JMP Online
Vol. 3, No.11, 1370-1381.
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) © 2019 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com
p-ISSN 2614-7254
Muhyani 1) ,
Siti Fatimah 2) , Salati Asmahasanah 3)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dibidang teknologi informasi dan komunikasi merupakan
nikmat Allah SWT, yang dikaruniakan kepada umat manusia pada abad ini. Dengan
fasilitas internet dan virtual di era industri 4.0 yang ditandai perkembangan teknologi
digital yang sangat pesat, sehingga manusia semakin mudah berbagi informasi dan
bersosialisasi dengan manusia lainnya dimana dan kapan saja dengan cepat.
Jakarta, kompas.com – pengguna internet di Indonesia tercatat mengalami
peningkatan di tahun 2018 lalu. Berdasarkan hasil polling Indonesia yang bekerjasama
dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna
internet di Indonesia tumbuh 10,12%. Menurut sekjen APJII, Henri Kasyifi, survei ini
melibatkan 5.900 sampel dengan margin of error 1,28%. Data lapangan diambil selama
periode Maret hingga 14 April 2019. Hasilnya, menurut Henri, dari total populasi
sebanyak 264 juta jiwa penduduk Indonesia, ada sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar
64,8% yang sudah terhubung dengan internet. Angka ini meningkat dari tahun 2017
saat angka penetrasi internet di Indonesia tercatat sebanyak 54,86%. Menurut Henri
dari hasil penetrasi, kontribusi terbesar berasal dari pulau Jawa yang mencapai 55%
dari total keseluruhan (Yudha, 2019)
Jakarta – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap
data penetrasi dan propil perilaku pengguna internet di Indonesia. Dari hasil laporan
survei yang dilakukan APJII tersebut juga terungkap penetrasi pengguna internet 2018
berdasarkan umur. Okezone, Rabu (22/5/2019) pengguna internet terbanyak ada pada
usia 15 hingga 19 tahun. Sementara itu terbanyak kedua berada pada umur 20 hingga
24 tahun. Anak – anak berumur 5 hingga 9 tahun juga menggunakan internet, bahkan
mencapai 25,2% dari keseluruhan sampel yang berada pada umur tersebut (Untari,
2019).
Penelitian team BBC menyatakan bahwa media sosial mempengaruhi orang
secara berbeda tergantung pada kondisi dan kepribadian yang sudah ada sebelumnya.
Dengan demikian media sosial ibarat pisau bermata dua, satu sisi mengandung unsur
buruk dan merusak, sementara isi lain mengandung banyak manfaat dan kebaikan yang
di peroleh dari media sosisl kepribadian dipengaruhi oleh kesadaran beragama. (Setiadi
& Muhyani, 2017: 285-289) Kesadaran agama dan kesehatan mental dipengaruhi oleh
pola asuh oarng tua di rumah dan guru di sekolah (Muhyani, 2012:182), Salah satu
komponen peranan paling penting adalah guru oleh karena itu tidak hanya orang tua
namun guru pun harus berperan layaknya seorang artis yaitu yang mampu digugu dan
ditiru keteladannya oleh siwa.
Keluarga dipandang sebagai pendidik karakter yang utama pada anak, di
samping sekolah yang juga dianggap sebagai pusat pengembangan karakter pada anak.
Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisai orang tua pada anak terjadi sejak dini
sampai anak dewasa. Melalui interaksi dengan orang tua, anak akan merasakan dirinya
berharga yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menghargai orang lain.
Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada saat melakukan Praktek Profesi
Keguruan (PPK) di SMA Negeri 10 Bogor, menunjukan bahwa pemanfaatan media
sosial masih tergolong relatif sedikit dalam menggunakannya. Hal ini bisa dilihat dari
aktivitas siswa sebelum masuk pada kegiatan belajar mengajar (KBM) banyak siswa
yang bermain game online dan chatting dibandingkan dengan membuka artikel atau
materi terkait pembelajaran yang akan dibahas pada saat itu, akibatnya masih jarang
siswa yang mengajukan pertanyaan atau menyanggah pertanyaan dari guru karena
fokusnya tehadap media sosial. Kemudian peneliti juga ingin mengetahui bagaimana
pola asuh orag tua yang telah diterapkan dirumah terhadap siswa di SMA Negeri 10
Bogor.
Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan karakter siswa dan pemanfaatan media sosial di SMA Negeri 10 Bogor.
Dan mengetahui karakter siswa dalam pemanfaatan media sosial terhadap siswa di
SMA Negeri 10 Bogor. Serta mengetanhui pola asuh orang tua dan karakter siswa
secara bersama – sama dalam pemanfaatan media sosial di SMA Negeri 10 Bogor.
KAJIAN PUSTAKA
Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh dapat diartikan sebagai sistem, cara kerja, atau bentuk dalam upaya
menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak kecil supaya dapat berdiri
sendiri. Selain itu, pola asuh orangtua dapat diartikan sebagai interaksi antara anak dan
orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola pengasuhan adalah proses
memanusiakan atau mendewasakan manusia secara manusiawi, yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi perkembangan zaman (Dacholfani & Uswatun, 2018: 168).
Pola asuh yang tepat dari orangtua kepada anaknya dan memberikan perlindungan
terhadap hak-hak anak mempunyai hubungan yang kuat terhadap pembentukan
karakter anak ketika dewasa.
Anak adalah kekasih, maka kasihanilah dengan sepenuh hati bukan sesuka hati,
apalagi menyakitinya atas nama cinta kasih yang suci. Anak adalah cinta, dan cinta tak
pernah lelah, maka berjalanlah untuk mencintai kelelahan (Jaya & Ucu, 2013: 18).
Keluarga merupakan tempat pertama anak dididik dan dibesarkan, pola asuh
orang tua sangaltlah berpengaruh dalam membentuk karakter anak. Orang tua adalah
orang yang mempunyai peran pertama dalam mendidik karakter anak, nilai karakter
mana yang akan ditekankan di sekolah, perlu di komunikasikan dengan orang tua
sehingga ada kerja sama, antara guru dan orang tua. Sebaik-baik investasi adalah anak
yang sholih, yang kelak akan menemani orang tua di masa tuanya, menghantarkannya
sampai keliang kubur dan mendoakannya setiap saat tanpa henti (Jaya, 2019:163).
Pendidikan yang baik adalah memperlihatkan kesuritauladanan sebagai orang tua, serta
mengkondisikan keluarga agar hidup secara islami yang alami.
Tipe pola asuh orang tua menurut Jeanne Ellise Ormrod dalam Uswatun
Hasanah yang umum dalam keluarga diantaranya, sebagai berikut: (Dacholfani &
Hasanah, 2018: 188-190).
Pertama, Pola asuh otoriatif para orang tua yang menggunakan pola asuh ini
menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan, menerapkan
ekspektasi dan standar tinggi dalam berprilaku, memberikan penjelasan mengapa suatu
perilaku dapat (atau tidak dapat) diterima, menegakkan aturan-aturan keluarga secara
konsisten, melibatkan anak dalam mengambil keputusan dan menyediakan
kesempatan-kesempatan anak menikmati kebebasan berprilaku seksui usianya. Dalam
pola asuh tipe ini, orang tua cenderung menganggap sederajat hak dan kewajiban anak
dibanding dirinya karena pada praktiknya tipe pola asuh seperti ini, para orang tua
memberi kebebasan dan bimbingan kepada anak.
Kedua, Otoritarian, kondisi ekonomi yang serba kekurangan membutuhkan
jenis pola asuh otoritarian, dalam lingkungan keluarga berpenghasilan rendah atau
lingkungan kumuh yang penuh bahaya di setiap sudutnya, para orang tua lebih jarang
menampilkan kehangatan emosional dibandingkan keluarga otoriatif, menerapkan
ekspektasi dan standar tinggi dalam berprilaku, menegakkan aturan-aturan berprilaku
tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak. Adapun anak yang diasuh oleh orangtua
tipe otoritarian, anak cenderung tidak bahagia, cemas, anak memiliki kepercayaan diri
yang rendah, kurang inisiatif, anak sangat bergantung kepada orang lain, kurang
memiliki keterampilan sosial dan prilaku prososia, memiliki gaya komunikasi yang
koersif dalam berhubungan dengan orang lain, serta memilik i sifat pembangkang.
