Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN:2614-8072

p-ISSN 2579-3632

BODY IMAGE DENGANPERILAKU BULLYING PADA REMAJA


Aironi Zuroida1, Starry Kireida Kusnadi2
1,2
Universitas Wijaya Putra
aironizuroida@uwp.ac.id starrykusnadi@uwp.ac.id

Abstract
This study aims to determine the relationship between body image and bullying
behavior in adolescents. The research method used is quantitative. The sample of this
study was 60 adolescents taken by incidental sampling technique. The research data was
obtained using the scale method, namely the scale of bullying behavior and the scale of
body image. Data analysis using the SPSS (Statistiscal Package For Social Sciences)
program, the Corralate Bivariaet program menu: Product Moment Analysis from Karl
Pearson. The results of the analysis obtained the value of the correlation coefficient rxy =
0.369 Sig. and a p of 0.004 (p<0.01) means that there is a very significant positive
correlation between body image and bullying behavior. A positive direction means that
the higher the body image, the higher the level of bullying behavior, meaning that the
hypothesis is accepted.

Key words: Body Image, Bullying

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk Fenomena bullying merupakan


mengetahui hubungan body image dengan masalah yang umum dan universal pada
perilaku bullying pada remaja. Metode remaja. Namun hingga saat ini belum
penelitian yang digunakan adalah mendapat perhatian khusus dan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini penanganan yang serius. Padahal bullying
adalah remaja. Sampel penelitian ini adalah bibit kekerasan (Tsitka dalam
berjumlah 60 remaja yang diambil dengan Sembiring & Susilawati, 2019). Rekha
teknik Incidental Sampling. Data penelitian (Purnomo, dkk, 2020) menjelaskan bahwa
diperoleh dengan menggunakan metode bullying adalah bentuk perilaku agresif
skala yaitu skala perilaku bullying dan skala dimana seseorang dengan sengaja
body image. Analisis data menggunakan berulangkali menyebabkan orang lain
program SPSS (Statistiscal Package For cedera dan merasa tidak nyaman. Korban
Social Sciences), menu program Corralate bully biasanya menjadi target agresi
Bivariaet : Analisis Product Moment dari berulang karena memiliki kelemahan
Karl Pearson. Hasil analisis diperoleh nilai dibandingkan dengan yang lainnya
koefisien korelasi rxy = 0,369 Sig. dan p (Olweus dalam Baron & Byrne, 2005).
sebesar 0,004 (p<0,01) artinya ada korelasi Bullying dapat berupa kontak fisik,
positif yang sangat signifikan antara body kata-kata maupun tindakan. Contoh
image dengan perilaku bullying. Arah perilaku bullying yaitu mengejek,
positif artinya semakin tinggi body image menyebarkan rumor, menghasut,
maka semakin tinggi tingkat perilaku mengucilkan, mengancam, menindas atau
bullying, berarti hipotesis diterima. menyerang secara fisik. Bullying
merupakan perilaku menyalahgunakan
Kata Kunci: Body Image, Bullying kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang. (Pratama dalam Purnomo, dkk,
Pendahuluan 2020). Beberapa hasil research

Page | 90
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

mengatakan bullying dapat Fauzia & Rahmiaji (2019)


