Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KRITIS
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PNEUMONIA
DI RUANG ICU SENTRAL
RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :
Siti Syaifulina (22.641.0031)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Kritis dengan Masalah Keperawatan


Pneumonia di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang yang disusun oleh :

Nama : Siti Syaifulina

NIM : 22.641.0031

Telah disetujui dan di sahkan pada tanggal……………

Jombang, 2023

Mahasiswa

(Siti Syaifulina)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui,

Kepala Ruangan

( )
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Stase Keperawatan Kritis dengan Masalah Keperawatan


Pneumonia di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang yang disusun oleh :

Nama : Siti Syaifulina

NIM : 22.641.0031

Telah disetujui dan di sahkan pada tanggal……………

Jombang, 2023

Mahasiswa

(Siti Syaifulina)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi Pneumonia
Menurut Murwani (2011) Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebaban
oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan.
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebaban
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami peradangan dan
terisi oleh cairan (Shaleh, 2013).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA)
dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi asing, berupa radang
paruparu yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda 2015)

II. Etiologi Pneumonia


Pneumonia dapat disebabkan ole berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur,
dan protozoa
1. Virus
Disebabkan ole virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya menyerang
pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali
virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus
2. Bakteri
a. Typical organism
Bakteri yang termasuk Typical organism adalah Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
b. Atipikal organism
Bakteri yang termasuk atipikal adalah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella sp.
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan ole jamur oportunistik, dimana
spora jamur mask kedalam tubuh sat menghirup udara. Organisme yang menyerang
adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara berupa asap,
aspirasi bedu atau bahan kimia yang ada di dalam rumah dan kelembaban udara
(Kemenkes RI, 2011).

III. Tanda dan Gejala Pneumonia


Gejala khas dari pneumonia adalah :
1. Demam (dengan atau tapa menggigil)
2. Batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen,
atau bercak darah), Batuk non produktif menunjukkan pneumonia viral atau
mikroplasma, sputum yang benoda darah tau berwarna seperti warna karat
menunjukkan pneumonia bakterialis.
3. Nyeri dada pleuristik disebabkan ole inflamasi yang terjadi di dekat pleura
4. Sesak. (Tao. L dan Kendall. K, 2013).
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
1. Retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah sat pernafas,
2. Takipneu
3. Kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
4. Perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
5. Terdapat suara napas tambahan seperti rongki tau pleural friction rub (Dahlan,
2009).

IV. Patofisiologi Pneumonia


Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran
respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman
di alveoli. Stadium in disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit di alveoli
dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium in disebut stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium in disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam, 2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam
alveoli, dikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan
membersihkan debris sel dan bakeri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang
sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi.
Melalui saluran limfe paru, bakeri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena
jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan comliance paru menurun,
serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri
dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung
mungkin meningkat ole karena saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada
keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Nursalam, 2016).
V . Pathway Pneumonia
VI. Pemeriksaan Penunjang Pneumonia
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/ lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram,
penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia.
Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat (Luttfiya dkk, 2010).
3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus (Luttfiya dkk, 2010)
4. Analisa gas darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik (Luttfiya dk, 2010)

VII. Penatalaksanaan Medis


1. Oksigen 1-2 L/ menit dan disesuaikan dengan kondisi pasien
2. IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 %
: NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meg / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap memulai
selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpor mukossiller.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6. Antibiotik diberikan sesuai hasil biakan atau sesuai dengan penyebab pneumonia
7. Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian.
8. Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian
(Mansjoer,2001).