Ketiga, pola asuh permisif adalah pola bahwa orangtua tidak mau terlibat dan
tidak mau pula peduli terhadap kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak
menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orangtuanya lebih penting
daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi
orangtua tidak begitu tahu perkembangan anaknya menimbulkan serangkaian dampak
buruk. Diantaranya anak egois, tidak patuh terhadap orangtuannya, tidak termotivasi,
bergantung kepada menuntut orang lain, menuntut perhatian orang lain, anak
mempunyai harga diri yang rendah, tidak mempunyai kontrol diri yang baik,
kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk
orangtuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa
sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang
sama terhadap anaknya kelak. Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah SWT
kepada manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua bertanggung
jawab penuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna
bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, Negara dan agamanya sesuai
dengan tujuan dan kehendak Tuhan (Dacholfani & Hasanah, 2018). Dalam al-qur’an
terdapat empat istilah anak yang digunakan, antara lain: (1) anak sebagai amanah. (2)
anak sebagai ujian. (3) anak sebagai perhiasan dunia. (4) anak sebagai musuh.
Diantaranya:
Pertama, Anak Sebagai Amanah, Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
At-Tahhrim ayat 6:
ُ ْار ة ُ عَلَيْ َها َمآلئِكَةٌ ِغالَظٌ ِسدادٌ الَّ يَع
َص ْونَ هللا َ اس واَلْ ِح َج ً يَايُّ َها الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا قُ ْوا أَنْفُ ِسكُ ْم َوأَهْلِكُ ْم ن
ُ ََّارا َوقُ ْودُ هَا الن
ََماأ َم َرهُ ْم َويفْ َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, perihalalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah trhadap
apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Dengan demikian, mendidik dan mengajar anak adalah bukan pekerjaan mudah
dan bukan kewajiban yang dapat dilakukan secara sepontan. Dalam Islam, anak juga
merupakan bagian penting dari keluarga yang harus dijaga oleh orangtuanya. Kurang
memiliki sasaran-sasaran jangka panjang.
Karakter Siswa
Kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassein, kharax, dalam
bahasa Inggris: charakter dan Indonesia Karakter, Yunani character, dari charassein
yang berati membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadaminta
sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, karakter diartikan
sebagai tabiat, watak dan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lainnya (Aisyah, 2018: 10).
Karakter meurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berati; sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas memiliki makna; bawaan hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.
Adapun makna berkarakter adalah; berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak. Jadi makna berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal
– hal yang terbaik terhadap Allah SWT (Syafri, 2014: 7).
Karakter adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seseorang,
terbentuk baik karena pengarauh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lainl Serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku
kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa pendapat ahli tentang karakter:
Menurut Imam Gahzali bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas
manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia,
sehingga ketika muncul tidak perlu difikirkan lagi (Aisyah, 2018: 11).
Menurut Hurlock dalam bukunya Personality Devloment mengungkapkan
bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplementasikan sebuah
standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan
tingkah laku yang diataur oleh upaya dan keinginan (Kesuma, Triatna & Permana,
2013:24). Menurut Simon Philips yang dikutip oleh muslich dalam buku refleksi
bangsa, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang
melandaskan pemikiran, sikap, serta perilaku yang ditampilkan (Aisyah, 2018:11).
Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang
mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad SAW,
yaitu sidiq, amanah, tabligh dan fathanah.