mengakibatkan gelisah, depresi, trauma mengatakan kasus bullying sering terjadi
dalam jangka panjang hingga bunuh diri pada remaja dikarenakan remaja
(Purnomo, dkk, 2020). merupakan masa transisi yang membuat
Contoh kasus bullying yang terjadi mereka sangat mudah terbawa arus
pada awal Juli 2017. Farhan, Mahasiswa perubahan, sehingga banyak konflik yang
Universitas Gunadharma kerap dibully oleh timbul pada masa ini.
mahasiswa sekampusnya. Seperti pintu (Sarwono dalam Alwis & Kurniawan,
ditahan saat hendak pulang dan motornya 2018). Dari tren seputar gaya hidup yang
dirusak (Sembiring & Susilawati, 2019). berkembang dikalangan remaja, tidak
Contoh lain datang dari seorang siswa di sedikit yang memunculkan tindak
Ohio yang tewas gantung diri perundungan bagi mereka yang dianggap
menggunakan dasi karena dibully oleh tidak sesuai dengan tren. Tindakan
teman sekolahnya. Ia kerap dipukuli oleh perundungan yang terjadi dalam hal ini
teman-temannya saat berada di sekolah terkait dengan penampilan fisik atau lebih
(Zakiyah, 2017). Kasus bullying tidak hanya dikenal dengan istilah body shaming. Istilah
datang dari kalangan biasa, aktris sekaligus ini ditujukan untuk mengejek penampilan
penyanyi asal Korea Choi Jin-ri Sulli (fx) fisik seseorang yang dianggap berbeda
ditemukan meninggal gantung diri di dengan lainnya seperti penyebutan
rumahnya Seongnam karena dibully oleh gendut, pesek, dan cungkring. Di Indonesia
netizen (Aida, 2019). contohnya, seorang perempuan dianggap
Beberapa kasus di atas merupakan cantik apabila berkulit putih, berambut
perilaku yang merugikan korban, baik lurus serta bertubuh langsing. Dengan
secara fisik maupun psikis. Korban bully adanya standar kecantikan ini, seringkali
akan lebih berisiko mengalami berbagai perempuan yang dianggap tidak
masalah kesehatan, baik secara fisik memenuhi standar tersebut lantas
maupun mental. Seperti depresi, gelisah mendapatkan perlakuan berbeda, seperti
hingga frustrasi karena merasa tidak sindiran disengaja maupun tidak yang
diterima oleh lingkungannya (Kartono, dapat dikategorikan sebagai kekerasan
1992). Keluhan kesehatan fisik yang akan verbal atau bullying.
dialami seperti sakit kepala, sakit perut, Rachmah & Baharuddin (2019) Body
ketegangan otot, rasa tidak aman saat shaming erat kaitannya dengan citra tubuh
berada di lingkungannya dan penurunan atau body image yaitu pembentukan
semangat belajar. persepsi mengenai tubuh ideal menurut
Bila kondisi bullying tetap berlanjut masyarakat, sehingga muncul standar
dalam jangka panjang akan mempengaruhi kecantikan yang membuat seseorang
harga diri atau self esteem seseorang, merasa rendah diri apabila tidak mencapai
menjadikan seseorang rentan terhadap standar tersebut. Surya (Handayani, 2018)
stress serta rasa tidak percaya diri menyatakan bahwa seseorang akan
(Rachmah & Baharuddin, 2019). Fatimah percaya diri ketika merasa puas melihat
(Ifdil, dkk, 2017) menjelaskan idealnya bentuk tubuhnya, maka body image yang
kepercayaan diri individu harus berada terbentuk menjadi positif. Sebaliknya, jika
pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan seseorang memandang tubuhnya tidak
dalam mengembangkan aspek-aspek yang ideal seperti wajahnya kurang menarik,
ada dalam dirinya seseorang badannya terlalu gemuk atau kurus maka
membutuhkan kepercayaan diri yang orang tersebut sibuk memikirkan kondisi
tinggi. Namun kenyataannya masih banyak fisiknya, sehingga body image yang
remaja yang memiliki kepercayaan diri terbentuk menjadi negatif.
yang rendah karena menjadi korban Body image memengaruhi
bullying. penerimaan diri seseorang terhadap

Page | 91
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

lingkungannya, sehingga semakin tinggi berkembang, tidak sedikit yang


atau positif body image maka semakin memunculkan tindak perundungan atau
tinggi pula penerimaan diri seseorang bullying bagi mereka yang dianggap tidak
terhadap dirinya dan orang lain, begitu sesuai dengan tren. Namun hal itu dapat
juga sebaliknya (Hasmalawati dalam dicegah dengan cara menanamkan
Sakinah, 2018). Kepuasan diri sendiri dapat pemahaman tentang ilmu agama atau
diukur dengan cara menilai seberapa jauh religiusitas.
remaja tersebut menerima dirinya Religiusitas merupakan salah satu
(Agustiani, 2006). diantara sekian banyak komponen
Pada masa remaja kasus bullying dalam teori kontrol sosial yang dianggap
terhadap bentuk tubuh semakin dapat mencegah perilaku yang
mengkhawatirkan. Mappiare (1982) menyimpang atau tidak sesuai dengan
mengatakan remaja diharapkan dapat nilai dan norma yang berlaku di
memberi penilaian yang baik terhadap masyarakat. Berdasarkan penelitian yang
kondisi fisiknya dan orang lain, Agustiani dilakukan oleh (Abdillah, 2019) bahwa
(2006) menambahkan seperti menerima agama mampu untuk mencegah perilaku
perubahan fisik juga menjadi suatu hal menyimpang yang saat ini sedang banyak
yang penting. Remaja yang memiliki rasa terjadi di masyarakat contohnya perilaku
empati cenderung lebih rendah untuk bullying. Religiusitas dapat dijadikan
melakukan perilaku bullying (Laible, dkk sebagai pedoman hidup manusia karena
dalam Purnaningtyas & Masykur, 2015). dapat mengatur pribadi seseorang dan
Bollmer (Anas, dkk, 2015) Kualitas hubungan antar lingkungannya Semakin
persahabatan yang tinggi juga terbukti berkembangnya zaman membuat
dapat melemahkan perilaku bullying pada teknologi berkembang sangat pesat
remaja. Bullying seharusnya tidak akan membuat remaja dengan mudah
terjadi apabila individu mampu mengakses apapun melalui media sosial.
mengendalikan, mengelola emosinya, Media sosial saat ini banyak menyebarkan
memahami diri, bersikap empati, tidak konten yang kurang baik, salah satu
bersifat dendam dan iri hati kepada orang permasalahan yang cukup marak
lain (Astuti dalam Maryam & Fatmawati, belakangan ini adalah kekerasan atau
2018). agresivitas. Akhir Maret lalu telah viral
Perkembangan ilmu pengetahuan video bullying terhadap anak dibawah
dan teknologi semakin mendorong upaya umur oleh sekelompok remaja di Sulawesi
pembaruan terhadap pemanfaatan hasil- Selatan. Korban kerap dipukul dan
hasil teknologi. Teknologi juga mempunyai didorong hingga jatuh saat pergi berjualan
pengaruh yang besar terhadap globalisasi (Makdori, 2020).
(Nurhaidah & Musa, 2017). Globalisasi Tindakan bullying yang terjadi
merupakan salah satu indikator bagaimana dalam hal ini terkait dengan penampilan
sebuah budaya bisa menggeser nilai atau fisik korban yang dinilai berbeda dengan
norma, cara pandang bahkan kebiasaan di lainnya atau body shaming. Tidak dapat
masyarakat (Grayson, dkk dalam Rachmah dipungkiri bahwa media sosial mempunyai
& Baharuddin, 2019). Hal ini dapat terjadi pengaruh besar dalam perkembangan
karena interaksi antar masyarakat dunia mental seseorang. Dampak dari konten
luas saling memengaruhi pandangan satu yang kurang baik adalah alasan mengapa
sama lain. Tanpa disadari globalisasi dapat saat ini banyak remaja yang mencontoh
membawa dampak negatif, seperti perilaku tersebut dan bersikap kurang
mengubah budaya berpakaian, gaya sopan kepada orang lain (Samuel, dkk,
rambut bahkan gaya hidup yang dinilai 2009).
kurang sesuai dengan norma yang berlaku. Body shaming erat kaitannya dengan
Dari tren seputar gaya hidup yang body image, yaitu pembentukan persepsi

