Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH NYERI DADA (CHEST PAIN)

DISUSUN OLEH :

ADIMAS ANUNG ANGGARA (1901002)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolonganya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.Tidak lupa kami juga mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa fisik maupun akal
pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makala ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih
Wassalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh

Klaten, 28 juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chest pain adalah salah satu alasan utama pasien datang ke unit gawat darurat. Insiden
terbanyak (15%-25%) dari penyebab chest pain adalah Acute Coronary Sydrome (Erhardt
et al, 2002; Sabatine & Cannon, 2010). Penanganan yang tepat merupakan salah satu
upaya menurunkan angka kematian pasien chest pain penyebab utama ACS. Initial
management dalam penanganan ACS ini disebut MONA, yang merupakan kependekan
dari Morphine, Oksigen, Nitrat atau nitrogliserin dan aspirin (ACLS, 2015) Oksigen
merupakan salah satu bagian dari MONA untuk menurunkan nyeri dada (chest pain) pada
pasien ACS. Tradisi dari pemberian oksigen rutin ini juga didukung oleh AHA
(American Heart Association) dari tahun 1975-2005 yang merekomendasikan intervensi
tersebut dan American College of Cardiology sampai tahun 2007. Dengan rasional dari
tradisi pemberian terapi oksigen ini adalah ketika terjadi penurunan aliran darah pada
jantung

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah


sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan (nyeri dada) Chest
pain di Instalasi Gawat Darurat RSUD WONOSARI ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan
(nyeri dada) Chest pain
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang makalah ini antara lain :
a. Mendeskripsikan (nyeri dada) Chest pain
b. Mendeskripsikan pengkajian pada keuarga dengan (nyeri dada) Chest pain
c. Mendiskripsiakan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan (nyeri dada)
Chest pain
d. Mendiskripsikan intervensi, implementasi dan evaluasi pada keluarga dengan
(nyeri dada) Chest pain
D. Manfaat Makalah
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Perawat
Bagi perawat untuk menambah wawasan petugas dalam melakukan asuhan keperawatan
pada keluarga dengan (nyeri dada) Chest pain
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa sebagai dasar pengetahuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan (nyeri dada) Chest pain
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan
seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran
darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme
miokard. Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena
lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan
parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit.
B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas
dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan.
Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar,
diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat
disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau
radang subdiafragmatik pneumotoraks dan penumomediastinum
2. Nyeri dada non pleuretik Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral,
menetap atau dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh
kelainan di luar paru :
a. Kardial
1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal
yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan
terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke
epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri
dada substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan
terangsang selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak 2
dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard. Karena rangsangan
saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya
rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard
terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah
koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan
berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Ada 3
sindrom iskemik yaitu :
a) Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri
dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya
beberapa menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau
istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada udara
yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan
emosi.
b) Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) :
Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang
kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau
saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.
c) Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari
20-30 menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada
berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan
rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada
tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak
diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping itu juga
penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa
ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym
jantung.
2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya
murmur akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran
echokardiogram dapat membantu menegakan diagnose.
3) Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga
dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
b. Perikardial Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas
diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area 3 preokordinal,
tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya
seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau
bergerak. Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan
tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri
angina. Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri
epigastrum dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis
c. Aortal Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan
resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada
depan yang hebat timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat
menyerupai infark miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke
daerah interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya
pendesakan.
d. Gastrointestinal Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat
menyebabkan nyeri esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di tengah, dapat
menjalar ke punggung, bahu dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam
lengan sehingga seangat menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum,
pankreatitis akut distensi gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri
substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar
yang sering bersama – sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada
posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan
esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam,
esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu menegakan
diagnosa.
e. Muskuloskletal Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago
sering menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas
fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya
nyeri pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga
timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak
demikian.
f. Fungsional Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal,
rasa tidak enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan
emosi tanpa adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan
nyeri fungsional dengan nyeri iskemik miokard.
g. Pulmonal Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis
dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli
paru akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai
dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer
lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu
exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar
ke pleura, organ medianal atau dinding dada.
C. Patofisiologi
Terjadi penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi
sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.
Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan
transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan
hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik
di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya
dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi
dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard Kompensasi ini jelas tidak akan
memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah
fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal,
pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang
harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark
maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang
nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia. 5 Perubahan-
perubahan hemodinamik ini tidak statis. Bila makin tenang fungsi jantung akan membaik
walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerahdaerah yang tadinya iskemik
mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya
perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan
aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan
penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah
serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar
rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan.