Pengerian yang sudah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan nilai- nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas
kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia
maupun dengan lingkungan yag terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Kementrian pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri siswa sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai
karakter yang berjumlah 18 tersebut telah disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu
pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapka dalam praktek
pendidikan. Baik di sekolah maupun madarasah. Menurut Kementrian Pendidikan
Nasional dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang dikembangkan sebagaimana yang
telah ditulis diantaranya: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
Media Sosial
Berikut dampak positif sosial media: mempererat silaturahim, menyediakan
ruang untuk berpesan positif, penggunaan sosial media tersebut telah banyak
digunakan oleh para tokoh agama, motivator dan juga ulama, mengakrabkan hubungan
pertemanan. Sosial media akan mengakrabkan suatu pertemanan kala seseorang malu
bertamu di dunia nyata, menyediakan informasi yang tepat dan akurat, menambah
wawasan dan pengetahuan. Selain dampak positif terdapat pula dampak negatif atas
penggunaan media sosial. Berikut dampak negatif sosial media: Berkurangnya waktu
belajar, karena keasyikan menggunakan media sosial, menganggu kontrasi belajar di
sekolah, merusak moral pelajar, menghabiskan uang jajan untuk mengakses internet,
menganggu kesehatan (Kahinuri, 2019)
Etika seorang Muslim dalam bermudia sosial diantaranya adalah:
Pertama, dalam menjalani aktifitas sosial media, hendaknya ia memiliki
motivasi ibadah kepada Allah SWT, dan berkeyakinan penuh bahwa penyebaran
informasi, baik dalam bentuk tulisan gamabar, dan suara memiliki tanggung jawab
dunia dan akhirat.
Kedua, dalam bermedia sosial, hendaknya seorang Muslim memiliki motivasi
dakwah, yaitu misi memindahkan kondisi masyarakat dari situasi tidak baik menuju
situasi baik, dalam semua sektor kehidupan, baik di bidang politik, agama, ekonomi,
sosial, keamanan, dan lainnya. Dalam menggeluti dunia informasi di media sosial,
hendaknya seorang Muslim menguji kebenaran suatu informasi yang diterima
(tabayyun).
Dalam tujuan pembuatan dan penyampaian informasi, seorang Muslim harus
dibekali dengan kejujuran serta memperjuangkan peningkatan taraf pendidikan dan
penegtahuan masyarakat. Maka seorang jurnalis dilarang menyebarkan informasi yang
berisi unsur kerusakan dan kejahatan. Dalam menjalankan misi dan idealismenya,
hendaknya seorang Muslim memperjuangkan prinsip pembuatan dan penyebaran
informasi, yaitu kebenaran dan kemanfaatan berita. Berita terbukti benar belum bisa
menjaidi alasan bagi seorang Muslim untuk menyajikannya. Dia harus dapat
memastiakn, apakah berita itu bermanfaat dan menjadi kebutuhan masyarakat (Anam,
2019: 31).
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. “Metode Penelitian Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, penggunaan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitataif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan” (Sugiono, 2018:35).
Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini maka metode yang digunakan peneliti adalah
metode kolerasional. Dalam ilmu statistik istilah kolerasi diberi pengertian sebagai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Jadi tujuan penelitian korelasional digunakan
untuk mengetahui besarnya hubungan pola Asuh orang tua terhadap karakter siswa dan
pemanfaatan media sosial Negeri 10 Bogor.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,48
maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal, karena hasil uji
Kolmogrov Smirnov dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Kemudian pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengguanakan penelitian
analisis korelasi, data dihitung menggunakan rumus korelasi product moment dan
rumus korelasi ganda dengan bantuan SPSS 22. Berikut adalah hasil product momen:
Tabel 3. Product Moment
Uji Normalitas Pola Asuh Karakter Media
(X1) Siswa (X2) Sosial (Y)
Pearson
1 ,463** ,411**
Pola Correlation
Asuh Sig. (2-
,000 ,000
(X1) tailed)
N 100 100 100
Pearson
,463** 1 ,306**
Karakter Correlation
Siswa Sig. (2-
,000 ,002
(X2) tailed)
N 100 100 100
Pearson
,411** ,308** 1
Media Correlation
Sosial Sig. (2-
0,000 0,002
(Y) tailed)
N 100 100 100
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2019)
Dari hasil tabel di atas, diketahui nilai signifikannya (sig 2-tailed) adalah 0,000,
maka ada hubungan pola asuh orang tua dengan kepribadian siswa dan pemanfaatan
media sosial karena sig nya 0,002 < 0,05, jika nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak dengan
demikian terdapat hubungan positif yang nyata antara pola asuh orang tua dengan
karakter siswa dan pemanfaatan media sosial.