Page | 92
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

mengenai tubuh ideal menurut kelompoknya (Sciarra dalam Fauzia &


masyarakat, sehingga muncul standar ideal Rahmiaji, 2019). Dalam kajian kesehatan
yang membuat seseorang merasa rendah mental, perilaku menyakiti orang lain
diri apabila tidak mencapai standar dengan cara bullying tidak bisa dianggap
tersebut. Body image memengaruhi remeh karena perilaku tersebut termasuk
penerimaan diri seseorang terhadap bagian dari conduct disorder (Morcillo,
lingkungannya, sehingga semakin tinggi dkk, Fauzia & Rahmiaji, 2019).
body image maka semakin tinggi pula Astuti (Mulachela, 2017)
penerimaan dirinya terhadap orang lain, menyatakan tiga aspek bullying yaitu:
begitu juga sebaliknya. Dengan adanya bullying fisik, bullying verbal, dan bullying
kasus bullying tersebut memicu munculnya psikologis.
dampak psikologis pada korban seperti a. Bullying ini adalah jenis bullying yang
merasa cemas, malu, tidak percaya diri, kasat mata. Siapa pun dapat
marah hingga rasa benci terhadap dirinya melihatnya karena terjadi sentuhan
sendiri (Kurniawati, 2020) fisik antara pelaku bullying dan
Trevi (Bulu, dkk, 2019) mengatakan korbannya. Contoh bullying fisik
bahwa bullying adalah tindakan agresi antara lain: memukul, menampar,
yang dilakukan dapat berupa kekerasan menimpuk, menginjak kaki, menjegal,
fisik, verbal atau psikologis yang sengaja meludahi, memalak, dan mendorong
dilakukan oleh seseorang yang merasa hingga jatuh. (Sejiwa dalam Usman,
kuat dan berkuasa bertujuan untuk 2019).
menyakiti orang lain yang merasa tidak b. Bullying verbal atau non fisik
berdaya. Pihak yang kuat disini tidak hanya merupakan jenis bullying yang juga
kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa kuat dapat terdeteksi karena dapat
secara mental (Aminah, dkk, 2019). Bullying terdengar oleh indera pendengaran.
dapat terjadi lewat kata-kata atau Wolke (Usman, 2019) mengatakan
perbuatan yang bertujuan untuk membuat bahwa bullying verbal meliputi
mental lawannya jatuh atau tertekan mengejek, menghina, memberi
(Sugijokanto dalam Bulu, dkk, 2019). penamaan yang buruk, mengancam,
Perilaku bullying biasanya di lakukan dan memaki dengan tujuan membuat
seseorang atau sekelompok orang secara mental lawannya jatuh atau tertekan.
berulang kali dengan menyalahgunakan c. Bullying ini meliputi agresi relasional,
kekuatan yang bertujuan untuk menyakiti dimana bahaya yang ditimbulkan oleh
targetnya. Pelaku bullying biasanya pelaku bullying dapat menghancurkan
menyerang orang lain terlebih dahulu hubungan yang dimiliki oleh korban,
sebelum diserang sebagai cara untuk termasuk upaya pengucilan, dan
melindungi dirinya (Verlinden, dkk dalam menyebarkan gosip (Maliki dalam
Sufriani & Sari, 2017). Usman, 2019). Contoh lain dari
Herbert (Usman, 2019) mengatakan perilaku bullying psikologis yaitu
bullying adalah tindakan yang mengerikan memandang korban dengan sinis,
dan kejam. Perilaku bullying dapat berupa memandang penuh ancaman,
kekerasan fisik (pukulan, tendangan, memandang yang merendahkan,
cekikan) maupun kekerasan verbal mendiamkan, meneror lewat pesan,
(penamaan yang buruk, ejekan/celaan dan memelototi (Sejiwa dalam
olokan, ancaman) keduanya merupakan Usman, 2019).
bentuk dari perundungan secara langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Sedangkan bentuk perundungan tidak perilaku bullying yaitu:
langsung berupa menunjukkan sikap yang a. Faktor lingkungan ini terbagi menjadi
tidak bersahabat, menunjukkan raut muka faktor sekolah dan pergaulan teman
bermusuhan, atau menjauhkan korban dari

