Disusun Oleh :
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
2. Aerob
3. Polimorf
4. Tidak bergerak
5. Tidak berspora
Disamping itu, bakteri ini dapat mati pada pemanasan 60˚ C selama 10
menit, tahan beberapa minggu dalam es, air, susu dan lendir yang telah
mengering. Terdapat tiga jenis basil yaitu bentuk gravis, mitis, dan intermedius
atas dasar perbedaan bentuk koloni dalam biakan agar darah yang mengandung
kalium telurit (Nurarif &Kusuma, 2015).
3. Anatomi fisiologis
Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, broncus dan
paru. (Nelson,2010)
a. Saluran pernafasan bagian atas :
1.) Rongga hidung
Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru
2.) Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga
mulut ke laring.. Fungsiutamanya adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratoriun dan digestif.
3.) Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakhea. Fungsiutamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk
b. Saluran pernafasan bagian bawah :
1.) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kuranglebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenalsebagai karina.
2.) Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebar,merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya
hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjangdan lebih sempit, merupakan
kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
3.) Alveoli
Paru Terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel –
sel alveolar, sel alveolar tipeI adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofagyang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagaimekanisme pertahanan penting.
4.) Paru-paru
Merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
torak ataudada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum central
yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar.Letak paru-paru
dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.Pleura dibagi
menjadi dua:
1. Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru;
2. Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura initerdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
adagerakan bernafas
4. Patifisiologi
difteri
hipotalamus inflamasi
Suhu tubuh meningkat hipertermi obstruksi bersihan jalan napas tidak efektif
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu
berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan
spesifik.
Pasien difteri harus dirawat di kamar isolasi yang tertutup. Petugas harus
memakai gaun khusus (celemek) dan masker yang harus diganti tiap
pergantian tugas atau sewaktu-waktu bila kotor (jangan dari pagi sampai
malam hari). Sebaiknya penunggu pasien juga harus memakai celemek
tersebut untuk mencegah penularan ke luar ruangan. Harus disediakan
perlengkapan cuci tangan: desinfektan, sabun, lap, atau handuk yang selallu
kering (bila ada tisu) air bersih jika ada kran juuga tempat untuk merendam
alat makan yang diisi dengan desinfektan.
a. Berikan O2
b. Baringkan setengah duduk.
c. Hubungi dokter.
d. Pasang infus (bila belum dipasang).
e. Hubungi orang tua beritahu keadaan anak dan bahaya yang dapat
terjadi miokarditis.
Eksotoksin yang dikeluarkan oleh basil difteri jika diserap oleh janutng
akan menyebabkan terjadinya miokarditis yang biasanya kelainan ini timbul
pada minggu kedua sampai ketiga. Untuk mencegah adanya miokarditis hanya
dengan pemberian suntikan ADS sedini mungkin. Tetapi untuk mengetahui
gejala miokarditis perlu observasi terus menerus dan pasien harus istirahat
paling sedikit 3 minggu atau sampai hasil EKG 2 kali berturut-turut normal.
Selama dirawat, pengamatan nadi, pernapasan dan suhu dicatat dalam
perawatan khusus. Bila tidak ada alat EKG :
Pemantauan nadi sangat penting dan harus dilakukan setiap jam dan dicatat
secara teratur. Bila terdapat perubahan kecepatan nadi makin menurun
(bradikardi) harus segera menghubungi dokter. Perawatan lain selain tanda
vital dan keadaan umum :
a. Pasien tidak boleh banyak bergerak, tetapi sikap berbaringnya harus sering
diubah, misalnya setiap 3 jam untuk mencegah terjadinya komplikasi
brokopneumonia (pneumonia hipostatik).
b. Jaga kulit pada bagian tubuh yang tertekan agar tidak terjadi dekubitus
(ingat pasien tirah baring selama 3 minggu, tidak boleh bangun).
Komplikasi yang mengenai saraf.
1. Komplikasi yang mengenai saraf dapat terjadi pada minggu pertama dan
kedua. Jika mengenai saraf palatum mole (saraf telan) dengan gejala bila
pasien minum air/susu akan keluar melalui hidungnya. Jika terjadi
demikian :
a. Cara memberikan minum harus hati-hati, pasien sambil didudukkan.
b. Bila pasien makan cair agar dibuat agak kental dan diberikan sedikit
demi sedikit.
2. Komplikasi pada ginjal.
Selama pasien difteri dalam perawatan keadaan urine selain harus
diperhatikan warnanya juga banyaknya apakah normal atau tidak.
3. Gangguan masukan nutrisi.
Gangguan masukan nutrisi pada pasien difteri selain disebabkan karena
sakit menelan juga karena anoreksia. Jika anak masih mau menelan
bujuklah agar ia mau makan sedikit demi sedikit dan berikan makanan
cair atau bubur encer dan berikan susu lebih banyak. Jika pasien tidak
amau makan sama sekali atau hanya sedikit sekali, atau dalam keadaan
sesak nafas perlu dipasang infus. Setelah 2-3 hari kemudian sesak nafas
telah berkurang sebelum infus dihentikkan dicoba makan per oral dan
apabila anak telah mau makan infus dihentikan. Berikan minum yang
sering untuk memelihara kebersihan mulut dan membantu kelancaran
eliminasi.