D. Tanda dan gejala tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
1. Nyeri ulu hati
2. Sakit kepala
3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
4. Diaforesis / keringat dingin
5. Sesak nafas
6. Takikardi
7. Sesak nafas
8. Kulit pucat
9. Sulit tidur (insomnia)
10. Mual, Muntah, Anoreksia
11. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
12. Kelemahan
13. Wajah tegang, merintih, menangis
14. Perubahan kesadaran
E. Pemeriksaan penunjang
1. EKG 12 lead selama episode nyeri a. Takhikardi / disritmia b. Rekam EKG lengkap : T
inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa,
lipid dan EKG waktu istirahat perlu dilakukan. Hasilnya meungkin saja normal walaupun
ada penyakit jantung 6 koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik
dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang
lanjut.
2. Laboratorium a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH b. Fungsi hati : SGOT,
SGPT c. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin d. Profil Lipid : LDL, HDL 3. Foto Thorax 4.
Echocardiografi 5. Kateterisasi jantung.
F. Terapi / penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Nitrat Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri
epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi
terjadi pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh
darah kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi
sering timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat longacting
termasuk pemberian topikal atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan
yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik
atau anti-angina. Nitrat yang short-acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya
terbatas dan harus dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral
reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am
tanpa timbul toleransi
b. Beta bloker Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada
sebagian besar penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi
denyut jantung, kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker
lebih jarang dipilih diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya
sekali sehari. Efek samping jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan
pada penderita dengan riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung. 7
c. Ca-antagonis Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma
koroner, Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina,
memperkuat efek nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan
pilihan obat tambahan yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-
bloker sangat efektif karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek
anti angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis
beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja. Jadi pada permulaan
pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping sublingual gliseril
trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin. Atau
kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu
jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini
masih ada keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah
koroner. Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita
harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis
ditambah pada betabloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah
hipertensi. Sebagian penderita sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila
keluhan menetap perlu dilakukan test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian
penderita lainnya dengan risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus
dihentikan bila tekanan darah turun. Biasanya kelompok ini harus segera
dilakukan arteriografi koroner untuk kemudian dilakukan bedah pintas koroner
atau angioplasti. d. Antipletelet dan antikoagulan Segi lain dari pengobatan
angina adalah pemberian antipletelet dan antikoagulan. Cairns dkk 1985
melakukan penelitian terhadap penderita angina tak stabil selama lebih dari 2
tahun, ternyata aspirin dapat menurunkan mortalitas dan insidens infark miokard
yang tidak fatal pada penderita angina tidak stabil. Pemberian heparin i.v juga
efeknya sama dan sering diberikan daripada aspirin untuk jangka pendek dengan
tujuan menstabilkan keadaan penderita sebelum arteriografi. Terdapat obat-
obatan pada angina pektoris tak stabil secara praktis dapat disimpulkan sebagai
berikut : 8 1) Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin
selama fase akut maupun sesudahnya 2) Pada penderita yang keadaannya
cenderung tidak stabil dan belum mendapat pengobatan, beta-bloker merupakan
pilihan utama bila tidak ada kontra indikasi. Tidak ada pemberian kombinasi
beta-bloker dengan caantagonis diberikan sekaligus pada permulaan pengobatan.
3) Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat
ditambah dengan nifedipin. 4) Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak
dianjurkan.
2. Pembedahan Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) Walupun
pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat memeperpanjang
masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan pada kelompok penderita
tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal yang berat dan gangguan fungsi
ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium yang luas (Rahimtoola 1985).
Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas exercise pada
angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada 90% penderita
selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun. Kekambuhan yang
lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi
sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 – 12 tahun sering karena adanya
graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan diabetes.
Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik
dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan tidak lebih
dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil dengan fungsi ventrikel
kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit yang
lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons yang
baik dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur 20
tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan perubahan
neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi kebanyakan penderita
lambat laun akan kembali seperti semula.
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan
status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelolah kesehatan dan
perawatannya juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
1) Data Demografi
a) Identitas Klien Meliputi pengkajian nama, umut, jenis kelmain, agama,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
no medic, diagnose medic, alamat klien.
b) Identitas Penanggung Jawab Meliputi pengkajian nama, umur,
pendidikan, pekerjaa, hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan disfagia
adalah kesulitan untuk menelan, nyeri pada bagian mulut.
3) Riwayat kesehatan dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya factor
predisposisi timbulnya penyakit ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada insiden penyakit yang sama dengan
anggota keluarga klien yang lain.
5) Pemeriksaan fisik Berdasarkan sistem – sistem tubuh
 Sistem integument
Keadaan turgor kulit, edema, dan sensai rasa
 Sistem pernapasan
Hal-hal yang perlu dikaji bentuk dada, pergerakan dinding dada, amati
penggunaan otot bantu nafas, perhatikan tanda-tanda injuri.
 Sistem pengindraan
Pada pasien Chest pain untuk pengindraan tidak ada kelainan
 Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis,
 Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
 Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
 Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
 Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
 Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut (SDKI, 2018) meliputi :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