Page | 93
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

(Monks, Wong dalam Bulu, dkk, 2019). ini dikuatkan oleh penelitian yang
Sekolah dan pergaulan teman tidak dilakukan oleh Provis (2012) yang
bisa dipisahkan dari seorang siswa. menganggap tayangan dapat
Bahkan dalam kesehariannya, siswa mempengaruhi mindset seseorang.
khususnya remaja lebih menganggap Bahkan, tayangan menjadi salah satu
penting sahabat dibandingkan orang petunjuk paling penting untuk
tua. Selain itu remaja juga lebih memahami keadaan yang sedang
banyak menghabiskan waktunya terjadi saat ini.
dengan sahabat mereka dibandingkan d. Faktor Kontrol Diri, Kontrol diri adalah
keluarga (Murtiyani dalam Bulu, dkk, faktor yang berasal dari diri individu.
2019). Kebutuhan remaja untuk Kontrol diri yang dimiliki setiap
menyesuaikan diri dengan apa yang individu berbeda-beda, ada yang
dilakukan oleh temannya cenderung memiliki kontrol diri yang tinggi dan
lebih kuat, seperti keinginan untuk ada yang memiliki kontrol diri yang
diterima dan disukai oleh teman rendah. Dengan adanya kontrol diri,
sebayanya. (Jersild dalam Usman, individu dapat mengatur perilakunya
2019). Hal ini diperkuat oleh penelitian secara positif dan
yang dilakukan oleh (Pepler & Craig mempertimbangkan konsekuensi
dalam Losey, 2011) yang menyatakan yang akan dihadapi sehingga
85% insiden bullying terjadi dalam menghindari untuk melakukan
konteks teman sebaya. tindakan kekerasan terhadap
b. Faktor Keluarga, Latar belakang lingkungannya.
keluarga turut memainkan peranan Metode
yang penting dalam membentuk Sampel yang diambil sebanyak 60
perilaku bullying. Orang tua sering remaja yang berusia 13-18 tahun. Teknik
bertengkar cenderung membuat anak pengambilan sampel dalam penelitian ini
lebih beresiko menjadi agresif. adalah memberi kesempatan siapa saja
Kesalahan pola asuh, kurang kasih remaja yang berdomisili di Jombang yang
sayang dan kurangnya ajaran positif berhasil ditemui peneliti di tempat, hari,
membuat anak berpotensi menjadi tanggal, jam yang telah ditetapkan oleh
bullies. (Mulachela, 2017) peneliti. Teknik yang digunakan incidental
menambahkan pola asuh orang tua sampling.
sangat mempengaruhi kepribadian Penelitian ini bertujuan untuk
anak, jika anak diajarkan perilaku yang menguji secara empiris adanya hubungan
mengarah pada bullying maka anak antara body image dan perilaku bullying
beranggapan bahwa perilaku tersebut pada remaja, maka variabel yang
suatu hal yang wajar dan akan dilibatkan dalampenelitian ini adalah:
melakukannya saat berinteraksi Variabel (Y) :Perilaku Bullying
dengan orang lain. Variabel (X) : Body Image
c. Faktor Media, Paparan aksi dan Definisi Operasional Variabel
tingkah laku kekerasan yang sering Penelitian
ditayangkan oleh televisi dan media Body Image merupakan bentuk
sosial akan mempengaruhi tingkah pikiran, perasaan, dan persepsi seseorang
laku kekerasan pada remaja. Beberapa terhadap bentuk tubuhnya. Body image
tahun yang lalu, masyarakat juga disebut imajinasi subyektif yang
diramaikan oleh perdebatan dimiliki seseorang tentang tubuhnya,
mengenai dampak tayangan smack- khususnya yang terkait dengan penilaian
down di sebuah televisi swasta yang orang lain. Menurut McCabe (Chairiah,
dikatakan telah mempengaruhi 2012) body image meliputi: physical
perilaku kekerasan pada remaja. Hal attractiveness, body image satisfaction,

