Anda di halaman 1dari 51

AKPER PEMKAB PAMEKASAN

Kompeten dan Bermoral

ABDAN SYAKURA
081-9392-67-449
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang
tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara
mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya
gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap
tegak. (CAILLIET 1981)
• Saraf tulang belakang serviks (C1 sampai C8) sinyal
kontrol ke bagian belakang kepala, leher dan bahu,
lengan dan tangan, dan diafragma
• Saraf tulang belakang Dada (T1 untuk T12) sinyal
kontrol ke otot-otot dada, beberapa otot-otot
punggung, dan bagian perut.
• Saraf tulang belakang lumbal (L1 untuk L5) sinyal
kontrol ke bagian bawah perut dan punggung, pantat,
beberapa bagian organ genital eksternal, dan bagian
kaki.
• Saraf tulang belakang sacral (S1 ke S5) sinyal kontrol ke
paha dan bagian bawah kaki, kaki, sebagian besar
organ genital eksternal, dan daerah sekitar anus.
PATOLOGI
Hernius Nukleus Pulposus

PROSES
DEGENERATIF PENUAAN

PERGESERAN
PROLAPS POSISI

KELUARNYA
EKSTRUSI NP

NUCLEUS
SEQUESTRASI BERADA DI
LUAR AF
kerusakan pada lapisan discus intervertebralis
akan menimbulkan nyeri lokal

Isi dari discus, nucleus pulposus, yang


tersekuestrasi memilki efek toksik langsung
dan menimbulkan respon inflamasi
protusio atau ekstrusio diskus Posterolateral akan
menekan/menjepit akar saraf ipsilateral pada
tempat keluarnya saraf dr kantong duramater

menampilkan gejala dan tanda Radikuler sesuai


distribusi persarafannya
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

JENIS
KELAMIN
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

USIA
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

RIWAYAT
SEBELUMNYA
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

PEKERJAAN
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

OLAHRAGA
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

MEROKOK
FAKTOR RESIKO
Hernius Nukleus Pulposus

OBESITAS
MANIFESTASI KLINIS

• Bila herniasi terjadi ke arah :


1. Posterolateral, di samping nyeri
pinggang, juga akan memberikan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks
dan saraf yang terkena.
2. Posterosentral, mengakibatkan nyeri
pinggang oleh karena menekan
ligamentum lonngitudinale yang bersifat
peka nyeri.
• Hernia Nucleus Pulposus ke arah
posterosentral di bawah vertebrae L2
tidak akan melibatkan medula
spinalis.

1. rasa nyeri mulai dari pinggang,


daerah perineum, tungkai sampai
kaki
2. refleks lutut dan tumit menghilang
yang sifatnya unilateral atau
asimetris.
rasa nyerinya akan bertambah, bila
ada kenaikan tekanan intratekal
maupun intradiskal misalnya pada
saat mengejan, batuk, bersin dan
membungkuk.
CERVICAL
Hernius Nukleus Pulposus

berakibat gawat
karena dapat
menekan medula
spinalis
CERVICAL Hernius Nukleus Pulposus

Manifestasi klinis :

kekakuan pada leher, rasa


tidak nyaman pada bagian
medial scapula, adanya
radicular paresthesia. Gejala
diperburuk dengan adanya
pergerakan dari kepala dan
leher
THORACAL Hernius Nukleus Pulposus

Jarang terjadi
dikarenakan vertebrae
thoracalis lebih rigid dan
discus intervertebralis
pada daerah thoracal
lebih tipis (hanya 1/5
dari keseluruhan).
THORACAL Hernius Nukleus Pulposus

Manifestasi klinis :

Nyeri punggung, yang


akan bertambah bila
batuk, bersin
LUMBALHernius Nukleus Pulposus

Paling sering terjadi


Herniasi terjadi peralihan
dari segmen yang lebih
mobile ke yang kurang
mobile (perbatasan
lumbosakral dan
servikotorakal).
LUMBAL Hernius Nukleus Pulposus

Manifestasi klinis :
- nyeri, biasanya berpusat
pada daerah gluteus
posterior, tibialis
posterior/lateral dan kaki
lateral/dorsal.
- parestesia atau tebal (70%
kasus) sesuai dengan
dermatom radiks yang
terkena
- kelemahan otot (dorsofleksi
radiks L5, plantar fleksi
radikal S1) dan bila
berlangsung lama terjadi
atrofi otot bawah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EMG (elektromiografi)
Dengan pemeriksaan EMG dapat ditemukan radiks
mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya,
masih dalam taraf iritasi ataukah sudah ada kompresi.
2. Foto lumbal
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah ada penyempitan
jarak tulang yang satu dengan yang di atas atau di
bawahnya, adakah instabilitas atau spondilolistesis.
3. CT. Myelografi
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah adanya filling
defect (luka di area yg dmaksud)
4. Magnetic Resonance Imaging
Pada pemeriksaan ini kita dapat melihat apakah ada
protusio ataupun squester dari bantalan tulang yang
menekan pada sistem
PENATALAKSANAAN
Hernius Nukleus Pulposus
PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF

1. Tirah baring 3-6 minggu


Idealnya tidur terlentang dengan alas datar dan keras.
maksud jika anulus fibrosus masih utuh  gel kembali
2. Simtomatis
- Analgetik
- muscle relaxant
- Kortikosteroid
3. Fisioterapi
Dengan pemanasan daerah nyeri
4. Traksi Pelvis atau Traksi Lumbal
5. Mobilisasi
• Jika pasien sudah mulai berdiri dan
berjalan  dianjurkan untuk memakai
korset selama beberapa hari/ minggu.
• Jika nyeri sudah hilang mulai diberikan
latihan lumbo sakral serta perubahan
postur tubuh khususnya dalam
mengangkat beban, duduk, berdiri.
Penatalaksanaan Operatif

Indikasi :
• Tata laksana konservatif tidak membawa
hasil atau beberapa kali tatalaksana
konservatif selalu memberikan
kekambuhan.
• Adanya kelumpuhan nyata, lebih-lebih
yang berkembang progresif
• Bila ada defisit neurologik terutama
gangguan miksi dan defekasi.
PROGNOSA
• Tergantung dari :
1. Penemuan causa yang jelas
2. Tata laksana yang tepat
• Sebagian besar pasien akan membaik
dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif
• Pada pasien yang di operasi 90% akan
membaik terutama nyeri tungkai.
Tetapi kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5 % dan bisa pada
level diskus yang sama atau berbeda.
ASKEP
Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan (30 – 50 tahun), kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat)
2. Riwayat kesehatan
-Keluhan Utama : Biasanya pasien mmengeluh nyeri pada punggung bawah.
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang
timbul, makin lama makin nyeri.
R : Nyeri terasa pada punggung bagian bawah
S : Nyeri terasa pada posisi duduk dan nyeri menjalar hinga ekstermitas bawah,
dengan skala nyeri 3-5.
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri.
 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada
punggung bagian bawah ditengah tengah antara bokong dan betis belakang
tumit dan telapak kaki. Kekuatan otot menurun, paraparesif falsif,
parastesia.
 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah menderita Tb tulang, osteomilitis,
keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis). Hipertensi,
cedera tulang belakang, DM, penyakit jantung.
• Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota keluarga yang mengalami
hipertensi dan DM
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran composmetis
TTV
• TD : hipotensi <100/80 mmHg (dewasa : 120/80 mmHg)
• Nadi : bradikardi < 60 x/menit (dewasa : 60 – 100
x/menit)
• Suhu : 36,5-37,5 c
• RR : 16-20x/menit
Pemeriksaan Head To Toe
• Kepala Dan Leher
 Inspeksi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada
daerah kepala hingga leher, mungkin ditemukan ekspresi wajah yang
menandakan keluhan nyeri.
 Palpasi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada kepala dan
leher klien
• Thorax (Paru – Jantung)
 Inspeksi : Pada pemeriksaan pulmonal bisa terdapat apnea.
 Palpasi : Dada simetris, tidak ada retraksi otot napas.
 Perkusi : Bunyi paru sonor dan bunyi jantung redup atau pekak.
 Auskultasi : Tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

Sedangkan pemeriksaan jantung mungkin didapatkan peningkatan denyut


jantung yang tidak begitu berarti
• Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada tanda kelainan
lainnya.
Palpasi : Konsistensi lembek, suhu hangat, palpasi
hepatosplenomegani negatif, palpasi lien negatif,
palpasi ginjal negatif.
Perkusi : Tidak ada tanda acites, perkusi sonor.
Auskultasi : BU 5 – 12 kali per menit, terdengar
bising aorta
• Anus Dan Genetalia
Pemeriksaan anus dan genetalia tidak diperlukan
pada penyakit ini.
Ekstremitas
 Atas
 Inspeksi : Tidak ada lesi, censedung tidak ada kelainan.
 Palpasi : Kemungkinan didapatkan kelemahan pada Biseps. Reflek
biseps berkurang atau hilang
 Bawah
 Inspeksi : Mungkin didapatkan adanya kelaemahan hingga dapat
menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan
atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit, melemahnya fleksi
plantar, abduksi jari kaki dan kesulitan berjalan jinjit.
 Palpasi : Parestesia tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki
pertama dan kedua, pertengahan betis dan aspek lateral kaki,
termasuk jari kaki ke empat dan kelima. Penurunan refleks lutut dan
pergelangan kaki, refleks pergelangan kaki mungkin berkurang atau
hilang. Kekutan otot 2
ROS (reviem of system)
 B1 (Breathing)
Tidak menganggu sistem pernapasan, : tidak sesak
napas, tidak mengalami batuk, frekuensi pernapasan
normal, suaran lapang paru sonor
 B2 (Blood)
Hipotensi : berkaitan dengan gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh system persarafan
otonom.
 B3 (Brain)
Di dapatkan perubahan gaya berjalan, Parestesia,
Pengkajian tingkat kesadaran : Tingkat kesadran
klien biasanya compos metis
Pengkajian fungsi serebral. Status mental : Biasanya
setatus mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kongnitif,
status persepsi, dan penurunan memoty.
• Pemeriksaan saraf cranial I-IX :
• Saraf I (olfaktorius) : biasanya tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan
• Saraf 2 (optikus) : tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal
• Saraf 3 (okulomtoris), 4(choclearis), 6 (abdusens) : biasanya tidak
mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
• Saraf 5 (trigeminus) dan 7 (facialis) : Umumnya tidak ada paralisis
pada otot wajah dan reflex kornea biasnya tidak ada kelainan.
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
• Saraf 8 (vestibulococlearis) : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi
• Saraf 9 (glossofaringeal) dan Saraf 10 (vagus) : kemampuan menelan
baik
• Saraf 11 (accesorius) : tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius.
• Saraf 12 (hipoglosus) : lidah simetris indra pengecapan normal.
 B4 (Bladder)
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan akibat penurunan perfusi pada ginjal
 B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun, mual muntah, konstipasi.
 B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktifitas dan
menggerakkan badan karena adanya nyeri,
kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah
Pola fungsi
• Aktifitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu menganggkat beban
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Penurunan
rentan gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya di lakukan
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkenak.
Gangguan pada berjalan.

• Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi,
adanya inkontinensia/retensi urin.
• Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis,
ansietasmasalah pekerjaan, financial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat.
• Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari
tangan/kaki
Tanda : Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan
otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot
paravertebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori).
• Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan
badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi
pada leher : nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya
apisode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang
menjalar kekaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku
pada leher (servikal). Keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap ; dengan cara bersandar dari bagian tubuh
yang terkena, perubahan cara berjalan, berjalan dengan
terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena, Nyeri pada palpasi.
Next...
Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah “punggung”
yang baru saja terjadi
Diagnosa yang sering muncul
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf
pada diskus intervetebralis
2. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi,
diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
paralisis dan paralegi
4. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang
berhubungan dengan kelemahan fisik umum
Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada
radiks intervertebralis
• Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama 1 x 3 jam diharapkan nyeri
berkurang.
• Kriteria Hasil :
S : pasien mengerti bagaimana cara mengatasi nyeri dan mengerti
tentang penyebabnya
O : klien mengatakan nyeri berkurang
A : pasien mampu melaksanakan teknik distraksi dan relaksasi
P : skala nyeri berkurang 0 – 2, lokasi nyeri minimal, wajah tidak
menyeringai
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dalam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang
menghilangkan rasa nyerinya nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.

Berikan informasi tentang penyebab dan Informasi mengurangi ansietas yang


cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.

Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien untuk


noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, mendapatkan rasa kontrol terhadap
balutan (24-48 jam), distraksi dan nyeri.
relaksasi.

Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk


memberikan peredam nyeri.
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi,
diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :
S: klien mengerti tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan
O : klien mengatakan merasa tenang dan tidak cemas lagi
A: klien nampak lebih rilek dan tidak cemas
P : tidak tegang , wajah klien nampak rileks, respon klien
namppak tersenyum,
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan 1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat
dari fungsi gerak untuk mempertahankan berkomunikasi dengan efektif tanpa
harapan klien dalam memenuhi kebutuhan menggunakan alat khusus, sehingga dapat
sehari-hari mengurangi rasa cemasnya.

2. Berikan informasi mengenai klien yang juga 2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat
pernah mengalami gangguan seperti yang mengurangi kecemasan, justru malah
dialami klien danmenjalani operasi menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap

3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan perawat.

alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien 3. Memungkinkan klien untuk memilih metode

4. Berikan support sistem (perawat, keluarga atau komunikasi yang paling tepat untuk

teman dekat dan pendekatan spiritual) kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan


tingkat keterampilannya sehingga dapat
5. Reinforcement terhadap potensi dan sumber
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan 4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki
pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.

5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja


yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia
untuk berkomunikasi.
Maka, Nikmat Tuhan
manakah
Yang kamu dustakan?

Anda mungkin juga menyukai