3. Intervensi
Terapeutik Terapeutik
10. Berikan teknik 10. Untuk memberikan
nonfarmakologis teknik
untuk mengurangi nonfarmakologis
rasa nyeri untuk mengurangi
11. Kontrol lingkungan rasa nyeri
yang memperberat 11. Untuk mengontrol
rasa nyeri lingkungan yang
12. Fasilitasi istirahat memperberat rasa
dan tidur nyeri
13. Pertimbangkan jenis 12. Untuk memenuhi
dan sumber nyeri Fasilitasi istirahat dan
dalam pemilihan tidur
strategi meredakan 13. Untuk
nyeri memperrtimbangkan
jenis dan sumber
Edukasi nyeri dalam pemilihan
14. Jelaskan penyebab, strategi meredakan
periode, dan pemicu nyeri
nyeri
15. Jelaskan strategi Edukasi
meredakan nyeri 14. Untuk memberikan
16. Anjurkan pengetahuan tentang
memonitor nyeri penyebab, periode,
secara mandiri dan pemicu nyeri
17. Anjurkan 15. Untuk memberikan
menggunakan pengetahuan strategi
analgetik secara meredakan nyeri
tepat 16. Untuk memonitor
18. Ajarkan teknik nyeri secara mandiri
nonfarmakologis 17. Agar dapat
untuk mengurangi menggunakan
rasa nyeri analgetik secara tepat
18. Agar mengetahui
Kolaborasi teknik
19. Kolaborasi nonfarmakologis
pemberian untuk mengurangi
analgetik, jika perlu rasa nyeri
Kolaborasi
19. Untuk memperingan
rasa nyeri yang klien
rasakan
3 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan Hipertermia Hipertermia
proses penyakit selama 3x24 jam Observasi Observasi
(infeksi) dengan tujuan 1. Identifikasi 1. Untuk
termoregulasi membaik penyebab mengidentifikasi
dengan kriteria hasil : hipertermia penyebab hipertermia
1. Suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
membaik 3. Monitor kadar suhu tubuh klien
2. Suhu kulit elektrolit 3. Untuk mengetahui
membaik 4. Monitor haluaran kadar elektrolit klien
3. Warna kulit urine 4. Untuk menghitung
kemerahan 5. Monitor komplikasi haluaran urine
menurun akibat hipertermia 5. Untuk menghindari
Terapeutik adanya komplikasi
6. Sediakan akibat hipertermia
lingkungan yang
dingin Terapeutik
7. Longgarkan atau 6. Untuk membantu
lepaskan pakaian menstabilkan suhu
8. Basahi dan kipasi tubuuh klien
permukaan tubuh 7. Supaya klien merasa
9. Berikan cairan oral nyaman
10. Ganti linen setiap 8. Memberikan
hari atau lebih kenyaman kepada
sering jika klien
mengalami 9. Menyeimbangkan
hiperhidrosis kebutuhan cairan
(keringat berlebih) tubuh klien
11. Lakukan 10. Supaya klien merasa
pendinginan nyaman saat sedang
eksternal istirahat
12. Hindari pemberian 11. Menurunkan suhu
antipiretik atau tubuh klien dengan
aspirin teknik non
13. Berikan oksigen, farmakologi
jika perlu 12. menghindari
Edukasi pemberian antipiretik
14. Anjurkan tirah atau aspirin
baring 13. memberikan oksigen
Kolaborasi Edukasi
15. Kolaborasi 14. Menganjurkan posisi
pemberian cairan yang nyaman kepada
dan elektrolit klien
intravena, jika perlu Kolaborasi
15. Memberikan
kolaborasi pemberian
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
untuk kesembuhan
kien
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui
Ketidak mampuan selama 2x24 jam
menelan makanan dengan tujuan status nutrisi status nutrisi klien
nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi 2. Untuk menghindari
dengan kriteria hasil : dan intoleransi adanya pemberian
1. Porsi makan yang makanan obat atau makanan
dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang membuat alergi
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari prilakukeperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakandari asukahan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencanaasuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian,dibanyak lingkungan keperawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian. Sebagai contoh,
implementasi segera diperlukan ketika perawat mengidentifikasi kebutuhan
klien yang mendesak.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien dapat keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang. Secara umum, evaluasi ditujukan untuk: 1) Melihat dan
menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. 2) Menentukan apakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. 3) Mengkaji penyebab jika
tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Langkah evaluasi dari proses
keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi keperawatan adalah
mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan .
DAFTAR ISI
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi l. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi l. Jakarta : DPP PPNI.