Page | 94
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

body image importance, body terjadi lewat kata – kata atau perbuatan
concealment, body improvement, social yang bertujuan untuk membuat mental
physique anxiety, dan appearance lawannya jatuh atau tertekan. Menurut
comparison. Astuti (Mulachela, 2017) perilaku bullying
Perlaku bullying adalah tindakan meliputi: bullying fisik, bullying verbal, dan
agresi yang di lakukan berupa kekerasan bullying psikologis.
fisik, verbal, atau psikologis yang sengaja Skala bullying disusun dengan
dilakukan oleh orang lain atau menggunakan aspek-aspek bullying
sekelompok orang yang merasa kuat dan menurut Astuti (Mulachela, 2017) dan
berkuasa bertujuan untuk menyakiti Sejiwa (Usman, 2019) yang meliputi:
seseorang yang merasa tidak berdaya. bullying fisik, bullying verbal, dan bullying
Perilaku bullying atau pelecehan dapat psikologis.

Tabel 1.
Blue Print Skala Perilaku Bullying

Uji validitas empiris skala perilaku nomor 8, 10, 12, 13, 16, dan 17. Indeks
bullying menggunakan komputer dengan validitas bergerak antara 0,287 s/d 0,831.
program SPSS (Statistical Package for the Skala body image disusun dengan
Social Sciences). Berdasarkan hasil dari uji menggunakan aspek-aspek body image
validitas didapatkan 22 aitem yang valid menurut McCabe (Chairiah, 2012) yang
dari total 28 aitem yang diuji, sedangkan meliputi: physical attractiveness, body
jumlah aitem yang gugur sebanyak 6 image satisfaction, body image
aitem. Pengguguran aitem dilakukan pada importance, body concealment, body
aitem yang memiliki nilai Corrected Item- improvement, social physique anxiety,
Total Correlation < 0,25. Adapun aitem- dan appearance comparison.
aitem yang gugur tersebut meliputi aitem

Tabel 2
Blue Print Skala body image

Page | 95
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

Uji validitas empiris skala body image menguji signifikansi korelasi antara body
menggunakan komputer dengan program image dengan perilaku bullying yang
SPSS (Statistical Package for the Social menggunakan korelasi product moment.
Sciences). Berdasarkan hasil dari uji Agar hasil analisis dapat digeneralisasi
validitas didapatkan 47 aitem yang valid dengan tepat dan benar pada populasi
dari total 59 aitem yang diuji, sedangkan maka perlu dipenuhi beberapa asumsi di
jumlah aitem yang gugur sebanyak 12 bawah ini:
aitem. Pengguguran aitem dilakukan pada 1. Pengambilan sampel secara random
aitem yang memiliki nilai Corrected Item- 2. Sebaran data gejala variabel
Total Correlation > 0,25. Adapun aitem- tergantung mengikuti distribusi kurva
aitem yang gugur tersebut meliputi aitem normal.
nomor 13, 23, 34, 37, 39, 40, 42, 45, 53, 55, 3. Hubungan antara variabel bebas
58 dan 59 Indeks validitas bergerak antara dengan variabel tergantung adalah
0,305 s/d 0,869. hubungan linier atau garis lurus
Pelaksanaan pengambilan data try Untuk memenuhi asumsi pertama
out penelitian skala skala body image dan pengambilan sampel penelitian
perilaku bullying yang dilakukan pada menggunakanpurposive random sampling.
tanggal 2-4 September 2020 dengan Sedangkan untuk memenuhi asumsi ke-2
menyebar skala pada 30 remaja. Setelah di dan ke-3 dilakukan uji asumsi dengan hasil
dapatkan hasil try out kemudian dilakukan sebagai berikut:
proses validitas dan reliabilitas, kemudian 1. Uji normalitas variabel body image
aitem yang benar-benar valid dan disebar diperoleh Indeks Kolmogorov-smirnov
ulang ke responden baru sebanyak 60 = 0,078 dengan sig. Atau p : 0,200
remaja pada tanggal 5-7 September 2020. (p > 0,05) dan perilaku bullying
Cara penyebaran ke responden melalui diperoleh Indeks Kolmogorov-smirnov
aplikasi whatsapp dan menghubungi = 0.104 dengan sig. Atau p : 0,174 (p >
responden berdasarkan informasi dari 0,05) yang berarti sebaran gejala
teman yang memenuhi kriteria diberi link variabel body image dan perilaku
skala body image dan skala perilaku bullying berdistribusinormal.
bullying. Sebelum membagikan link skala 2. Hasil uji linieritas hubungan antara
penelitian, peneliti menawarkan kesediaan body image dengan perilaku bullying
responden agar pengisian dilakukan diperoleh Indeks deviation from
secara baik. Selain itu, peneliti juga linearity F = 0.758 dengan sig. Atau p :
menjelaskan kepada responden mengenai 0,772 (p > 0,05) yang artinya terdapat
penelitian yang dilakukan agar responden hubungan yang linear antara body
melakukan pengisian skala sesuai dengan imagedengan perilaku bullying.
tujuan yang dimaksud. Setelah pengisian Hasil
skala selesai, peneliti juga memeriksa Hasil penelitian berupa hasil
kembali untuk memastikan kedua link analisa statistik deskriptif dan uji
skala sudah terisi sesuai dengan intruksi. hipotesis korelasi product moment
Kemudian, jika seluruh skala telah correlation. Adapun hasil analisis
memenuhi target yaitu 60 responden lalu perhitungan tersebut dapat dilihat pada
jawaban dari responden diunduh dan akan tabel dibawah ini:
dilakukan skoring sesuai dengan pedoman
yang telah ada. Tabulasi data dilakukan
untuk persiapan uji hipotesis yang telah
diajukan.
Penelitian ini bertujuan untuk
Tabel 3
Deskriptif Nilai Skala Body Image