VIII. Penatalaksanaan Keperawatan Pneumonia


Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Penatalaksanaan secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan perlindungan
kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi lingkungan.
2. Penatalaksanaan secara sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada,
nebulasi, suction, dan latihan nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak
kembali kambuh. (Muttaqin, 2014)
IX. Komplikasi Pneumonia
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tapa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti:
1. Bakteremia (sepsis)
Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke
dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi
menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai
terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema.
2. Abses paru dan efusi pleura
Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak
beserta dengan nana disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu
di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan dan kesulitan bernapas.
(Ryusuke, 2017).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Muttaqin, 2014). Pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta
diagnose medis (Muttaqin, 2014).
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda
serta gejala mum sistem pernapasan. Termasuk dalam keluhan utama pada sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri
dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttagin, 2014).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya,
yang dapat mendukung dengan masalah sistem pernapasan. Misalnya apakah klien
pernah dirawat sebelumnya, dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang
berat, pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2014).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan seperti
menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien meminta
pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan bersihan jalan napas tidak
efektifdirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap
keluhan utama harus ditanyakan kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua
diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang (Muttaqin, 2014).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal yang
mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat
memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam
jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2014).
4. Aktivitas / istirahat
Akan timbul gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan insomnia yang ditandai dengan
penurunan intoleransi terhadap aktivitas.
5. Sirkulasi
Memiliki riwayat gagal jantung serta ditandai dengan takikardi, tampak pucat.
6. Makanan / cairan
Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual / muntah serta ditandai
dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi bisingusus, kulit kering dan tugor kulit
buruk serta penampilan malnutrisi.
7. Kenyamanan
Akan timbul gejala seperti sakit kepala, nyeri dada meningkat disertai batuk, myalgia,
dan atralgia.
8. Keamanan
Memiliki riwayat gangguan system imun, mengalami demam yang ditandai dengan
berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan.
9. Pemeriksaan fisik
a. Status penampilan kesehatan: lemah
b. Tingkat kesadaran: kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung
tingkat penyebaran penyakit.
c. Tanda-tanda vital:
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi. (2)Frekuensi pernafasan:
takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan,
pelebaran nasal.
d. Suhu tubuh: hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
e. Berat badan dan tinggi badan: Kecenderungan berat badan anak mengalami
penurunan.
f. Integumen kulit:
1) Warna: pucat sampai sianosis.
2) Suhu: pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi
kulit anak teraba dingin.
3) Turgor: menurun pada dehidrasi
g. Kepala:
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
2) Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan
warna. Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul
yaitu dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas, untuk kesadaran
tergantung tingkat keparahan penyakit.
h. Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorak dan
paruparu:
1) Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman, dan upaya bernafas antara lain: takpinea,
dipsnea progresif, pernafasan dangkal.
2) Palpasi: Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada daerah yang
terkena.
3) Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi.
4) Auskultasi:
a) Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada daerah yang terkena.
b) Suara nafas tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa keperawatan
pada kasus pneumonia berdasarkan phatway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu: a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen
g. Keletihan berhubungan dengan kecemasan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada kasus
pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif efektif
efektif berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam berhubungan dengan
sekresi yang tertahan diharapkan pasien dapat memenuhi 1. Observasi sekresi tertahan
kriteria hasil : a. Identifikasi kemampuan
Kriteria hasil: batuk
1. Batuk efektif meningkat b. Monitor adanya retensi
2. Produksi sputum menurun sputum
3. Mengi menurun c. Monitor tanda dan gejala
4. Wheezing menurun infeksi saluran nafas
5. Dispnea menurun d. Monitor input dan output
6. Sianosis menurun cairan
7. frekuensi nafas membaik (mis. jumlah dan karakteristik)
8. pola nafas membaik 2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-fowler
atau fowler
b. Pasang perlak dan bengkok
di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada
tempat sputum

3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mecucu (dibulatkan) selam 8 detik
c. Anjurkan tarik nafas dalam
hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3 4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan perubahan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi
membrane alveolus-kapiler diharapkan pasien dapat memenuhi a. Monitor frekuensi.
kriteria hasil : irama. kedalaman dan
1. Dispnea menurun b. Monitor pola nafas (seperti
2. Bunyi nafas tambahan bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
menurun c. Monitor kemampuan
3. Pusing menurun batuk efektif
4. Penglihatan kabur menurun d. Monitor adanya produksi
5. Nafas cuping hidung sputum
menurun 6. PCO2 dan PO2 e. Monitor adanya sumbatan
membaik upaya jalan nafas
nafas f. Palpasi kesimetrisan
7. Takikardi membaik ekspansi paru
8. Sianosis membaik g. Auskultasi bunyi nafas
9. Pola nafas membaik h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantuan respirasi
sesai kondisi pasien
b.Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauaan
b. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
3. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan hambatan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi
upaya nafas diharapkan pasien dapat memenuhi a. Monitor pola nafas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
1. Kapasitas vital meningkat b. Monitor bunyi nafas
tambahan

2. Tekanan ekspirasi (misalnya


meningkat c. Monitor sputum (jumlah, warna,
3. Tekanan inspirasi aroma)
meningkat 2. Terapeutik meningkat
4. Dispnea menurun a. Posisikan semi-
5. Penggunaan otot bantu fowler atau fowler
nafas menurun b. Berikan minum hangat
6. Pernafasan cuping c. Lakukan fisioterapi dada,
hidung menurun jika perlu
7. Frekuensi nafas membaik d. Lakukan penghisapan
8. Kedalaman nafas membaik lendir kurang dari 15 detik menurun
9. Ekskursi dada membaik e. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari.
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian
ekspektoran, mukolitik. Jika perlu
4. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam :
dengan penyakit keperawatan selama 3 x 24 jam a) Pantau suhu dan tanda-
diharapkan pasien dapat memenuhi tanda vital lainnya.
kriteria hasil : b) Monitor warna kulit dan
1. Tanda – tanda vita dalam batas suhu.
normal c) Tutup pasien dengan
2. Suhu tubuh normal selimut atau pakaian ringan,
tergantung pada fase demam ( yaitu:
selimut hangat pada fase dingin dan
pakaian atau linen tempat tidur
ringan pada fase demam dan fase
bergejolak.
d) Dorong konsumsi cairan.
Pengaturan suhu :
a) Monitor suhu paling tidak
tiap 2 jam.
b) Berikan pengobatan
antipiretik. Perawatan hipertermia :
a) Berikan metode pendinginan
eksternal ( kompres hangat) b)
Monitor AGD
5. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
agen cedera biologis keperawatan selama 3 x 24 jam a) Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan pasien dapat memenuhi secara komprehensif.
kriteria hasil : b) Ajarkan penggunaan tehnik
non farmakologi.
Kontrol nyeri
c) Dorong pasien untuk
1. Nyeri dapat teratasi memonitor nyeri dan mengatasinya
2. Skala nyeri dapat berkurang dengan cepat.
d) Kolaborasi dengan
orang terdekat untuk
memilih dan
mengimplementasikan tidakan
penurunan nyeri non farmakologi.