3. INTERVENSI Menurut (SIKI, 2018) meliputi :


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis - Identifikasi
lokasi, katakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri - Berikan
teknik nonfarmakologi - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan - Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas - Identifiaksi kemampuan
dalam aktivitas tertentu - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif -
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkatkan ambulasi
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri - Identifikasi pola aktivitas
dan tidur - Identifikasi faktor pengganggu tidur - Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses
pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna perubahan atau
penyesuaian tindakan keperawatan, pengorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik untuk pelayanan yang dilakukan
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi kemajuan pasien terhadap
tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan
untuk mengomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi
memberikan informasi, sehingga memunginkan revesi perawatan
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI DADA (CHEST PAIN) PADA TN. S DI
IGD RSUD WONOSARI

1. BIODATA PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki Laki
Pendidikan : SMK
Pekerjaaan : wirausaha
Usia : 59
Status Pernikahan : menikah
No RM : 0034xxx
Diagnosa Medis : chest pain
Tanggal Masuk RS : 20 juli 2022
Alamat : Tawang sari, Wonosari, Gunung Kidul

2. BIODATA PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Tawang sari, Wonosari, Gunung Kidul

3. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tiba dan jika klien berbaring nyeri seperti ditusuk-tusuk
jarum hilang timbul nyeri pada dada sebelah kiri menjalar sampai tangan kiri,skala nyeri sampai
9 dan nyeri sudah sejak 3 hari yang lalu.

2) Alergi obat
Klien tidak ada alergi terhadap obat ataupun makanan
3) Medikasi /pengobatan terkhir
Klien sering kontrol ke RSUD WONOSARI
4) Last meal
( makan terakhir )Klien mengatakan makan terkahir sayur yang diamsak sendiri oleh istrinya
5) Event of injury/ penyebab injury /mekanisme injury
Klien tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang ekstrim, klien sering mencari rumput diladangnya
6) Pengalaman pembedahan
Klien tidak ada riwayat pembedahan
7) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri di dada sebelah kiri menjalar sampai tangan kiri seperti ditusuk-tusuk
jarum hilang timbul dengan skala 9
8) Riwayat penyakit terdahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi

Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala
Kepala simetris ,rambut warna hitam,simetris ,konjungtiva tidak anemis,mampu mendengar
dengan jelas,hidung normal ,mulut normal ,gigi rapi ,lidah merah muda
2. Leher
Peningkatan JUP R+1H20, tidak tampak ada kelainan pada leher ,tidak teraba nematoma
3. Dada
Tampak penggunaan otot-otot nafas tamabhan ,pergerakan cepat dan dangkal ,reguler,tidak
tampak jelas ,terdengar bunyi nafas tambahan ,brochovesikuler,pada jantung terdeangar
reguler dan cepat ,tidak tampak adanya tambahan.
4. Abdomen
Tidak ada lesi ,warna kulit merata ,tidak terdapat nyeri tekan tympani ,lasing urus 10x/menit
5. Ekstemitasi
Tidak terdapat kelemahan pada estremitas kanan/kiri /atas,bawah tidak ada edema ,tidak
terdapat luka
6. Kulit
Tidak ada kelainan kulit ,teryor bagus

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
- Hb : 8,8 mg/dl
- Leukosit : 10.700 mg/dl
- Eritrosit : 2,7 mg/dl
- Hematokrit : 26 mg/dl
- Trombosit :312.000 mg/dl
- Gps : 176 mg/dl
- Urea : 42mg/dl
b. Ekg
- Taki kardi
- Incomplet LBB blok
- ST.T abnormality

5. TERAPI MEDIS
- IVFD RL 12 HS /menit
- 02 Nasal 3.5 LPM
- Injeksi ranitidin 1 ampul /12 jam
- ISDN 3x5 mg
- Captropil 2x25 mg
- Amplodipin 1x10 mg
- Trombo aspilet 1x1 tab
- Ekg
ANALISA DATA

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


DO : DYSPNEA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
-Tampak penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan
- Irama pernafasan cepat dan
dangkal
- Klien tampak gelisah
TD : 230 /130 mmhg
N : 120 X/menit
P : 30x/menit
S : 36,2 C

DS :
-Klien tampak sesak
-Klien megatakan sesak bertambah
bila berbaring
-Klien cemas dengan penyakitnya

DAIAGNOSA KEPERAWATAN
1. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN DENGAN POSISI TUBUH YANG
MENGAHAMBAT EKPANSI PARU

RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


DX HASIL
1 Setelah dilakukan -dyspnea Manejemen jalan napas
tindkan menurun (1010011) observasi
keperawatan ,klien -penggunaan -monitor pola nafas
akan menujukan otot napas (frekuensi,kedalaman ,usaha
pola nafas yang menurun nafas )
efektif -frekuensi -monitor bunyi nafas
nafas (wenching ronkhi kering)
membaik -monitor sputum,
(jumlah ,warna,)teraupetik
-posisikan semi fowler atau
fowler
-berikan minum hangat
-berikan oksigen jika perlu

EDUKASI
-Ajarakan teknik batuk efektif
-anjurkan asuopan cairan
2000ml/hari

KOLABORASI
-kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspetoran,muko
litik,jika perlu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/ JA NO/ IMPLEMENTASI RESPON TT


TGL M DX D
1 OBSERVASI TTV DO;
TD:230/130mmh
g
S:36,2 C
N:120X/Menit
P:30X/menit
DS:pasien
tampak cemas

MONITOR POLA NAFAS


2
DO: Respirasi
- irama tidak
POSISIKAN SEMI FOWLER teratur
ATAU FOWLER -Cepat dan
3
dangkal
KOLABORASI PEMBURIAN DS: Pasien nafas
BRONKODILATOR,EKPERTOR dengan cepat
AN ,MUKOLISIK,TERAPI MEDIS
4 : DO:Pasien
-IFUD RL 12HS/MNT posisi fowler dan
-PASANG O2 NASAL 2,5 TPM fowler lebih
tinggi 45 dari
kaki
DS:pasien lebih
nyaman

DO:psien
terpasang 02
nasal 5
tpm ,infus cairan
Rl 12hs /mnit
DO:pasien
tampak lebih
rileks dan tenang

EVALUASI

NO DX HARI/TGL JAM EVALUASI TTD


KAMIS,20 JULI 2022 S:klien mengatakan tidsk merasa sesak
lagi
O:-TD:160/100mmhg
-N:80 x/menit
-S:36,8C
P:20x/mnit
-irama pernafasan teratur
-klien tampak lebih tenang
A; tujuan tercapai ,klien siap
dipindahkan ke ruangan perawatan
P: intervnsi selesai,lanjutkan intervensi
diruang perawtan

Anda mungkin juga menyukai