Page | 96
IDEA: Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Tahun 2021

No Batas nilai Kategori Frekuensi Persentase


1 111 - 141 Sangat Tinggi 56 56 %
2 95 – 110 Tinggi 3 3%
3 79 – 94 Cukup 1 1%
4 48 – 78 Rendah 0 0%
5 ≤ 47 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 100 100%
Tabel diatas menyajikan data berada dalam kategorirendah sebanyak 0%
tentang deskripsi nilai skala body image, dan berada pada kategori cukup sebanyak
dari hasil di atas dapat dilihat bahwa 1%.
kategori body image subjek penelitian

Tabel 4
Deskriptif Nilai Skala Perilaku Bullying

No Batas nilai Kategori Frekuensi Persentas


e
1 52 - 66 Sangat Tinggi 30 30 %
2 45 – 51 Tinggi 20 20 %
3 38 – 44 Cukup 6 6%
4 23 – 37 Rendah 4 4%
5 ≤ 22 Sangat 0 0%
Rendah
Jumlah 100 100%

Page | 97
Tabel diatas menyajikan data penelitian berada dalam kategori rendah
tentang deskripsi nilai skala perilaku sebanyak 4 % dan berada pada kategori
bullying, dari hasil di atas dapat dilihat cukup sebanyak 6 %.
bahwa kategori perilaku bullying subjek
Tabel 5
Hasil Analisis Korelasi Product Moment Pearson

Berdasarkan hasil analisis korelasi definisi tentang body image. Dalam definisi
Product Moment Pearson memperlihatkan tersebut terdapat perbedaan yang
bahwa nilai koefisien korelasi rxy = 0,369 dipengaruhi oleh adanya perbedaan sudut
Sig. dan p = 0,004 (p< 0,01), artinya ada pandang dari masing-masing ahli.
korelasi positif yang sangat signifikan Terbuktinya hipotesis ini sejalan dengan
antara body image dengan perilaku hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ifdil,
bullying. Arah positif artinya semakin dkk, 2017) bahwa terdapat hubungan yang
tinggi body image maka semakin tinggi signifikan antara body image dengan
perilaku bullying, berarti hipotesis kepercayaan diri. Hubungan ini juga
diterima. merupakan hubungan yang positif, artinya
semakin positif body image remaja, maka
Pembahasan semakin tinggi kepercayaan diri yang
Berdasarkan hasil analisis tersebut dimiliki. Seperti pendapat yang
dapat diketahui bahwa terdapat hubungan dikemukakan oleh (Santrock dalam Ifdil,
positif antara body image terhadap perilaku dkk, 2017) bahwa penampilan fisik atau
bullying. Hasil yang diperoleh menunjukan body image merupakan penyumbang yang
bahwa nilai signifikansi indeks kolerasi rxy = kuat pada harga diri dan kepercayaan diri
0,004 (p<0,005) yang menunjukan adanya seseorang, sejalan dengan penelitian dari
kolerasi positif antara body image dengan Handayani (2018) bahwa terdapat
perilaku bullying. Penelitian ini bertujuan hubungan yang positif antara body image
untuk menguji hipotesis yang menyatakan dengan kepercayaan diri siswa.
bahwa ada hubungan (positif) antara body Al-Mighwar (Rombe, 2014)
image terhadap perilaku bullying pada mengatakan bahwa remaja yang merasa
remaja. Yang artinya semakin positif body gelisah akan bentuk tubuh yang berubah
image maka semakin tinggi tingkat perilaku dan merasa tidak puas dengan penampilan
bullying. Sebaliknya semakin negatif body akan sulit untuk menerima dirinya sendiri.
image maka semakin rendah pula Remaja yang memiliki body image yang
kecenderungan seseorang untuk membully. positif akan merasa puas dengan
Dengan demikian hipotesis menyatakan ada penampilan dan bentuk tubuhnya begitu
hubungan yang signifikan antara body juga sebaliknya, jika remaja memiliki body
image dengan perilaku bullying pada remaja image yang negatif maka akan merasa
dapat diterima. tidak puas dengan penampilan tubuhnya.
Banyak ahli yang memberikan Pemahaman yang negatif dari seseorang