Berikut hasil korelasi ganda diketahui nilai signifikannya sig.F Change adalah
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua dengan
karakter siswa dan pemanfaatan media sosial secara simultan karena sig.F Change
0,000 < 0,05. Melihat tingkat keeratan hubungan tersebut yaitu R koefisien korelasi
dengan nilai 0,432 artinya derajat hubungan antara 3 variabel tersebut merupakan
kategori korelasi sedang. Karena nilai 0,432 masuk kedalam pearson correlation
0,41s/d 0,60 = korelasi sedang.
Tabel 4. Korelasi Ganda Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Method
Removed
1 Karakter, Pola Asuh Enter
a.Devendent Variabel: Media Sosial
b.All requested variables entered
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2019)
Tabel 7. Coefficients a
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
1 B Std.Error Beta T Sig.
(Constant) 6,580 6,857 ,960 ,340
Pola Asuh ,581 ,176 ,342 3,310 ,001
Karakter ,187 ,129 ,150 1,449 ,150
a.Devendent Variable: Media Sosial
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2019)
berhubungan dengan pemanfaatan media sosial secara simultan karena sig 0,000 <
0,05.
Karakter siswa di SMA Negeri 10 Bogor memiliki pengaruh dengan
pemanfaatan media sosial diketahui nilai signifikansinya adalah 0,000 maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pola asuh orang tua dengan pemanfaatan media
sosial secara simultan sig, F Change 0,000 < 0,05.
Sedangkan melihat tingkat keeratan hubungan tersebut yaitu melihat R
koefisien korelasi dengan nilai 0.432 artinya derjat hubungan antara 3 variabel tersebut
merupakan kategori korelasi sedang. Karena nilai 0.432 masuk dalam kategori person
correlation 0,41 s/d 0,60 = korelasi sedang. Maka Ho ditolak dan disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua (X1) dengan karakter siswa (X2)
dan pemanfaatan media sosial (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Jaya, Aris & Ucu. 2013. Hyipnocreativa, Bogor: Luxima. hlm. 18
Ahmad Jaya, Aris. 2019. Love Touch Parenting, Bogor: Abco Publisher. hlm. 163
Aisyah. 2018. Pendidikan Karakter konsep dan implementasinya, Jakarta:
PT.PRENADAMEDIA GRUP. hlm. 10, 11
Dacholfani, Ihsan & Hasanah,Uswatun. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini Menurut
Konsep Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset. hlm. 168, 188-190
I, Shabrina, IK Rahman dan S Asmahasanah. “Pengaruh Model Think Pair and Share
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar”Fakultas Agama Islam
UIKA Bogor. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 2(1)
Kesuma, Triatna & Permana. 2013. PendidikanKarakter, Bandung: Pt.Remaja
Rosdakarya. H.24
Khoirul Anam, Faris. 2019. Fikih Media Sosial, Jakarta. hlm.31
Muhyani. 2012. Pengaruh Pengasuhan Orang Tua Dan Peran Guru Di Sekolah
Terhadap Kesadaran Beragama Dan Kesehatan Mental. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Islam Kementrian Agama. hlm.182
Nkhainuri, N. 2016. Dampak Positif dan Dampak Negatif Sosial Media Terhadap
Pendidikan Akhlak Anak: Studi Kasus di SMP Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh.
Pascasarjana Universitas UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Jurnal Edukasi, 2(1).
PT.RAJAGRAFINDO PERSADA. hlm. 7.
Pernita Hestin Untari, okezone
(https://techno.okezone.com/read/2019/05021/207/2058544/2018) diakses pada
16 oktober 2019.
Pratamo Yudha. 2019. Jumlah pengguna internet di Indonesia
https://amp.kompas.com/tekno/read/2019/05/16003260037/apjii-jumlah-
pengguna-internet-indonesia-di-indonesia-tembus-171-juta-jiwa (diakses pada 03
September 2019)
Setiadi, Hari, Dan Muhyani Muhyani. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Peran
Guru Di Sekolah Terhadap Kesadaran Beragama Dan Kepribadian Siswa.” In
Uhamka Islamic Humanities And Social Science. Hlm.285-289
Sugiono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: ALFABETA. hlm.35.
Sugiono. 2018. Metode Penelitian Manajement, Bandung: ALFABETA. hlm. 131.