pendekatan sepanjang rentang
13085-001 kehidupan, Edisi terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Chui, W., Wong, M. (2015). Gender Differences in
Happiness and Life Satisfaction Among Lamont, J., (2018). The relationship of mindfulness
Adolescents in Hong Kong: Relationships to body shame, body responsiveness, and
and Self-Concept. Social Indicator health outcomes. Springer science, 10,
Research, 1035-1051. DOI 639-649. DOI :
10.1007/s11205-015-0867-z https://doi.org/10.1007/s12671-018-1020-
2
Claudia, W. (2016). Konsep diri remaja putri
obesitas. JO Fisip, 3(2), 1-14. Diunduh Mazaya, K., Supradewi, R. (2011). Konsep diri dan
dari kebermaknaan hidup pada remaja panti
https://www.neliti.com/publications/18653 asuhan. Jurnal Proyeksi, 6(2), 103-112.
2/konsep-diri-remaja-putri-obesitas DOI: http://dx.doi.org/10.30659/p.6.2.103
-112
Dalley, S., Bron, G., Hagl I., Heseding, F., Hoppe,
S., Wit, L. (2019). Bulimic symptoms Muawanah, L., Suroso, Pratikto, H. (2012).
in a sample of college women: Kematangan emosi, konsep diri, dan
disentangling the roles of body size, body kenakalan remaja. Jurnal persona, 1(01),
shame and negative urgency. Springer 490-500. Diunduh dari
eating and weight disorder, DOI : http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/arti
https://doi.org/10.1007/s40519-019- cle/view/202
00771-z
Muhammad. (2009). Aspek perlindungan anak
Damanik, T. (2018). Dinamika psikologis dalam tinak kekerasan (bullying) terhadap
perempuan mengalami body shaming siswa korban kekerasan disekolah (Studi
(Skripsi). Diunduh dari kasus di SMK Kabupaten Banyumas).
https://repository.usd.ac.id/30840/ Jurnal Dinamika Hukum, 9(3), 230-236.
DOI :
Dewi, N., Suwandan, I. (2016). Pengaruh kepuasan http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2009.9.3.
kerja terhadap organizational citizenship 234
behavior (ocb) dengan komitmen
organisasional sebagai variabel mediasi. Rochmawati, D. (2014). Hubungan konsep diri dan
Jurnal Manajemen Unud, 5(9), 5643- kemampuan memaknai hidup pada
5670. Diunduh dari narapidana remaja di lembaga
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajeme permasyarakatan kelas 1 Semarang.
n/article/view/22463/15444 Jurnal Keperawatan Soedirman, 9(3),
198-204.
Fadesti, P. (2015). Peran ayah dalam pembentukan DOI: http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.201
konsep diri pada remaja putri, Jurnal 4.9.3.614
psikologi, 1-13. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/38001

93
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Santoso, A. (2018) Polisi tangani 966 kasus body


shaming selama 2018. Diunduh dari
https://m.detik.com/news/berita/d-
4321990/polisi-tangani-966-kasus-body-
shaming-selama-2018 (diakses tanggal 14
Oktober 2019)

Saraswatia, G., Zulpahiyana., Arifah, S. (2015).


Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep
diri remaja SMPN 13 Yogyakarta. Jurnal
Ners dan kebidanan Indonesia, 3(01), 33-
38.  DOI :
http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2015.3(1).
33-38

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif,


kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ulum, M. (2019). Penghinaan fisik antar individu


meningkat di dunia maya. Diunsuh dari
https://kabar24.bisnis.com/read/20190913/
16/1147931/penghinaan-fisik-
antarindividu-meningkat-di-dunia-maya
(diakses tanggal 15 Februari 2020).

94

Anda mungkin juga menyukai