Page | 98
terhadap dirinya sendiri cenderung akan dengan kelebihan ataupun kekurangan
selalu memikirkan kekurangan tanpa yang melekat pada diri anda. Untuk
pernah meyakinkan dirinya memiliki remaja yang memiliki body image positif
kelebihan sehingga akan membentuk rasa diharapkan dapat menerima segala
tidak percaya diri. Hal ini sejalan dengan perubahan tubuh yang ada dalam
penelitian dari (Rombe, 2014) yang dirinya dan orang lain, karena pada
mengatakan bahwa terdapat hubungan hakikatnya setiap insan memiliki
yang positif dan signifikan antara body kekurangan dan kelebihan yang tidak
image dengan kepercayaan diri. Hal ini perlu di perbandingkan. Perilaku bullying
berarti semakin positif body image maka seharusnya tidak akan terjadi apabila
semakin tinggi kepercayaan diri. Tetapi individu mampu mengendalikan,
tidak semua remaja mempunyai body mengelola emosinya, memahami diri,
image positif. bersikap empati, tidak bersifat dendam
Pada dasarnya setiap remaja harus dan iri hati kepada orang lain. Kenali
mempunyai body image positif untuk dirimu, jadilah tokoh utama pada
menunjang kepercayaan diri remaja hidupmu.
tersebut. Terkadang body image positif 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan
membuat sesorang menjadi overconfident dapat menjadikan hasil penelitian ini
atau terlalu percaya diri sehingga sebagai kajian dalam pengembangan
berdampak buruk bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi
mental dan membuat seseorang bisa dan memberikan kontribusi teoritis
mempunyai kecenderungan untuk khususnya mengenai hubungan antara
membully karena mengaggap dirinya lebih body image dengan perilaku bullying.
baik dari orang lain. Bullying seharusnya Penelitian selanjutnya dapat
tidak akan terjadi apabila individu mampu mengembangkan penelitian yang lebih
mengendalikan, mengelola emosinya, luas dengan melipatkan jumlah variabel
memahami diri, bersikap empati, tidak yang lebih banyak. Misalnya ditambah
bersifat dendam dan iri hati kepada orang variabel konsep diri sebagai variabel
lain. (Astuti dalam Maryam & Fatmawati, bebas atau sebagai K0-prediktor
2018). (dikontrol secara statistis). Contoh
variabel lain seperti hubungan perilaku
Kesimpulan bullying dengan religiusitas. Penelitian ini
Berdasarkan hasil analisis data memiliki keterbatasan dalam proses
yang diperoleh dalam penelitian ini, pengambilan data yang tidak langsung
disimpulkan bahwa hipotesis yang kepada subjek penelitian. Saran saya
diajukan dalam penelitian ini diterima, peneliti selanjutnya setidaknya
artinya ada ada hubungan positif yang melakukan pengambilan data secara
sangat signifikan antara body image langsung kepada subjek penelitian
dengan perilaku bullying terbukti dengan supaya validitas data dapat
adanya korelasi sangat signifikan antara dipertanggung jawabkan.
body image dengan perilaku bullying.
Berarah positif artinya semakin tinggi body Referensi
image maka semakin tinggi perilaku Abdillah. (2019). Skripsi Hubungan antara
bullying, begitu juga sebaliknya jika body Religiusitas dan Perilaku Bullying.
image rendah maka rendah pula perilaku Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah
bullying. Jadi dapat disimpulkan bahwa Jakarta.
hipotesis dalam penelitian ini diterima. Alwis, T. S. & Kurniawan, J. E. (2018).
Saran Hubungan antara Body Image dan
1. Bagi Remaja, Tetaplah menjadi baik, Perilaku Diet pada Remaja.

Page | 99
Psychopreneur Journal, 2018, 2(1): 52-60 Jakarta: CV Rajawali Jakarta.
Aminah, Dahlan, & Andriyanto. (2019). Kurniawati, S. (2020). Skripsi Dinamika
Analisis Perilaku Bullying Siswa SMK Psikologis dan Motivasi Belajar Siswa
Negeri 2 Bandar lampung. Jurnal yang Mengalami Body Shaming di SD
Bimbingan Konseling, 7 (1). Ma’arif Ponorogo, (April). IAIN
Andi, M. D. (1982). Buku Psikologi Ponorogo.
Remaja. (Herman, Ed.) (Pertama). Maryam, S., & Fatmawati, F. (2018).
Malang:Usaha Nasional Surabaya. Kematangan Emosi Remaja Pelaku
Bulu, Y., Maemunah, N., & Sulasmini. Bullying. Jurnal Kajian Bimbingan Dan
(2019). Jurnal Faktor-faktor yang Konseling, 3(2), 69–74.
Mempengaruhi Perilaku Bullying pada https://doi.org/10.17977/um001v3i22018
Remaja Awal. Nursing News, 4(1), 54– p069
66.Retrieved from https: Mc Quade III Samuel, P.Colt James, B. B. M.
//publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/a N. (2009). Online Book International.
rticle/download/1473/1047 Cyber Bullying. British: Greenwood
Butch, L. (2011). Bullying, Suicide and Publishing Group. Retrieved from
Homicide. (Routledge, Ed.). New York, www.praeger.com
Amerika Serikat: Taylor and Francis Mulachela, Z. H. (2017). Skripsi Perilaku
Group. Retrieved from Bullying pada Remaja Ditinjau dari Self
www.eBookstore.tandf.co.uk Esteem dan Jenis Kelamin, 7(1), 45–56.
Chairiah, P. (2012). Skripsi Hubungan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Gambaran Body Image dan Pola Makan Nurhaidah & Musa, M. I. (2017). Dampak
Remaja Putri di SMAN 38 Jakarta. Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan
Universitas Indonesia, 1–84. Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar,
Donn, B. R. & B. (2005). Buku Psikologi 3(3), 1–14.
Sosial. (K. W. C. & M. Ratri, Ed.) Provis, S. A. (2012). Bullying (1950 - 2010) :
(Kesepuluh). Jakarta: Erlangga. The Bully and the Bullied Recommended
Retrieved from Citation. (L. U. Chicago, Ed.). Online
https:/www.erlangga.co.id Book International Chicago, Amerika
Hadi, S. (2000). Buku Statistik Jilid 2. Serikat: Educational Administration and
Yogyakarta. Penerbit: ANDI. Supervision Commons. Retrieved from
Hendriati, A. D. (2006). Buku Psikologi http://ecommons.luc.edu/luc_diss/381
Perkembangan (Pendekatan Ekologi Purnaningtyas, L., & Masykur, A. (2015).
Kaitannya dengan Konsep Diri). (P. D. Konsep Diri Dan Kecenderungan
Drs., Ed.) (Kedua). Bandung: PT. Bullying Pada Siswa Smk Semarang.
Refrika Aditama. Retrieved from refika- Empati, 4(4), 186–190. Jurnal Fakultas
aditama.com Psikologi, Universitas Diponegoro.
Ifdil Ifdil, Amandha Unzilla Denich, A. I. Purnomo, E., Afrizal, S., & Marheni, E.
(2017). Hubungan Body Image dengan (2020). Preventif Tindakan Bullying
Kepercayaan Diri Remaja Putri. Jurnal Dengan Kegiatan Olahraga, 20(1), 39–
Kajian Bimbingan Dan Konseling, 2(3), 45. Jurnal Pendidikan Kepelatihan
107–113. /Fakultas Ilmu Keolahragaan/
Irvan, U. (2019). Perilaku Bullying Ditinjau Universitas Negeri Padang
dari Peran Kelompok Teman Sebaya Rachmah, E. N., & Baharuddin, F. (2019).
dan Iklim Sekolah. Journal of Chemical Jurnal Faktor Pembentuk Perilaku Body
Information and Modeling, 53(9), 1689– Shaming di Media Sosial. Seminar
1699.https://doi.org/10.1017/CBO978110 Nasiional Psikologi Sosial Di Era Revolusi
7415324.004 Industri 4.0; Peluang Dan Tantangan,
Kartono Dr. Kartini. (1992). Buku Patologi 66–73.
Sosial 2 Kenakalan Remaja (Kedua).

Page | 100
Rahmatiah Anas, E. M. P. D. & K. Z. (2015). Kualitas Persahabatan Siswa SMA Boarding
School dan Siswa SMA Formal. Jurnal Psikologi & Kemanusiaan Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Makassar, (1993), 1–6. Aida, R. N. (2019).
Rombe, S. (2014). Hubungan Body Image dan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Samarinda. Universitas Mulawarman. EJournal
Psikologi, 2(1), 76–91.
Sakinah. (2018). “Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara
Mengatasinya. Jurnal Emik, 1, 53–67. Universitas Hasanuddin
Sufriani & Sari, E. P. (2017). Jurnal Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada Anak Usia
Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. IdeaNursing Journal. ISSN
: 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445
Sholikhah, D. M. (2019). Hubungan Antara Body Image Dan Kebiasaan MakanDengan Status
Gizi Remaja (Studi Kasus Di Sma Yasmu Manyar Kabupaten Gresik) Relationship
Between Body Image and Food Habits With Nutrition Status in Adolescent(Case Study
At Yasmu Manyar High School, Gresik .UNES Journal of Scientech Research, 4(1), 27–34.
Susilawati, S. dan. (2019). Faktor Resiko Terjadinya Bullying di kalangan Remaja. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tri Fajariani Fauzia, L. R. R. (2019). Jurnal Memahami Pengalaman Body Shaming Pada
Remaja Perempuan. Body Shaming, 4–5. Retrieved from http://www.fisip.undip.ac.id
Tri Handayani, A. (2018). Hubungan Body Image Dan Imaginary Audience Dengan
Kepercayaan Diri Pada Remaja Di Sma Panca Budi Medan. Jurnal Penelitian Pendidikan
Sosial Humaniora,3(1), 319324.https://doi.org/10.32696/jp2sh.v3i1.94
Zakiyah, E. Z., & Humaedi, Sahadi Santoso, M. B. (2017). Jurnal Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4(2),324–330.https://doi.org/10.24198/ jppm. v4i2.14352

Page | 101

Anda mungkin juga menyukai