Pemberian analgesik :
a) Berikan analgesik sesuai
waktu paruhnya, terutama pada
nyeri yang hebat.
b) Cek adanya riwayat alergi
obat.
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktifitas :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam a) Kolaborasikan dengan ahli
ketidakseimbangan antara diharapkan pasien dapat memenuhi terapi, terapi fisik dan rencana
suplay dan kebutuhan oksigen rekreasi dan progam pengawasan.
kriteria hasil :
b) Berikan kegiatan
Pasien mampu melakukan aktifitas
pergerakan yang lebih besar untuk
secara bertahap pasien hiperaktif.
c) Berikan waktu jeda untuk
setiap kegiatan
Manajemen energi :
a) Kaji status fisiologi pasien
berhubungan dengan status
kelelahan berkaitan dengan usia dan
perkembangan.
b) Batasi jumlah pengunjung
c) Rencakan periode
aktifitas ketika pasien lagi
berenergi.
d) Evaluasi program
peningkatan aktifitas
7. Keletihan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
kecemasan keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor respon kardiorespirasi
diharapkan pasien dapat memenuhi terhadap aktivitas (takikardi,
kriteria hasil : disritmia, dispneu, diaphoresis,
pucat, tekanan hemodinamik
Konservasi energi
dan jumlah respirasi)
1. Kemampuan aktivitas adekuat b. Monitor dan catat pola dan
2. Mempertahankan nutrisi jumlah tidur pasien
adekuat c. Monitor lokasi
3. Keseimbangan aktivitas ketidaknyamanan atau nyeri
dan selama bergerak dan aktivitas
istirahat d. Monitor intake nutrisi
4. Menggunakan tehnik e. Monitor pemberian dan efek
energi konservasi samping obat depresi
5. Mempertahankan interaksi f. Instruksikan pada pasien untuk
sosial mencatat tanda-tanda dan gejala
kelelahan
g. Ajarkan tehnik dan manajemen
aktivitas untuk mencegah
kelelahan
h. Jelaskan pada pasien hubungan
kelelahan dengan proses
penyakit
i. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
intake makanan tinggi energi
j. Dorong pasien dan keluarga
mengekspresikan perasaannya
k. Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
l. Anjurkan pasien melakukan
yang meningkatkan relaksasi
(membaca, mendengarkan
musik)
m. Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
n. Batasi stimulasi lingkungan
untuk memfasilitasi relaksasi

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi
dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.
M.J, 2012).

5. Evaluasi
Evaluasi Sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan
tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah dietapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah dietapkan, dan tujuan tidak
tercapai/ masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.Perumusan evaluasi sumatif in meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan
perencanaan.
a. S (subjektif) Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.
b. O (objektif) Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan ole perawat.
c. A (analisis) Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari
data subiektif dan data obiektif.
d. P (perencanaan) Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan,
baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculture Mendelianae Brunensis (Vol.
16, Issue 2). hitps://doi.org/10.1377/bithaff 2013.0625
L. Tao dan K. Kendal. 2013 .Sinopsis Organ System Pulmonologi. Tangerang : Karisma
Publishing
Luttfiya MN, Henley E, Chang L. 2010. Diagnosis and treatment of community acquired
pneumonia. American Family Physician. 2010;73(3):442-50.
Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media aesculapius fakultas universitas
indonesia, Jakarta.
Murwani, A. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Edisi ke-1. Yogyakarta: Gosyen.
Muttagin,Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan Jakarta:
Salemba Medika
Nanda. 2013. Buku Saku Diagnosa. Jakarta: EGC
Ryusuke, O. 2017. Tugas Responsi Mendeley. https://ejournal.unisayogya.ac.id
Shaleh. 2013. No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),1689
1699. https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004
T. Pokja S.D.K.I 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi dan indikator
Diagnostik (Cetakan II). Jakarta
Wilkinson M.J.. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai